Kebijakan Luar Negeri Yunani di Bidang E

Kebijakan Luar Negeri Yunani di Bidang Ekonomi ke Uni Eropa (2011):
Penerimaan Bailout IMF
Interdependensi dan Regionalisme
Dalam hubungan internasional, salah satu konsep utama yang dapat dipakai untuk
menggambarkan sifat sistem internasional adalah konsep interdependensi. Konsep ini menyatakan
bahwa negara bukan aktor independen secara keseluruhan, malah negara saling bergantung satu sama
lainnya. Tidak ada satu negara pun yang secara keseluruhan dapat memenuhi sendiri kebutuhannya,
masing-masing bergantung pada sumberdaya dan produk dari negara lainnya. Karena itu kebijakan
yang dikeluarkan oleh suatu negara akan memberikan akibat yang cepat dan serius pada negara
lainnya, bahkan kebijakan domestik pun bisa memiliki implikasi yang lebih luas luas ke negara
lainnya.1
Saling ketergantungan (interdependensi) dapat terjadi dalam berbagai isu, seperti ekonomi,
politik, dan sosial. Saling ketergantungan mengacu pada situasi yang dikarakteristikkan dengan
adanya efek resiprokal antara negara atau antara aktor negara yang berbeda, dimana efek ini kerap
kali merupakan hasil dari transaksi internasional, yaitu aliran arus barang, uang, manusia, dan
informasi yang melewati batas negara. Dalam mengamati fenomena interdepedensi, terdapat beberapa
sektor ekonomi dan politik dalam hubungan interdependensi antar negara, yaitu sektor perdagangan,
investasi, finansial dan politik.2 Sektor-sektor tersebut mencakup banyak aspek kehidupan
internasional dan dapat mempengaruhi proses pengambilan kebijakan luar negeri suatu bangsa dalam
hubungan internasional.
Salah satu fenomena yang menarik dari hubungan internasional adalah kebijakan luar negeri.

Fenomena kebijakan luar negeri merupakan suatu tindakan negara di dalam suatu lingkungan
eksternal dan kondisi domestik dimana tindakan tadi diformulasikan, sehingga kebijakan luar negeri
akan selalu bersinggungan dengan lingkungan, baik domestik maupun eksternal. Karena lingkungan
akan menjadi peluang dan hambatan bagi para pembuat keputusan dalam menghasilkan suatu
kebijakan luar negeri.3
Banyak hal dalam fenomena kebijakan luar negeri yang menarik, diantaranya adalah dalam
bidang ekonomi, karena pada dewasa ini hubungan antarnegara memiliki suatu ciri khas, yaitu
semakin menonjolnya hubungan ekonomi dalam dunia internasional. Pertimbangan ekonomi menjadi
1 Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye. 1977. Power and Interdependence: World Politics in

Transition. Boston: Little Brown Company, hal 24-25 dalam Perwita, DR. Anak Agung Banyu. dan
DR. Yanyan Mochammad Yani. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosda
Karya, hal 77-78.
2 DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yanyan Mochammad Yani. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Rosda Karya, hal 78.
3 Prasetya Salman Wiradisuria. 1995. Skripsi: Kebijakan Luar Negeri Di Bindang Ekonomi Australia
Ke Indonesia (1990-1995): Suatu Penjelasan Melalui Peningkatan Regionalisme Ekonomi Dunia Dan
Krisis Ekonomi Domestik Australia. Bandung: Universitas Padjadjaran, hal.1.

1


suatu pertimbangan yang penting dalam hubungan antarnegara. 4 Dalam politik internasional, bukan
hal yang baru bahwa kebijakan dan tindakan ekonomi menjadi bagian dari instrumen kebijakan luar
negeri, terlebih diiringi dengan munculnya konsep regionalisme. Konsep tersebut dipengaruhi oleh
adanya perubahan dan perluasan dari sistem internasional yaitu fenomena globalisasi. Globalisasi
memungkinkan terjadinya penyempitan dan penyatuan wilayah, dalam arti geografi, ekonomi, politik
dan budaya. Di sisi lain, globalisasi juga menyebabkan mengemukanya upaya pengelompokkan
negara-negara dalam sebuah unit kecil yang bersatu. 5 Contoh dari unit kecil yang bersatu atas nama
regionalisme adalah ASEAN, European Union (EU), dsb. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
kebijakan luar negeri suatu negara akan mempengaruhi negara lain yang sama-sama tergabung dalam
sebuah regionalisme.
Teori Analisa
Tujuan dari pembuatan essay adalah penulis ingin mengetahui faktor-faktor eksternal dan
internal apa sajakah yang mempengaruhi kebijakan Yunani untuk menerima dana bailout dengan
menggunakan teori-teori analisa kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri sebagai salah satu kajian
dari studi hubungan internasional, merupakan studi yang kompleks karena tidak saja melibatkan
aspek-aspek eksternal, akan tetapi juga aspek-aspek internal suatu negara. 6 Dalam essay ini teori yang
digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Yunani adalah
teori dari James N. Rosenau: Govermental Sources: political accountability dan governmental
structure sebagai faktor internal dan Alliance sebagai faktor Eksternal. Dan teori dari Alex Mintz:

