ID analisis kinerja tcpip untuk jaringan ni

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

A-941

Analisis Kinerja TCP/IP untuk Jaringan
Nirkabel Bergerak 3G di Surabaya
Nurul Hidayati dan Suwadi
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: nurul14@mhs.ee.its.ac.id, suwadi@ee.its.ac.id
Abstrak— Surabaya akan menerapkan Intelligent Transport
System (ITS), yaitu sistem transportasi yang cerdas, di mana
komunikasi data menjadi poin utama karena ITS berbasis pada
internet.
ITS menggunakan protokol TCP/IP. TCP
mengoptimalkan pengiriman data yang akurat daripada
ketepatan
waktu.
Sehingga
terkadang
menimbulkan

keterlambatan yang panjang karena data akan ditransmisikan
ulang atau menunggu pesan out-of-order. Keterlambatan
transmisi data ini harus ditekan seminim mungkin agar
kontinuitas pengiriman data tetap terjaga dengan baik. Analisis
dibutuhkan untuk mengetahui seberapa lama keterlambatan
dalam transmisi data dari provider seluler 3G. Pengukuran
diambil dari beberapa provider seluler, sehingga dapat
dibandingkan performansi dari masing-masing provider.
Parameter yang dianalisis yaitu delay. Pengukuran dilakukan di
dalam kendaraan bergerak (kereta api komuter) selama 7 hari,
dengan setiap harinya terdapat 4 kali jadwal pemberangkatan.
Dari hasil pengukuran pada 4 provider, didapatkan bahwa saat
delay kurang dari 5000 ms nilai CDF pada provider A sebesar
75%, provider B dengan nilai CDF 81%, provider C dengan nilai
CDF 90% dan provider D dengan nilai CDF 77%. Dari keempat
provider, nilai CDF yang paling tinggi adalah provider C sebesar
90%. Sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan sistem
komunikasi nirkabel bergerak pada penerapan Intelligent
Transport System (ITS) untuk aplikasi mengetahui posisi
kendaraan pada angkutan masal cepat, karena nilai delay

toleransi sebesar 5 detik.
Kata Kunci— 3G, bergerak, TCP/IP, delay, ITS, kereta api

I. PENDAHULUAN

S

URABAYA akan menerapkan Intelligent Transport
System (ITS), yaitu sistem transportasi yang cerdas, di
mana komunikasi data menjadi poin utama karena ITS
berbasis pada internet. Sehingga keterlambatan transmisi data
harus ditekan seminim mungkin agar kontinuitas pengiriman
data ke server tetap terjaga dengan baik. Dibutuhkan provider
yang konsisten dalam melayani pengiriman data. Salah satu
aplikasi pada ITS adalah mengetahui lokasi kendaraan, dengan
mengirim informasi titik latittude dan longitude dari gps di
kendaraan ke server. ITS menggunakan protokol TCP. TCP
mengoptimalkan pengiriman data yang akurat daripada
ketepatan waktu. Sehingga terkadang menimbulkan
keterlambatan yang panjang. Karena data akan ditransmisikan

ulang atau menunggu pesan out-of-order. Analisis dibutuhkan
untuk mengetahui seberapa lama keterlambatan dalam
transmisi data dari provider seluler 3G. Menurut survey yang
dilakukan oleh “Deloitte Global Mobile Consumer Survey”
terhadap penggunaan jaringan 3G dan 4G di beberapa negara

ASEAN (Desember 2015), 73% penduduk di Indonesia
menggunakan jaringan 3G[15].
Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan
menganalisis kinerja TCP/IP pada jaringan nirkabel bergerak
3G, dalam hal ini delay. Sehingga dapat mendukung serta
menjadi pertimbangan sistem komunikasi nirkabek bergerak
pada penerapan Intelligent Transport System (ITS) di
Surabaya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Intelligent Tranport System (ITS)
Intelligent Tranport System (ITS) adalah sistem transportasi
pintar yang menggunakan kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) meliputi teknologi, analisa sistem, analisa
kebutuhan, manajemen transportasi daerah dan insfrastruktur

