T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 20162017 dalam Mata Pelajaran PPKn dengan Menggunakan Metode Pembelajaran St

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab yang kedua ini dibahas secara mendalam mengenai kajian pustaka
yang berisi 4 (empat) bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang
relevan, (3) kerangka berpikir dan (4) hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau
landasan teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini pembahasan secara khusus
keempat bagian-bagian besar tersebut.
2.1.

Kajian Teori

2.1.1. Metode Pembelajaran Kooperatif
2.1.1.1.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan metode kelas praktis yang
dapat digunakan guru dalam setiap pertemuan untuk membantu siswa
belajar dalam kelompok-kelompok (Nur, 2005 : 1). Selanjutnya Riyanto
(2010 : 267) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah metode
pembelajaran yang dirancang untuk melatih kecakapan akademis

(academic skills), keterampilan sosial (social skill) dan interpersonal
skill. Pernyataan sama mengenai pembelajaran kooperatif juga

dikemukakan oleh Suprijono (2009 : 54) yaitu jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh
guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas
11

bersama dan harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru (Abidin, 2014 : 241-242). Berdasarkan
beberapa pengertian pembelajaran kooperatif menurut para ahli, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
metode yang berpusat pada siswa bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar akademik dan aktivitas sosial dengan cara menerapkan
komunikasi dalam keterlibatan siswa dalam kelompoknya.
2.1.1.2.


Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Taniredja dkk (2012 : 59) menguraikan karakteristik metode
pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a. Belajar bersama teman
b. Selama proses belajar terjadi proses tatap muka antar teman
c. Saling mendengarkan pendapat antara anggota kelompok
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
e. Belajar dalam kelompok kecil
Selanjutnya Riyanto (2010 : 266) mengemukakan karakteristik
pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang dan
rendah
b. Siswa dalam kelompok sehidup semati
c. Siswa membagi tugas dan tanggung jawab sama
d. Siswa dilatih kepemimpinan dalam bekerja sama

12

Sedangkan Johnson dan Johnson (dalam Abidin, 2014 : 243)
menyatakan ada lima unsur pembelajaran kooperatif yang harus

diterapkan sebagai berikut :
a. Saling ketergantungan positif
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok
2.1.1.3.

Metode Student Teams Achivement Divion (STAD)
Slavin (2005 : 143) mengatakan STAD merupakan salah satu
metode kooperatif sederhana dan metode paling baik untuk permulaan
guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Metode ini
dikembangkan oleh Slavin

yang melibatkan kompetisi

antar

kelompok, setiap anggota kelompok harus berusaha memperoleh nilai
maksimal dalam kuis untuk mencapai nilai tertinggi (Huda, 2012 :

116). Menurut Arends (2008 : 13) metode pembelajaran STAD adalah
metode pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok
heterogen yang saling membantu dengan menggunakan beragam cara
belajar dan kuis. Sedangkan Isjoni (2010 : 45) mengemukakan bahwa
STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan adanya aktifitas dan interaksi antar siswa untuk saling
memotivasi

dan

saling

membantu

dalam

menguasai

materi


pembelajaran bertujuan mencapai hasil yang maksimal. Dari beberapa
13

pengertian di atas, maka disimpulkan metode STAD adalah metode
yang membagi siswa dalam kelompok untuk bekerja sama dan
melakukan tugas individu maupun kelompok, di dalam metode ini
dibutuhkan hubungan kerja yang baik dan ketrampilan siswa dalam
kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar maksimal.
2.1.1.4.

Langkah-langkah Metode STAD
Dalam proses pembelajaran kooperatif STAD dibagi menjadi
beberapa tahap. Ada lima tahap dalam proses pembelajaran menurut
Slavin (2005 : 143) yaitu penyajian materi, kegiatan kelompok, tes
individu/kuis, perhitungan skor perkembangan individu dan pemberian
penghargaan kelompok.
Secara garis besar tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif
STAD adalah sebagai berikut (Slavin, 2005 : 249-251):
a. Tahap penyajian materi
Pada tahap ini guru memberikan penyajian materi melalui metode

ceramah, demonstrasi atau membahas buku teks. Guru memulai
pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum
dan khusus serta memotivasi siswa tentang konsep yang akan
dipelajarinya. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan
tujuan

mengingatkan

siswa

terhadap

materi

yang

telah

dipelajarinya, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan
diberikan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.


14

b. Tahap kegiatan kelompok
Pada tahap ini guru membagikan LKS (lembar kerja siswa)
kepada tiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajarinya.
Dalam kerja kelompok ini, siswa saling berbagi tugas dan saling
membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan setelah
selesai lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Selain
itu, dalam kegiatan kelompok jika ada seorang siswa belum
memahami materi pelajaran, teman sekelompoknya bertanggung
jawab untuk menjelaskannya sebelum bertanya kepada guru. Pada
tahap ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor
kegiatan masing-masing kelompok.
c. Tahap tes individu/kuis
Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan belajar yang telah
dicapai, maka diadakan tes individu mengenai materi yang telah
dibahas. Tes individu biasanya dilakukan setelah selesai
pembelajaran


setiap

kali

pertemuan,

agar

siswa

dapat

menunjukkan apa yang telah dipelajarinya secara individu selama
dalam kelompok. Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan
diarsipkan serta digunakan pada perhitungan perolehan skor
kelompok.

15


d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal.
Berdasarkan skor ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi
kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.
e. Tahap perkembangan kelompok
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individu hasilnya dibagi
dengan jumlah seluruh anggota kelompok.
Dengan demikian secara umum penerapan metode STAD dalam
pembelajaran dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab, toleransi dan
kerja sama. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam pembelajaran
semakin

berkurang.

Guru

berperan


sebagai

fasilitator

yang

mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar, berdiskusi,
berinteraksi dengan kelompoknya.
2.1.1.5.

Tujuan STAD
Tujuan dari metode pembelajaran STAD adalah :
a. Untuk memotivasi siswa saling mendukung dan membantu satu
sama lain dalam menguasai materi (Slavin, 2005 : 143).
b. Untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu baik melalui penyajian verbal maupun tertulis (Sugiyanto,
2008 : 78).

16


c. Untuk mengajarkan penghargaan terhadap perbedaan individu
lebih besar, meningkatkan kerja sama, kepekaan sosial dan
toleransi (Ibrohim, 2000 : 89)
2.1.1.6.

Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD
Menurut Sulasmono (dalam Hermianto, 2012 : 59) mengatakan
keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut :
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap dan
ketrampilan informasi, perilaku sosial
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
4. Menungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai sosial dan
komitmen
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa
dewasa
7. Memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan
dipraktekan
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa
lebih baik

17

11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, tenis, kelas sosial,
agama dan orientasi tugas
Sedangkan kelemahan atau masalah yang muncul dalam penerapan
pembelajaran koopeartif STAD dikemukakan oleh Kagan (dalam
Hermianto, 2012 : 69) sebagai berikut :
1) Kelas menjadi ramai, biasanya yang dihasilkan dari interaksi siswa
yang produktif.
2) Gagal untuk menyatu, terjadi pada siswa yang terisolasi secara
sosial.
3) Perilaku yang salah, muncul karena adanya ketidaktahuan siswa
tentang apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif.
4) Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa yang bergurau dan
bermain sendiri sedangkan siswa lain sibuk melakukan aktivitas
kelompok.
Kelemahan yang dikemukakan di atas dapat diatasi oleh guru
dengan pengelolaan kelas yang baik. Guru sebagai pengelola
pembelajaran (learning manajer ), guru berperan menciptakan iklim
belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman dan
aktif (Sanjaya, 2011 : 283). Guru menjaga kelas agar tetap kondusif
dengan melakukan hal tersebut, maka kelemahan metode STAD akan
dapat dikurangi.

18

2.1.1.7.

Metode Numbered Head Together (NHT)
Metode pembelajaran kepala bernomor ini dikembangkan oleh
Kagan. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat (Lie, 2010 : 57). Pembelajaran NHT menurut Isjoni (2010 : 90)
adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa dalam kelompok
kecil terdiri dari 4-6 siswa yang bekerja secara kolaboratif dengan
struktur kelompok yang heterogen. Tujuannya untuk meningkatkan
partisispasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat
kepemimpinan. Selanjutnya Trianto (2010 : 70) mengatakan NHT
merupakan metode yang melibatkan siswa aktif dalam memahami isi
pelajaran. Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan metode
NHT merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat.

2.1.1.8.

