Prevalensi Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah

PREVALENSI SPESIES
NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.)
DI DATARAN TINGGI DIENG, JAWA TENGAH

USHWANUURI RACHMADHANI LESTARI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK

USHWANUURI RACHMADHANI LESTARI. Prevalensi Spesies Nematoda
Sista Kentang (Globodera spp.) di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah.
Dibimbing oleh Supramana.
Kentang adalah tanaman pangan penting yang memiliki kandungan kalori
tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif selain beras.
Nematoda sista kentang/NSK (Globodera rostochiensis dan G. pallida) adalah
nematoda parasit utama pada tanaman kentang. Pada saat dorman/istirahat dengan

membentuk sista, NSK dapat bertahan di dalam tanah hingga lebih dari 20 tahun.
Dieng sebagai salah satu sentra kentang di Indonesia membutuhkan perhatian
lebih mengenai permasalahan NSK. Oleh karena itu perlu dilakukan survei untuk
mengetahui prevalensi spesies NSK sehingga dapat membantu pelaku usaha tani
merancang pengendalian yang efektif dan efisien. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari hingga April 2012. Sampel tanah diambil dari Dataran Tinggi Dieng
Banjarnegara pada empat kisaran ketinggian yang berbeda yakni 1250-1500 m di
atas permukaan laut (dpl), 1500-1750 m dpl, 1750-2000 m dpl, dan lebih dari
2000 m dpl. Proses ekstraksi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium
Nematologi IPB menggunakan karakter morfologi berdasarkan pola perineal sista
dan bentuk knob stilet dari juvenil 2/J2. Parameter yang diamati adalah jumlah
sista /100 ml tanah, prevalensi NSK, dominasi spesies NSK, dan temperatur
tanah. Sista ditemukan pada ketinggian 1500-1750 m dpl, 1750-2000 m dpl, dan
lebih dari 2000 m dpl. G. pallida merupakan spesies yang dominan pada semua
ketinggian dengan angka prevalensi lebih dari 70%.

Kata kunci : Nematoda sista kentang, Globodera rostochiensis, Globodera pallida

PREVALENSI SPESIES
NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera spp.)

DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH

USHWANUURI RACHMADHANI LESTARI
A34080063

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi

: Prevalensi Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera
spp.) di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah


Nama Mahasiswa

: Ushwanuuri Rachmadhani Lestari

NIM

: A34080063

Disetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Supramana, M.Si
NIP 19620618 198911 1 001

Diketahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si
NIP. 19650621 198910 2 001


Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah putri kedua pasangan Suyatno dan Siwi Catur Dwi Lestari
yang lahir pada 22 April 1990, di Banjarnegara. Penulis merupakan putri kedua
dari 3 bersaudara, mempunyai kakak Gigih Firman Sayuto Adi dan adik Sekar
Arum Lestari.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Banjarnegara (2005-2008) dan diterima sebagai mahasiswi Departemen Proteksi
Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Penulis mengambil minor Ekonomi
Pertanian.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan
organisasi, diantaranya adalah sebagai Sekretaris Departemen Komunikasi dan
Informasi BEM Faperta (2010), Anggota Departemen Manajemen Sumberdaya
Manusia UKM Gentra Kaheman (2010), serta Anggota OMDA IKAMAHAMAS
(2008-2010).
Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah Lolos didanai

Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (2011), Lolos
didanai Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (2011), Juara 2 Lomba
Tari Kreasi IAC IPB (2012), Kandidat Pekan Seni Mahasiswa Daerah (2012),
serta Finalis Business Plan AMIKOM (2012).
Penulis

berkesempatan

menjadi

Asisten

praktikum

mata

kuliah

Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat Depatemen Proteksi Tanaman
(2011) dan Dasar-dasar Proteksi Tanaman (2012). Selain itu, penulis

berkesempatan menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan magang di
Balai Karantina Tanaman Kelas I Tanjungmas Semarang (2010), mengajar
ekstrakurikuler tari saman di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung (2011),
serta magang sebagai presenter di GreenTV IPB (2012). Pada tahun 2009 penulis
pernah mendapatkan beasiswa pendidikan dari Kosgoro, dan pada 2010-2012
penulis mendapatkan beasiswa PPA dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti).

PRAKATA

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada Sang Pemberi Nikmat, Allah
SWT karena atas karunia-Nya yang begitu besar dapat mendorong penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada Dr. Ir.
Supramana, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, kesabaran,
pengkayaan wawasan, saran, kritik, dan dukungan moril yang besar peranannya
dalam penyelesaian tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan sarjana, Dr. Ir. Sugeng
Santoso, M.Agr selaku dosen penguji tamu atas masukannya, serta Bpk Gatut
Heru Bromo atas bantuan, kesabaran, dan bimbingannya dalam menyelesaikan

penelitian ini.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan sayang kepada kedua orang tua
(Bapak Suyatno dan Ibu Siwi Catur Dwi Lestari), kakak Gigih Firman Sayuta
Adi, serta adik Sekar Arum Lestari atas perhatian dan kasih sayang yang tidak
ternilai harganya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Bpk Dul Syukur,
Bpk Giri (ketua kelompok tani Grogol), Bpk Edi (petani di Wanaraja), Bpk
Rustriwihani (ketua kelompok tani Wanaraja), dan Mas Miftahul Huda (HPT42)
atas bantuan dan kemurahan hatinya selama penulis melaksanakan penelitian di
Dataran Tinggi Dieng.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bayu Wicaksana, Ayu
Ariesta Pradana, Ni Kadek Sri Wahyuni, Putri Setya Utami, Riska Dwi Octaviani,
dan Martiana Kartika Dewi atas dukungan, semangat, dan manis pahit suka duka
dari makna teman yang kalian berikan. Terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan Proteksi Tanaman angkatan 45 atas memori yang tidak ternilai
harganya, rekan-rekan Laboratorium Nematologi Tumbuhan IPB (kak Yadi, kak
Mey, Gilang, Mae, Adnan, Fitrah, Ravi, kak Taher, kak Mia, kak Halimah, kak
Amin, dll.), dan seluruh staf Departemen Proteksi Tanaman (Bu Sulis, Pak Karto,
dll).
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat dituliskan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk
kepentingan umat manusia dan ilmu pengetahuan. Amin.

Bogor, Juli 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................


viii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

ix

PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................................
Manfaat Penelitian .......................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Kentang (Solanum tuberosum).....................................................................
Nematoda .....................................................................................................
Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) .................................................


4
4
5
5

BAHAN DAN METODE ................................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................
Pengambilan Sampel Tanah .........................................................................
Ekstraksi Sista NSK .....................................................................................
Penghitungan Jumlah Sista dalam Tanah .....................................................
Identifikasi Spesies NSK Berdasar Karakter Morfologi ..............................
Penghitungan Prevalensi ..............................................................................

