Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori
2.1.1

Teori Signaling
Teori Signalling mengemukakan tentang bagaimana perusahaan

memberi sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari
perusahaan lain.
Dengan kata lain, teori Signaling menekankan pada pentingnya
informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi
kepada pihak yang berada diluar lingkup perusahaan. Informasi dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang akan diambil.
Keputusan yang diambil perusahaan akan memberikan sinyal kepada pasar
sebagai informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan

bagi pelaku pasar, suatu keputusan yang diambil oleh perusahaan
mempunyai nilai informatif yang akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan sebelum melakukan keputusan investasi.
2.1.2

Penggabungan Usaha
Salah satu keputusan investasi yang belakangan sering digunakan

beberapa perusahaan dalam rangka mengembangkan usahanya adalah
dengan melakukan penggabungan usaha.

Universitas Sumatera Utara

“Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan
entitas-entitas usaha yang sebelumnya terpisah. Meskipun tujuan utama
penggabungan usaha adalah meningkatkan profitabilitas, namum banyak
perusahaan dapat menjadi lebih efisien dengan mengintegrasikan operasi
secara horizontal atau vertikal dan atau mendiversifikasikan resiko usaha
melalui operasi konglomerasi” (Beams et al ,2009:2).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2010) dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Indonesia (PSAK No.22) mendefinisikan “penggabungan usaha
(business combination) sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu
dengan perusahaan lain”. Berdasarkan definisi tersebut, penggabungan
tidak hanya terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang terpisah melebur
menjadi satu entitas hukum, melainkan ketika dua atau lebih perusahaan
menjadi pihak pengendali. Jenis penggabungan usaha sendiri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu merger dan akuisisi.
Penggabungan usaha merupakan bagian dari lingkungan usaha yang
sifatnya berkelanjutan (kontinuitas) dan sering kali terjadi. Puncak dari
kegiatan merger sendiri terjadi pada tahun 1960-an. Pada periode ini
ditandai dengan terjadinya merger yang menghebohkan, kegiatan yang tak
terorganisasi

dengan

baik

sehingga


mengakibatkan

terjadinya

konglomerasi, atau perusahaan yang beroperasi di berbagai jenis industri
dikarenakan banyaknya perusahaan yang kurang memiliki koherensi dalam
operasinya. Banyak perusahaan yang melakukan penggabungan usaha di

Universitas Sumatera Utara

periode ini tidak sesukses yang diharapkan, dan bahkan tidak sedikit dari
perusahaan tersebut yang pada akhirnya dijual atau dilepaskan. “Pada tahun
1980-an, jumlah penggabungan usaha kembali mengalami peningkatan.
Pada periode ini banyak terjadi leverage buyouts, namun utang yang
ditimbulkan dari transaksi tersebut menyebabkan banyak perusahaan
mengalami kesulitan” (Brealey, et al, 2007 : 208),. Adapun alasan-alasan
umum perusahaan dalam melakukan penggabungan usaha adalah: (Beams,
et al, 2009 : 2)
1. Keunggulan biaya
2. Resiko yang lebih rendah

3. Memperkecil keterlambatan operasi
2.1.3

Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan untuk

beroperasi di masa mendatang dimana suatu perusahaan tidak berfungsi
lagi. Perusahaan yang tetap beroperasi bisa berganti nama setelah merger
dilakukan untuk menyatakan operasi perusahaan. Perusahaan yang
digabungkan

harus

dibubarkan

untuk

menyatakan

telah


terjadi

penggabungan perusahaan.
Baker, et al, (2005 : 11) menyatakan “merger adalah jenis
penggabungan usaha dari dua perusahaan atau lebih, dimana hanya salah
satu nama perusahaan yang masih tetap digunakan, sedangkan yang lain
melebur menjadi satu kesatuan hukum”. Menurut Beams, et al (2009 : 5)

Universitas Sumatera Utara

“merger terjadi ketika sebuah perusahaan baru dibentuk untuk mengambil
alih semua operasi dari entitas bisnis lainnya dan entitas itu yang
dibubarkan”.
Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan
perspektif akuntansi bahwa merger adalah salah satu metode penyatuan
usaha (business combination). Penyatuan usaha didefinisikan sebagai
penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah lain atau memperoleh
kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Dari definisi mengenai
merger tersebut, akuntansi membedakan penyatuan usaha dalam dua

kategori yaitu (1) penyatuan kepentingan atau penyatuan kepemilikan, dan
(2) akuisisi.