Langkah-langkah Metode Numbered Head Together (NHT)
Kagan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran metode NHT
dalam bukunya Cooperative Learning (2009 : 21) sebagai berikut :
Numbered Heads Together (Teammates work together to
ensure all members understand; one is randomly selected to be held
accountable.)
1. Teacher prepares questions, or teams prepare questions then
teacher collects, and gives to another group
2. Students number off
3. Teacher poses a problem/asks a question and gives think time
4. Students think and privately write their answers (paper, answer
boards)
5. Students lift up from their chairs to put their heads together, show
answers, and discuss and teach
19

6. Students sit down when everyone knows the answer or has
something to share and erase their boards.
7. Teacher calls a number. The student with that number from each
team answer simultaneously, using various means such as choral
response, answerboard share, response cards, finger response,
write on whiteboard, etc. Important that boards from step 6 are
erased so students can recall from memory for this step (getting
called on)

Langkah-langkah tersebut jika diartikan dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut :
NHT (kelompok saling bekerja sama untuk memahami materi,
setiap anggota bertanggung jawab dengan satu materi yang dipilih
secara acak)
1. Guru menyiapkan permasalahan atau pertanyaan disiapkan oleh
kelompok dan kemudian diberikan kepada kelompok lain.
2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dan diberi
nomor.
3. Guru mengajukan sebuah permasalahan dan memberikan waktu
berpikir bagi siswa.
4. Siswa berpikir dan secara pribadi menulis jawabannya di kertas
yang sudah disediakan.
5. Siswa bekerja dalam kelompok untuk berpikir bersama, berdiskusi
dan saling memberitahu jawaban atas masalah.
6. Siswa duduk memperhatikan, ketika siswa lain memberitahu
jawaban atas masalah.
7. Guru memanggil nomor. Siswa dengan nomor yang sudah
diberikan guru pada setiap kelompok menjawab pertanyaan secara
20

individual dengan cara menjelaskan jawaban dan menuliskan pada
papan tulis.
2.1.1.9.

Kelemahan dan Kelebihan Metode NHT
Berikut dijelaskan kelemahan metode NHT menurut Arends
(2008 : 16) yaitu :
1) Siswa

yang

pandai

cenderung

mendominasi

sehingga

menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
2) Proses diskusi tidak dapat berjalan lancer, jika ada siswa yang
sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki
pemahaman yang memadai.
3) Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
4) Tidak cocok untuk siswa yang banyak karena membutuhkan waktu
lama
5) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Menurut Nafisah (2011 : 13-14) kelebihan NHT antara lain:
1) Adanya keterlibatan total semua siswa.
2) Meningkatkan

tanggung

jawab

individual

dalam

diskusi

kelompok.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
4) Siswa yang pandai mengajari yang kurang pandai.

21

Dari uraian kelemahan metode NHT di atas, guru harus
membangkitkan minat siswa, memberikan komentar dan menciptakan
persaingan serta kerja sama agar kelemahan metode ini dapat diatasi
(Sanjaya, 2011 : 290-292). Pemanggilan secara acak nomor siswa
tersebut akan memastikan semua siswa terlibat dalam diskusi (Huda,
2012 : 130).
2.1.1.10.

Perbandingan Karakteristik Metode STAD dan NHT
Tabel 2.1 Perbandingan Metode STAD dan NHT
Pembeda
STAD
NHT
Tujuan
Pengetahuan akademis Pengetahuan
akademis
kognitif
faktual (Arends, 2008 : faktual (Arends, 2008 : 18)
18)
Tujuan
Kerja kelompok (Arends, Kerja kelompok (Arends,
sosial
2008 : 18)
2008 : 18)
Struktur
Tim-tim
belajar Jumlah kelompok sebaiknya
tim
heterogen anggota 4-5 mempertimbangkan jumlah
siswa (Arends, 2008 : konsep yang dipelajari
18)
(Suprijono, 2009 : 92)
Pemilihan Oleh guru (Arends, 2008 Oleh guru (Arends, 2008 :
topik
: 18)
18)
Langkah
Presentasi
kelas Pembagian
kelompok,
awal
(Taniredja, 2012 : 65)
setiap
siswa
mendapat
nomor (Riyanto, 2010 : 273)
Ciri khas
Adanya pemberian pada Guru
hanya
menunjuk
siswa
penghargaan seorang
siswa
yang
apabila
mencapai mewakili kelompok, tanpa
kriteria tertentu (Slavin, memberi tahu siapa yang
2005 : 146)
akan mewakili kelompok
(Nur, 2005 : 78)
Penilaian Kuis (Suprijono, 2009 : Melaporkan hasil kerja
133)
sama (Riyanto, 2010 : 273)

Dari perbandingan karakteristik metode STAD dan NHT dapat
dilihat adanya persamaan dan perbedaan antara keduanya.

