Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Usaha Serat Kelapa (Coco Fiber)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa dijuluki sebagai pohon kehidupan dikarenakan kaya akan manfaat baik
untuk pangan, sumber energi, bahan baku berbagai industri kesehatan dan
kecantikan, maupun untuk keperluan rumah tangga dan barang kerajinan. Mulai
dari akar, batang, buah, bunga, dan daun dapat dimanfaatkan. Bunga kelapa
menghasilkan nira kelapa yang dapat menghasilkan gula merah (gula kelapa);
Daging buah kelapa dapat menghasilkan kopra, minyak kelapa, santan, dan kelapa
parut kering (desiccated coconut); Sabut kelapa dapat menghasilkan coir fiber,
keset, sapu, matras, dan bahan pembuat spring bed; Tempurung kelapa dapat
dimanfaatkan menjadi arang tempurung, karbon aktif, dan kerajinan tangan; Air
kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan cuka, nata de coco, kecap, dan
minuman berenergi; Batang kelapa dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan
kerangka atau atap; Daun kelapa dapat menghasilkan lidi untuk sapu serta barang
anyaman sebagai dekorasi; Akar kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pewarna dan obat-obatan.

Berdasarkan data Departemen Pertanian, 2013 luas areal perkebunan kelapa di
Indonesia dari tahun 2000 hingga 2011 berkisar antara 3,69 – 3,91 juta Ha dengan
produksi antara 3,04 – 3,25 juta Ton. Ini berarti produktivitas perkebunan kelapa

di Indonesia masih rendah yaitu berkisar 0,8 Ton/Ha. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan
2000 - 2011
Luas areal
Tahun
(Ha)
2000
3.696.017,00
2001
3.897.467,00
2002
3.884.950,00
2003
3.913.130,00
2004
3.797.004,00

2005
3.803.614,00
2006
3.788.892,00
2007
3.787.989,00
2008
3.783.074,00
2009
3.799.124,00
2010
3.739.350,00
2011
3.767.704,00
Sumber: Departemen Pertanian, 2013

Produktivitas Kelapa Indonesia Tahun
Produksi
(Ton)
3.047.558,00

3.163.018,00
3.098.496,00
3.254.853,00
3.054.511,00
3.096.845,00
3.131.158,00
3.193.266,00
3.239.673,00
3.257.970,00
3.166.666,00
3.174.379,00

Produktivitas
(Kg/Ha)
824,55
811,56
797,56
831,78
804,45
814,18

826,40
842,99
856,36
857,56
846,84
842,52

Dimana penyebaran lokasi utama perkebunan kelapa Indonesia pada tahun 2012
adalah Riau, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Maluku Utara, Sulawesi
Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penyebaran Lokasi Utama Perkebunan Kelapa Indonesia Tahun
2012
Luas areal
Produksi
Produktivitas
Provinsi
(Ha)
(Ton)
(Kg/Ha)

Riau
521,038.00
483,397.00
927,76
Jawa Timur
297,681.00
270,263.00
907,89
Sulawesi Utara
279,539.00
285,056.00
1019,73
Jawa Tengah
237,972.00
182,298.00
766,05
Maluku Utara
226,496.00
256,487.00
1132,41

Sulawesi Tengah
206,584.00
177,758.00
860,46
Jawa Barat
182,974.00
106,575.00
582,46
Sumatera Utara
113,229.00
95,824.00
846,28
Sumber: Departemen Pertanian, 2013

Berdasarkan pada Tabel 1, produksi kelapa di Indonesia cukup besar, dikarenakan
areal tanam yang luas. Namun kelapa tersebut pada umumnya dimanfaatkan
petani untuk dibuat kopra yang selanjutnya dijual ke pabrik penggilingan minyak.

Universitas Sumatera Utara


Dengan pola pemanfaatan yang selama ini ada, tempurung, sabut, dan air kelapa
praktis tidak termanfaatkan secara maksimal, bahkan cenderung diperlakukan
sebagai limbah. Padahal dengan sentuhan teknologi, bagian-bagian dari kelapa
tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri yang produknya mampu
berkompetisi di pasar domestik maupun internasional, sehingga kalau hal ini
berjalan dengan baik, maka pendapatan petani kelapa akan meningkat.

Salah satu bentuk industri yang dipandang berpotensi untuk dikembangkan dan
sesuai untuk skala kecil sampai menengah adalah pengolahan sabut untuk
dijadikan serat. Laporan yang disampaikan oleh Rumokoi (1990) menyebutkan
bahwa sabut merupakan komponen berat terbesar (38-44%) dari buah kelapa,
dibanding dengan komponen lainnya seperti tempurung (21-28%) dan air kelapa
(29-35%). Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per
tahun adalah sebesar 3,3 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,2 – 1,4 juta ton
sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian
besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan nilai tambahnya.

Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai coco fiber, coir
fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut

kelapa. Secara tradisional serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan
pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan
teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke
bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku
industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Serat

Universitas Sumatera Utara

sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk
lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain. Serat sabut kelapa juga dapat
dimanfaatkan untuk pengendalian erosi.

Dengan demikian, potensi bahan baku industri pengolahan sabut kelapa yang
dimiliki Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Sejalan dengan upaya
pemberdayaan kekuatan ekonomi rakyat yang sedang digalakkan pemerintah
sejak reformasi bergulir, maka industri pengolahan sabut kelapa memiliki posisi
strategis untuk dikembangkan. Posisi strategis tersebut didukung oleh fakta bahwa
perkebunan kelapa di Indonesia tersebar di berbagai provinsi dan sebagian besar
merupakan perkebunan rakyat. Dengan demikian, strategi pengembangan industri
pengolahan sabut kelapa perlu dikaji secara komprehensif.


Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses produksi usaha serat kelapa?
2. Apakah pengembangan usaha serat kelapa (coco fiber) di Kecamatan Batang Kuis
sudah layak secara finansial?

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha serat kelapa (coco fiber) di Kecamatan
Batang Kuis?

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan bagaimana proses produksi usaha serat kelapa.
2. Untuk menganalisis usaha serat kelapa (coco fiber) di Kecamatan Batang Kuis
sudah layak atau tidak.
3. Untuk menjelaskan strategi pengembangan yang cocok untuk usaha serat

kelapa (coco fiber) di Kecamatan Batang Kuis.

Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha serat kelapa (coco fiber) untuk
mengembangkan usahanya.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang ingin membangun usaha serat
kelapa (coco fiber).
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara