Dampak Krisis Eropa di Yunani terhadap P
Dampak Krisis Eropa di Yunani terhadap
Perekonomian Swedia (Periode 2011-2012)
1.1
Latar Belakang
Swedia
berdasarkan
letak
geografis
berada
di
Semenanjung
Skandinavia di Eropa Utara. Dengan luas wilayah sebesar 449.964 km2 dan
jumlah
penduduk
sebesar
9.088.728
pada
tahun
2011.
Sejak
masa
pemerintahan Raja Gustav Vasa (1523-1560), Swedia menjalankan politik
ekspansi ke wilayah Republik Baltik, Jerman Utara, Finlandia, dan Denmark.
Pada tahun 1946 Swedia menjadi anggota PBB, tahun 1949 berperan sebagai
pendiri Dewan Eropa, tahun 1952 Dewan Nordik, dan 1 Januari 1955 menjadi
anggota Uni Eropa.1
Uni Eropa terbentuk pada tahun 1967 dengan keinginan untuk
mewujudkan tatanan Eropa yang lebih stabil dan damai melalui kerja sama
kawasan. Kemudian, keinginan tersebut sangat didukung oleh Amerika Serikat
melalui suntikan dana ke Marshall Plan.2 Dan sejak tahun 1955 masuknya
keanggotaan Swedia sangat mendukung dan mempromosikan pentingnya
kerjasama kawasan. Dalam perluasan keanggotaan, pemerintah Swedia
sangat mendukung perluasan keanggotaan Uni Eropa bagi negara Eropa
Tengah
dan
Eropa
Timur,
negara-negara
Baltik
dan
Turki.
Perluasan
keanggotaan Uni Eropa akan membuka peluang perdagangan dan investasi
yang besar bagi Swedia. Swedia pernah menjadi presidensi Uni Eropa JuliDesember 2009 dan berhasil menjalankan tugasnya dnegan baik. 3
Sejak tahun 1970-an sistem ekonomi Swedia dianggap berhasil karena
bisa menggabungkan antara sektor swasta yang kompetitif, bebas dan
tumbuh pesat, dengan welfare state economy yang sangat egaliter. Sistem
welfare state berhasil diterapkan di Swedia dan dibuktikan dengan kuatnya
perekonomian
Swedia,
rendahnya
angka
pengangguran,
meningkatnya
kesejahteraan. Di sektor industri, swedia sangat menekankan pentingnya
1
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sw.html, diakses 20 Oktober
2012
2 Chandrawati, Nuraini (2004). Jurnal Politik Internasional,” Kedaulatan Kontemporer: Terkikisnya
Control Negara, Tantangan Dalam Perluasan Uni Eropa Ke Negara-Negara Eropa Tengah Dan Eropa
Timur”. Depok, Departemen Ilmu HI FISIP UI, Vol. 6 No. 2: hlm.66-68
3 Data profil negara Swedia. 2012, Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta.
1
Research dan Development dan menjadikan Swedia sebagai salah satu negara
yang
mempunyai
tingkat
inovasi
tertinggi
di
dunia.
Pada
dasarnya
perekonomian Swedia menganut sistem kapitalis berteknologi tinggi dan
sistem sosialis.4 Swedia merupakan sebuah negara dengan perekonomian
yang kuat dan terbuka namun tergantung pada perdagangan luar negeri.
Industri-industri besar Swedia berorientasi internasional dan banyak
berproduksi di luar negeri, terutama di negara-negara Uni Eropa. Mitra danga
utama Swedia adalah negara-negara industri maju lainnya, terutama negaranegara anggota Uni Eropa. Swedia juga tercatat sebagai salah satu negara
investor utama di dunia dan Uni Eropa merupakan kawasan tujuan utama
investasi langsung Swedia. Akibat ketergantungan pada perdagangan luar
negeri, ketika krisis Yunani terjadi perekonomian Swedia jadi ikut terganggu.
Krisis Yunani terjadi pada tahun 2008, akibat hutang Yunani hasil dari
banyaknya modal asing ke negara Yunani. Keadaan tambah memburuk pada
tahun 2010 bahwa pemerintah Yunani membayar beberapa bank untuk
mengatur transaksi yang dapat menyembunyikan jumlah hutang pemerintah.
Dan keuangan Yunani mengalami deficit akibat banyaknya kasus
penggelapan pajak yang telah merugikan negara hingga US$ 20 milyar per
tahun. Krisis Yunani tersebut otomatis merupakan krisis hutang pada zona
euro
dan
mendesak
pemerintah
Eropa
untuk
mengambil
kebijakan
penghematan dan reformasi ekonomi. Krisis Eropa di Yunani ini menyebar
kepada negara-negara Eropa bahkan seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan
adanya arus perdagangan internasional yang kuat di kawasan Eropa. Dan
sekarang krisis Eropa tersebut tidak hanya terjadi di Yunani, namun sudah
meluas ke negara Spanyol, Italia, dll. 5 Itulah titik lemah dari adanya sebuah
integrasi sebuah kawasan, meskipun Uni Eropa sering dinilai sebagai suatu
kerja sama ekonomi berbasis kawasan yang paling sukses di dunia. 6 Faktanya
bahwa dengan adanya integrasi Eropa justru malah membuat perekonomian
negara anggota Uni eropa melemah akibat resesi krisis di Yunani.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan terkait pada latar belakang, penulis melihat
bahwa krisis Eropa di Yunani ini meluas dampaknya terhadap perekonomian
4 Ibid, profil negara arsip Kementerian Luar Negeri RI
5 Smith, Ian (2008). Bitter Harvest: Zimbabwe and the Aftermath of Its Independence. London:
John Blake Publishing. Hlm.280.
6 Winarno, Budi (2011). Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS. Hlm. 100
2
negara-negara di Eropa terutama negara-negara anggota Uni Eropa seperti
Swedia. Negara-negara Uni Eropa menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar
industri Swedia. Ketika terjadi krisis di salah satu negara anggota Uni Eropa
akan berakibat pada perekonomian Swedia. Dari pernyataan tersebut dapat
ditarik sebuah pertanyaan utama mengenai “Seberapa besar dampak Krisis
Eropa di Yunani terhadap perekonomian Swedia pada tahun 2011-2012?”
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk membahas hal-hal antara lain :
1. Mendeskripsikan kondisi perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis
Eropa pada tahun 2008
2. Menjelaskan awal terjadinya krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008.
3. Menganalisa dampak terjadinya krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008
1.4
terhadap perekonomian Swedia periode 2011-2012
Kerangka Pemikiran
Sejak Perang Dingin berakhir telah mempengaruhi isu-isu Hubungan
Internasional yang sebelumnya terfokus pada high-politics (politik dan
keamanan)
kemudian
beralih
kepada
isu
low-politics
(HAM,
ekonomi,
7
lingkungan hidup dan terorisme). Isu low-politics ini seperti pada fenomena
ketika krisis Yunani melanda Eropa yang mengakibatkan ketidakstabilan
ekonomi, politik, dan sosial.
Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan
dampak krisis Eropa di Yunani sebagai variable independen dan perekonomian
Swedia sebagai variable dependen. Kemudian penulis menggunakan teori
interdependensi untuk mendeskripsikan kerjasama ekonomi antar negaranegara di Eropa terutama negara-negara anggota Uni Eropa. Karena
ketergantungan satu sama lain, teori krisis ekonomi akan menjelaskan ketika
terjadi krisis pada salah satu negara, maka krisis ekonomi tersebut juga akan
dirasakan oleh negara-negara yang saling ketergantungan. Ketika krisis
tersebut terus meluas, maka kekuatan ekonomi di negara yang juga
bergantung pada negara krisis akan mengalami penurunan ekonomi.
Dalam studi Hubungan Internasional perspektif liberalisme melihat
bahwa sistem perekonomian Uni Eropa yang menjadi single market sangat
memperkuat
Uni
Eropa
sebagai
kesatuan
regional
yang
mengatur
perekonomian negara anggota. Namun jika dilihat dari teori interdependensi,
hubungan antara negara-negara kawasan Uni eropa sangat menunjukkan
7
Perwita, Banyu. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda hlm. 5
3
suatu hubungan yang saling ketergantungan satu sama lain.
Teori ini lahir
dari paham liberalis yang mengartikan bahwa ketergantungan suatu negara
dengan negara lainnya merupakan hal yang positif, karena dibukanya
kerjasama, pasar bebas, dan sebagainya. Menurut Robert O. Keohane dan
Joseph S. Nye, interdependensi merupakan sikap saling ketergantungan yang
mempertemukan kekurangan masing-masing negara dengan keunggulan
komparatif masyarakatnya. Dari hal tersebut akan menimbulkan sikap saling
membutuhkan satu sama lain.8
Sedangkan
menurut
Robert
Jackson
dan
George
Sorenson,
interdependensi adalah hubungan timbal-balik antar negara denga negara
lainnya. Semakin erat hubungan suatu negara dengan negara lainnya maka
semakin besar pengaruh dari luar.9 Oleh karena itu, berawal dari sebuah
integrasi kawasan yang bertujuan untuk membuka jalur kerjasama antar
kawasan di Eropa memang sangat menguntungkan bagi negara-negara
anggota. Namun, keterbukaan tersebut akan membuat suatu negara menjadi
ketergantungan dengan negara tetangganya. Ketika terjadi krisis di salah satu
negara anggota, maka semua negara anggota lainnya juga terkena dampak
dari krisis tersebut. Jadi, fenomena krisis Eropa di Yunani akan membuat
negara-negara anggota yang bergantung pada Yunani (misalnya dalam
ekspor-impor) mengalami penurunan yang signifikan dan akan berdampak
pada perekonomian negara yang bergantung seperti Swedia.