Economic Interests sebagai faktor internal.
Krisis Ekonomi Domestik Yunani
Krisis ekonomi Yunani bisa dikatakan tidak terlepas dari kesalahan kebijakan pemerintahan di
masa lalu. Pada tahun 1974, Yunani memasuki babak baru pemerintahan, dari junta militer menjadi
sosialis. Pada masa itu, pemerintahan baru tersebut mengambil banyak hutang untuk membiayai
subsidi, dana pensiun, gaji PNS dsb. Pada tahun 1993 hutang Yunani semakin menumpuk sehingga
posisi hutang negara tersebut mencapai diatas pedapatan perkapita (Gross Domestic Product), dan
kondisi tersebut sampai tahun 2010 pun masih demikian. Tahun 2011 hutang Yunani diperkirakan
akan mencapai 120% dari posisi GDP-nya dan diperkirakan akan terus bertambah.
Selain masalah hutang negara, penyebab lain dari krisis ekonomi domestik Yunani adalah
adanya kasus di sektor pajak. Pada tahun 2009 Yunani mengalami masalah dalam sektor perpajakan,
4 Ibid.
5 DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yanyan Mochammad Yani. 2006. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: Rosda Karya, hal.103.
6 James N. Rosenau. 1976. World Politics: An Introduction. London: Collier Mc Millan Publisher,
hal.15 dalam Prasetya Salman Wiradisuria. 1995. Skripsi: Kebijakan Luar Negeri Di Bindang
Ekonomi Australia Ke Indonesia (1990-1995): Suatu Penjelasan Melalui Peningkatan Regionalisme
Ekonomi Dunia Dan Krisis Ekonomi Domestik Australia. Bandung: Universitas Padjadjaran, hal.22


2

yaitu banyaknya tax arears. Maksud dari tax arears adalah pajak yang dilaporkan pada pemerintah
tetapi pada kenyataannya pajak tersebut belum dibayarkan. Total tax arears adalah kurang lebih
sebesar 4,5 milyard euro (atau sekitar 50,3 triliun). Angka sebesar itu adalah 90% dari total perkiraan
pajak yang seharusnya masuk dalam pendapatan pemerintah Yunani. Selain itu, angka pajak tersebut
memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap total pemasukan.
Ditambah pada awal tahun 2010, Pemerintah Yunani telah membayar Bank independen
Amerika, Goldman Sachs, dan beberapa bank investasi lainnya, untuk mengatur transaksi yang dapat
menyembunyikan angka sesungguhnya dari jumlah utang pemerintah. Pemerintah Yunani juga
diketahui telah mengutakatik data-data statistik ekonomi makro, sehingga kondisi perekonomian
mereka tampak baik-baik saja, padahal tidak demikian. Sehingga pada Mei 2010, Yunani mengalami
defisit hingga 13.6%. Salah satu penyebab utama dari defisit tersebut adalah banyaknya kasus
penggelapan pajak, yang diperkirakan telah merugikan negara hingga US$ 20 milyar per tahun. 7
Dampak Krisis Yunani Terhadap Krisis Regional Uni Eropa
Dalam keanggotaan Uni Eropa, Yunani hanyalah sebuah negara kecil yang menyumbangkan
sekitar 2,6 dari keseluruhan GDP di Zona Euro, namun krisis ekonomi domestik yang melanda Yunani
begitu ditakuti dan dikhawatirkan oleh negara lain khususnya negara-negara yang berada di Zona
Euro. Hal tersebut dikarenakan Yunani adalah salah satu anggota Uni Eropa yang menggunakan mata
uang Euro sehingga ketika salah satu negara anggotanya mengalami krisis dapat diperkirakan negaranegara lain khususnya yang menggunakan mata uang Euro akan terkena efek dari krisis ini secara