Perusahaan AA
Perusahaan AA
Perusahaan BB
Gambar 2.1
Ilustrasi Merger
Sumber: Baker (2009:6)
2.1.4

Akuisisi
“Akuisisi

terjadi

ketika

suatu


perusahaan

memperoleh

pengendalian operasi atas fasilitas produksi entitas lain dengan memiliki
mayoritas saham berhak suara yang beredar. Perusahaan yang diakuisisi

Universitas Sumatera Utara

tidak perlu dibubarkan; tetapi, perusahaan tersebut tidak memiliki
eksistensi lagi” (Beams, et al, 2009 : 5).
Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan usaha di mana salah satu
perusahaan, yaitu perusahaan pengakuisisi, memperoleh kendali atas
aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan
aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham.
Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang
dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:
a.


Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan

b.

Mengangkat dan memberhentikan manajemen

c.

Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi
Berbeda dengan merger, kegiatan akusisi tidak menyebabkan pihak

lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam kegiatan akuisisi secara hukum tetap berdiri dan beroperasi secara
individual, namun telah terjadi pengalihan kendali oleh pihak pengakuisisi.

Perusahaan AA

Perusahaan AA

Perusahaan BB


Perusahaan BB
Gambar 2.2
Illustrasi Akuisisi

Sumber: Baker (2009:7)

Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Klasifikasi Merger dan Akuisisi
Secara umum merger dan akuisisi dapat dibagi menjadi empat

kelompok, (Brigham dan Houston, 2001 : 381):
1. Merger Horisontal, terjadi terjadi bila suatu perusahaan
menggabungkan diri dengan perusahaan yang ada pada satu jenis
usaha yang sama. Contohnya: sebuah perusahaan telekomunikasi
melakukan merger dengan perusahaan telekomunikasi lainnya, seperti
perusahaan XL dengan Axis dimana kedua perusahaan memiliki usaha

dalam bidang yang sama yaitu penyedia jasa telekomunikasi.
2. Merger Vertikal, terjadi bila sebuah perusahaan melakukan
penggabungan dengan perusahaan yang masih memiliki keterkaitan
dengan usahanya. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan
penghematan biaya operasi karena perusahaan memiliki akses
langsung ke hulu maupun hilir usaha. Contohnya adalah ketika sebuah
perusahaan pengecoran baja melakukan penggabungan usaha dengan
suppliernya. Atau bisa juga sebuah perusahaan pengolahan hasil
pertambangan melakukan merger dengan perusahaan distributor dan
pemasarannya.
3. Merger Kongeneric adalah penggabungan dua usaha yang sejenis
tetapi mempunyai produk yang berbeda. Contohnya, sebuah
perusahaan komputer melakukan merger dengan perusahaan software,
dua perusahaan memiliki bidang usaha yang sama yaitu dalam bidang
teknologi tetapi mereka memproduksi barang yang berbeda.
4. Merger Konglomerat yaitu penggabungan usaha dari dua atau lebih
industri yang sama sekali tidak terkait. Contoh perusahaan
pertambangan membeli perusahaan real estate.

Sedangkan menurut prosesnya merger dibagi menjadi dua yaitu

(Brigham dan Houston, 2001 : 384):
1. Friendly Merger adalah meger yang disetujui oleh kedua belah pihak
dimana kedua pihak sepakat untuk melakukan penggabungan dan
percaya bahwa penggabungan ini akan membawa manfaat bagi kedua
belah pihak.
2. Hostile Merger adalah ketika kedua belah pihak tidak mencapai kata
sepakat dalam penggabungan usaha dimana perusahaan target merasa
harga yang ditawarkan terlalu rendah dan juga dimungkinkan dengan
ketakutan para manajer akan kehilangan jabatan ketika terjadi
penggabungan usaha. Bila terjadi seperti ini pihak perusahaan pembeli
bisa mendekati para pemegang saham perusahaan target dan

Universitas Sumatera Utara

membelinya langsung dari mereka sehingga tidak diperlukan lagi
persetujuan dari para manajer perusahaan target.