[4]. ITS berguna untuk tercipta sistem transportasi yang lebih
aman, nyaman dan mudah digunakan. Tujuannya untuk
pengelolaan transportasi yang baik, berbasiskan komputer dan
internet.Selain itu ITS memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk mengetahui ada tidaknya kendaraan
yang lalu lalang di jalan raya, dengan adanya teknologi
GPS (Global Positioning Systems).
2. Kemampuan untuk melakukan komunikasi antar
komputer melalui jaringan internet.
3. Kemampuan untuk menyajikaan data yang telah diolah
menjadi informasi yang bermanfaat ke sistem.
Konsep Intelligent Tranport System (ITS) mulai diterapkan
di Indonesia, terlebih di Surabaya. Pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat drastis, membuat tingginya angka
kemacetan dan kecelakaan. Sehingga dibutuhkan konsep ITS
dalam memanfaatkan teknologi Komunikasi Informasi dalam
mendukung manajemen transportasi di Surabaya. Terdapat 3
macam prioritas layanan ITS di Surabaya, yaitu :
a. Layanan Manajemen Lalu-Lintas (Traffic Management
System): meliputi kendali real-time, informasi lalu lintas,

pengawasan visual, pengawasan dan kendali lintasan
manual dan interkoneksi Dishub – polisi lalu lintas.
b. Manajemen Informasi Traffic : pengolahan data traffic
meliputi informasi lalu lintas, informasi traffic, informasi
rute alternatif, SMS server, informasi parkir umum dan
kondisi lalu linntas jalan.
c. Pemanfaatan ITS pada transportasi massal : menyajikan
informasi angkutan masal dan manajemen kendaraan
umum.
Penerapan ITS sudah dilakukan untuk alat pengendali isyarat
lalu lintas, dengan sistem Adaptive Traffic Control System
(ATCS). Sistem ini dapat mengatur waktu nyala lampu lalu
lintas secara real-time, berdasarkan kondisi kepadatan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
kendaraan saat itu.
Pada Gambar 1 disajikan bahwa Angkutan Massal Cepat
(AMC) juga akan diterapkan di Kota Surabaya. Pada AMC
Surabaya ini, ada beberapa moda transportasi yang digunakan
seperti angkot, bus, tram dan monorail. Untuk tram

menghubungkan jalur Surabaya utara sampai Surabaya selatan
(JMP – Joyoboyo) dengan jarak ± 16,7 km. Sedangkan untuk
monorail menghubungkan Surabaya timur sampai Surabaya
barat (Lidah Kulon – Kejawan) dengan jarak lebih jauh ± 23
km [5].

Gambar 1. Angkutan Massal Cepat Trem dan Monorail di
Surabaya[5]

Untuk aplikasi lain yaitu mengetahui posisi kendaraan dalam
hal ini angkutan cepat masal, yang dilengkapi dengan GPS
pada OBU kendaraan. Client akan mengirim longitute dan
latitude ke server. Sehingga server dapat memberi pesan
kondisi kendaraan yang lain, agar tidak terjadi penumpukan
kendaraan. Untuk batas minimal delay yang dapat ditoleransi
yaitu ketika delay 5 s untuk kendaraan bergerak [6].
B. Model TCP/IP
TCP/IP merupakan standar komunikasi data yang
digunakan dalam proses tukar-menukar data dari satu
komputer ke komputer lain. TCP/IP merupakan jaringan

terbuka yang bersifat independen terhadap mekanisme
transport pada jaringan fisik yang digunakan, sehingga dapat
digunakan di mana saja. Protokol ini menggunakan skema
pengalamatan yang sederhana yang disebut sebagai alamat IP
(IP Address) yang mengizinkan banyak komputer untuk dapat
saling berhubungan satu sama lainnya di Internet. Protokol ini
juga bersifat routable yang berarti protokol ini cocok untuk
menghubungkan sistem-sistem berbeda untuk membentuk
jaringan yang heterogen[10]. Pada model TCP/IP terdapat
empat lapisan yang memiliki fungsionalitas masing-masing,
yaitu : Physical Layer, Network Access, Internet Layer,
Transport Layer, Application Layer.

Gambar 2. Model TCP/IP dibandingkan dengan model OSI [4]

A-942

C. 3G (Third Generation)
UMTS yang biasa dikenal sebagai teknologi 3G hadir
untuk meneruskan kesuksesan teknologi sebelumnya (2G)

yang biasa disebut GSM dan evolusi dari General Packet
Radio Service (GPRS). UMTS berbeda didalam penggunaan
air interface yang berbasis pada Wideband Code Division
Multiple Access (WCDMA) yang mana pada 2G GSM dan
GPRS menggunakan Time Division Multile Access (TDMA).
Di bawah ini merupakan arsitektur UTMS.
D. Delay
Delay didefinisikan sebagai waktu tunda suatu paket yang
diakibatkaan oleh proses transmisi dari tempat pengirim ke
server kembali lagi ke tempat pengirim. Terdapat beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi delay pada jaringan nirkabel
bergerak antara lain :
a. Jaringan
Jaringan dengan trafik yang tinggi, apabila banyak
pengguna jaringan yang melakukan koneksi ke server di
dalam jaringan itu, sehingga lalu lintas paket data pada
jaringan menjadi padat menyebabkan terjadi antrian
dalam jaringan [6]. Hal ini dapat menimbulkan delay.
b. Mobilitas
Saat terjadi perpindahan lokasi dari satu titik ke titik lain

akan menyebabkan handover. Waktu tunggu saat
peralihan dari sel BTS satu ke sel BTS lain dapat
menyebabkan delay.
c. Pengguna jaringan
Semakin banyak pengguna jaringan beban trafik pada
jaringan akan semakin meningkat (overload traffict), hal
ini dapat mengakibatkan penuhnya kapasitas jaringan
sahingga menyebabkan antrian.
d. Waktu Pengukuran
Apabila dilakukan pengukuran pada jam-jam sibuk,
pengguna jaringan semakin banyak. Ini menyebabkan
trafik menjadi padat.
e. Dropped Packets
Router akan membuang paket (drop) jika terdapat paket
yang rusak atau paket tersebut sampai pada saat buffer
router penuh. Ini menyebabkan pengiriman ulang
terhadap paket tersebut, ini dapat menyebabkan
terjadinya delay pada aliran transmisi tersebut [11].
Acuan delay yang digunakan pada tugas akhir ini
merupakan standar dari SLAC (Stanford Linear Accelerator

Center)[12]. SLAC adalah pusat penelitian Universitas
Stanford yang dilakukan oleh Departemen Penelitian Energi
Nasional. Penelitiannya berkaitan dengan telekomunikasi,
salah satunya tentang kualitas kinerja jaringan (QoS), dalam
hal ini delay. Pada Tabel 1 dipaparkan standar delay menurut
SLAC.
Tabel 1.Standar nilai delay dari kecepatan mendapat jawaban menurut SLAC
Range delay (s) Penggolonggan
Keterangan
High productivity
Baik sekali, sangat
0 - 0,4
interactive response
interaktif
0,4 - 2 Fully interactive regime
Baik, semua terlayani
Sporadically interactive
Sedang, hampir semua
2 – 12
regime

terlayani
Buruk, pemutusan
>12 Break in contact regime
koneksi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
E. Fungsi Distribusi Komulatif (CDF)
Fungsi distibusi komulatif atau Cummulative Distribution
Function (CDF) menyatakan jumlahan dari seluruh nilai
fungsi probabilitas yang lebih kecil atau sama dengan nilai
yang ditetapkan[13]. CDF menjumlahkan tiap nilai PDF dari
setiap range. Fungsi distribusi kumulatif dituliskan dalam
bentuk persamaan 2.2
Jadi fungsi distribusi kumulatif F(x) adalah jumlah dari
seluruh nilai probabilitas untuk nilai X sama atau kurang dari
x.
III. METODE PENGUKURAN
Pada tugas akhir ini dilakukan pengukuran delay pada
jaringan 3G karena teknologi 3G masih mendominasi di
Indonesia. Terbukti dengan survei pada bulan Desember 2015
yang dilakukan oleh lembaga survei Deloitte Global Mobile
Consumer, 73% penduduk Indonesia menggunakan jaringan
3G. Selain itu pengukuran delay ini dilakukan pada kendaraan
bergerak, yaitu kereta api komuter. Karena akan digunakan
pada angkutan massal ITS di Surabaya. Salah satunya aplikasi
mengetahui lokasi kendaraan. Setiap angkutan massal akan
mengirimkan informasi titik latittude dan longitude dari gps di
kendaraan ke server. Ini berfungsi untuk mengantisispasi
kemacetan dan mengetahui posisi kendaraan ketika terjadi
kecelakaan.