langsung, sejalan dengan Domino Effect Theory yang sering digunakan oleh banyak ekonom untuk
menggambarkan penyebaran krisis ekonomi di seluruh dunia.
Krisis yang menakutkan dunia itu berakar pada kegagalan Uni Eropa untuk memperbaiki
perbankan. Sebenarnya perekonomian Eropa belum sepenuhnya pulih dari krisis 2007 dan tidak
pernah sepenuhnya menangani semua tantangan yang dihadapi sistem perbankan mereka. Salah satu
faktor penting terjadinya krisis keuangan Eropa adalah faktor krisis hutang di negara Yunani .Dari
Yunani kemudian merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga negara tersebut memiliki hutang yang
lebih besar dari GDP-nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran negara lebih besar dari
GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin seru dibicarakan pada pertengahan
tahun 2010. Efek dari krisis Eropa ini cukup berdampak kepada IHSG, yang ketika itu anjlok besarbesaran dari posisi 2,971 ke posisi 2,514.8
Di samping itu, buruknya sistem perbankan Yunani mengakibatkan tidak berjalanya fungsi
kontrol fiskal yang dikenal sebagai pakta stabilitas dan pertumbuhan Uni Eropa. Kegagalan dari
7 Penyebab Krisis Ekonomi Eropa. Republika, 20 Desember 2011.
8 http://diplomatmudahiuinsyarifhidayatullah.blogspot.com diakses tanggal 25 Mei 2012 Jam 09.30
WIB

3

fungsi kontrol ini disebabkan antara lain oleh beberapa sebab. Diantaranya adalah aturan main yang
dikenakan adalah sama untuk semua Negara anggota yang notabene memiliki tingkat kekuatan

ekonomi yang berbeda. Negara-negara tidak bisa memberikan respon cepat terhadap krisis karena
semua harus didiskusikan dan dikoordinasikan dari pusat Uni Eropa.
Krisis ekonomi regional Uni Eropa tersebut memicu negara-negara lain yang tergabung dalam
Uni Eropa mendesak Yunani agar menerima paket dana talangan (bail out) tahap ketiga yang
ditawarkan oleh IMF dan Uni

Eropa sebesar 130 miliar euro, ditambah lagi dengan kesedian

perbankan Uni Eropa menanggung kerugian sebesar 50 % atas obligasi Yunani. Penawaran tersebut
bertujuan untuk menstabilkan perekonomian Uni Eropa dari krisis regional dan menyelamatkan
Yunani dari krisis domestik. Selain Yunani, IMF juga menawarkan bail out €85 milyar untuk Irlandia,
dan €78 milyar untuk Portugal.
Analisa Kebijakan Luar Negeri Yunani
Pada awalnya Yunani menolak penawaran paket bail out tersebut dengan pertimbangan belum
siap untuk mengetatkan pengeluaran pemerintah dan melakukan reformasi ekonomi. Bagi Yunani
menerima dana talangan tersebut berarti siap dengan konsekuensi pengetatan anggaran dan
memangkas stimulus ekonomi untuk mengurangi defisit. Sedangkan dana talangan sebelumnya, yang
sudah diterima Yunani sebanyak dua kali, tidak menjadikan kondisi ekonomi Yunani membaik karena
beban hutang luar negeri yang terlampau besar yang mencapai 530 miliar dolar AS. Maka kondisi
itulah yang mendorong PM Yunani menggagas wacana refrendum untuk menyikapi tawaran dana

talangan.9
PM Yunani, Goerge Papendreou, mempunyai kalkulasi rasional dalam menyikapi penawaran
paket bail out dari IMF dan Uni Eropa. George Papendreou, sebagai aktor rasional telah
mempertimbangkan kemungkinan dan alternatif apa yang harus di ambil sebelum memutuskan suatu
kebijkan luar negeri. Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang sering
digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai
transfer sumber daya dari suatu pemerintah ke pemerintah lain yang dapat berbentuk barang atau
dana.10
Dapat dikatakan bahwa PM Yunani merupakan penganut dari teori ketergantungan
(dependensy theory). Hal tersebut tampak dari keraguan Propendeu untuk menerima paket bail out
tahap ketiga, setelah paket bail out tahap kesatu dan kedua dirasa tidak membantu ekonomi Yunani,
malah menambah beban hutang negara tersebut. Teori ketergantungan (dependensia) menyatakan
bahwa bantuan luar negeri digunakan oleh negara kaya untuk mempengaruhi hubungan domestik dan
luar negeri negara penerima bantuan, merangkul elit politik lokal di negara penerima bantuan untuk
9 Yunani Menggelar Refrendum, Kompas, 5 November 2011.
10 DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yanyan Mochammad Yani. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Rosda Karya, hal.81.

4


tujuan komersil dan keamanan nasional. Kemudian, melalui jaringan internasional, keuangan
internasional dan struktur produksi, bantuan luar negari ditujukan untuk mengeksploitasi sumber daya
alam negara penerima bantuan. Sehingga, para penganut teori dependensia menganggap bahwa
bantuan luar negeri dapat digunakan sebagai sebuah instrumen untuk perlindungan dan ekspansi
negara kaya ke negara miskin, sebuah sistem untuk mengekalkan ketergantungan. 11
Namun pada bulan Desember 2011 akhirnya Yunani menerima tawaran paket bail out
tersebut. Dan bersedia memperbaiki perbankan nasional dan merestrukturisasi pajak negara.
Kebijakan Yunani untuk menerima tawaran paket dana talangan dari IMF dan Uni Eropa dan
kebersediaan untuk memperbaiki ekonomi domestik tidak terlepas dari faktor-faktor eksternal
maupun faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses pengambilan kebijakan luar negeri Yunani.
Faktor-faktor tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Internal (Domestic Factor)


Economic Interests
Kepentingan ekonomi suatu negara dapat mempengaruhi proses pengambilan kebijkan luar
negeri negara tersebut. Apalagi jika kepentingan ekonomi suatu negara terikat dalam konsep
kerjasama regional seperti Uni Eropa, ASEAN dsb, sangat jelas jika kebijkan luar negeri yang
diambil sangat mempengaruhi kebijkan negara lain yang tergabung dalam kerjasama regional
tersebut. Pasca perang dingin banyak negara-negara yang menyatukan diri dalam bentuk

kerjasama regional terlebih di bidang ekonomi. Sebab dewasa ini, tidak terlalu penting
membahas tatanan ekonomi internasional, melainkan lebih penting menekankan pada
kerjasama bilateral dan strategi regional. 12
Pada kasus Yunani, penerimaan paket dana talangan merupakan kebijakan yang
diambil berdasarkan kepentingan ekonomi negara Yunani sendiri juga Uni Eropa. Dengan
menerima paket bail out Yunani dan Uni Eropa diharapkan bisa keluar dari krisis ekonomi.
Sehingga kondisi ekonomi regional bisa stabil dan nilai mata uang Euro kembali mengalami
peningkatan di pasar dunia.



Governmental Sources
a. Political Accontability
Negara Yunani dikenal sebagai negara pionir dari sistem demokrasi. Konsep dan
istilah demokrasi diketahui pertama kali muncul dari negara tersebut. Dalam menentukan
kebijakan luar negeri, pastinya Yunani menerapakan sistem demokrasi. Hal tersebut

11 Ibid.,81-82.
12 James N. Rosenau. 1976. World Politics: An Introduction. London: Collier Mc Millan Publisher,
hal.104.


5

diaplikasikan dalam pengambilan kebijakan menerima dana talangan serta syarat-syarat yang
diajukan oleh IMF. Kebijakan tersebut diambil setelah adanya usulan dan desakan dari agenagen negara Yunani.
Negara yang berezim demokrasi besrsifat lebih efesien dan luwes dalam hal
kebijakan luar negeri dibandingkan rezim yang lain seperti rezim otoriter, junta militer dsb.
Negara yang menganut demokrasi berkarakter terbuka akan saran dan kritik dari masyarakat
yang disetarakan sebagai agen negara.

b. Govermental Structure
Kapasitas dan struktur pemerintahan suatu negara juga dapat mempengaruhi
suatu proses pengambilan kebijkan luar negeri. Struktur pemerintahan yang terdiri
dari anggota parlemen dan dewan perwakilan rakyat merupakan representatif
masyarakat yang diusung oleh partai politik. Dalam kasus yang dijelaskan diatas,
terdapat partai Neo Democraticia yang sangat gigih mendesak PM Yunani untuk
segera mengambil tindakan menerima dana talangan IMF dan merestrukturisasi
ekonomi domestik. Partai tersebut juga mengancam akan melengserkan Goerge
Papendreou jika mengabaikan dan menolak bantuan dari IMF.


2. Faktor Eksternal


Alliance
Sudah jelas bahwa Yunani merupakan negara pemakai mata uang Euro, yang artinya
Yunani merupakan anggota dari Uni Eropa. Konsep kerja sama regionalisme Uni Eropa bisa
diklasifikasikan ke dalam bentuk aliansi di berbagai aspek khususnya ekonomi. Jadi sangat
wajar jika keputusan Yunani untuk menerima tawaran bail out serta syarat-syarat yang
diajukan IMF dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi regional yang juga mengalami
krisis sebagai efek dari krisis domestiknya. Aliansi regional mengarahkan Yunani pada
pengambilan keputusan tersebut guna menstabilkan ekonomi domestik maupun regional.

6

DAFTAR PUSTAKA
Perwita, DR. Anak Agung Banyu. dan DR. Yanyan Mochammad Yani. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Rosda Karya.
Rosenau, James N. 1976. World Politics: An Introduction. London: Collier Mc Millan Publisher.
Wiradisuria , Prasetya Salman. 1995. Skripsi: Kebijakan Luar Negeri Di Bindang Ekonomi Australia
Ke Indonesia (1990-1995): Suatu Penjelasan Melalui Peningkatan Regionalisme Ekonomi
Dunia Dan Krisis Ekonomi Domestik Australia. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Yunani Menggelar Refrendum, Kompas, 5 November 2011.
Penyebab Krisis Ekonomi Eropa. Republika, 20 Desember 2011.

7