22

2.1.2. Hasil Belajar PPKn
2.1.2.1.

Pengertian Belajar
Menurut Anderson (dalam Winarno, 2013 : 72) belajar adalah
suatu proses perubahan yang relatif tetap terjadi dalam tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Baharudin dan Wahyuni
(2008 : 11) belajar merupakan proses yang dilakukan oleh manusia
untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap
dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Selanjutnya Sanjaya
(2011 : 228) mengatakan belajar adalah proses aktivitas mental
seseorang

dalam

interaksi

dengan

lingkungannya

sehingga

menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif. Suatu
proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
dari pengalaman (Wilis, 2006 : 2). Dari beberapa pengertian mengenai
belajar, dapat disimpulkan belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku melalui kegiatan atau prosedur latihan yang berkaitan
dengan aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang terjadi karena
adanya pola interaksi

individu

dengan lingkungan bertujuan

membentuk perilaku yang permanen dan tetap.
2.1.2.2.

Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian, sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2009 : 5).
Sanjaya (2010 : 257) mendefinisikan hasil belajar yaitu sesuatu yang
diperoleh siswa sebagai hasil dari upaya yang telah dilakukan sehingga
23

terjadi perubahan perilaku yang bersangkutan baik perilaku dalam
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik atau di dalam kurikulum
2013 kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap dan kompetensi
keterampilan. Berdasarkan pengertian di atas, hasil belajar adalah
kemampuan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam proses
pembelajaran yang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.
a. Aspek Pengetahuan (kognitif)
Supratiknya (2012 : 8) menguraikan enam aspek tersebut
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Kognitif Hasil Revisi Lorin
Anderson
Mengingat
Mengingat kembali data atau informasi
(remembering)
Memahami
Menjelaskan gagasan atau konsep,
(understanding)
memahami makna terjemahan, perluasan
atau penjabaran dan penafsiran masalah
Mengaplikasikan
Menggunakan informasi dalam situasi
(applying)
lain dalam kehidupan sehari-hari
Menganalisis
Mengurai informasi ke dalam bagian(analyzing)
bagian untuk menemukan pemahaman
dan hubungan, memilah materi ke dalam
bagian-bagian
sehingga
struktur
organisasinya
dapat
dipahami,
membedakan antara fakta dan pendapat
Mengevaluasi
Memberikan
pembenaran
terhadap
(evaluating)
sebuah keputusan, membuat penilaian
tentang sesuatu
Mencipta (creating)
Menyalurkan gagasan menjadi produk

Dalam kurikulum 2013 ada dua sasaran penilaian hasil
belajar oleh guru yaitu sasaran penilaian hasil belajar oleh guru
pada kemampuan berpikir dan sasaran penilaian hasil belajar
24

oleh guru pada dimensi pengetahuan yang akan diuraikan dalam
tabel berikut.
Tabel 2.3 Penilaian Pengetahuan Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir
Deskripsi
Mengingat :
Pengetahuan hafalan : ketepatan,
Mengemukakan kembali apa kecepatan, kebenaran pengetahuan
yang sudah dipelajari dari guru, yang diingat dan digunakan ketika
buku dan sumber lain tanpa menjawab pertanyaan tentang fakta,
melakukan perubahan
definisi konsep,
Memahami :
Kemampuan mengolah pengetahuan
Sudah ada proses pengolahan yang dipelajari menjadi sesuatu
dari bentuk aslinya tetapi arti yang baru seperti menggantikan
kata, istilah, tulisan tidak suatu kata atau sistilah dengan kata
berubah
lain yang sama maknanya
Menerapkan :
Kemampuan
menggunakan
Menggunakan
informasi, pengetahuan seperti menerapkan
konsep untuk sesuatu yang kronologi dalam menentukan waktu
baru/ belum dipelajari
suatu benda/ peristiwa
Menganalisis :
Kemampuan
menemukan
Menggunakan ketrampilan yang keterkaitan antara fakta dan
dipelajarinya terhadap suatu kesimpulan
informasi
yang
belum
diketahuinya
dalam
mengelompokkan informasi
Mengevaluasi :
Kemampuan
menilai
apakah
Menentukan nilai suatu benda informasi yang diberikan berguna
atau informasi berdasarkan
suatu kriteria
Mencipta :
Kemampuan membuat cerita atau
Membuat sesuatu yang baru tulisan dari berbagai sumber yang
dari apa yang sudah ada dibacanya
sehingga
hasil
tersebut
merupakan satu kesatuan utuh
dan berbeda dari komponen
yang
digunakan
untuk
membentuknya
(Permendikbud RI Nomor 104 Tahun 2014)