Krisis keuangan global di kawasan Eropa yaitu Yunani, merupakan krisis
Second Generation Model (SGM). SGM disebut oleh banyak pengamat sebagai
endogeneous policy model atau self fullfiling process. Munculnya SGM berawal
ketika fenomena krisis terjadi di Eropa tahun 1992 dengan pembentukan
European Exchange Rate Mechanism (ERM).10 Namun sekarang krisis di Eropa
kembali
terjadi
akibat
tidak
sehatnya
perekonomian
di
Yunani
yang
menyebabkan krisis besar-besaran yang berdampak pada negara-negara
Eropa khususnya negara anggota Uni Eropa. Hal inilah yang sering disebut
para ekonom Domino effect Theory, artinya penyebaran suatu perubahan
yang dapat menjalar secara terus-menerus dalam bentuk reaksi berantai
sampai masalah tersebut dapat dihentikan.
8
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power And Interdependence World Politics In Transition,
Boston: Little Brown Company, hlm. 24-25.
9 Robert Jackson dan George Sorenson, 1999, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Jakarta:
Pustaka Pelajar, hlm. 148.
10 Mussa, Michael, dkk. 2000. Exchange Rate Regimes in an Increasingly Integrated World
Economy. Working Paper. Geneva: International Monetary Fund
4
Teori Efek Domino pertama kali dicetuskan oleh Presiden Amerika
Serikat, Dwight Eisenhower (1979), menyatakan bahwa teori efek domino
adalah sebagai fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik
dan geo-strategis. Karena teori ini lahir dari konsideran geografis, maka
obyeknya adalah negara-negara yang secara geografis berdekatan, misalnya
terletak dalam satu kawasan.11 Pola perubahan dianalogikan seperti domino
China (Mahyong) yang berdiri tegak, dimana jika keping domino paling awal
dijatuhkan, ia akan menimpa keping domino terdekat, dan proses ini akan
berlanjut hingga ke keping domino terakhir. Oleh karena itu, fenomena krisis
Eropa di Yunani yang terjadi pada tahun 2008 sudah menyebar luas
dampaknya terhadap negara-negara Eropa bahkan negara-negara kawasan
lainnya.
Menurut Bretton Woods, 1944 mengenai sistem moneter dunia.
Munculnya
Uni
Eropa
sebagai
kekuatan
integrasi
baru
dalam
sistem
perdagangan dunia dan sejak 1987 membentuk European Monetary System
(EMS). Dengan ditandai pemberlakuan sistem European Exchange Rate
Mechanism (ERM) yang menetapkan mata uang bersama yaitu euro, transaksi
internasional bukan lagi dengan Dollar AS saja, melainkan sudah ada pola pola
campuran dalam sistem nilai tukar. Karena adanya sistem bipolar dalam
keuangan internaisonal yang berpusat pada Dollar AS dan Euro, maka nilai
tukar mata uang dengan sistem mengambang sangat bergantung pada
mekanisme pasar.12
Namun menurut Thygesen, 1994 melihat adanya kegagalan EMS
sebagai akibat dari upaya untuk memaksakan sebuah subsistem yang kaku ke
dalam suatu system yang pada dasarnya liberal. Ketika single market yang
mengintegrasikan perdagangan komoditi, jasa dan uang mulai diberlakukan di
Eropa, maka pematokan mata uang menjadi tidak relevan. Oleh karena itu,
masyarakat Swedia menanggapi penerapan mata uang tunggal euro raguragu
dan
berdasarkan
rasa
nasionalisme
mereka,
Swedia
tetap
mempertahankan mata uang nasionalnya yaitu krona. Ketika krisis Eropa
terjadi di Yunani, Swedia terpaksa menaikkan tingkat bunga agar mendapat
keuntungan dari devaluasi yang dilakukan Swedia sehingga mata uang
nasional nilainya tetap bertahan dan stabil
11 Eisenhower. 1979. The First Domino: International Decision Making During the Hungarian
Crisis of 1956. Journal of American History, Vol. 66 Issue 2
12 Ibid, Mussa, Exchange Rate Regimes in an Increasingly Integrated World Economy.
5
1.5
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode kualitatif
dalam menjelaskan pembahasan dari permasalahan penelitian. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang datanya berupa kata-kata atau kalimat, data
disajikan
dalam
bentuk
uraian
naratif,
sehingga
permasalahan penelitian secara sistematis dan logis.
