Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Wisata Pantai Binasi Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah

5

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Pantai Binasi
Kecamatan Sorkam tergolong daerah beriklim tropis dan hanya ada dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pantai Binasi berada di desa
Binasi dengan memiliki luas wilayah 3.85 Km2 dengan jumlah penduduk 1.201
jiwa dengan kepadatan penduduk 311jiwa penduduk/Km2, terdiri atas laki-laki
625 jiwa dan perempuan 576 jiwa. Pekerjaan yang umum dilakukan masyarakat
Kecamatan Sorkam Barat adalah di perikanan (nelayan), pertanian, industri,
PNS/ABRI. Agama yang di yakini berupa Islam, Katolik, Kristen (BPS Kab
Tapanuli Tengah, 2016).
Pantai Binasi terletak di desa/kelurahan binasi, Kecamatan Sorkam Barat,
Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan laporan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah Secara Letak geografi,
Kecamatan Sorkam Barat terletak antara Lintang Utara 02o 02’ 05’’ s.d 02o 09’ 29’’
dan di antara Bujur Timur

98o 17’ 18’’ s.d 98o 23’ 28’’dengan diatas permukaan


0-4 meter dan luas wilayah 44,59 Km2. Batas administrasi wilyah kecamatan
Sorkam Barat adalah dengan Sebelah Utara Kecamatan Pasaribu Tobing, Sebelah
Selatan Samudera Indonesia, Sebelah Barat Kecamatan Sosor Gadong, Sebelah
Timur Kecamatan Sorkam dan Jarak kantor Camat ke kantor Bupati 48 Km2
(BPS Kab Tapanuli Tengah, 2016).
Pantai Binasi, pantai yang terkenal dengan hamparan pasir putih yang luas
seolah terpagar oleh barisan pohon cemara di sepanjang pantainya. Pantai ini
terletak di Kecamatn Sorkam Barat, dapat di tempuh lebih kurang 2 jam
perjalanan dari kota Pandan. Keindahan pantai ini begitu menarik perhatian para

Universitas Sumatera Utara

6

wisatawan dari berbagai daerah. Gelombang kecil yang tiada pantai ini sangat
cocok untuk olahraga ski air (Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli tengah
Sibolga, 2015).

Penduduk
Pantai Binasi berada di wilayah Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten

Tapanuli Tengah. menurut Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli
Tengah tahun 2015 banyaknya jumlah penduduk Kecamatan Sorkam Barat
berjumlah 17.009 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kecamatan Sorkam
Barat terdiri atas laki-laki 8.485 jiwa (49.89%) dan perempuan. 8.524 jiwa
(50.11%). Sementara itu persentase jumlah untuk kepala keluarga dari total
jumlah penduduk Kecamatan Sorkam Barat sebanyak 3.645 kepala keluarga.
Penduduk Kecamatan Sorkam Barat di lihat dari umur terbagi menjadi
lima kelompok umur. Kelompok umur tersebut antara lain kelompok umur 0 – 4
tahun, 05 – 14 tahun, 15 – 24 tahun, 25 – 59 tahun, dan < 60 tahun. Jumlah
penduduk Kecamatan Sorkam Barat berdasarkan usia pada data penduduk dan
keluarga berdasarkan usia Kecamatan Sorkam Barat tahun 2015 dapat dilihat pada
Gambar 2.
Umur
0-4.
6% 0%
38%

13%

05-14.

25%

18%

15-24.
25-59.
< 60

Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Sorkam Barat berdasarkan usia pada
Data Penduduk dan Keluarga berdasarkan Usia Kecamatan Sorkam Barat
Tahun 2015 (BPS Kab Tapanuli Tengah, 2016).
Penduduk Kecamatan Sorkam Barat paling banyak pada kelompok umur
25 – 59 tahun yaitu sebesar 6.520 jiwa (38%), jumlah paling sedikit berada pada
kelompok umur 2 mm).
2. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir
(diameter 0,125 – 2 mm).

3. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material
berukuran lempung (diameter < 0,125 mm).
Untuk menghitung % berat sedimen pada metode ayakan kering digunakan rumus
sebagai berikut :
%Berat =

Berat Hasil Ayakan
X 100%
Berat Awal

Untuk menghitung % berat kumulatif digunakan rumus :
% Kumulatif = % berat 1 + % berat 2…. + % N
Untuk mengetahui analisis substrat sedimen dapat dilihat pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 1. Analisis Substrat Sedimen, Menggunakan Skala Wenworth
Kelas Ukuran Butir

Diameter Butir (Mm)
> 256
Boulders (Kerikil Besar)
2 – 256
Gravel (Kerikil Kecil)
1–2
Very Coarse Sand (Pasir Sangat Kasar)
0,5 – 1
Coarse Sand (Pasir Kasar)
0,25 - 0,5
Medium Sand (Pasir Sedang)
0,125 - 0,25
Fine Sand (Pasir Halus)
0,0625 - 0,125
Very Fine Sand (Pasir Sangat Halus)
0,002 - 0,0625
Silt (Debu)
0,0005 - 0,002
Clay (Lempung)
< 0,0005

Dissolved Material (Material Terlarut)
Sumber : Hutabarat dan Evans, 1985

Untuk wisata pantai akan sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai
yang berpasir atau dengan kata lain didominasi oleh substrat pasir, dibandingkan
dengan pantai yang berbatu atau pantai yangdidominasi oleh substrat karang
Ukuran butir sedimen sedang sampai kasar sangat baik untuk kegiatan wisata
pantai dibandingkan ukuran butir sedimen yang sangat halus dan sangat kasar.
Dari hasil pengamatan jenis substrat pula dapat digunakan dalam menentukan
jenis kegiatan wisata apa saja yang dapat dilakukan pada wilayah pantai yang
dijadikan objek wisata (Widiatmaka, 2007).
3. Lebar Pantai
Pengukuran lebar pantai hubungannya dengan kegiatan wisata dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa luas wilayah pantai yang dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan wisata pantai. Lebar pantai dapat diukur dari akhir vegetasi
terakhir di daratan hingga batas surut terendah.
4. Kemiringan Pantai
Pantai adalah daerah pertemuan antara air pasang tertinggi dengan daratan.
Sedangkan garis pantai adalah garis air yang menghubungkan titik-titik antara
air pasang tertinggi dengan daratan (Diraputra, 2000). Untuk mengetahui


Universitas Sumatera Utara

16

hubungan antara kemiringan dengan topografi pantai dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hubungan antara topografi pantai dengan kemiringan
Parameter

Nilai Sebutan

Kemiringan (˚)

< 10

10 – 25

>25 – 45


>45

Topografi Pantai

Datar

Landai

Curam

Terjal

Sumber: Yulianda, 2007
5. Pasang Surut
Pengamatan pasang surut erat kaitannya dengan faktor oseanografi lainnya
seperti kecepatan arus dan gelombang yang juga dipengaruhi oleh kedalaman,
kemiringan dan kelandaian suatu perairan. Kisaran pasangsurut yang tidak
terlalu besar baik untuk pengembangan pariwisata pantai khususnya untuk
kegiatan renang. Hasil pengukuran pasang surut yaitu nilai Duduk Tengah
Sementara (DTS) atau tinggi muka rata-rata air laut digunakan dalam koreksi

pengukuran kedalaman perairan untuk mendapatkan nilai kedalaman
sebenarnya dari perairan tersebut.
6. Kedalaman
Kegiatan

wisata

pantai

khususnya

renang

sangat

penting

untuk

mempertimbangkan kedalaman karena sangat berpengaruh pada aspek

keselamatan pada saat berenang. Secara fisik kedalaman pada perairan dangkal
cukup baik untuk dijadikan sebagai objek rekreasi renang dibandingkan
perairan yang dalam.
7. Kecepatan Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang disebabkan oleh
tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air laut atau dapat pula