2.1.6

Motif Merger dan Akuisisi
Beberapa alasan merger dan akuisisi yang sering dimunculkan

adalah sinergi, pertimbangan pajak, membeli aset di bawah biaya
penggantian, diversifikasi, insentif bagi manajer dan breakup value. Dari
keenam alasan tersebut yang dominan adalah alasan sinergi. “Ada atau
tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak bisa dilihat beberapa saat
setelah merger dan akuisisi terjadi, tetapi diperlukan waktu yang relatif
panjang” (Hamidah dan Noviani , 2013 : 32).
Brigham dan Houston (2001 : 377) menjelaskan motif– motif yang
menjadi alasan perusahaan untuk melakukan akuisisi adalah:
1. Motif sinergi yang dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara
simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang
bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut
menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan
aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.
2. Motif diversifikasi yaitu strategi pemberagaman bisnis yang bisa
dilakukan melalui akuisisi untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi
perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Namun jika melakukan
diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan
tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core
competence)
Menurut Moin, (2010 : 53-61) motif melakukan akuisisi terdiri dari:
1. Motif Ekonomi. Motif ekonomi bertujuan untuk menunjukan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan bagi perusahaan maupun
bagi pemegang sahamnya untuk tujuan jangka panjangnya.
2. Motif Non Ekonomi. Akuisisi dilakukan bukan hanya didasarkan karena
pertimbangan ekonomi saja, tetapi didasarkan pada petimbanganpertimbangan lain seperti prestis dan ambisi yang berasal kepentingan
personal baik dari manajemen perusahaan maupun dari pemilik
perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

2.1.7

Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi
Alasan perusahaan untuk melakukan merger dan akuisisi

dikarenakan ada “manfaat lebih" yang diperoleh dari aktivitas tersebut,
walaupun asumsi ini tidak terbukti sepenuhnya. Secara spesifik (Sjahrial,
2007 : 434) keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana serta lebih
murah dibandingkan bentuk pengambilalihan yang lain.
b. Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi, waktu yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan merger cenderung lebih lama karena dalam merger
harus ada persetujuan dari para pemegang saham masingmasing perusahaan, yang tentunya akan memakan waktu lama
dalam perundingan untuk menyakinkan mereka tentang
manfaat dari merger ini.
c. Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi (saham dan aset) adalah
sebagai berikut:
1. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham
dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham
tidak menyukai tawaran Bidding firm (pihak pengakuisisi),
mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada
pihak Bidding firm.
2. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat
berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan
yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak
diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan
komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan
untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat
(hostile takeover).
4. Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi
tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti
pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi
pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui
akuisisi.
d. Kekurangan Akuisisi

Universitas Sumatera Utara

Kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut:
1. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak
menyetujui pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan
batal.
2. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang
dibeli maka terjadi merger.
3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset
harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan
biaya legal yang tinggi.
2.1.8

Kinerja Keuangan
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan

merger dan akuisisi dapat terlihat dari kinerja perusahaan dan penampilan
perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Kondisi dan posisi
perusahaan akan mengalami perubahan, dan hal ini tercermin dalam
pelaporan keuangan perusahaan.
Penilaian kinerja merupakan penentuan efektifitas operasional,
organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja,
yakni kinerja operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih
menekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/
divisi yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja
keuangan lebih kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan pada waktu
dan jangka tertentu.
Setelah merger dan akuisisi, ukuran perusahaan dengan sendirinya
bertambah besar karena asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan digabung
bersama dengan kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin
baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan

Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat dinilai dan diukur
dengan menggunakan rasio keuangan. Beberapa rasio keuangan yang
dapat digunakan sebagai indikator keuangan perusahaan adalah:
1. Operating Profit Margin (OPM)

Rasio

ini

menggambarkan

kemampuan

perusahaan

untuk

menghasilkan laba operasi dari jumlah penjualan yang dicapai atau
berapa laba operasi yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan.
Rumus untuk OPM adalah:
OPM =

Laba Operasi
x 100%
Total Penjualan

2. Return On Assets (ROA)

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba atas aktiva yang digunakan setelah bunga dan pajak.
Rumus untuk ROA adalah:
ROA =