13
dapat
menjawab
Dan metode penelitian
yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analitis, metode ini bertujuan
untuk menggambarkan, menelaah, menganalisa, dan mengklarifikasi gejala
atau fenomena yang didasarkan atas hasil pengamatan dari beberapa
kejadian
dan
masalah
yang
akurat.14
Metode
ini
dipakai
untuk
menggambarkan seberapa besar dampak krisis Eropa di Yunani tersebut
terhadap perekonomian Swedia. Dalam penelitian ini, penulis mengamati
perekonomian swedia sebelum terjadi krisis Eropa, menggambarkan awal
mula terjadinya krisis Eropa, dan menganalisis dampak krisis tersebut
terhadap perekonomian Swedia.
Berdasarkan indikator-indikator seperti pengukur pembangunan di
suatu negara salah satu contohnya yaitu GDP per kapita, serta indikator yang
membuat perekonomian suatu negara maju yaitu ekspor-impor yang mampu
menjawab dari permasalahan krisis Eropa terhadap perekonomian Swedia.
Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (data sekunder). Oleh karena itu,
analisa mengenai krisis Eropa ini juga menggunakan data sekunder. Data yang
digunakan didapatkan dari dokumen-dokumen resmi pemerintah seperti datadata perekonomian Swedia. Penelitian ini juga menggunakan data-data lain
termasuk fenomena krisis eropa di Yunani yang masih berlangsung hingga
saat ini yang didapatkan dari buku, jurnal, skripsi dan laporan penelitian baik
dalam bentuk cetak maupun elektronik. Krisis Eropa di Yunani ini yang
dilaporkan oleh media massa juga menjadi salah satu sumber penelitian ini.
Dan terakhir selain dari koleksi pribadi, studi pustaka akan dilakukan di
beberapa perpustakaan akademik. Perpustakaan Kementerian Luar Negeri RI
(KEMLU), Perpustakaan Kedutaan Besar (KEDUBES) Swedia di
Jakarta,
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Perpustakaan Universitas
Indonesia
(UI).
Perpustakaan
KEMLU
dipilih
dengan
tujuan
menemui
kelengkapan referensi, dokumen ataupun jurnal-jurnal berbentuk cetak
13 Irawan, Prasetya, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, UI, Jakarta, 2006
14 W.L. Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Fifth Edition
(Toronto: Allyn & Bacon, 2003), hlm. 19-20
6
terutama data-data mengenai perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis
hingga terjadi krisis Eropa di Yunani yang berlangsung hingga saat ini.
Perpustakaan
KEDUBES
Swedia
dipilih
karena
merupakan
salah
satu
perwakilan dari negara Swedia yang berada di Indonesia dan memiliki
kelengkapan
referensi
yang
banyak
dan
akurat
mengenai
Swedia.
Perpustakaan UGM menjadi pilihan ketiga karena memiliki koleksi rujukan
yang focus kepada kajian Eropa. Selain itu, Perpustakaan UI dipilih karena
memiliki pusat kajian pustaka semua teori-teori Hubungan Internasional di
Fakultas
Ilmu
Sosial
dan
Politik.
Sehingga
perpustakaan
ini
mampu
mendukung dari analisa-analisa fenomena krisis terhadap perekonomian
Swedia karena diperkuat dengan penjabaran teori-teori.
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam
menjabarkan
penelitian
ini,
penulis
menjabarkan
dalam
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang latar belakang,
rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
kerangka
pemikiran,
metode penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II PEREKONOMIAN SWEDIA SEBELUM KRISIS EROPA
Dalam
bab
ini,
penulis
akan
menjelaskan
bagaimana
perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis Eropa di Yunani
dengan melihat data statistik berdasarkan GDP per kapita dan
persentase ekspor-impor.
BAB III KRISIS EROPA DI YUNANI PADA TAHUN 2008-2012
Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan awal mula terjadinya
krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008 hingga 2012. Dimana
krisis tersebut telah menyebar ke seluruh negara-negara Eropa
terutama negara-negara anggota Uni eropa.
BAB IV DAMPAK
KRISIS
EROPA
DI
YUNANI
TERHADAP
PEREKONOMIAN SWEDIA PERIODE 2011-2012
7
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan seberapa besar dampak
krisis Eropa di Yunani terhadap Perekonomian Swedia yang
merupakan salah satu anggota Uni Eropa. Dari dampak krisis
tersebut,
sehingga
pemerintah
Swedia
banyak
untuk
upaya-upaya
mengatasi
yang
krisis
dilakukan
tersebut
dan
menyelamatkan mata uang nasionalnya yaitu krona.
BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, penulis membuat hasil kesimpulan
jawaban
penelitian
serta
saran.
Kesimpulan
dan
saran
diharapkan dapat menjawab penelitian yang diangkat oleh
peneliti.
8
Perekonomian Swedia (Periode 2011-2012)
1.1
Latar Belakang
Swedia
berdasarkan
letak
geografis
berada
di
Semenanjung
Skandinavia di Eropa Utara. Dengan luas wilayah sebesar 449.964 km2 dan
jumlah
penduduk
sebesar
9.088.728
pada
tahun
2011.
Sejak
masa
pemerintahan Raja Gustav Vasa (1523-1560), Swedia menjalankan politik
ekspansi ke wilayah Republik Baltik, Jerman Utara, Finlandia, dan Denmark.
Pada tahun 1946 Swedia menjadi anggota PBB, tahun 1949 berperan sebagai
pendiri Dewan Eropa, tahun 1952 Dewan Nordik, dan 1 Januari 1955 menjadi
anggota Uni Eropa.1
Uni Eropa terbentuk pada tahun 1967 dengan keinginan untuk
mewujudkan tatanan Eropa yang lebih stabil dan damai melalui kerja sama
kawasan. Kemudian, keinginan tersebut sangat didukung oleh Amerika Serikat
melalui suntikan dana ke Marshall Plan.2 Dan sejak tahun 1955 masuknya
keanggotaan Swedia sangat mendukung dan mempromosikan pentingnya
kerjasama kawasan. Dalam perluasan keanggotaan, pemerintah Swedia
sangat mendukung perluasan keanggotaan Uni Eropa bagi negara Eropa
Tengah
dan
Eropa
Timur,
negara-negara
Baltik
dan
Turki.
Perluasan
keanggotaan Uni Eropa akan membuka peluang perdagangan dan investasi
yang besar bagi Swedia. Swedia pernah menjadi presidensi Uni Eropa JuliDesember 2009 dan berhasil menjalankan tugasnya dnegan baik. 3
Sejak tahun 1970-an sistem ekonomi Swedia dianggap berhasil karena
bisa menggabungkan antara sektor swasta yang kompetitif, bebas dan
tumbuh pesat, dengan welfare state economy yang sangat egaliter. Sistem
welfare state berhasil diterapkan di Swedia dan dibuktikan dengan kuatnya
perekonomian
Swedia,
rendahnya
angka
pengangguran,
meningkatnya
kesejahteraan. Di sektor industri, swedia sangat menekankan pentingnya
1
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sw.html, diakses 20 Oktober
2012
2 Chandrawati, Nuraini (2004). Jurnal Politik Internasional,” Kedaulatan Kontemporer: Terkikisnya
Control Negara, Tantangan Dalam Perluasan Uni Eropa Ke Negara-Negara Eropa Tengah Dan Eropa
Timur”. Depok, Departemen Ilmu HI FISIP UI, Vol. 6 No. 2: hlm.66-68
3 Data profil negara Swedia. 2012, Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta.
1
Research dan Development dan menjadikan Swedia sebagai salah satu negara
yang
mempunyai
tingkat
inovasi
tertinggi
di
dunia.
Pada
dasarnya
perekonomian Swedia menganut sistem kapitalis berteknologi tinggi dan
sistem sosialis.4 Swedia merupakan sebuah negara dengan perekonomian
yang kuat dan terbuka namun tergantung pada perdagangan luar negeri.
Industri-industri besar Swedia berorientasi internasional dan banyak
berproduksi di luar negeri, terutama di negara-negara Uni Eropa. Mitra danga
utama Swedia adalah negara-negara industri maju lainnya, terutama negaranegara anggota Uni Eropa. Swedia juga tercatat sebagai salah satu negara
investor utama di dunia dan Uni Eropa merupakan kawasan tujuan utama
investasi langsung Swedia. Akibat ketergantungan pada perdagangan luar
negeri, ketika krisis Yunani terjadi perekonomian Swedia jadi ikut terganggu.
Krisis Yunani terjadi pada tahun 2008, akibat hutang Yunani hasil dari
banyaknya modal asing ke negara Yunani. Keadaan tambah memburuk pada
tahun 2010 bahwa pemerintah Yunani membayar beberapa bank untuk
mengatur transaksi yang dapat menyembunyikan jumlah hutang pemerintah.
Dan keuangan Yunani mengalami deficit akibat banyaknya kasus
penggelapan pajak yang telah merugikan negara hingga US$ 20 milyar per
tahun. Krisis Yunani tersebut otomatis merupakan krisis hutang pada zona
euro
dan
mendesak
pemerintah
Eropa
untuk
mengambil
kebijakan
penghematan dan reformasi ekonomi. Krisis Eropa di Yunani ini menyebar
kepada negara-negara Eropa bahkan seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan
adanya arus perdagangan internasional yang kuat di kawasan Eropa. Dan
sekarang krisis Eropa tersebut tidak hanya terjadi di Yunani, namun sudah
meluas ke negara Spanyol, Italia, dll. 5 Itulah titik lemah dari adanya sebuah
integrasi sebuah kawasan, meskipun Uni Eropa sering dinilai sebagai suatu
kerja sama ekonomi berbasis kawasan yang paling sukses di dunia. 6 Faktanya
bahwa dengan adanya integrasi Eropa justru malah membuat perekonomian
negara anggota Uni eropa melemah akibat resesi krisis di Yunani.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan terkait pada latar belakang, penulis melihat
bahwa krisis Eropa di Yunani ini meluas dampaknya terhadap perekonomian
4 Ibid, profil negara arsip Kementerian Luar Negeri RI
5 Smith, Ian (2008). Bitter Harvest: Zimbabwe and the Aftermath of Its Independence. London:
John Blake Publishing. Hlm.280.
6 Winarno, Budi (2011). Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS. Hlm. 100
2
negara-negara di Eropa terutama negara-negara anggota Uni Eropa seperti
Swedia. Negara-negara Uni Eropa menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar
industri Swedia. Ketika terjadi krisis di salah satu negara anggota Uni Eropa
akan berakibat pada perekonomian Swedia. Dari pernyataan tersebut dapat
ditarik sebuah pertanyaan utama mengenai “Seberapa besar dampak Krisis
Eropa di Yunani terhadap perekonomian Swedia pada tahun 2011-2012?”
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk membahas hal-hal antara lain :
1. Mendeskripsikan kondisi perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis
Eropa pada tahun 2008
2. Menjelaskan awal terjadinya krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008.
3. Menganalisa dampak terjadinya krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008
1.4
terhadap perekonomian Swedia periode 2011-2012
Kerangka Pemikiran
Sejak Perang Dingin berakhir telah mempengaruhi isu-isu Hubungan
Internasional yang sebelumnya terfokus pada high-politics (politik dan
keamanan)
kemudian
beralih
kepada
isu
low-politics
(HAM,
ekonomi,
7
lingkungan hidup dan terorisme). Isu low-politics ini seperti pada fenomena
ketika krisis Yunani melanda Eropa yang mengakibatkan ketidakstabilan
ekonomi, politik, dan sosial.
Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan
dampak krisis Eropa di Yunani sebagai variable independen dan perekonomian
Swedia sebagai variable dependen. Kemudian penulis menggunakan teori
interdependensi untuk mendeskripsikan kerjasama ekonomi antar negaranegara di Eropa terutama negara-negara anggota Uni Eropa. Karena
ketergantungan satu sama lain, teori krisis ekonomi akan menjelaskan ketika
terjadi krisis pada salah satu negara, maka krisis ekonomi tersebut juga akan
dirasakan oleh negara-negara yang saling ketergantungan. Ketika krisis
tersebut terus meluas, maka kekuatan ekonomi di negara yang juga
bergantung pada negara krisis akan mengalami penurunan ekonomi.
Dalam studi Hubungan Internasional perspektif liberalisme melihat
bahwa sistem perekonomian Uni Eropa yang menjadi single market sangat
memperkuat
Uni
Eropa
sebagai
kesatuan
regional
yang
mengatur
perekonomian negara anggota. Namun jika dilihat dari teori interdependensi,
hubungan antara negara-negara kawasan Uni eropa sangat menunjukkan
7
Perwita, Banyu. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda hlm. 5
3
suatu hubungan yang saling ketergantungan satu sama lain.
Teori ini lahir
dari paham liberalis yang mengartikan bahwa ketergantungan suatu negara
dengan negara lainnya merupakan hal yang positif, karena dibukanya
kerjasama, pasar bebas, dan sebagainya. Menurut Robert O. Keohane dan
Joseph S. Nye, interdependensi merupakan sikap saling ketergantungan yang
mempertemukan kekurangan masing-masing negara dengan keunggulan
komparatif masyarakatnya. Dari hal tersebut akan menimbulkan sikap saling
membutuhkan satu sama lain.8
Sedangkan
menurut
Robert
Jackson
dan
George
Sorenson,
interdependensi adalah hubungan timbal-balik antar negara denga negara
lainnya. Semakin erat hubungan suatu negara dengan negara lainnya maka
semakin besar pengaruh dari luar.9 Oleh karena itu, berawal dari sebuah
integrasi kawasan yang bertujuan untuk membuka jalur kerjasama antar
kawasan di Eropa memang sangat menguntungkan bagi negara-negara
anggota. Namun, keterbukaan tersebut akan membuat suatu negara menjadi
ketergantungan dengan negara tetangganya. Ketika terjadi krisis di salah satu
negara anggota, maka semua negara anggota lainnya juga terkena dampak
dari krisis tersebut. Jadi, fenomena krisis Eropa di Yunani akan membuat
negara-negara anggota yang bergantung pada Yunani (misalnya dalam
ekspor-impor) mengalami penurunan yang signifikan dan akan berdampak
pada perekonomian negara yang bergantung seperti Swedia.
Krisis keuangan global di kawasan Eropa yaitu Yunani, merupakan krisis
Second Generation Model (SGM). SGM disebut oleh banyak pengamat sebagai
endogeneous policy model atau self fullfiling process. Munculnya SGM berawal
ketika fenomena krisis terjadi di Eropa tahun 1992 dengan pembentukan
European Exchange Rate Mechanism (ERM).10 Namun sekarang krisis di Eropa
kembali
terjadi
akibat
tidak
sehatnya
perekonomian
di
Yunani
yang
menyebabkan krisis besar-besaran yang berdampak pada negara-negara
Eropa khususnya negara anggota Uni Eropa. Hal inilah yang sering disebut
para ekonom Domino effect Theory, artinya penyebaran suatu perubahan
yang dapat menjalar secara terus-menerus dalam bentuk reaksi berantai
sampai masalah tersebut dapat dihentikan.
8
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power And Interdependence World Politics In Transition,
Boston: Little Brown Company, hlm. 24-25.
9 Robert Jackson dan George Sorenson, 1999, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Jakarta:
Pustaka Pelajar, hlm. 148.
10 Mussa, Michael, dkk. 2000. Exchange Rate Regimes in an Increasingly Integrated World
Economy. Working Paper. Geneva: International Monetary Fund
4
Teori Efek Domino pertama kali dicetuskan oleh Presiden Amerika
Serikat, Dwight Eisenhower (1979), menyatakan bahwa teori efek domino
adalah sebagai fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik
dan geo-strategis. Karena teori ini lahir dari konsideran geografis, maka
obyeknya adalah negara-negara yang secara geografis berdekatan, misalnya
terletak dalam satu kawasan.11 Pola perubahan dianalogikan seperti domino
China (Mahyong) yang berdiri tegak, dimana jika keping domino paling awal
dijatuhkan, ia akan menimpa keping domino terdekat, dan proses ini akan
berlanjut hingga ke keping domino terakhir. Oleh karena itu, fenomena krisis
Eropa di Yunani yang terjadi pada tahun 2008 sudah menyebar luas
dampaknya terhadap negara-negara Eropa bahkan negara-negara kawasan
lainnya.
Menurut Bretton Woods, 1944 mengenai sistem moneter dunia.
Munculnya
Uni
Eropa
sebagai
kekuatan
integrasi
baru
dalam
sistem
perdagangan dunia dan sejak 1987 membentuk European Monetary System
(EMS). Dengan ditandai pemberlakuan sistem European Exchange Rate
Mechanism (ERM) yang menetapkan mata uang bersama yaitu euro, transaksi
internasional bukan lagi dengan Dollar AS saja, melainkan sudah ada pola pola
campuran dalam sistem nilai tukar. Karena adanya sistem bipolar dalam
keuangan internaisonal yang berpusat pada Dollar AS dan Euro, maka nilai
tukar mata uang dengan sistem mengambang sangat bergantung pada
mekanisme pasar.12
Namun menurut Thygesen, 1994 melihat adanya kegagalan EMS
sebagai akibat dari upaya untuk memaksakan sebuah subsistem yang kaku ke
dalam suatu system yang pada dasarnya liberal. Ketika single market yang
mengintegrasikan perdagangan komoditi, jasa dan uang mulai diberlakukan di
Eropa, maka pematokan mata uang menjadi tidak relevan. Oleh karena itu,
masyarakat Swedia menanggapi penerapan mata uang tunggal euro raguragu
dan
berdasarkan
rasa
nasionalisme
mereka,
Swedia
tetap
mempertahankan mata uang nasionalnya yaitu krona. Ketika krisis Eropa
terjadi di Yunani, Swedia terpaksa menaikkan tingkat bunga agar mendapat
keuntungan dari devaluasi yang dilakukan Swedia sehingga mata uang
nasional nilainya tetap bertahan dan stabil
11 Eisenhower. 1979. The First Domino: International Decision Making During the Hungarian
Crisis of 1956. Journal of American History, Vol. 66 Issue 2
12 Ibid, Mussa, Exchange Rate Regimes in an Increasingly Integrated World Economy.
5
1.5
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode kualitatif
dalam menjelaskan pembahasan dari permasalahan penelitian. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang datanya berupa kata-kata atau kalimat, data
disajikan
dalam
bentuk
uraian
naratif,
sehingga
permasalahan penelitian secara sistematis dan logis.
13
dapat
menjawab
Dan metode penelitian
yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analitis, metode ini bertujuan
untuk menggambarkan, menelaah, menganalisa, dan mengklarifikasi gejala
atau fenomena yang didasarkan atas hasil pengamatan dari beberapa
kejadian
dan
masalah
yang
akurat.14
Metode
ini
dipakai
untuk
menggambarkan seberapa besar dampak krisis Eropa di Yunani tersebut
terhadap perekonomian Swedia. Dalam penelitian ini, penulis mengamati
perekonomian swedia sebelum terjadi krisis Eropa, menggambarkan awal
mula terjadinya krisis Eropa, dan menganalisis dampak krisis tersebut
terhadap perekonomian Swedia.
Berdasarkan indikator-indikator seperti pengukur pembangunan di
suatu negara salah satu contohnya yaitu GDP per kapita, serta indikator yang
membuat perekonomian suatu negara maju yaitu ekspor-impor yang mampu
menjawab dari permasalahan krisis Eropa terhadap perekonomian Swedia.
Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (data sekunder). Oleh karena itu,
analisa mengenai krisis Eropa ini juga menggunakan data sekunder. Data yang
digunakan didapatkan dari dokumen-dokumen resmi pemerintah seperti datadata perekonomian Swedia. Penelitian ini juga menggunakan data-data lain
termasuk fenomena krisis eropa di Yunani yang masih berlangsung hingga
saat ini yang didapatkan dari buku, jurnal, skripsi dan laporan penelitian baik
dalam bentuk cetak maupun elektronik. Krisis Eropa di Yunani ini yang
dilaporkan oleh media massa juga menjadi salah satu sumber penelitian ini.
Dan terakhir selain dari koleksi pribadi, studi pustaka akan dilakukan di
beberapa perpustakaan akademik. Perpustakaan Kementerian Luar Negeri RI
(KEMLU), Perpustakaan Kedutaan Besar (KEDUBES) Swedia di
Jakarta,
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Perpustakaan Universitas
Indonesia
(UI).
Perpustakaan
KEMLU
dipilih
dengan
tujuan
menemui
kelengkapan referensi, dokumen ataupun jurnal-jurnal berbentuk cetak
13 Irawan, Prasetya, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, UI, Jakarta, 2006
14 W.L. Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Fifth Edition
(Toronto: Allyn & Bacon, 2003), hlm. 19-20
6
terutama data-data mengenai perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis
hingga terjadi krisis Eropa di Yunani yang berlangsung hingga saat ini.
Perpustakaan
KEDUBES
Swedia
dipilih
karena
merupakan
salah
satu
perwakilan dari negara Swedia yang berada di Indonesia dan memiliki
kelengkapan
referensi
yang
banyak
dan
akurat
mengenai
Swedia.
Perpustakaan UGM menjadi pilihan ketiga karena memiliki koleksi rujukan
yang focus kepada kajian Eropa. Selain itu, Perpustakaan UI dipilih karena
memiliki pusat kajian pustaka semua teori-teori Hubungan Internasional di
Fakultas
Ilmu
Sosial
dan
Politik.
Sehingga
perpustakaan
ini
mampu
mendukung dari analisa-analisa fenomena krisis terhadap perekonomian
Swedia karena diperkuat dengan penjabaran teori-teori.
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam
menjabarkan
penelitian
ini,
penulis
menjabarkan
dalam
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang latar belakang,
rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
kerangka
pemikiran,
metode penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II PEREKONOMIAN SWEDIA SEBELUM KRISIS EROPA
Dalam
bab
ini,
penulis
akan
menjelaskan
bagaimana
perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis Eropa di Yunani
dengan melihat data statistik berdasarkan GDP per kapita dan
persentase ekspor-impor.
BAB III KRISIS EROPA DI YUNANI PADA TAHUN 2008-2012
Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan awal mula terjadinya
krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008 hingga 2012. Dimana
krisis tersebut telah menyebar ke seluruh negara-negara Eropa
terutama negara-negara anggota Uni eropa.
BAB IV DAMPAK
KRISIS
EROPA
DI
YUNANI
TERHADAP
PEREKONOMIAN SWEDIA PERIODE 2011-2012
7
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan seberapa besar dampak
krisis Eropa di Yunani terhadap Perekonomian Swedia yang
merupakan salah satu anggota Uni Eropa. Dari dampak krisis
tersebut,
sehingga
pemerintah
Swedia
banyak
untuk
upaya-upaya
mengatasi
yang
krisis
dilakukan
tersebut
dan
menyelamatkan mata uang nasionalnya yaitu krona.
BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, penulis membuat hasil kesimpulan
jawaban
penelitian
serta
saran.
Kesimpulan
dan
saran
diharapkan dapat menjawab penelitian yang diangkat oleh
peneliti.
8