A-943

b) 2 buah Mobilephone
c) 2 buah Modem
C. Arsitektur Pengukuran Delay
Pada Gambar 5 merupakan arsitektur pengukuran
menggunakan jaringan 3G. Pengukuran menggunakan dua
buah laptop, masing-masing laptop dikoneksikan dengan
modem dan mobile phone melalui teathering. Kemudian
(2.2)
laptop akan mengirim data ke server, dan server akan memberi
balasan ke laptop kembali. Sehingga didapat delay yang
dimaksud. Setiap 15 detik laptop akan mengirim data, waktu
sudah dibuat otomatis pada aplikasi pengukurannya. Dan pada
Gambar 6 disajikan konfigurasi alat untuk pengukuran delay.

Gambar 4. Arsitektur Pengukuran Delay

A. Metode Pengerjaan Tugas Akhir
Pada Gambar 2. ditampilkan diagram tulang ikan untuk
metode pengerjaan tugas akhir.

Gambar 5. Konfigurasi alat untuk pengukuran delay

Gambar 3. Metode pengerjaan tugas akhir

B. Kebutuhan Perangkat Penunjang
Sebelum melakukan pengukuran, dibutuhkan perangkat
keras dan perangkat lunak sebagai penunjang, yaitu :
1) Kebutuhan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang dibutuhkan yaitu :
a) Aplikasi PNetDlyTestV2016
b) Wireshark
c) GPSLogger
d) Vmware
e) XAMPP
2) Kebutuhan Perangkat Keras
Perangkat keras yang dibutuhkan yaitu :
a) Dua buah laptop dengan spesifikasi :
1) Processor : AMD A8 4500M
2) Speed
: 1.9 GHz Cache 4MB
3) Memori : DDR3 2GB
4) Storage
: Harddisk SSD
5) Interkoneksi : wifi 802.11bgn dan bluetooth

D. Penentuan Rute
Pengukuran dilakukan di kereta api komuter jurusan
Sidoarjo – Surabaya dan sebaliknya. Kereta api komuter
berangkat dari stasiun Porong (Sidoarjo) dan pemberhentian
akhir di Stasiun Surabaya Kota (Surabaya). Untuk pengukuran
ini titik start dari stasiun Gedangan (Sidoarjo) dan titik finish
di stasiun Surabaya Kota (Surabaya). Terdapat 4 shift
(keberangkatan kereta) setiap harinya, ditunjukkan oleh Tabel
2.
Shift
ke1
2
3
4

Tabel 2. Jadwal Kereta Api Komuter
Jam
Jam
Tempat
Berangka
Tiba
Tujuan
t
07.0
Stasiun Surabaya
Stasiun Gedangan
06.16
4
Kota
Stasiun Surabaya
14.1
13.15
Stasiun Gedangan
Kota
4
17.2
Stasiun Surabaya
Stasiun Gedangan
16.28
0
Kota
Stasiun Surabaya
19.1
17.50
Stasiun Gedangan
Kota
6
Tempat
Keberangkatan

Stasiun yang dilewati kereta api komuter yaitu sebagai
berikut: Stasiun Gedangan, Sawotratap, Stasiun Waru,
Kertomenanggal, Jemursari, Stasiun Wonokromo, Stasiun

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Ngagel, Stasiun Gubeng dan Stasiun Surabaya Kota. Dapat
dilihat pada Gambar 7.

