Survei dan Identifikasi Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) Asal Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum) merupakan pangan alternatif yang
mengandung karbohidrat tinggi. Konsumsi kentang di Indonesia menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Dalam menyikapi hal
tersebut pemerintah membuat keputusan impor kentang untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi kentang di Indonesia. Alasan impor tersebut diambil karena
produksi kentang untuk benih dan konsumsi di dalam negeri masih belum mampu
memenuhi kebutuhan nasional (Andriyanto et al., 2013).
Berdasarkan data BPS dan Dirjen Hortikultura (2014), produksi kentang
nasional tahun 2012 sebesar 1.094.240 ton dengan produktivitas 16,58 ton/Ha,
sedangkan tahun 2013 produksi kentang nasional sebesar 1.124.282 ton dengan
produktivitas16,02 ton/Ha. Penurunan produksi kentang secara nasional juga
terjadi di Australia, tahun 2012 sebesar 1.288.000 ton dengan produktivitas 36,54
ton/Ha menjadi 1.198.000 ton/Ha dengan produktivitas 36,03 ton/Ha (AGDA,
2014). Hal ini menunjukkan produktivitas kentang di Indonesia masih sangat
rendah. Rendahnya produktivitas kentang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya gangguan hama dan penyakit, iklim, teknik budidaya, kualitas benih
dan kesuburan tanah. Diantara faktor-faktor tersebut gangguan hama dan penyakit
merupakan penyebab utama penurunan produksi kentang di Indonesia. Salah satu
dari penyakit yang dapat menurunkan produksi kentang adalah nematoda sista
kentang (NSK).
Ada dua spesies NSK yang menyerang tanaman kentang yaitu, Globodera
Universitas Sumatera Utara
rostochiensis (nematoda sista kuning atau golden potato cyst nematode)dan G.
pallida (nematoda sista putih atau pale potato cyst nematode) (EPPO, 2013).
Kedua spesies NSK ini berasal dari wilayah di sekitar Danau Titicaca Pegunungan
Andes Amerika Selatan, dekat perbatasan Peru dan Bolivia (Sullivan et al.,
2007).Hingga saat ini CABI (2014) mencatat patogen ini telah tersebar di Eropa,
Amerika, Asia, Afrika, dan Kepulauan Oceania (Kepulauan Norfolk, New Zeland,
dan Australia).
Nematoda sista kentang pertama kali ditemukan di Indonesia pada Maret
2003 di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Malang Jatim (Mulyadi
et al., 2003). Dari laporan yang ada seperti Chili, Italia dan Polandia serangan
NSK telah menurunkan produksi kentang hingga lebih dari 70% (EPPO, 2013),
sedangkan di Indonesia kerusakan yang dapat ditimbulkan hingga mencapai 50%
pada varietas kentang Granola. Oleh sebab itu penyebaran
patogen ini di
Indonesia perlu diwaspadai (Indarti et al., 2004).
Saat ini NSK dilaporkan terdapat di pertanaman kentang di Jawa Tengah,
Jawa Barat, dan Jawa Timur. Jawa Tengah sebagai wilayah dengan luasan panen
terbesar yaitu 17.630 Ha, ternyata tidak diikuti dengan produktivitasnya yang
hanya sebesar 15,51 ton/Ha. Angka ini berada di bawah produktivitas rata-rata
secara nasional. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas ini
adalah serangan NSK.
Sampai saat ini informasi tentang sebaran dan spesies NSK di Jawa
Tengah masih terbatas. Padahal informasi ini penting untuk menentukan tindakan
pengendalian yang tepat. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan
penelitian tentang sebaran dan identifikasi spesies NSK di Kabupaten Wonosobo
Universitas Sumatera Utara
dan Banjarnegara – Jawa Tengah secara morfologi dan molekuler.
Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran geografi nematoda sista
kentang di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah
2. Mengetahui spesies NSK asal Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah
melalui pendekatan morfologi dan molekuler
Kegunaan Penelitian
Memberikan informasi tentang sebaran, kerapatan populasi dan spesies
NSK yang terinfestasi di Wonosobo dan Banjarnegara Jawa Tengah, yang dapat
menjadi dasar pengambilan keputusan untuk pengendalian patogen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum) merupakan pangan alternatif yang
mengandung karbohidrat tinggi. Konsumsi kentang di Indonesia menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Dalam menyikapi hal
tersebut pemerintah membuat keputusan impor kentang untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi kentang di Indonesia. Alasan impor tersebut diambil karena
produksi kentang untuk benih dan konsumsi di dalam negeri masih belum mampu
memenuhi kebutuhan nasional (Andriyanto et al., 2013).
Berdasarkan data BPS dan Dirjen Hortikultura (2014), produksi kentang
nasional tahun 2012 sebesar 1.094.240 ton dengan produktivitas 16,58 ton/Ha,
sedangkan tahun 2013 produksi kentang nasional sebesar 1.124.282 ton dengan
produktivitas16,02 ton/Ha. Penurunan produksi kentang secara nasional juga
terjadi di Australia, tahun 2012 sebesar 1.288.000 ton dengan produktivitas 36,54
ton/Ha menjadi 1.198.000 ton/Ha dengan produktivitas 36,03 ton/Ha (AGDA,
2014). Hal ini menunjukkan produktivitas kentang di Indonesia masih sangat
rendah. Rendahnya produktivitas kentang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya gangguan hama dan penyakit, iklim, teknik budidaya, kualitas benih
dan kesuburan tanah. Diantara faktor-faktor tersebut gangguan hama dan penyakit
merupakan penyebab utama penurunan produksi kentang di Indonesia. Salah satu
dari penyakit yang dapat menurunkan produksi kentang adalah nematoda sista
kentang (NSK).
Ada dua spesies NSK yang menyerang tanaman kentang yaitu, Globodera
Universitas Sumatera Utara
rostochiensis (nematoda sista kuning atau golden potato cyst nematode)dan G.
pallida (nematoda sista putih atau pale potato cyst nematode) (EPPO, 2013).
Kedua spesies NSK ini berasal dari wilayah di sekitar Danau Titicaca Pegunungan
Andes Amerika Selatan, dekat perbatasan Peru dan Bolivia (Sullivan et al.,
2007).Hingga saat ini CABI (2014) mencatat patogen ini telah tersebar di Eropa,
Amerika, Asia, Afrika, dan Kepulauan Oceania (Kepulauan Norfolk, New Zeland,
dan Australia).
Nematoda sista kentang pertama kali ditemukan di Indonesia pada Maret
2003 di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Malang Jatim (Mulyadi
et al., 2003). Dari laporan yang ada seperti Chili, Italia dan Polandia serangan
NSK telah menurunkan produksi kentang hingga lebih dari 70% (EPPO, 2013),
sedangkan di Indonesia kerusakan yang dapat ditimbulkan hingga mencapai 50%
pada varietas kentang Granola. Oleh sebab itu penyebaran
patogen ini di
Indonesia perlu diwaspadai (Indarti et al., 2004).
Saat ini NSK dilaporkan terdapat di pertanaman kentang di Jawa Tengah,
Jawa Barat, dan Jawa Timur. Jawa Tengah sebagai wilayah dengan luasan panen
terbesar yaitu 17.630 Ha, ternyata tidak diikuti dengan produktivitasnya yang
hanya sebesar 15,51 ton/Ha. Angka ini berada di bawah produktivitas rata-rata
secara nasional. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas ini
adalah serangan NSK.
Sampai saat ini informasi tentang sebaran dan spesies NSK di Jawa
Tengah masih terbatas. Padahal informasi ini penting untuk menentukan tindakan
pengendalian yang tepat. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan
penelitian tentang sebaran dan identifikasi spesies NSK di Kabupaten Wonosobo
Universitas Sumatera Utara
dan Banjarnegara – Jawa Tengah secara morfologi dan molekuler.
Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran geografi nematoda sista
kentang di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah
2. Mengetahui spesies NSK asal Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah
melalui pendekatan morfologi dan molekuler
Kegunaan Penelitian
Memberikan informasi tentang sebaran, kerapatan populasi dan spesies
NSK yang terinfestasi di Wonosobo dan Banjarnegara Jawa Tengah, yang dapat
menjadi dasar pengambilan keputusan untuk pengendalian patogen tersebut.
Universitas Sumatera Utara