Laba Bersih Setelah Pajak
x 100%
Total Asset

3. Return On Equity (ROE)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba bersih setelah pajak yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan.
Rumus untuk ROE adalah:
ROE =

Laba Bersih
x 100%
Total Ekuitas

Universitas Sumatera Utara

4. Debt to Equity Ratio (DER)

Merupakan rasio leverage yang mengukur kemampuan perusahaan
dengan ekuitas yang dimilikinya untuk membayar hutang kepada
kreditur. Rumus untuk DER:
DER =

2.2

Total Liabilitas
Total Ekuitas

Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menginvestasikan pengaruh

merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu
konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2013) yang bertujuan untuk
menganalisis perbedaan kinerja keuangan dari perusahaan publik baik sebelum
dan sesudah dilakukannya merger dan akuisisi, memberikan hasil penelitian
bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan
baik sebelum ataupun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi. Penelitian ini
menggunakan rasio keuangan seperti CR, NPM, ROA, ROE, DER, dan TATO,
dimana metode analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, paired Sample
T-test dan Wilcoxon Sign Rank Test.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian dari Novaliza dan
Djajanti (2013) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dari perusahaan yang merger dan akuisisi yang bahkan hasil penelitian
diperkuat dengan hasil pengujian terhadap return saham perusahaaan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
return saham perusahaan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi.

Universitas Sumatera Utara

Fakta tersebut menyimpulkan bahwa investor beranggapan bahwa merger dan
akuisisi yang dilakukan tidak memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan.
Demikian pula halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rambe
(2012)

dimana hasil pengujian menggunakan uji beda Paired Sample T-test

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio
setelah merger dan akuisisi pada semua periode pengamatan dan pengujian.
Berdasarkan deskriptif perubahan nilai rata-rata (mean) rasio DER mengalami
peningkatan, namun hasil tersebut tidak cukup kuat untuk membuktikan adanya
pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan publik
perusahaan.
Namun, lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamidah dan
Noviani (2013), yang melakukan analisis untuk melihat perbandingan kinerja
keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi menggunakan
rasio keuangan Current Ratio (CR), Total Asset Turnover (TATO), Debt Ratio
(DR), Return On Asset (ROA), Price Earnings Ratio (PER) menunjukkanrasio
likuiditas yang diukur dengan current ratio (CR) memperlihatkan perbedaan pada
periode satu tahun sebelum dengan dua, empat, dan lima tahun sesudah merger
dan akuisisi, yang berarti efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva
lancarnya untuk mengelola kewajiban lancar semakin meningkat setelah
penggabungan badan usaha. Rasio profitabilitas yang diukur dengan return on
assets (ROA) menunjukkan perbedaan pada periode satu tahun sebelum dengan

Universitas Sumatera Utara

empat tahun sesudah merger dan akuisisi, yang berarti perusahaan semakin efisien
dalam memanfaatkan aktivanya untuk kegiatan operasional perusahaan dan
kinerja manajemen semakin efektif dibanding sebelum merger dan akuisisi. Rasio
nilai pasar yang diukur dengan Price Earnings Ratio (PER) menunjukkan
perbedaan pada periode satu tahun sebelum dengan tiga tahun sesudah merger dan
akuisisi, yang berarti setelah merger dan akuisisi tingkat kepercayaan investor
terhadap kinerja jangka panjang perusahaan semakin meningkat.
Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Kuncoro (2014) dimana
hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada pengujian secara parsial
terhadap 5 rasio keuangan, yaitu PBV, OPM, ROA, ROE dan DER yang
menunjukan hasil yang signifikan di beberapa tahun pengamatan. Hanya variabel
ROE yang tidak menunjukan perbedaan di seluruh tahun pengamatan sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi. Namun dalam statistik desktiptif terjadi perubahan
menuju ke arah positif pada seluruh rasio keuangan setelah terjadinya merger dan
akuisisi yang menunjukan adanya sinergi yang diperoleh perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi.
Untuk lebih jelas ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti

Variabel

1.

CR,
NPM, Paired
Hasil penelitian ini menunjukkan
ROA, ROE, Sample T-test bahwa
kinerja
keuangan
DER, TATO dan Wilcoxon pengakuisisi yang diukur dengan
Sign
Rank rasio Current Ratio, Net Profit
Test
Margin, Return On Asset, Return

Siti
Fatimah
(2013)

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.

K. B. Singh
(2013)

3

Hamidah,
Manasye
Noviani
(2013)

4.

5.

OPM, GPM,
NPM, DER,
Return
on
Networth,Ret
urn
on
Capital
Employed
CR, TATO,
DR,
ROA,
PER

Paired
sample t-test

On Equity, Debt To Equity Ratio,
dan Total Asset Turn Over tidak
menunjukan perbedaan antara
sebelum dan sesudah akuisisi
Hasil penelitian menunjukkan
terjadi
peningkatan
secara
signifikan terhadap kinerja operasi
perusahaan pasca 3 tahun merger
dan akuisisi

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi perbedaan yang
signifikan pada perusahaan antara
sebelum
dan
sesudah
dilakukannya merger dan akusisi
di beberapa tahun pengamatan

Wahyu
Hadi
Kuncoro
(2014)

Metode
analisis:OneSample
Kolmogorov
Smirnov
Uji
Normalitas
dan Paired
Sample
TTest untuk uji
hipotesis
PBV, OPM, Wilcoxon
ROE, ROA, Signed Ranks
DER
Test
dan
Manova

Putri
Novaliza,
Atik
Djajanti
(2013)

CR,
QR, Paired
ITO, TATO, sample t-test
DR,
DER,
ROA, ROE,
return saham

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada perubahan secara
signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan
yang
melakukan
merger
dan
akuisisi
yang
diperkuat dengan hasil pengujian

Hasil
dari
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
pada
pengujian secara parsial terhadap
5 rasio keuangan, yaitu PBV,
OPM, ROE, ROA, dan DER
menunjukan hasil yang signifikan
di beberapa tahun pengamatan

Universitas Sumatera Utara

6.

2.3

Bhakti
Helvi
Rambe
(2012)

CR,
DER, Paired
TATO, ROA, sample t-test
ROE

terhadap
return
saham
perusahaaan
Hasil pengujian menggunakan uji
beda paired sample T-test
menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan untuk
semua rasio setelah merger dan
akuisisi pada semua periode
pengamatan dan pengujian.

Kerangka Konseptual
“Merger dan akuisisi merupakan salah satu tindakan strategis perusahaan

untuk mengembangkan usahanya” (Kuncoro, 2013 : 39). Keberhasilan suatu
perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja
perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangannya. Perubahan yang terjadi pada
perusahaan yang merger dan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja
perusahaannya dan posisi finansialnya. Setelah merger dan akuisisi, posisi dan
kondisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam
laporan keuanga perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tersebut.
Diuraikan sebelumnya, perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi di
dasari motivasi sinergi. Di mana dengan motivasi sinergi akan membawa
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi mengalami perbedaan yang
positive pada kinerjanya, tanpa motivasi sinergi maka perusahaan yang melakukan
merger dan akuisisi hanya akan bertambah nilai asset saja namun sejalan dengan
itu kinerja perusahaan berpotensi menurun.
Sinergi yang terjadi pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dapat tercemin dari kinerja perusahaan., maka ditetapkan kerangka pemikiran
teoritis yang menyatakan kinerja perusahaan yang sinergis setelah melakukan

Universitas Sumatera Utara

merger dan akuisisi dapat terukur dari rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan
tersebut adalah rasio profitabilitas dan rasio leverage.
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh
manajemen. Di mana jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat
profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan sinergi. Dimana
margin laba operasi (OPM), serta return atas asset (ROA) dan ekuitas (ROE) juga
akan meningkat.
Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula
digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya,
apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Maka jika terjadi sinergi
atas dilakukannya merger dan akuisisi maka secara umum keikutsertaan modal
mereka akan cukup baik untuk melakukan usahanya sehingga penggunaan hutang
atas

ekuitas

perusahaan

(DER),

untuk

menjalankan

perusahaan

dapat

diminimalisir.
Banyak dari rasio-rasio keuangan yang lain yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Berdasarkan
tinjauan

pustaka

serta

beberapa

penelitian

terdahulu,

maka

peneliti

mengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas (OPM,
ROA, ROE), dan rasio solvabitias atau financial leverage (DER) sebagai variabel
penelitian yang mencerminkan perbedaan setelah melakukan merger dan akuisisi
dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Sebelum Merger dan
Akuisisi