25

Tabel 2.4 Penilaian Dimensi Pengetahuan
Dimensi
Deskripsi
pengetahuan
Faktual
Pegetahuan tentang istilah, nama orang,
nama benda, angka, tahun yang terkait secara
khusus dengan suatu mata pelajaran
Konseptual
Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi,
keterkaitan antara satu kategori dengan
lainnya
Prosedural
Pengetahuan tentang prosedur dan proses
khusus dari suatu mata pelajaran seperti
teknik, metode dan criteria
Metakognitif
Pengetahuan
(Permendikbud RI Nomor 104 Tahun 2014)
Penilaian hasil belajar kognitif dilakukan guru untuk mengukur
tingkat

pencapaian

atau

penguasaan

siswa

dalam

aspek

pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam kurikulum 2013
kompetensi pengetahuan atau kognitif menjadi kompetensi inti
dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3) (Kunandar, 2014 : 165).
Dalam penelitian ini penilaian hasil belajar kognitif dilakukan
dengan bentuk tes tertulis pilihan ganda (pretes dan postes). Soal
pilihan

ganda

mempunyai

beberapa

kelebihan

dari

soal

menjodohkan, benar salah, uraian, essai. Soal pilihan ganda dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih komplek dan
berkaitan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sisntesis dan evaluasi. Menurut Sukardi (2008 : 125) tes pilihan
ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur
hasil belajar siswa.

26

b. Aspek Sikap (spiritual dan sosial)
Kompetensi sikap tidak diajarkan dalam proses pembelajaran
artinya kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial tidak dijabarkan
dalam materi atau konsep yang harus disampaikan kepada siswa.
Namun, harus diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas
melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh siswa
dalam keseharian (Kunandar, 2014 : 104-105). Sikap yang dituntut
dalam

kurikulum

2013

adalah

memiliki

perilaku

yang

mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan

lingkungan

sosial

dan alam

serta

dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
(Permendikbud No 54 Tahun 2013). Sasaran penilaian hasil belajar
sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5 Penilaian Sikap
Tingkatan sikap
Deskripsi
Menerima nilai
Kesediaan menerima suatu nilai dan
memberikan perhatian terhadap nilai
tersebut
Menanggapi nilai
Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada
rasa puas dalam membicarakan nilai
tersebut
Menghargai nilai
Menganggap nilai tersebut baik, menyukai
nilai tersebut, dan komitmen terhadap nilai
tersebut
Menghayati nilai
Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian
dari sistem nilai dirinya
Mengamalkan
Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri
nilai
dirinya
dalam
berpikir,
berkata,
berkomunikasi dan bertindak
(Permendikbud RI Nomor 104 Tahun 2014)
27

Dalam penelitian ini sikap yang akan diteliti adalah sikap
tanggung jawab, gotong royong dan toleransi. Ketiga sikap
tersebut akan terlihat pada saat melakukan langkah-langkah
metode STAD dan NHT. Dalam langkah-langkah metode STAD
dan NHT menuntut siswa untuk menerapkan sikap tanggung
jawab, gotong royong dan toleransi. Ketiga sikap tersebut akan
diteliti dengan menggunakan teknik penilaian diri. Penilaian diri
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk
mengemukakan

kelebihan

dan

kekurangan

dalam

dirinya.

Penggunaaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan
penilaian ini antara lain dapat menumbuhkan rasa percaya diri
siswa karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya
sendiri (Kunandar, 2014 : 134). Aktivitas belajar afektif membantu
siswa untuk menguji perasaan kejujuran dan nilai sikapnya
(Kurniasih, 2014 : 7)
c. Ketrampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri (Permendikbud No 54 Tahun
2013). Sasaran penilaian hasil belajar oleh guru pada aspek ini
dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.

28

Tabel 2.6 Penilaian Ketrampilan
Ketrampilan abstrak
Ketrampilan konkret
Mengamati
Persepsi (perception)
Menanya
Kesiapan (set)
Mengumpulkan informasi Meniru (guided response)
Mengasosiasi
Membiasakan gerakan (mechanism)
Mengkomunikasikan
Menjadi gerakan alami (adaptation)
Menjadi
tindakan
orisinal
(origination)
(Permendikbud RI Nomor 104 Tahun 2014)
Dalam penelitian ini jenis hasil belajar siswa yang akan diukur
adalah aspek kognitif menurut Bloom yaitu mencakup 4 tingkatan yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis atau di dalam
kurikulum 2013 dinamakan aspek penilaian pengetahuan kemampuan
berpikir dan aspek afektif atau sikap saling menghargai, kerja sama dan
tanggung jawab.
2.1.2.3.

Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar
Metode pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar.
Terdapat banyak metode pembelajaran yang diantaranya ceramah,
diskusi, metode tanya jawab, metode studi kasus, pembelajaran
interaktif, pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran inovatif dan lain sebagainya.
Sedangkan hasil belajar meliputi hasil belajar kognitif, hasil belajar
afektif dan hasil belajar psikomotorik. Beberapa metode pembelajaran
terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keefektifan
metode pembelajaran satu dengan yang lain mempunyai perbedaan. Hal
tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

29

Tabel 2.7
Metode Pembelajaran Yang Terbukti Efektif Membantu Siswa
Mencapai Hasil Belajar
Hasil Belajar
Metode

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisa

Sintesa

Evaluasi

Perk.
Kognitif

+

+

+

+

+

+

Ceramah

X

Pembelajaran
Interaktif

X

X

Resitasi/Tanya
jawab

X

X

Diskusi langsung

X

+

+

+

+

Latihan
Menulis/Berbicara

X

X

X

X

X

Teknik-teknik
asesmen kelas

X

X

X

Kerja atau Belajar
Kelompok

X

+

+

Umpan
balik
sesama teman

X

Panduan
Laboratorium Sain

X

Pengajaran segera/
Just in-time T

X

X*

Pembelajaran
Berbasis Masalah

X*

Pembelajaran
Berbasis Proyek

X*

Simulasi/
Permainan Peran

+

+

+

X

X

X

X
X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Belajar Melayani
dan Refleksi
Kerja lapang/Kerja
Klinik

+

X

X

Metode
kasus
(Pembelajaran
Berbasis Kasus)
Pembelajaran
Berbasis Inkuiri

Pergan
-tian
model
mental

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

(Terjemahan dari buku Nilson, Linda B, 2010)
KETERANGAN:
X = metode ini dapat membantu pencapaian hasil belajar siswa
JIKA DILAKSANAKAN SECARA TEPAT,
+ = tergantung pada tugas-tugas di sela-sela Ceramah, pertanyaan-pertanyaan
diskusi dan tugas kelompok yang diberikan;
* = pengetahuan yang diperoleh mungkin hanya terfokus di sekitar proyek
30

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa beberapa metode
pembelajaran dapat membantu pencapaian hasil belajar siswa jika
dilaksanakan secara tepat. Hasil belajar yang dicapai juga bervariasi
dari setiap metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang lebih
banyak kegiatan kerja sama tim atau kelompok dan tidak berpusat pada
guru dapat mencapai hasil belajar tingkat tinggi bahkan dapat mencapai
pergantian model mental. Ini sebagai bukti metode pembelajaran
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Metode pembelajaran yang ada adalah metode pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif juga mempunyai pengaruh terhadap
hasil belajar. Slavin (2010 : 17) mengemukakan dua alasan, Pertama,
beberapa

hasil

penelitian

membuktikan

bahwa

penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sekaligus

dapat

meningkatkan

kemampuan

hubungan

sosial,

menumbuhkan sikap menerima kekurangan dari orang lain, serta dapat
meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan
masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari
dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang
selama ini memiliki kelemahan.

31

Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang
saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar
yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang
tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan
tidak peduli pada yang lain (Sanjaya, 2010 : 242). Menurut Trianto
(2010 : 76) metode pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan
dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Berikut beberapa penelitian mengenai metode pembelajaran
berpengaruh terhadap hasil belajar.
Pertama , Penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo (2012 : 8)

menyimpulkan ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada siswa yang belajar
dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Hasil belajar yang
dinilai adalah dalam aspek kognitif dan afektif.
Kedua , Penelitian yang dilakukan oleh I Gede Hersika Krisnawan

(2013) berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatife Tipe
STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn” menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh antara metode pembelajaran terhadap hasil belajar
yang ditunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas X
dengan metode STAD.

32

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Widyasari (2013)

berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Pada
Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran
2012/2013” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT
(Numbered Head Together ) dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas
XI IPA 3 SMA Negeri 3 Singaraja dapat meningkatkan hasil Belajar
PKn.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian mengenai pengaruh metode
pembelajaran terhadap hasil belajar, maka dapat disimpulkan terdapat
pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar khususnya metode
pembelajaran kooperatif. Jadi, metode pembelajaran kooperatif STAD
dan NHT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya dalam
mata pelajaran PPKn di SMA.
2.1.2.4.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
a. Pengertian PPKn
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu muatan
kurikulum pendidikan dasar dan menengah. PPKn diharapkan
menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan siswa menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, semangat
Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen NKRI. Mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan
33

mata pelajaran penyempurnaan dari mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang semula dikenal dalam Kurikulum
2006 (Kemendikbud, 2015 : 1).
b. Ruang lingkup PPKn dalam Kurikulum 2013
Di dalam kurikulum 2013, untuk mencapai optimalisasi
pelaksanaan

pembelajaran

pemerintah

melalui

Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku teks pelajaran PPKn
Kelas XII. Berdasarkan jumlah KD (kompetensi dasar) terutama
yang

terkait

dengan

penjabaran

KI-3

(berkenaan

dengan

pengetahuan), ruang lingkup PPKn Kelas XII terdiri dari 7 bab
yaitu sebagai berikut (Kemendikbud, 2015 : 5-6).
Bab 1 : Kasus-kasus Pelanggaran HAM dalam Perspektif Pancasila
Bab 2 : Pengelolaan Keuangan Negara dan Kekuasaan Kehakiman
Bab 3 : Dinamika Pengelolaan Kekuasaan Daerah di Pusat dan
Daerah dalam Mewujudkan Tujuan Negara Indonesia
Bab 4 : Kasus-kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban
Warga Negara
Bab 5 : Peran Indonesia dalam Hubungan Internasional
Bab 6 : Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan Ancaman terhadap
Negara
Bab 7 : Dinamika Penyelenggaraan Negara dalam konteks NKRI
dan Negara Federal
Penguasaan

kompetensi

dasar

dicapai

melalui

proses

pembelajaran dan pengembangan pengalaman belajar atas dasar
indikator yang telah dirumuskan dari setiap KD. Pengembangan
indikator tersebut sebagai berikut.
34

Tabel 2.8 Kompetensi dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
Indikator
Menghayati jiwa toleransi 1. Menunjukkan perilaku menghormati
antarumat beragama dalam
kebebasan
memeluk
agama
dan
kehidupan berbangsa dan
kepercayaannya masing-masing.
bernegara
2. Menunjukkan perilaku menghormati
kekebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing
Menganalisis
berbagai 1. Menganalisis HAM dalam nilai dasar
kasus pelanggaran HAM
Pancasila
secara argumentatif dan 2. Menganalisis
HAM
dalam
nilai
saling
keterhubungan
instrumental Pancasila
antara
aspek
ideal, 3. Menganalisis HAM dalam nilai praksis
instrumental dan praksis
Pancasila
sila-sila Pancasila
4. Menjelaskan pengertian pelanggaran
HAM
5. Menguraikan jenis-jenis pelanggaran
HAM menurut UU
6. Mengidentifikasi penyebab pelanggaran
HAM
7. Menganalisis penyimpagan nilai-nilai
Pancasila
dalam
berbagai
kasus
pelanggaran HAM di Indonesia
8. Menganalisis penyimpagan nilai-nilai
Pancasila
dalam
berbagai
kasus
pelanggaran HAM di dunia Internasional
9. Menganalisis sanksi atas pelanggaran
HAM di Indonesia
10. Menganalisis sanksi atas pelanggaran
HAM di Internasional
11. Menguraikan upaya penyelesaian kasus
pelanggaran HAM di Indonesia
12. Menguraikan upaya penyelesaian kasus
pelanggaran HAM di Internasional
Menyaji
pembahasan 1. Menyusun hasil pembahasan kasus
kasus pelanggaran HAM
pelanggaran HAM secara argumentatif
secara argumentatif dan
dan saling keterhubungan antara aspek
saling
keterhubungan
ideal, instrumental dan praksis sila-sila
antara
aspek
ideal,
Pancasila
instrumental dan praksis 2. Menyaji hasil pembahasan kasus
sila-sila Pancasila
pelanggaran HAM secara argumentatif
dan saling keterhubungan antara aspek
ideal, instrumental dan praksis sila-sila
Pancasila
(Kemendikbud, 2015 : 7-19)
35

Dalam kurikulum 2013, KI dan KD pada materi yang dipelajari
siswa lebih berorientasi pada pengembangan keseimbangan antara
sikap

(afektif),

pengetahuan

(kognitif)

dan

ketrampilan

(psikomotorik). Kurikulum ini memperhatikan semua aspek yang
ada pada siswa sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki oleh siswa sesuai dengan bakat dan minatnya
(Kemendikbud, 2015 : 6). Terkhusus dalam penelitian ini, aspek
pengetahuan dan sikap yang akan menjadi objek.
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini sudah pernah
diteliti antara lain sebagai berikut.
Pertama , penelitian yang dilakukan oleh Megawati Irmadani (2013)

yang berjudul “Perbedaan hasil belajar Ekonomi siswa yang belajar dengan
metode pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
dengan tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa Kelas X SMA Negeri
7 Padang”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan metode STAD dan NHT terhadap hasil belajar siswa.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Roma Tri Pamungkas (2015)

yang berjudul “Pengaruh penggunaan metode pembelajaran tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) dengan tipe Numbered Head Together (NHT)

terhadap hasil belajar Sosiologi siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil di SMA
Negeri 1 Sambungmacan Tahun Pelajaran 2014/2015”. Hasil penelitian