9
9
9
9
10
10

10

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Gejala Penyakit ............................................................................................
Gejala pada tajuk (bagian di atas permukaan tanah) ................................
Gejala pada perakaran ..............................................................................
Prevalensi NSK Berdasarkan Ketinggian Tempat .......................................
Prevalensi Spesies NSK Berdasarkan Ketinggian Tempat ..........................

11
11
11
12
13
15

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................
Saran .............................................................................................................

11
11
11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

19

LAMPIRAN .....................................................................................................

22

DAFTAR TABEL
Halaman

1

Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dengan G. pallida ...............

7

2

Prevalensi NSK pada beberapa ketinggian yang berbeda di Dataran
Tinggi Dieng tahun 2012 ........................................................................

15

Rataan jumlah sista NSK dan temperatur tanah pada lahan kentang
dengan ketinggian yang berbeda di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 .

17

3

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Umbi kentang (Solanum tuberosum). .....................................................

5

2

Siklus hidup Globodera spp. terdiri dari stadia telur, empat stadia
juvenil, dan stadia imago/dewasa (Evans and Stone 1977). ...................

6

Sidik pantat Globodera rostochiensis terdiri dari vulval basin (VB),
cuticular ridge (CR), dan anus (A) (Marks & Brodie 1998)...................

8

Sidik pantat Globodera pallida terdiri dari vulval basin (VB),
cuticular ridge (CR), dan anus (A) (Marks & Brodie 1998)...................

8

Knob stilet Globodera rostochiensis berbentuk membulat terdapat
pada pangkal stilet (Marks & Brodie 1998). ..........................................

8

Knob stilet Globodera pallida berbentuk datar hingga cekung terdapat
pada pangkal stilet (Marks & Brodie 1998). ..........................................

8

Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi
NSK, (b) sehat. .......................................................................................

11

Sista nematoda sista kentang berbentuk bulat dan memiliki tonjolan
pada anterior. ..........................................................................................

12

Sista Globodera spp., (a) sista G. rostochiensis berwarna kuning, (b)
sista G. pallida berwarna putih. ..............................................................

13

Rataan jumlah sista NSK dan temperatur tanah pada lahan kentang
dengan ketinggian yang berbeda di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012.

14

Prevalensi spesies NSK pada lahan kentang dengan ketinggian yang
berbeda di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012.........................................

16

3

4

5

6

7

8

9

10

11

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Globodera spp., (a) (b) Sista, (c) Telur dan juvenil perbesaran 50x, (d)
Telur dan juvenil perbesaran 100x, (e) Telur dan juvenil perbesaran
400x, (f) Telur, (g) Juvenil yang akan keluar dari telur, (h) Stilet. ........

23

Sidik pantat Globodera spp. terdiri dari fenestra, ridge, dan anus, (a)
G. rostochiensis, (b) G. pallida. .............................................................

24

Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian 1250-1500 m dpl tahun 2012 .................

24

Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian 1500-1750 m dpl tahun 2012 .................

24

Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian 1750-2000 m dpl tahun 2012 .................

25

Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl tahun 2012 ..........

25

Gejala yang muncul pada lahan pertanaman kentang di Dataran Tinggi
Dieng tahun 2012 ....................................................................................

26

Data hasil identifikasi karakter morfologi berdasar sidik pantat sista
NSK di Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara 2012 .................................

28

Data hasil identifikasi karakter morfologi berdasar knob stilet juvenil
2 NSK di Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara 2012 ..............................

30

Data hasil identifikasi karakter morfologi berdasar sidik pantat sista
dan knob stilet J2 NSK di Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara 2012 ...

32

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Umbi kentang merupakan penghasil kalori dengan kandungan protein,
lemak, dan karbohidrat yang tinggi (Soewito 1991). Menurut Samadi (2008),
setiap 100 g umbi kentang mengandung 347 kalori, dengan kandungan
karbohidrat 85.6 g, protein 0.3 g, lemak 0.1 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat
besi 0.5 mg, dan vitamin B 0.04 mg. Berdasarkan produksi kalori, nilai pangan
kentang lebih tinggi dibandingkan dengan serealia atau bahan pangan lain (Suri &
Jayasinghe 2002). Dengan kandungan gizi yang tinggi kentang cocok dijadikan
sebagai bahan sumber pangan selain beras.
Berdasarkan data BPS (2012), terjadi penurunan produktivitas kentang
nasional yang cukup signifikan. Produktivitas kentang menurun dari 15.95 ton/ha
pada tahun 2010 menjadi 15.76 ton/ha pada tahun 2011. Turunnya produktivitas
kentang berbanding lurus dengan penurunan produksi kentang nasional, produksi
kentang menurun dari 1 060 805 ton pada tahun 2010 menjadi 863 680 ton pada
tahun 2011.
Penurunan produksi kentang dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
diantaranya adalah keberadaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT
merupakan faktor penghambat pertumbuhan tanaman yang menyebabkan
penurunan jumlah atau mutu produksi, atau kombinasi keduanya. Hal ini
menyebabkan turunnya nilai ekonomi dari tanaman kentang yang dibudidayakan.
Salah satu OPT yang dapat menyebabkan penurunan jumlah dan mutu produksi
tanaman kentang adalah nematoda sista kentang (NSK).
NSK terdiri dari dua spesies yaitu Globodera rostochiensis dan G.pallida.
Seperti siklus hidup nematoda pada umumnya, NSK memiliki stadia telur, 4
stadia juvenil, dan stadia dewasa. Menurut Fenwick (1949), siklus hidup NSK
dimulai ketika juvenil 2 (J2) menetas dari telur. Penetasan telur akan terjadi saat
sista terstimulasi oleh eksudat akar inang. Eksudat akar inang yang menjadi
stimulan bagi NSK adalah eksudat akar tanaman dari famili Solanaceae seperti

2
kentang dan tomat. Juvenil 2, juvenil 3, Juvenil 4, dan betina dewasa merupakan
stadia nematoda yang berperan sebagai patogen bagi inang karena pada stadia ini
juvenil memarasit dan menetap pada jaringan inang.
Kehilangan hasil yang ditimbulkan oleh NSK dapat mencapai angka 80%.
Estimasi kehilangan hasil menurut Brodie (1998) adalah 2 ton/ha untuk setiap 20
telur/g tanah. Kehilangan hasil akan semakin parah apabila penanaman kentang
dilakukan

secara

terus-menerus.

