Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dengan Status Gizi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Era globalisasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat,
antara lain adalah perubahan gaya hidup terutama pada pola makan. Saat ini
masyarakat cenderung tidak banyak melakukan aktivitas fisik diakibatkan
kemajuan teknologi. Begitu pula dengan pola makan, mengkonsumsi makanan
tinggi lemak dan energi telah menjadi gaya hidup baru bagi mereka. Ini
dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan dan gencarnya promosi makanan
cepat saji.
Pola makan memiliki keterkaitan dengan pola penyakit. Perubahan pola
makan mempengaruhi pola penyakit. Saat ini penyakit menular tidak lagi menjadi
prioritas masalah kesehatan, ini dikarenakan angka kematian akibat penyakit tidak
menular mengalami peningkatan dibandingkan dengan penyakit menular.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan
bahwa penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia yaitu
sebesar 63 persen, lebih dari 9 juta semua kematian tersebut terjadi pada usia di
bawah 60 tahun. Begitu pula di Indonesia, menurut data Sistem Informasi Rumah

Sakit (SIRS) tahun 2009-2010 didapatkan bahwa penyakit tidak menular menjadi
penyebab utama kematian.
Perubahan pola makan akan mempengaruhi status gizi. Pola makan
terbentuk melalui perilaku konsumsi makanan. Perilaku konsumsi makanan
merupakan salah satu penyebab langsung yang mempengaruhi terbentuknya

1

Universitas Sumatera Utara

2

status gizi. Mengkonsumsi makanan

yang tidak sesuai kebutuhan akan

membentuk status gizi yang tidak baik. Perilaku konsumsi makanan yang salah
dan aktivitas fisik yang kurang menyebabkan metabolisme tubuh terganggu
sehingga dapat menyebabkan gizi lebih.
Data WHO tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 1,9 miliar

remaja usia 18 tahun, orang dewasa dan usia lanjut mengalami kelebihan berat
badan. Secara keseluruhan, sekitar 13 persen orang dewasa (11 persen pria dan
15 persen wanita) dari populasi dunia mengalami obesitas. Sedangkan menurut
data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi
obesitas meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010. Angka obesitas pada
pria pada tahun 2010 sekitar 15 persen meningkat menjadi 20 persen. Sedangkan
pada wanita dari 26 persen meningkat menjadi 35 persen.
Usia dewasa merupakan usia dimana proses pertumbuhan tidak lagi terjadi
serta telah disibukkan dengan rutinitas pekerjaan. Konsumsi makanan pada orang
dewasa yang bekerja perlu diperhatikan, ini dikarenakan mereka sangat rawan
mengalami obesitas. Asupan gizi pada orang yang bekerja harus disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh dan jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang cenderung
lebih banyak tidak mengandalkan aktivitas fisik adalah pekerjaan kantoran di
Bank, Kantor Pemerintahan, dan lain lain. Umumnya, orang yang bekerja di
kantor lebih menyukai makanan berlemak, berenergi, gurih dan manis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadimin (2011) pada pegawai Dinas
Kesehatan Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pola makan masih kurang baik
yaitu sebesar 62 persen. Sebagian besar pola konsumsi pegawai terhadap sayuran