36

menunjukkan adanya perbedaan penggunaan metode STAD dan NHT terhadap
hasil belajar siswa.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Bhian Rangga J. R (2013)

berjudul “Efektivitas metode pembelajaran NHT dan STAD terhadap hasil
belajar Geografi peserta didik Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2013 / 2014”. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil
belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran NHT dan STAD
terhadap hasil belajar siswa.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Desi Imanuni (2013) berjudul

“Perbedaan hasil belajar Geografi siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dan Student Team Achievement
Division (STAD) KELAS XI IPS SMAN 4 METRO tahun pelajaran 2012-

2013”. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan rerata hasil belajar
Geografi setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Number Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas XI IPS SMAN 4

METRO.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Beni Prastawa (2014)

berjudul “Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Student TeamsAchievement Division dan Numbered Heads Together dalam meningkatkan

kemampuan kerja sama dan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP NEGERI 14
Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

37

peningkatan yang signifikan antara metode STAD dan NHT dalam hal hasil
belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 14 Yogyakarta.
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2014) berjudul “Hasil

belajar siswa yang diperoleh melalui model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe NHT dengan STAD pada materi pesawat sederhana di kelas V
SD NEGERI 62 BANDA ACEH”. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang menggunakan model
pembelajaran NHT.
Berdasarkan 6 hasil penelitian sebelumnya, dapat dilihat ada perbedaan
dan persamaan. Perbedaannya adalah tempat penelitian, kelas, sekolah dan
mata pelajaran. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti mengenai
hasil belajar aspek pengetahuan dengan menggunakan metode STAD dan NHT.
Hasil penelitian pertama sampai dengan keempat terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang diajar dengan metode STAD dan NHT, tetapi penelitian
kelima dan keenam tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar
dengan metode STAD dan NHT. Penelitian ini akan menguji perbedaan yang
signifikan hasil belajar aspek pengetahuan dan aspek sikap siswa dalam mata
pelajaran PPKn yang diajar dengan metode STAD dan NHT pada siswa Kelas
XII di SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga Tahun pelajaran 2016/2017.

38

2.3. Kerangka Berpikir
Permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran perlu segera ditangani. Kurikulum 2013 menuntut guru lebih
inovatif di dalam memilih metode pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa. Mata pelajaran PPKn adalah salah satu mata pelajaran yang
menitikberatkan kepada sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Untuk itu, dalam
mendukung proses pembelajaran PPKn dapat diterapkan metode STAD dan
NHT. Metode STAD merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan
pada siswa untuk berdiskusi tentang materi pembelajaran yang lebih matang
dan penyampaian hasil diskusi kelompok dilakukan oleh semua anggota
kelompok bertujuan agar semua anggota kelompok memahami isi dari materi
pelajaran tersebut. Sedangkan metode NHT menekankan kerjasama siswa pada
saat mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru sehingga
dimungkinkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PPKn dan
penyampaian hasil diskusi oleh siswa dengan nomor yang ditunjuk guru.
Berikut digambarkan alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Proses Pembelajaran
Kelas eksperimen
Kelas kontrol dengan
dengan menggunakan
menggunakan metode
metode STAD
NHT
Terdapat kuis yang
Penunjukkan nomor oleh
dapat mengaktifkan
guru dapat membuat siswa
siswa dan penghargaan
terlibat dalam diskusi
Hasil belajar siswa
Uji Hipotesis

39

Dalam penelitian ini, hasil belajar kelas eksperimen akan dibandingkan
dengan hasil belajar kelas kontrol. Kedua kelas tersebut akan diberikan
perlakuan

dengan

menggunakan

metode

pembelajaran

dalam

proses

pembelajarannya. Kelas eksperimen dengan STAD, sedangkan kelas kontrol
dengan NHT. Selanjutnya, akan diuji beda hasil belajarnya.
2.4. Hipotesis
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
2.4.1. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar aspek pengetahuan siswa kelas
XII SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga semester 1 tahun pelajaran
2016/2017 dalam mata pelajaran PPKn dengan menggunakan metode
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered
Head Together (NHT).

2.4.2. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar aspek sikap siswa kelas XII
SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga semester 1 tahun pelajaran
2016/2017 dalam mata pelajaran PPKn dengan menggunakan metode
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered
Head Together (NHT).

40