Penanaman

secara

terus-menerus

akan

mengakibatkan tingkat serangan NSK semakin tinggi karena suplai makanan yang
dibutuhkan oleh NSK tersedia secara kontinyu.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi spesies NSK
adalah berdasar karakter morfologinya. Identifikasi menggunakan karakter
morfologi didasarkan pada pola perineal sista dan bentuk knob stilet juvenil (J2).
Pola perineal sista terdapat pada bagian posterior. Bagian posterior sista terdiri
dari anus, fenestra (daerah membran berdinding tipis), dan ridge (tonjolan
kutikula antara anus dan fenestra). Umumnya, G. rostochiensis memiliki rasio
Granek (diameter fenestra dibagi jarak anus-fenestra) lebih dari 3 dengan ridge
lebih dari 14 dan bentuk knob stilet membentuk bulat pada bagian anterior,
sedangkan G. pallida memiliki rasio Granek kurang dari 3 dengan ridge kurang
dari 14 dan bentuk knob stilet datar hingga cekung pada bagian anterior (Fleming
& Powers 1998).
Intensitas penyakit yang timbul pada lahan pertanaman kentang akan
semakin tinggi apabila populasi sista G. pallida ditemukan lebih banyak
dibandingkan sista G. rostochiensis. Pengendalian yang dilakukan pun akan lebih
sulit karena G. pallida relatif lebih sulit dikendalikan dibandingkan G.
rostochiensis karena tidak ada varietas tahan terhadap G. pallida. Pada masa
dormansi dengan membentuk sista, NSK dapat bertahan di dalam tanah 20-30
tahun (Turner & Evans 1998).
Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu sentra produksi kentang di
Indonesia. Kondisi tanah yang subur serta iklim yang sesuai mendukung sebagian
besar masyarakat Dataran Tinggi Dieng bermata pencaharian sebagai petani
sayuran, terutama kentang. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara
dengan petani, pola tanam yang dilakukan adalah pertanian monokultur karena
pertimbangan ekonomi yang menjanjikan petani dengan pendapatan antara dua

3
hingga delapan juta rupiah per bulan. Beberapa tahun terakhir ini petani merasa
resah karena adanya nematoda sista kentang (NSK) yang mengakibatkan
penurunan produksi.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi keberadaan
dan menghitung prevalensi spesies nematoda sista kentang (NSK) di Dataran
Tinggi Dieng Jawa Tengah. Dengan demikian pelaku usaha tani dapat merancang
pengendalian yang efektif serta efisien.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi keberadaan dan
menghitung prevalensi spesies nematoda sista kentang (NSK) di Dataran Tinggi
Dieng Jawa Tengah.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dasar mengenai
keberadaan dan prevalensi spesies nematoda sista kentang (NSK) sehingga dapat
dirancang pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kentang (Solanum tuberosum)
Kentang (Solanum tuberosum) awalnya didomestifikasi di Pegunungan
Andes Amerika Selatan sekitar 8000 tahun yang lalu. Beberapa jenis tanaman di
Andes yang memiliki umbi sesuai dipilih untuk didomestifikasi oleh suku Indian
Andes, termasuk salah satunya adalah kentang. Kentang mulai tersebar ke
Spanyol tahun 1531 pada saat Spanyol melakukan invasi ke Peru. Dari Spanyol,
kentang mulai menyebar ke Benua Eropa dan beberapa bagian Asia (Hawkes
1978).
Kentang muncul di Eropa selama kuarter terakhir abad ke-16 dan dilaporkan
telah tumbuh di Benua Eropa di bagian Seville sekitar tahun 1570 (Salaman
1937). Introduksi kentang ke Inggris juga telah dicatat oleh Gerard sekitar tahun
1597. Dari Inggris, kentang menyebar ke pulau-pulau kecil di Inggris, beberapa
bagian di Eropa Utara, dan negara-negara koloni Inggris, termasuk USA.
Kentang pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1794 dan mulai
dibudidayakan di Bandung, Jawa Barat. Penyebaran kentang ke daerah lain di
Indonesia terjadi pada tahun 1804, penyebaran ini mencapai daerah pegunungan
di Bukit Tinggi Sumatera Barat, Tanah Karo Sumatera Utara, hingga ke Irian Jaya
di daerah Arfak (Wattimena 2000).
Kentang dapat tumbuh pada tanah dengan drainase baik, bertekstur sedang
hingga kasar, dan memiliki pH 5.5-6.5. Curah hujan rata-rata yang sesuai untuk
pertumbuhan kentang adalah 1500 mm/tahun dengan lama penyinaran matahari
9-10 jam/hari. Umbi akan sulit terbentuk apabila suhu tanah kurang dari 10 0C dan
lebih dari 30 0C. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) kelembaban udara
yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80%-90%. Kelembaban yang terlalu
tinggi akan menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit, terutama yang
disebabkan oleh cendawan.

5

Gambar 1 Umbi kentang (Solanum tuberosum).
Umbi kentang (Gambar 1) merupakan penghasil kalori tinggi dengan
kandungan protein, lemak, dan karbohidrat tinggi (Soewito 1991). Menurut
Samadi 2007, setiap 100 gram kentang mengandung kalori 347 kal., dengan
kandungan protein 0.3 g, lemak 0.1 g, karbohidrat 85.6 g, kalsium 20 mg, fosfor
30 mg, zat besi 0.5 mg, dan vitamin B 0.04 mg. Berdasarkan produksi kalori
tersebut, nilai pangan kentang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan serealia
atau bahan pangan lain (Suri & Jayasinghe 2002).

Nematoda
Kata nematoda berasal dari Yunani (Greek), nematos yang berarti benang
(thread), dan eidos yang berarti menyerupai (likeness). Secara harfiah, nematoda
adalah binatang yang bentuk tubuhnya menyerupai benang. Jumlah nematoda
sangat melimpah di biosfir bumi, terdiri dari ±500 000 spesies dengan 15 000
diantaranya telah berhasil dideskripsi. Dalam 1 m2 tanah subur, diperkirakan
terdapat ±12 g nematoda (setara 10-30 juta ekor). Nematoda hidup pada berbagai
habitat seperti air (tawar/laut), tanah, dan parasit (hewan, manusia, tumbuhan)
(Barker 1998).

Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.)
Nematoda Sista Kentang/NSK (Globodera spp.) diduga berasal dari
Pegunungan Andes, Amerika Selatan, dimana tanaman kentang untuk pertama

6
kalinya didomestikasi ribuan tahun yang lalu. Sama halnya seperti tanaman
inangnya, NSK menyebar hampir ke seluruh belahan dunia. Penyebaran ini tidak
hanya melalui umbi kentang yang telah terinfestasi NSK melainkan juga dengan
pemindahan tanah yang mengandung sista (Turner & Evans 1998).
NSK termasuk ke dalam Superkingdom Eukaryota, Kingdom Animalia,
Phylum Nemata, Kelas Secernentea, Subkelas Diplogasteria, Ordo Tylenchida,
Subordo Tylenchina, Superfamili Tylenchoidea, Famili Heteroderidae, Subfamili
Heteroderinae, dan Genus Globodera. Globodera mempunyai 14 spesies, dari 14
spesies ini terdapat 2 spesies yang menjadi parasit utama pada tanaman kentang
yaitu spesies G. rostochiensis (Wollenweber) Behrens dan G. pallida (Stone)
Behrens (Maggenti 1991).
Globodera rostochiensis dan G. pallida adalah 2 spesies NSK yang menjadi
parasit utama pada pertanaman kentang. Intensitas penyakit yang timbul pada
lahan pertanaman kentang akan semakin tinggi apabila populasi sista G. pallida
ditemukan lebih banyak dibandingkan sista G. rostochiensis. Pengendalian yang
dilakukan pun akan lebih sulit karena G. pallida relatif lebih sulit dikendalikan
dibandingkan G. rostochiensis karena tidak ada varietas tahan terhadap G. pallida.
Pada masa dormansi dengan membentuk sista, NSK dapat bertahan di dalam
tanah 20-30 tahun (Turner & Evans 1998).

Gambar 2 Siklus hidup Globodera spp. terdiri dari stadia telur, empat stadia
juvenil, dan stadia imago/dewasa (Evans and Stone 1977).

7
Seperti nematoda lain pada umumnya, NSK memiliki stadia telur, 4 stadia
juvenil, dan stadia dewasa (Gambar 2). Siklus hidup NSK dimulai ketika Juvenil 2
(J2) menetas dari telur. Penetasan telur akan terjadi pada saat sista terstimulasi
oleh eksudat akar inang. Eksudat akar inang yang dapat menjadi stimulan bagi
NSK adalah tanaman yang berasal dari famili Solanaceae seperti kentang dan
tomat. Juvenil 2, Juvenil 3, dan betina dewasa merupakan stadia nematoda yang
berperan sebagai patogen bagi inang karena pada stadia ini juvenil memarasit dan
mulai menetap pada jaringan inang.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi spesies NSK
adalah berdasar karakter morfologinya. Identifikasi menggunakan karakter
morfologi didasarkan pada pola perineal betina dan bentuk knob stilet Juvenil 2
(J2) dari masing-masing spesies. Umumnya, G. rostochiensis memiliki rasio
granek lebih dari 3 dengan ridge (jumlah tonjolan kutikula antara anus dan
fenestra) lebih dari 14 dan bentuk knob stilet membentuk bulat pada bagian
anterior, sedangkan G. pallida memiliki rasio granek kurang dari 3 dengan ridge
kurang dari 14 dan bentuk knob stilet datar hingga cekung pada bagian
anteriornya (Tabel 1) (Fleming & Powers 1998).
Tabel 1 Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dengan G. pallida
Morfologi

G. rostochiensis
Bentuk knob stilet J2
Bagian anterior
berbentuk bulat
Panjang stilet J2
21-33
(umumnya 22)
Jumlah tonjolan kutikula 12-31
antara anus dan fenestra
(umumnya > 14)
Diameter fenestra
8-20
(umumnya < 19)
Jarak anus – fenestra
37-77
(umumnya > 55)
Rasio granek
1.3-9.5
(umumnya > 3)
Sumber: Fleming & Powers (1998)

Spesies
G. pallida
Bagian anterior berbentuk
datar hingga cekung
21-26
(umumnya > 23)
8-20
(umumnya < 14)
18-21
(umumnya > 19)
22-67
(umumnya > 50)
1.2-3.5
(umumnya < 3)

8

Gambar 3 Sidik pantat Globodera
rostochiensis terdiri dari
vulval
basin
(VB),
cuticular ridge (CR), dan
anus (A) (Marks & Brodie
1998).

Gambar 4 Sidik pantat Globodera
pallida terdiri dari vulval
basin (VB), cuticular
ridge (CR), dan anus (A)
(Marks & Brodie 1998).

Gambar 5 Knob stilet Globodera
rostochiensis berbentuk
membulat terdapat pada
pangkal stilet (Marks &
Brodie 1998).

Gambar 6 Knob stilet Globodera
pallida berbentuk datar
hingga cekung terdapat
pada
pangkal
stilet
(Marks & Brodie 1998).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian Prevalensi Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.)
dilaksanakan di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Ekstraksi dan identifikasi NSK dilakukan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan
IPB. Penelitian dilaksanakan dari Januari hingga April 2012.
Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel dilaksanakan di Dataran Tinggi Dieng pada 4
ketinggian yang berbeda yakni 1250-1500 m dpl (Desa Wanaraja), 1500-1750 m
dpl (Desa Grogol), 1750-2000 m dpl (Desa Batur), dan lebih dari 2000 m dpl
(Desa Bakal). Pada setiap kisaran ketinggian diambil 5 petak lahan pertanaman
kentang contoh dengan umur tanaman 70-90 HST. Masing-masing petak lahan
diambil 500 g sampel tanah secara sistematik dengan pola membentuk diagonal
silang, sampel tanah dicampur merata dan diambil sub-sampel sebanyak 100 ml
untuk diproses lebih lanjut di laboratorium.
Ekstraksi Sista NSK
Langkah awal ekstraksi sista NSK berdasarkan Nurjanah (2009) adalah
mencampurkan 100 ml tanah sampel dan air hingga tersuspensi dengan baik.
Suspensi disaring melalui saringan bertingkat berukuran 20 MESH dan 50 MESH.
Hasil saringan 50 MESH dikering-anginkan dan disuspensikan kembali dengan
ethanol sehingga sista terangkat ke permukaan ethanol. Sista yang terangkat ke
permukaan ethanol segera disaring menggunakan kertas tisu dan dikeringanginkan. Sista NSK yang menempel di kertas saring diamati di bawah mikroskop
untuk dihitung dan diidentifikasi.

10
Penghitungan Jumlah Sista dalam Tanah
Setelah dilakukan ekstraksi, maka masing-masing sampel dihitung jumlah
sista NSKnya menggunakan mikroskop stereo perbesaran 40 kali dan dibantu alat
hitung (counter). Data dicatat sebagai kerapatan sista nematoda per 100 ml tanah.
Identifikasi Spesies NSK Berdasar Karakter Morfologi
Identifikasi spesies NSK menggunakan karakter morfologi dilakukan
dengan metode sidik pantat (perineal pattern) sista dan bentuk knob stilet juvenil
2 (J2). Langkah awal dalam pembuatan sidik pantat adalah mengamati sista NSK
di bawah mikroskop. Sista NSK dari masing-masing lokasi/lahan contoh
dicampur, dan diambil 10 sista secara acak untuk dilakukan pengamatan sidik
pantat. Selanjutnya 1/3 bagian posterior dari sista NSK dipotong di bawah
mikroskop, telur nematoda di dalam 1/3 bagian posterior tadi dibersihkan dengan
menggunakan glyserin.
Potongan sista yang sudah dibersihkan kemudian dibuat preparat awetan
dan diamati di bawah mikroskop. Preparat difoto menggunakan Olympus BX 51
photo slide microscope yang berada di Laboratorium Nematologi. Hasil foto
digunakan untuk penghitungan ridge dan rasio granek. Selain itu, dilakukan pula
pengamatan terhadap morfologi juvenil terutama bentuk knob stilet J2.
Penghitungan Prevalensi
Penghitungan prevalensi NSK diketahui dengan menghitung persentase dari
jumlah lokasi pertanaman kentang yang terinfeksi NSK dibagi dengan jumlah
lokasi pertanaman kentang teramati, dengan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala Penyakit
Gejala pada tajuk (bagian di atas permukaan tanah)
Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh NSK sangat khas. Tanaman akan
mengalami kerusakan akar yang menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan
hara sehingga sistem metabolisme terhambat. Terganggunya sistem metabolisme
akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (kerdil), daunnya
menguning cerah, serta layu pada siang hari yang terik (Gambar 7a) (Luc et al.
1995).

(a)

(b)

Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi
NSK, (b) sehat.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa belum semua tanaman yang
terinfeksi NSK menunjukkan gejala. Pada lahan contoh di ketinggian 1500-1750
m dpl tidak terlihat adanya gejala NSK (lampiran 7), walaupun sudah ditemukan 2
sista/100 ml tanah. Sedikitnya populasi NSK mengakibatkan intensitas penyakit
rendah, hal inilah yang menjadi penyebab tidak munculnya gejala penyakit pada
lahan pertanaman tersebut.
Hal serupa terjadi pula pada lahan contoh di ketinggian lebih dari 2000 m
dpl. Gejala penyakit tidak terlihat pada pertanaman meskipun sista yang

12
ditemukan sangat banyak yakni 153 sista/100 ml tanah. Penyakit timbul apabila
ada kombinasi dari faktor virulensi patogen (NSK), rendahnya ketahanan
tanaman, kondisi lingkungan yang kurang mendukung, serta dengan dibantu peran
serta manusia (teknik budidaya dan kebiasaan). Pada kasus ini, gejala yang tidak
muncul meskipun sista yang ditemukan sangat banyak dapat disebabkan karena
kombinasi dari faktor tersebut di atas. Kondisi saat pengambilan sampel dilakukan
adalah sering turun hujan dan penyinaran matahari di siang hari cukup intensif.
Berdasar penelitian Selamet (2012), semakin tinggi tingkat keparahan
penyakit maka tinggi tanaman akan semakin menurun, klorosis daun meningkat,
berat segar tanaman semakin menurun, dan hasil umbi tanaman semakin menurun.
Gejala pada perakaran
Salah satu indikator bahwa suatu pertanaman telah terinfestasi NSK adalah
dengan ditemukannya sista pada tanah/lahan pertanaman. Pada saat pengambilan
sampel, diketahui bahwa sista umum dijumpai pada tanah dengan kedalaman 5-30
cm di bawah permukaan tanah.
Sista NSK memiliki bentuk yang sangat khas. Sista berbentuk bulat,
berukuran rata-rata 0.4 mm, dan memiliki tonjolan pada anterior/kepala yang
masuk ke dalam jaringan tanaman. Sista terbentuk dari kutikula, berfungsi untuk
melindungi telur dari bahan kimia, kekeringan, dan gangguan organisme lain.

Gambar 8 Sista nematoda sista kentang berbentuk bulat dan memiliki tonjolan
pada anterior.
Perbedaaan antara sista Globodera rostochiensis dan G. pallida terdapat
pada fase warna yang dimiliki masing-masing spesies. Sista G. rostochiensis
(Golden cyst nematode) (Gambar 9a) akan mengalami perubahan warna dari

13
kuning menjadi coklat, sedangkan sista G. pallida (White cyst nematode) (Gambar
9b) akan mengalami perubahan warna dari putih menjadi coklat.

(a)

(b)

Gambar 9 Sista Globodera spp., (a) sista G. rostochiensis berwarna kuning, (b)
sista G. pallida berwarna putih.

Prevalensi NSK Berdasarkan Ketinggian Tempat
Prevalensi diartikan sebagai rasio kejadian penyakit (NSK) yang terjadi
pada suatu area pertanaman terhadap keseluruhan area pertanaman yang diamati.
Dalam kasus ini, prevalensi berarti rasio jumlah objek amatan (lahan) yang
terinfeksi NSK dibandingkan dengan keseluruhan jumlah lahan yang diamati.
Perkembangan sista selain didukung oleh keberadaan eksudat akar inang juga
dipengaruhi oleh temperatur. Lisnawita (2007) menyebutkan bahwa temperatur
tanah yang optimum bagi perkembangan sista nematoda berkisar antara 15-21 oC.
Jumlah sista yang dihasilkan akan menurun apabila temperatur tanah lebih dari 21
o

C atau kurang dari 15 oC. Pada kisaran temperatur inilah sista mudah dijumpai.

Hasil pengukuran temperatur tanah di Dataran Tinggi Dieng (Gambar 10)
menunjukkan bahwa temperatur tanah di Dataran Tinggi Dieng masih mendukung
bagi perkembangan sista NSK. Sista NSK hampir selalu ditemukan pada daerah
ini.
Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin tinggi suatu lokasi yang berarti
bahwa semakin rendah temperatur, maka jumlah sista yang ditemukan semakin
banyak. Pada ketinggian 1500-1750 m dpl ditemukan sista dengan jumlah yang
jauh lebih sedikit dibandingkan pada 1750-2000 m dpl dan lebih dari 2000 m dpl.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah tahun 2009 menunjukkan bahwa pada
periode tersebut Desa Grogol dengan kisaran ketinggian 1500-1750 m dpl

14
dinyatakan bebas dari infeksi NSK. Tahun 2012, penelitian ini menunjukkan hasil
yang berbeda dimana sista NSK telah ditemukan pada lahan pertanaman di
kisaran ketinggian tersebut. Populasi NSK yang ditemukan pada lahan
pertanaman ini masih rendah akibat introduksi NSK pada lahan ini kemungkinan
terjadi dalam kurun waktu belum lama. Hal sebaliknya terjadi pada kisaran
ketinggian 1750-2000 m dpl dan lebih dari 2000 m dpl. Pada kedua kisaran
ketinggian ini jumlah sista NSK yang ditemukan sangat banyak karena NSK
sudah relatif lama terdapat pada kisaran ketinggian ini.
180
19.3

153

18.9

- 19

140
- 18

115

120
100

16.8

- 17

80
16.1
60
40

- 16

- 15

20
0

2

- 14

0
1250 - 1500

1500 - 1750
1750 - 2000
Ketinggian (m dpl)

>2000

Gambar 10 Rataan jumlah sista NSK dan temperatur tanah pada lahan kentang
dengan ketinggian yang berbeda di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012.
Fluktuasi angka prevalensi NSK dapat disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah terbawanya nematoda dari lahan terinfeksi ke lahan sehat.
Pemencaran nematoda dapat terbawa melalui peralatan pertanian, aliran air, umbi
kentang, maupun melalui tanah itu sendiri (Evans & Stone 1977).