A-944

Algoritma yang digunakan pada software
PNetDlyTestV2016 yaitu :
a. Mencatat time-stamp komputer sebagai Tawal
b. Mengirim paket data ke server dengan mempergunakan
protokol yang telah ditetapkan
c. Menunggu sampai transaksi dengan server selesai
dilakukan
d. Mencatat time-stamp komputer sebagai Tselesai
e. Menghitung selesih waktu antara Tselesai dengan Tawal
f. Menyimpan hasil yang telah didapat ke dalam database
g. Menunggu selama beberapa detik
h. Selanjutnya mengulangi lagi langkah pada poin a.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis perbandingan pengukuran delay per shift
Selama tujuh hari pengukuran delay di dalam kereta api
Komuter, di mana setiap harinya melakukan pengukuran
sebanyak 4 shift pada provider A, B, C dan D ditunjukkan
pada Gambar 16.

Gambar 6. Rute kereta api Komuter

E. Alur Pengukuran Delay
Pengukuran kinerja TCP/IP pada jaringan nirkabel bergerak
3G dilakukan di kendaraan bergerak, yaitu kereta api
Komuter. Pertama dilakukan persiapan alat yang dibutuhkan.
Kemudian menghubungkan mobile phone dan modem ke
laptop, menjalankan aplikasi pengukuran. Tidak lupa
mengaktikan GPSLogger selama pengukuran, agar dapat
mengetahui di titik mana terjadi delay. Proses mengirim data
ke server dilakukan setiap 15 detik sekali. Sehingga setiap
menitnya terdapat 3 sampai 4 sampel data. Pengukuran
dilakukan pada 4 provider. Pengukuran dilakukan selama
tujuh hari dengan empat kali shift per harinya. Shift ke-1
merupakan jadwal keberangkatan kereta pagi hari, shift ke-2
pada siang hari, shift ke-3 sore hari dan malam hari pada shift
ke-4.
F. Flowchart Aplikasi
Pada Gambar 8. Merupakan alur aplikasi pengukuran delay.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 8. Pengukuran delay selama 7 hari shift ke-1 (a), shift ke-2
(b), shift ke-3 (c), shift ke-4 (d)

Dari hasil pengukuran delay yang ditampilkan pada grafik
CDF Gambar 16, nilai CDF dapat dikelompokkan menurut
delay yang ditentukan pada Tabel 3.
Delay
(ms)

Gambar 7. Flowchart aplikasi

Tabel 3. Perbandingan delay setiap shift selama 7 hari
Shift keNilai CDF untuk Provider
A (%)
B (%)
C (%)
D (%)
500
1
12
39
58
21
2
10
40
37
20
3
11
38
50
18
4
10
44
54
15
5000
1
82
85
94
80
2
74
90
81
81
3
76
83
92
73
4
70
85
91
71

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Pada Tabel 3 didapatkan bahwa saat delay sebesar 500 ms,
pada shift pertama nilai CDF tertinggi dari provider C yaitu
58%. Begitu pula pada saat delay kurang dari 5000 ms nilai
CDF 94% berasal dari provider C. Provider C masih
mendominasi dengan nilai CDF lebih tinggi dibandingkan
dengan provider lain, meskipun saat jam sibuk yaitu shift ke-1
(pagi hari) dan shift ke-4 (malam hari) di mana didominasi
oleh pegawai berangkat dan pulang kerja.

Delay
(ms)
500

5000

B. Analisis perbandingan pengukuran delay per hari
Untuk hasil pengukuran mulai dari hari Senin, Selasa, Rabu,
Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu, didapatkan perbandingan
pengukuran delay setiap harinya pada Gambar 17.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

A-945

Tabel 4. Perbandingan delay per hari
Nilai CDF untuk Provider
A (%)
B (%)
C (%)
Senin
10
17
39
Selasa
0
21
39
Rabu
16
64
50
Kamis
10
35
70
Jumat
9
24
43
Sabtu
9
24
47
Minggu
17
82
50
Senin
75
83
90
Selasa
51
76
84
Rabu
80
92
92
Kamis
74
86
92
Jumat
75
88
87
Sabtu
76
85
90
Minggu
90
92
92
Hari

D (%)
20
20
21
17
11
22
23
75
75
90
74
80
70
83

Pada Tabel 4.10 didapatkan bahwa selama pengukuran
delay seminggu, saat delay kurang dari 500 ms sebagian besar
nilai CDF pada masing-masing provider belum mencapai 50%
CDF, kecuali pada hari libur (Minggu). Pada hari minggu nilai
CDF bisa mencapai 82% untuk provider B. Saat delay kurang
dari 5000 ms, hampir semua provider akan mencapai 100%
CDF, kecuali pada hari selasa provider A masih mencapai
50% CDF.
C. Analisis pengukuran delay selama 7 hari per provider
Dari tujuh hari pengukuran jumlah data yang diperoleh
13.214 data. Provider yang diteliti sejumlah 4, yaitu provider
A, povider B, provider C dan provider D. Provider A
ditunjukkan dengan garis berwarna merah, graris berwarna
hijau untuk povider B, sedangkan provider C ditunjukkan
dengan garis berwarna biru dan provider D ditampilkan
dengan garis berwarna merah muda.

Gambar 10. Grafik CDF selama 7 hari untuk 4 provider

Dari Gambar 18 disajikan data berupa tabel, agar
memudahkan dalam membaca dan membandingkan hasil
pengukuran. Hasilnya terdapat pada Tabel 5
Tabel 5 Perbandingan pengukuran delay setiap provider selama 7 hari

(g)

 

Gambar 9. Pengukuran delay per hari (a) Senin (b) Selasa (c) Rabu
(d) Kamis (e) Jumat (f) Sabtu (g) Minggu

Dari hasil pengukuran delay per hari yang ditampilkan pada
grafik CDF Gambar 17, nilai CDF dapat dikelompokkan
menurut delay yang ditentukan pada Tabel 4.

Nilai CDF untuk Provider

Delay
(ms)

A (%)
500
5000

B (%)
10
75

C (%)
40
81

D (%)
49
90

19
77

Acuan delay yang digunakan pada tugas akhir ini
merupakan standar dari SLAC (Stanford Linear Accelerator
Center). SLAC adalah pusat penelitian Universitas Stanford
yang dilakukan oleh Departemen Penelitian Energi Nasional.
Penelitiannya berkaitan dengan telekomunikasi, salah satunya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
tentang kualitas kinerja jaringan (QoS), dalam hal ini delay,
dapat dilihat pada Tabel 1.
Faktor yang menyebabkan delay pada jaringan nirkabel
bergerak yaitu : jaringan dengan trafik yang tinggi, mobilitas,
banyaknya pengguna jaringan dan waktu pengukuran.
Pemilihan delay sebesar 500 dan 5000 ms dikarenakan
untuk penerapan Intelligent Transport System pada aplikasi
mengetahui posisi kendaraan dibutuhkan delay toleransi
sebesar 500 ms untuk V2V [21]. V2V (Vehicle to Vehicle) ini
di mana antara kendaraan saling komunikasi mengirimkan
pesan misalnya pengereman apabila jarak antar 2 kendaraan
terlalu dekat saat kecepatan tinggi. Dari Tabel 5 didapatkan
bahwa untuk penerapan aplikasi mengetahui posisi kendaraan
dengan delay toleransi 500 ms menggunakan provider A, B, C
dan D kurang sesuai, karena nilai CDF semua provider belum
mencapai 50%.
Sedangkan delay toleransi sebesar 5000 ms digunakan
untuk mengetahui posisi kendaraan untuk V2i (Vehicle to
Infrastructure) [6]. Dalam hal ini angkutan cepat masal, di
mana data posisi berupa titik longitude dan titik latitude
dikirim dari OBU ke server. Dari Tabel 5 didapatkan bahwa
untuk penerapan aplikasi mengetahui posisi kendaraan
dengan delay toleransi 5000 ms menggunakan provider A, B,
C dan D masih sesuai, karena sebagian besar nilai CDF
tinggi. Saat delay kurang dari 5000 ms provider
A
mempunyai nilai CDF 75%, provider B dengan nilai CDF
81%, provider C dengan nilai CDF yaitu 90% dan yang
terakhir provider D dengan nilai CDF 77%. Dari keempat
provider , provider C yang paling mempunyai nilai CDF
paling tinggi sebesar 90% artinya 90% dari data pengukuran
keseluruhan mempunyai delay kurang dari 5000 ms. Menurut
standar SLAC nilai delay 5000 ms dapat dikategorikan
sebagai sedang - hampir semua terlayani (Sporadically
interactive regime).
V. KESIMPULAN/RINGKASAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengukuran dan analisis dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui besar delay
pada 4 provider seluler pada jaringan 3G di kereta api
Komuter Surabaya.
b. Pada 4 provider yang diukur didapat bahwa saat delay
kurang dari 5000 ms provider A mempunyai nilai CDF
75%, provider B dengan nilai CDF 81%, provider C
dengan nilai CDF yaitu 90% dan yang terakhir provider
D dengan nilai CDF 77%. Dari keempat provider,
provider C mempunyai nilai CDF paling tinggi sebesar
90%.
c. Provider C dapat digunakan sebagai pertimbangan sistem
komunikasi data pada penerapan Intelligent Transport
System (ITS) untuk aplikasi mengetahui posisi kendaraan
pada angkutan masal cepat, karena nilai delay toleransi
sebesar 5 detik dan dapat dikategorikan sedang dan
hampir semua terlayani.