Universitas Sumatera Utara

17

disebabkan oleh gerakan gelombang yang panjang (Nontji, 1987). Selanjutnya
Nybakken (1992) menyatakan bahwa angin mendorong bergeraknya air
permukaan yang menghasilkan suatu gerakan horizontal yang lamban dan
mampu mengangkut suatu volume air yang sangat besarmelintasi jarak jauh di
lautan. Kecepatan arus sangat erat kaitannya dengan keamanan parawisatawan
dalam berenang. Arus yang lemah sangat baik untuk kegiatan renang
sedangkan arus yang kuat sangat berbahaya karena dapat menyeret orangorang yang sedang mandi atau renang di pantai.
8. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi

suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus kedalam air.
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
ukuran

transparansi

perairan,

yang

ditentukan

secara

visual

dengan

menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan
cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian
orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan
dalamsuatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchidisk (Effendi, 2003).
Kecerahan perairan dalam kaitannya dengan kegiatan wisata pantai sangat
berperan dalam hal kenyamanan para wisatawan pada saat berenang.
9. Zat Padat Tersuspensi Total (TSS)
Padatan tersuspensi adalah zat padt atau partikel yang mempunyai diameter 1
µm yang menyebabkan kekeruhan pada air, tidak larut dan tidak dapat
mengendap langsung. Biasanya berupa partikel-partikel anorganik, organik,
maupun campuran keduanya. Partikel-pertikel tersebut berasal dari run off,

Universitas Sumatera Utara

18

aliran air sungai, buangan industry dan rumah tangga. Zat padat tersuspensi ini
merupakan pencemaran umum yang hamper dijumpai di semua perairan alam.
Bahkan di perairan yang relatif bersih dan belum tercemar juga dijumpai zat
padat tersuspesi dalam bentuk liat, debu dan pasir.

Pembangunan Wisata Berkelanjutan
Ide dasar pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian sumberdaya alam
dan budaya. Ide-ide tersebut selanjutanya diturunkan ke dalam konsep pariwisata
berkelanjutan. Artinya adalah pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas,
dan amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberi keuntungan optimal bagi
pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka
panjang, oleh sebab itu, pengembangan infrastruktur pariwisata harus memberikan
keuntungan jangka panjang bagi pelaku wisata.Ide pembangunan yang
berkelanjutan tersebut sejalanan dengan konsep pengelolaan ekowisata yang tidak
hanya berorientasi pada keberlanjutan tetapi juga mempertahankan nilai
sumberdaya alam dan manusia (Damanik dan Weber, 2006).
Kegiatan di daerah pariwisata dan rekreasi dapat menimbulkan masalah
ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain mengingat
bahwa keindahan dan keaslian alam merupakan modal utama. Bila suatu wilayah
pesisir dibangun untuk tempat rekreasi, biasanya fasilitas-fasilitas pendukung
lainnya juga berkembang pesat. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan
pariwisata di wilayah pesisir hendaknya dilakukan secara menyeluruh termasuk
inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok untuk pariwisata, perkiraan
tentang berbagai dampak terhadap lingkungan pesisir, hubungan sebab akibat dari

Universitas Sumatera Utara

19

berbagai macam tata guna lahan disertai dengan perincian kegiatan untuk masingmasing tata guna, serta pilihan pemanfaatannya (Dahuri dkk., 1996).
Kelangsungan suatu fungsi ekosistem sangat menentukan kelestarian dari
sumberdaya hayati sebagai suatu komponen yang terlibat dalam sistem tersebut.
Semakin meningkatnya pembangunan ekonomi di kawasan pesisir, semakin
meningkatkan pula ancaman terhadap degradasi ekosistem dan sumberdaya
pesisir dan laut, padahal ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut menjadi
tumpuan

pembangunan

nasional

sebagai

sumber

pertumbuhan

baru

(Bengen, 2001).
Perencanaan dan pengembangan yang berwawasan lingkungan perlu
dilakukan mengingat tingginya minat masyarakat terhadap kegiatan ekowisata dan
rawannya kondisi ekologis pantai. Perencanaan pengembangan ekowisata
ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya alam dan jasa yang dimiliki
serta minat ekowisatawan. Situmorang (1993) dalam Islami (2003) menyatakan
bahwa perencanaan kawasan ekowisata yang berwawasan lingkungan merupakan
suatu perencanaan jangka panjang, karena tujuan dari perencanaan ini adalah
untuk melestarikan lingkungan dan melindunginya hal yang perlu dilakukan
antara lain :
a.

Identifikasi sumberdaya dan area yang bisa dikembangkan sebagai kawasan
wisata.

b.

Merencanakan kawasan ini dengan meminimumkan dampaknya terhadap
lingkungan maupun penduduk sekitar.

c.

Mengundang wisatawan yang sesuai (jumlah maupun karakteristiknya)
dengan daya dukung alam yang ada.

Universitas Sumatera Utara