Temperatur tanah (oC)

Rataan jumlah sista /100 ml tanah

160

- 20

Rataan jumlah sista /100 ml tanah
Temperatur tanah (oC)
(oC)

15
Tabel 2 Prevalensi NSK pada beberapa ketinggian yang berbeda di Dataran
Tinggi Dieng tahun 2012
Ketinggian (m dpl)

Prevalensi NSK

1

1250-1500

0%

2

1500-1750

60 %

3

1750-2000

100%

4

>2000

100%

No

Hasil ekstraksi tanah sampel pada ketinggian 1250-1500 m dpl
menunjukkan bahwa sista tidak ditemukan pada kelima lahan sampel. Hal ini
mengartikan bahwa kelima lokasi sampel dinyatakan bebas NSK.
Pada tabel 2, angka prevalensi pada ketinggian 1500-1750 m dpl adalah
60%. Dari kelima lahan teramati ditemukan 3 lahan telah terinfestasi sista NSK
meskipun dalam jumlah yang sedikit. Meskipun hanya sedikit jumlah sista yang
ditemukan namun kehadiran NSK ini patut diwaspadai, berawal dari satu sista
maka dapat berkembang/bermultiplikasi menjadi sebelas sista pada musim tanam
berikutnya (Supramana, Komunikasi pribadi). Adanya eksudat akar inang dan
didukung dengan kondisi lingkungan yang sesuai akan menyebabkan penetasan
telur yang terjadi lebih dari 80%. Apabila eksudat akar inang tidak tersedia, maka
telur-telur tersebut masih memiliki kemungkinan menetas sebesar 30% (Fenwick
1949).

Prevalensi Spesies NSK Berdasarkan Ketinggian Tempat
Prevalensi spesies di dalam komunitas diklasifikasikan berdasarkan
ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah
temperaturnya. Proporsi juvenil yang menetas dari telur sangat bervariasi.
Ketidakadaan inang akan menyebabkan juvenil menetas secara spontan beberapa
kali dalam setahun ketika temperatur dan kelembaban tanah sesuai bagi penetasan
telur. Di Eropa, apabila kondisi lingkungan tidak sesuai, maka telur akan menetas
hanya 30-33% pertahun (Grainger 1597).
Prevalensi spesies dalam populasi sangat ditentukan oleh kemampuan
bertahan hidup dari masing-masing spesies. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lisnawita (2007) menyebutkan bahwa temperatur optimum untuk menghasilkan

16
sista baru dengan faktor reproduksi yang paling tinggi, daya tahan hidup tinggi,
keperidian, dan multiplikasi NSK adalah 15-21 oC. Dua spesies NSK mempunyai
kemampuan bertahan yang berbeda-beda. Mulder (1988) menyatakan bahwa G.
rostochiensis mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dan menetaskan telur
pada temperatur yang lebih hangat yakni mendekati 20 oC dan akan menurun
drastis pada temperatur di bawah 10 oC dan di atas 27 oC, sedangkan G. pallida
mempunyai kemampuan bertahan hidup dan menetaskan telur lebih banyak pada
temperatur yang lebih rendah yakni mendekati 18 oC dan akan menurun pada
temperatur di bawah 8 oC dan di atas 27 oC.
100%
100
90%
90

G. rostochiensis
G. pallida
25

30

30

70

70

80
80%

Prevalensi (%)

70
70%
60
60%
50
50%
40
40%
30
30%
20
20%
10
10%
0
0%

75

0
1250-1500

1500-1750
1750-2000
Ketinggian (m dpl)

>2000

Gambar 11 Prevalensi spesies NSK pada lahan kentang dengan ketinggian yang
berbeda di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012.
Gambar 11 menunjukkan bahwa G. pallida telah mendominasi di semua
ketinggian, baik pada 1500-1750 m dpl, 1750-2000 m dpl, maupun lebih dari
2000 m dpl. Pada ketinggian 1500-1750 m dpl G. pallida telah mendominasi
sebesar 75%. Pada ketinggian 1750-2000 m dpl dan lebih dari 2000 m dpl,
dominasi G. pallida telah mencapai angka 70% dari total populasi yang ada.

75

70

70

17
Tabel 3 Rataan jumlah sista NSK dan temperatur tanah pada lahan kentang
dengan ketinggian yang berbeda di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012
Ketinggian
(m dpl)
1250-1500
1500-1750
1750-2000
>2 000

Temperatur Tanah
(oC)
19.3
18.9
16.8
16.1

Rataan jumlah sista/100 ml
tanah
0
2
115
153

Lisnawita (2007) menyebutkan bahwa semakin rendah temperatur (kisaran
15-21 oC) pada lahan pertanaman maka akan semakin sesuai lahan pertanaman
tersebut bagi perkembangan NSK. Hasil pengukuran suhu tanah pada tabel 3
menunjukkan bahwa pada kisaran suhu tanah tersebut masih mendukung untuk
perkembangan kedua spesies NSK. Meningkatnya dominasi G. pallida terhadap
G. rostochiensis pada semua ketinggian ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya akibat tingginya pemencaran G. pallida baik melalui peralatan
pertanian maupun melalui umbi, faktor persaingan intra spesies, maupun
ketahanan spesies terhadap cekaman lingkungan. Evans (1993) menyebutkan
bahwa berdasar survei di UK kepadatan G. rostochiensis dapat berkurang 33% per
musim/tahun pada saat lahan diberakan, sedangkan G. pallida hanya menurun
sebesar 15% pada saat lahan diberakan.
Dominasi G. pallida harus diwaspadai karena G. pallida lebih sulit
dikendalikan daripada G. rostochiensis. Hingga saat ini sudah ada tanaman
kentang dengan varietas tahan terhadap G. rostochiensis namun belum ada
satupun varietas tahan terhadap G. pallida, selain itu G. pallida memiliki siklus
hidup lebih pendek daripada G. rostochiensis sehingga peningkatan kepadatan
populasi G. pallida lebih cepat daripada G. rostochiensis (Supramana,
Komunikasi pribadi).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Prevalensi NSK tertinggi terdapat pada daerah dengan ketinggian 17502000 m dpl dan lebih dari 2000 m dpl, keduanya memiliki tingkat prevalensi
sebesar 100%. Pada ketinggian 1500-1750 m dpl, ditemukan sista NSK dengan
tingkat prevalensi 60%, sedangkan 1250-1500 m dpl masih bebas dari NSK.
Globodera pallida merupakan spesies NSK yang dominan dengan
prevalensi 75% pada ketinggian 1500-1750 m dpl, 70 % pada ketinggian 17502000 m dpl, dan 70% pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl. Hasil ini
menunjukkan pergeseran dominasi spesies berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.

Saran
Perlu adanya pemantauan terhadap keberadaan dan populasi nematoda sista
kentang yang ada di Dataran Tinggi Dieng secara menyeluruh, periodik, dan
berkelanjutan sehingga dapat dirancang upaya pengendalian yang efektif, efisien,
dan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Kentang
pada
Tahun
2009-2011.
Jakarta
[ID].
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby
ek=55¬ab=15 [12 Juni 2012].
Barker KR. 1998. Introduction and Synopsis of Advancements in Nematology. Di
dalam: KR Barker, GA Pederson, GL Windham, editor. Plant and
Nematode Interactions. Ed ke-36. United States of Amerika [US]: The
American Society of Agronomy Press. hlm 1-2.
Brodie BB. 1998. Potato. Di dalam: Barker KR, Pederson GA, Windham GL,
editor. Plant Nematode Interactions. New York [US]: The American
Society of Agronomy Press. hlm 572.
Evans K. 1993. New approaches for potato cyst nematode management. J
Nematropica [internet]. 23: 221-231.
Evans K, Stone AR. 1977. A review of the distribution and biology of the potato
cyst nematodes Globodera rostochiensis and G. pallida. Di dalam: Marks
RJ, Brodie BB, editor. Potato Cyst Nematodes: Biology, Distribution, and
Control. Cambridge [UK]: University Press. hlm 91-99.
Fenwick DW. 1949. Investigations on the emergence of larvae from cyst of the
potato-root eelworm Heterodera rostochiensis. I. Technique and variability.
J Helminthology [internet]. 23: 157-170.
Fleming CC, Powers TO. 1998. Potato cyst nematode diagnostics: morphology,
differential hosts, & biochemical techniques. Di dalam: Marks RJ, Brodie
BB, editor. Potato Cyst Nematodes: Biology, Distribution, and Control.
Cambridge [UK]: University Press. hlm 375-382.
Grainger J. 1597. The golden eelworm. Studies on the ecology and control of the
potato root eelworm, Heterodera rostochiensis. Research Bulletin of West of
Scotland Agricultural College 10. hlm 72.
Hawkes JG. 1978. History of the Potato. Di dalam: Marks RJ & Brodie BB,
editor. Potato Cyst Nematodes: Biology, Distribution, and Control. New
Cambridge [UK]: University Press. hlm 7.
Lisnawita. 2007. Identifikasi, kajian biologi, dan ketahanan tanaman terhadap
nematoda sista kentang (Globodera spp.) Indonesia [disertasi]. Bogor [ID]:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

20
Luc M, Sikora RA, Bridge J. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian
Subtropik dan Tropik. Yogyakarta [ID]: Gadjah Mada University Press.
Maggenti AR. 1991. Nemata: Higher Classification. Di dalam: Nickle WR, editor.
Manual of Agricultural Nematology. New York [US]: Marcel Dekker, Inc.
hlm 180-185.
Marks RJ, Brodie BB. 1998. Potato Cyst Nematodes: Biology, Distribution, and
Control. Cambridge [UK]: University Press.
Mulder A, Van Riel HN. 1988. Potato cyst nematodes (Globodera species) in
western Europe. Di dalam: Marks RJ, Brodie BB, editor. Potato Cyst
Nematodes: Biology, Distribution, and Control. Cambridge [UK]:
University Press. hlm 274-275.
Nurjanah. 2009. Sebaran spesies nematoda sista kentang (Globodera pallida
(Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) berdasarkan
ketinggian tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah [tesis]. Bogor [ID]:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi
[Jilid 1]. Bandung [ID]: ITB Press.
Salaman RN. 1937. The potato on its early home and its introduction into Europe.
Di dalam: Marks RJ & Brodie BB, editor. Potato Cyst Nematodes: Biology,
Distribution, and Control. Cambridge [UK]: University Press. hlm 8.
Samadi B. 2008. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta [ID]: Kanisius.
Selamet. 2012. Hubungan antara kerapatan populasi Globodera spp. dengan
tingkat keparahan penyakit dan hasil umbi pada tanaman kentang [tesis].
Bogor [ID]: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Soewito M. 1991. Memanfaatkan Lahan-Lahan Bercocok Tanaman Kentang.
Jakarta [ID]: Titik Terang.
Suri F, Jayasinghe U. 2002. A survey of potato fields for root knot nematode in
Ngablak, Central Java. Di dalam: Funglie KO, editor. Progress in Potato
and Sweetpotato research in Indonesia. Proceedings of the CIP-Indonesia
Research Review Workshop. Bogor [ID]: International Potato Center. hlm
89-90.
Turner SJ, Evans K. 1998. The origins, global distribution and biology of potato
cyst nematodes (Globoder rostochiensis (Woll.) and Globodera pallida
Stone). Di dalam: Marks RJ, Brodie BB, editor. Potato Cyst Nematodes:
Biology, Distribution, and Control. Cambridge [UK]: University Press. hlm
7-26.

21
Wattimena GA. Research progress in potato propagation and breeding at Bogor
Agricultural University. 2000. Di dalam: Funglie KO, editor. Progress in
Potato and Sweetpotato research in Indonesia. Proceedings of the CIPIndonesia Research Review Workshop. Bogor [ID]: International Potato
Center. hlm 29.

LAMPIRAN

23
(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

Lampiran 1 Globodera spp., (a) (b) Sista, (c) Telur dan juvenil perbesaran 50x,
(d) Telur dan juvenil perbesaran 100x, (e) Telur dan juvenil
perbesaran 400x, (f) Telur, (g) Juvenil yang akan keluar dari telur,
(h) Stilet.