A-946

B. Saran
Adapun hal yang masih bisa dikembangkan dari tugas akhir
ini adalah dalam pengembangan ke depan bisa dilakukan
pengukuran terhadap jitter, throughput dan loss.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Stallings, William, “Komunikasi Data dan Jaringan Komputer”,
Erlangga, Jakarta, 2007.
[2] Yuniati, Yetti, “Analisis Performansi Transmission Control Protocol
(TCP) yang Disebabkan oleh Wideband Effect Loss pada Jaringan
UMTS”, Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro, Vol. 5, No. 3, pp.
159-166, September, 2011.
[3] Team,
Deloitte
Global
Mobile
Consumer
Survey.
https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/global/Documents/Tec
hnology-Media-Telecommunications/gx-tmt-2015-global-mobileconsumer-survey-southeast-asia-edition.pdf, 2015.
[4] Pratama, I Putu Eka, Smart City beserta Cloud Computing dan
Teknologi-Teknologi Pendukung Lainnya, Informatika, Bandung, 2014.
[5] _______, Pra Studi Kelayakan AUMC Pemkot Sby, 2012, Pemkot
Surabaya
[6] Idris, Izwan, Wang, Charles, Real-time position tracking via Internet
communication protocols in LBS, International Global Navigation
Satellite Systems Society, Australia, 2015
[7] Stallings, William, “Komunikasi Data dan Komputer Dasar-Dasar
Komunikasi Data”, Salemba Teknika, Jakarta, 2001.
[8] Stallings, William, Komunikasi Data dan Komputer Edisi 1, Salemba
Teknika, Jakarta, 2001.
[9] Stallings, William, Komunikasi dan Jaringan Nirkabel Edisi 2,
Erlangga, Jakarta, 2005.
[10] Santoso, Gatot, Sistem Seluler WCDMA(Wideband Code Division
Multiple), Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006.
[11] _______,
Internetworking
Technology
Handbook,

[12] ________,Tutorial internet monitoring & PingER at SLAC.
http://www.slac.stanford.edu/comp/net/wan-mon/tutorial.html#delay
,2014.
[13] Harinaldi, “Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains”, Jakarta,
2005.
[14] ________,
Kereta
Api
Delta
Ekspress,

[15] Adipranata, Rudy, “Implementasi Protokol TCP/IP Untuk Pengendalian
Komputer Jarak Jauh”, Jurnal Informatika, Vol. 3, No. 1, pp. 34-41,
Mei, 2004.
[16] Catalan, M, TCP/IP Analysis And Optimization Over A Precommercial
Live UMTS Network, IEEE, 2005
[17] Hu, Zhenxian, Chen, Yi-Chao, Qiu, Lili, An In-Depth Analysis of 3G
Traffic and Performance, ACM, 2015
[18] Jang, Keon, 3G and 3.5G Wireless Network Performance Measured
Moving Cars and High-Speed Trains, ACM MICNET, 2009.
[19] Jiang, Haiqing, Trakling Bufferbloat in 3G / 4G Mobile Networks,
NCSU, 2012.
[20] Osama,
Ahmed,
3G
Network
Architecture
Model,

[21]Papadimitratos, Panos, Vehicular Communication Systems: Enabling
Technologies, Applications,and Future Outlook on Intelligent
Transportation, IEEE, 2009.