Analisis Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Pembiayaan HIV AIDS di Kota Pematangsiantar

ABSTRAK
Meningkatnya kasus HIV/AIDS pada hampir semua daerah di Indonesia harus
menjadi perhatian semua elemen masyarakat. Sumatera Utara merupakan salah satu
provinsi yang termasuk endemis HIV/AIDS. Kota Pematangsiantar merupakan salah
satu kota di provinsi Sumatara Utara yang mengalami peningkatan kasus HIV/AIDS.
Tahun 2011 terdapat sebanyak 14 kasus, kemudian tahun 2012 meningkat menjadi 57
kasus. Persepsi yang berbeda dari pemangku kepentingan terhadap pembiayan
HIV/AIDS berdampak terhadap keberlangsungan penanggulangan HIV/AIDS pada
masa yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi pemangku kepentingan
terhadap pembiayaan HIV/AIDS di Kota Pematangsiantar. Jenis penelitian kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai dengan September 2013. Informan
dalam penelitian ini adalah seluruh pemangku kepentingan berjumlah 18 orang. Data
primer diperoleh melalui wawancara mendalam, dianalisis dengan menggunakan
teknik contents analysis.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi pemangku kepentingan (komisi
kesehatan DPRD) terhadap HIV/AIDS dan penularannya kurang baik, persepsi
pemangku kepentingan terhadap trend kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan
dan mendukung proses usulan anggaran program penanggulangan HIV/AIDS,
persepsi pemangku kepentingan terhadap kebutuhan pembiayaan HIV/AIDS terjadi
perbedaan secara kognitif, hal ini terjadi karena implementasi dalam pengusulan

anggaran biaya kesehatan (kebutuhan pembiayaan HIV/AIDS) tidak sesuai dengan
usulan dan kebutuhan Dinas Kesehatan dan persepsi pemangku kepentingan terhadap
keterlibatan komponen pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan
HIV/AIDS sudah aktif, namun belum maksimal.
Disarankan kepada : (1) Unsur DPRD : (a) mengupayakan informasi yang
lengkap dan terkini terkait dengan HIV/AIDS, (b) sebaiknya personel yang bertugas
di komisi kesehatan dibekali dengan pelatihan terkait dengan perencanaan dan
anggaran. (2) Dinas Kesehatan; (a) perlu melakukan perhitungan secara ekonomi
terhadap program penanggulangan HIV/AIDS (b) meningkatkan upaya kegiatan
preventif, kuratif dan promotif kepada kelompok tertular, kelompok berisiko tertular,
kelompok rentan, dan masyarakat umum, (c) melibatkan organisasi wanita pekerja
seks yang ada dan ODHA dalam melakukan penyuluhan HIV/AIDS (3) Walikota dan
BAPPEDA: (a) membangun kesepahaman dan mendorong lahirnya komitmen
bersama dalam pengembangan respons kolektif terhadap program penanggulangan
HIV/AIDS dengan menjalin komunikasi serta penyatuan persepsi segenap komponen
dalam rangka mobilisasi komitmen dan respons kolektif segenap pemangku
kepentingan, (b) melakukan advokasi dan sosialisasi kepada eksekutif dan komisi
kesehatan DPRD Kota Pematangsiantar tentang proses penyusunan dan pengusulan
anggaran sesuai dengan kebutuhan program.
Kata Kunci : Persepsi, Pemangku Kepentingan, Pembiayaan HIV/AIDS


Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The increase of HIV/AIDS case in almost all regions in Indonesia has to be
the awareness of all of communities. North Sumatera is one of the provinces which
undergo endemic HIV/AIDS, and Pematangsiantar is one of the towns in North
Sumatera Province which also undergoes the increasing endemic HIV/AIDS. In 2011,
there were 14 cases, and in 2012 they increased to 57 cases. Different perception of
the stakeholders on the financing of HIV/AIDS has the impact on the sustainability of
handling HIV/AIDS in the future.
The objective of the research was to analyze the perception of the
stakeholders on the financing of HIV/AIDS in Pematangsiantar. The research was
qualitative; it was conducted from July to September, 2013. The informants were all
18 stakeholders. The primary data were gathered by conducting in-depth interviews
and analyzed by using contents analysis technique.
The result of the research showed that the perception of the stakeholders
(Health Commission in DPRD) on HIV/AIDS and its contagion was not good; their
perception on the trend of HIV/AIDS case increased, and they supported the budget

proposal of the financing of HIV/AIDS program; they had different perception
cognitively on the need for financing HIV/AIDS because the implementation of
budget proposal of health financing (the need for financing HIV/AIDS) was not in
accordance with the proposal and the need of the Health Office; and their perception
on the involvement of government and public components in handling HIV/AIDS was
active but not maximal.
It is recommended that (1) the elements of DPRD (a) place the right position
of the personnel according to their educational background, (b) provide complete
and current information related to HIV/AIDS, (c) the personnel who are on duty in
the health commission should be given orientation course and job training related to
planning and budgeting; (2) the Health Service (a) increase socialization the
program of handling HIV/AIDS intensively and sustainably through inter-sectoral
collaboration with the parties concerned, (b) involve prostitute organizations and
ODHA in giving the counseling about HIV/AIDS; and (3) the Mayor and BAPPEDA
(a) develop understanding and support the birth of mutual commitment in developing
collective response to the program of handling HIV/AIDS by establishing
communication and uniting the perception of all components in order to mobilize
commitment and collective response of all stakeholders, (b) perform advocacy and
socialization to the executive and health commission of DPRD Pematangsiantar
about the process of organizing and proposing the budget according to the need of

the program.
Keywords: Perception, Stakeholders, Financing of HIV/AIDS

ii
Universitas Sumatera Utara