Uji Beda

Setelah Merger dan
Akuisisi

Kinerja Keuangan:

Kinerja Keuangan:
H1

OPM

H2

ROA

H3

ROE

H4

DER

OPM
ROA
ROE
DER

Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
2.4

Hipotesis Penelitian
2.4.1 Terdapat Perbedaan Operating Profit Margin Sebelum dan
Sesudah Merger dan Akuisisi
Setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi maka
diharpkan akan menimbulkan terjadinya peningkatan dalam kegiatan
operasi perusahaan. Dengan tujuan agar sinergi yang diharapkan setelah
merger dan akuisisi dapat diperoleh. Sehingga muncul dugaan bahwa rasio
operasi perusahaan setelah merger dan akuisisi akan mengalami
peningkatan dibanding dengan periode sebelumnya. Kuncoro (2013)
mengemukakan bahwa OPM pasca merger dan akuisisi mengalami
perubahan yang signifikan dibandingkan sebelum terjadi merger dan

Universitas Sumatera Utara

akuisisi. Hal ini sejalan dengan hasil dari Singh (2013) terjadi peningkatan
OPM pada kegiatan merger di India.
H1: Terdapat perbedaaan yang signifikan rasio OPM sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
2.4.2 Terdapat Perbedaan Return On Assets Sebelum dan Sesudah
Merger dan Akuisisi
Keputusan merger dan akuisisi diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi

aktivitas

peusahaan

dan

kemampuan

perusahaan

untuk

memperoleh keuntungan. Hal tersebut terjadi setelah perusahaan
bergabung yang tercermin dalam rasio Return On Assets. Rambe (2012)
dalam penelitiannya mengemukakan bahwa tidak terjadi perbedaan yang
signifikan untuk ROA pasca dilakukakannya merger dan akuisisi. Hal
yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian Fatimah (2013) dimana
ROA tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sementara penelitian
oleh Novaliza dan Djajanti (2013) menunjukkan hasil ROA yang berubah
secara signifikan.
H2: Terdapat perbedaaan yang signifikan rasio ROA sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Terdapat Perbedaan Return On Equity Sebelum dan Sesudah
Merger dan Akuisisi
Diharapkan bahwa setelah melakukan aktivitas merger dan akuisisi
perusahaan juga dapat meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh
pengembalian atas ekuitas saham biasanya (Return On Assets-ROE).
Penelitian

oleh

Ardiagarini

(2011)

menunjukkan

bahwa

terjadi

peningkatan yang signifikan untuk ROE pasca merger dan akuisisi.
Sementara Rambe (2012) mengemukakan bahwa ROE tidak mengalami
perbandingan yang signifikan pasca dilakukannya merger dan akuisisi.
H3: Terdapat perbedaan yang signifikan rasio ROE sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi
2.4.4 Terdapat Perbedaan Debt to Equity Ratio Sebelum dan Sesudah
Merger dan Akuisisi
Berkaitan dengan keputusan merger dan akuisisiyang diambil
perusahaan diharapkan terjadi perubahan yang lebih baik pada rasio
leverage setelah perusahaan bergabung. Dengan kata lain muncul dugaan
bahwa setelah merger dan akuisisi rasio leverage yang diwakili rasio Debt
to Equity Ratio akan mengalami penurunan setelah penggabungan usaha
sehingga kemampuan peusahaan untuk membayar utangnya semakin
tinggi. Penelitian oleh Rambe (2012) menunjukkan rasio DER mengalami
peningkatan yang signifikan. Hal ini berkebalikan dengan penelitian yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan Fatimah (2013) dimana DER tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan pasca dilakukannya merger dan akuisisi.
H4: Terdapat perbedaan yang signifikan rasio DER sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

8 137 102

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 5 17

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH MERGER ATAU AKUISISI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 5 21

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

9 34 88

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 11

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

PERBEDAAN lONERJA KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI -

0 0 171