24
(a)

(b)

Lampiran 2 Sidik pantat Globodera spp. terdiri dari fenestra, ridge, dan anus, (a)
G. rostochiensis, (b) G. pallida.
Lampiran 3 Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian 1250-1500 m dpl tahun 2012
Lahan

Desa

1

Wanaraja

2

Wanaraja

3

Wanaraja

4

Wanaraja

5

Wanaraja

Kondisi
Lahan
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa

Ketinggian
(m dpl)
1370
1362
1370
1373
1361

Posisi Geografi
S: 07o 13.653’
E: 109o 45.662’
S: 07o 13.665’
E: 109o 45.712’
S: 07o 13.676’
E: 109o 45.706’
S: 07o 13.656’
E:109o 45.666’
S: 07o 13.618’
E: 109o 45.668

Lampiran 4 Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian 1500-1750 m dpl tahun 2012
Lahan

Desa

1

Grogol

2

Grogol

3

Grogol

4

Grogol

5

Grogol

Kondisi
Lahan
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa

Ketinggian
(m dpl)
1683
1493
1501
1507
1631

Posisi Geografi
S: 07o 12.477’
E: 109o 48.989’
S: 07o 21.219
E: 109o 78.899’
S: 07o 22.073’
E: 109o 78.775’
S: 07o 22.168’
E: 109o 78.722’
S: 07o 20.282’
E: 109o 81.496’

25
Lampiran 5 Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian 1750-2000 m dpl tahun 2012
Lahan

Desa

1

Batur

2

Batur

3

Batur

4

Batur

5

Batur

Kondisi
Lahan
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa

Ketinggian
(m dpl)

Posisi Geografi

1723

-

1717
1730
1819
1828

S: 07o 19.946’
E: 109o 81.566’
S: 07o 11.948’
E: 109o 48.944’
S: 07o 11.573’
E: 109o 48.716’
S: 07o 11.593’
E: 109o 48.748’

Lampiran 6 Kondisi dan posisi geografi lahan pertanaman kentang di Dataran
Tinggi Dieng pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl tahun 2012
Lahan

Desa

1

Bakal

2

Bakal

3

Bakal

4

Bakal

5

Bakal

Kondisi
Lahan
Ditutup
mulsa
Ditutup
mulsa
Tidak
ditutup
mulsa
Tidak
ditutup
mulsa
Tidak
ditutup
mulsa

Ketinggian
(m dpl)
2010
2035

Posisi Geografi
S: 07o 21.795’
E: 109o 88.985’
S: 07o 21.756’
E: 109o 88.983’

2030

S: 07o 21.709’
E: 109o 88.951’

2034

S: 07o 21.573’
E: 109o 88.979’

2030

S: 07o 21.600’
E: 109o 88.969’

Lampiran 7 Gejala yang muncul pada lahan pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012
Ketinggian (m dpl)

Lahan 1

Lahan 2

Lahan 3

Lahan 4

Lahan 5

Tanaman rusak dan
menguning akibat
terkena angin puting

Tanaman rusak dan
menguning akibat
terkena angin puting

Tanaman rusak dan
menguning akibat
terkena angin puting

Tanaman hijau segar, Tanaman hijau segar,
tidak tampak gejala
tidak tampak gejala
NSK
NSK

Tanaman hijau
segar, tidak tampak
gejala NSK

Tanaman rusak dan
menguning akibat
terkena angin puting

Tanaman rusak dan
menguning akibat
terkena angin puting

Tanaman rusak dan
menguning akibat
terkena angin puting

Tanaman hijau segar,
tidak tampak gejala
NSK

Tanaman menguning
dan kerdil
menunjukkan gejala
infeksi NSK

Tanaman menguning
menunjukkan gejala
infeksi NSK

Tanaman menguning
menunjukkan gejala
infeksi NSK

Tanaman menguning
menunjukkan gejala
infeksi NSK

Tanaman menguning
menunjukkan gejala
infeksi NSK

1250-1500

1500-1750

1750-2000

26

Lebih dari 2000
Tanaman hijau
segar, tidak tampak
gejala NSK

Tanaman menguning
menunjukkan gejala
infeksi NSK

Tanaman kerdil,
kalah bersaing
dengan gulma
(akibat lahan tidak
terawat)

Sedikit sekali
tanaman yang
menunjukkan gejala
infeksi NSK

Kebanyakan
tanaman layu dan
busuk, bukan
disebabkan oleh
infeksi NSK

27

Lampiran 8 Data hasil identifikasi karakter morfologi berdasar sidik pantat sista NSK di Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara 2012
No

Bakal

1
L 1.1
2
L 1.2
3
L 1.3
4
L 1.4
5
L 1.5
6
L 1.6
7
L 1.7
8
L 1.8
9
L 1.9
10 L 1.10
11 L 2.1
12 L 2.2
13 L 2.3
14 L 2.4
15 L 2.5
16 L 2.6
17 L 2.7
18 L 2.8
19 L 2.9
20 L 2.10
21 L 3.1
22 L 3.2

Spesies
(Globodera
spp.)
Rostochiensis
Rostochiensis
Pallida
Pallida
Pallida
Rostochiensis
Pallida
Rostochiensis
Pallida
Pallida
Pallida
Pallida
Rostochiensis
Pallida
Pallida
Pallida
Pallida
Pallida
Pallida
Pallida
Rostochiensis
Pallida

No
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

Spesies
(Globodera
spp.)
L 3.6 Pallida
L 3.7 Rostochiensis
L 3.8 Pallida
L 3.9 Pallida
L 3.10 Pallida
L 4.1 Rostochiensis
L 4.2 Pallida
L 4.3 Pallida
L 4.4 Pallida
L 4.5 Pallida
L 4.6 Pallida
L 4.7 Rostochiensis
L 4.8 Pallida
L 4.9 Rostochiensis
L 4.10 Pallida
L 5.1 Pallida
L 5.2 Rostochiensis
L 5.3 Pallida
L 5.4 Rostochiensis
L 5.5 Pallida
L 5.6 Pallida
L 5.7 Pallida
Bakal

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Spesies
(Globodera
spp.)
L 1.1 Pallida
L 1.2 Pallida
L 1.3 Pallida
L 1.4 Pallida
L 1.5 Pallida
L 1.6 Pallida
L 1.7 Pallida
L 1.8 Rostochiensis
L 1.9 Rostochiensis
L 1.10 Rostochiensis
L 2.1 Rostochiensis
L 2.2 Rostochiensis
L 2.3 Rostochiensis
L 2.4 Pallida
L 2.5 Pallida
L 2.6 Pallida
L 2.7 Pallida
L 2.8 Rostochiensis
L 2.9 Pallida
L 2.10 Pallida
L 3.1 Pallida
L 3.2 Pallida
Batur

No
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

Spesies
(Globodera
spp.)
L 3.6 Pallida