Universitas Sumatera Utara


3

dan buah masih kurang. Selain itu frekuensi konsumsi terhadap makanan pokok
dan lauk pauk juga kurang baik. Mereka juga cenderung mengkonsumsi makanan
siap saji yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak atau tinggi kalori. Data
status gizi pegawai terdapat 50 persen mengalami obesitas. Terlihat bahwa pola
makan yang kurang baik menyebabkan status gizi tidak baik pula.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi dan Trias (2013) pada pegawai
negeri sipil Dinas Kesehatan Jawa Timur menunjukkan bahwa sumber karbohidrat
yang dikonsumsi pegawai adalah nasi sebesar 59,8 persen dengan frekuensi
terbanyak pada laki-laki 3 kali per hari sebesar 39,1 persen dan perempuan 2 kali
per hari sebesar 21,8 persen. Sedangkan pada pegawai yang mengkonsumsi bakso
adalah sebesar 29,8 persen dengan frekuensi terbanyak pada laki-laki 2
kali/minggu sebesar 13,8 persen dan pada perempuan 1 kali/minggu sebesar 7,2
persen. Menurut data yang didapat dari 87 sampel, terdapat 56,3 persen pegawai
memiliki status gizi yang tidak baik, yaitu mengalami obesitas sentral.
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan antara frekuensi
mengkonsumsi nasi dan bakso keliling dengan status gizi pegawai negeri sipil di
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kantor Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Langkat terhadap 15
orang PNS, terdapat 6 orang mengalami obesitas, 4 orang mengalami overweight,
2 orang kurus dan 3 orang normal. Lokasi penelitian berada di Jalan T.Amir
Hamzah no.1 Stabat. Menurut hasil wawancara yang dilakukan ke beberapa PNS,
didapatkan gambaran bahwa pengetahuan mengenai gizi seimbang masih kurang

Universitas Sumatera Utara

4

baik. Beberapa PNS masih banyak yang tidak mengetahui menu makanan
beranekaragam, mereka beranggapan nasi dan lauk pauk saja sudah memenuhi
makanan beranekaragam dan bergizi seimbang. Sikap PNS dalam menanggapi
makanan bergizi seimbang juga masih kurang. Ini terlihat dari tanggapan mereka
mengenai gizi seimbang tidak menunjukkan sikap positif. Sedangkan konsumsi
makanan mereka tergolong tidak baik, ini dikarenakan mereka cenderung
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan energi namun kurang akan serat
serta diimbangi dengan mobilitas tubuh yang dilakukan di Kantor tidak banyak.
Berdasarkan hasil data yang didapat, jumlah energi rata-rata yang dikonsumsi

PNS diduga melebihi dari kebutuhan. Ini dicurigai dengan data sampel status gizi
yang diperoleh yaitu rendahnya pegawai yang memiliki status gizi normal.
Keadaan ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan perilaku konsumsi makanan dengan status gizi PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat. Ini dikarenakan perilaku konsumsi makanan merupakan
penyebab langung dan berperan penting dalam membentuk status gizi, dan ini
diperkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya terhadap pegawai negeri sipil.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan perilaku
konsumsi makanan dengan status gizi Pegawai Negeri Sipil (PNS) BAPPEDA
Kabupaten Langkat tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

5

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku konsumsi makanan dengan status gizi PNS

BAPPEDA Kabupaten Langkat tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.

Mengetahui pengetahuan dan sikap gizi seimbang pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015.

2.

Mengetahui susunan makanan dan frekuensi makanan pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015.

3.

Mengetahui kuantitas asupan karbohidrat, protein dan lemak pada
PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015.

4.

Mengetahui hubungan pengetahuan gizi seimbang dengan sikap PNS

BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015

5.

Mengetahui hubungan sikap dengan konsumsi makanan (susunan
makanan, asupan karbohidrat, protein dan lemak) PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat Tahun 2015

6.

Megetahui hubungan konsumsi makanan (susunan makanan, asupan
karbohidrat dan lemak) dengan status gizi pada PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat Tahun 2015.

1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan antara perilaku konsumsi
makanan dengan status gizi PNS Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara


6

1.5 Manfaat Penelitian
1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pengelola kantin kantor BAPPEDA Kabupaten Langkat untuk
memperhatikan penyajian menu makanan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pegawai negeri sipil BAPPEDA Kabupaten Langkat agar memantau
berat badan secara periodik guna menjaga kesehatan dan kebugaran
tubuh.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pegawai
negeri sipil BAPPEDA Kabupaten Langkat akan pentingnya makanan
sehat dan seimbang serta kaitannya dengan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara