INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA DA

INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA DAN IORA
Jauzaa Anandya Rizki dan Shafa Nabila
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran Jakarta”
Jalan RS Fatmawati, Pangkalan Jati, Cilandak, Pangkalan Jati, Cinere, Kota Jakarta Selatan,
Jawa Barat 16514
e-mail: j.anandyas.nabila@gmail.com

ABSTRACT
With the vision of its maritime fulcrum, Jokowi's government stressed on expand
Indonesian involvement in the indo-pacific region because Indonesia is a country with the
largest quantity of islands separated by sea and straits and flanked by two large oceans. As
one of the countries in the Indian Ocean, Indonesia needs to exploit it’s potentials, both in
the field of resources and as the largest trade routes in the world, especially for oil and gas.
To support that vision, we argue that the IORA (Indian Ocean Rim Association) is the most
appropriate container because it is the only regional organization located in the Indian
Ocean. IORA was initiated by Nelson Mandela in 1995, but was officially established in
1997. During Indonesia's chairmanship at IORA (2015-2017) it became an opportunity for
Indonesia to influence the implementation of the IORA agenda to be more in line with
national interest. As we can conclude, The Indian Ocean is a great opportunity for
Indonesia to realize the Global Maritime Fulcrum. The existence of several points of
intersection between the IORA agenda and Indonesian national interest that can be

utilized properly. However, the challenge for Indonesia is that IORA itself is a relatively
young regional organization, with its members having their own interests, this is how
Indonesia should be able to influence the region as a whole. With that in mind, the
government needs to develop an appropriate strategy so that the agenda that will be offered
by Indonesia during the lead of IORA can push for its national interest while benefiting
more parties in the region. Also, the government need to strengthen the maritime security
so that Indonesian economy also grow stronger.
Keywords: Indian Ocean, Indonesia, IORA

1

ABSTRAK
Dengan visi poros maritimnya, pemerintahan Jokowi menekankan untuk
memperluas keterlibatan Indonesia di kawasan Indo-pasifik, sebab Indonesia adalah
negara dengan kepulauan terluas yang dipisahkan oleh laut dan selat serta diapit 2
samudra besar. Sebagai salah satu negara yang berada di Samudra Hindia, Indonesia
perlu memanfaatkan potensi-potensi dalam samudra Hindia, baik dalam bidang sumber
daya maupun sebagai jalur perdagangan terbesar di dunia, khususnya minyak dan gas.
Untuk dapat mencapai hal itu, kami berargumen bahwa IORA (Indian Ocean Rim
Association) merupakan wadah yang paling tepat karena IORA satu-satunya organisasi

regional yang berada di Samudra Hindia. IORA sendiri diinisiasi oleh Nelson Mandela
pada tahun 1995, namun baru berdiri secara resmi pada tahun 1997. Pada masa
keketuaan Indonesia di IORA (periode 2015-2017) pun menjadi suatu peluang bagi
Indonesia untuk dapat memengaruhi pelaksanaan agenda IORA agar lebih sesuai dengan
kepentingan nasional. Kami menyimpulkan bahwa kawasan samudra Hindia merupakan
peluang besar bagi Indonesia demi mewujudkan poros maritim dunia. Adanya beberapa
titik temu antara agenda IORA dan kepentingan nasional Indonesia yang dapat
dimanfaatkan dengan baik. Namun tantangan Indonesia ialah IORA sendiri merupakan
organisasi regional yang masih relatif muda dengan anggota-anggotanya yang memiliki
kepentingan yang beragam, disinilah bagaimana Indonesia harus bisa memengaruhi
kawasan secara keseluruhan. Untuk itu, pemerintah perlu menyusun strategi yang tepat
agar agenda yang akan ditawarkan Indonesia selama memimpin IORA bisa
memerjuangkan kepentingan nasional serta menguntungkan lebih banyak pihak di
kawasan ini. Kami membagi paper ini menjadi beberapa bagian yaitu, pendahuluan, isi
dan kesimpulan. Dalam menulis paper ini, kami menggunakan perspektif konstruktivis
Kata Kunci: Samudra Hindia, Indonesia, IORA

2

Pendahuluan

Samudra Hindia merupakan samudra ketiga terbesar di dunia dengan luas
73.56 juta km². Yang dilintasi oleh 40% jalur perdagangan laut dunia. Jalur perdagangan yang
melewati dikenal sebagai jalur sutera, jalur kayu manis, dan jalur rempah. Kawasan ini
berbatasan dengan Antartika di sisi selatan, Indo-Tiongkok di sisi timur, Afrika dan
Semenanjung Arab di sisi barat. 2,7 milyar atau setara dengan sepertiga penduduk dunia dari
21 negara dan setengah negara anggota G-20 bertempat di samudra ini. Selain itu, negaranegara di pesisir Samudra Hindia juga menyimpan 60% uranium, 40% emas,

80%

penyimpanan permata dan bermacam-macam bahan tambang lainnya. Di kawasan ini juga
terdapat 55% cadangan minyak bumi dan 40% gas1.
Gambar 1. Peta perdagangan dunia

Sumber:

http://negeripelangi.com/id/blog/2012/04/08/mp3ei-depot-peti-kemas-jaya-dilaut-

sejahtera-di-darat

Sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Samudra Hindia, Indonesia harus

bisa memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang ada. Terlebih lagi mengingat wilayah
Indonesia yang dilalui jalur perdagangan Samudra Hindia. Sebagai penghubung antara
1 Astari Dewi Widyawati. 2016. Kepemimpinan Indonesia di Indian Ocean Rim Association
(IORA) Dalam Mendukung Kebijakan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. Diakses
melalui http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/23698/Astari%20Dewi
%20Widyawati-E13113537-Ilmu%20Hubungan%20Internasional.pdf?sequence=1 17
Oktober 2017 hlm. 4

3

Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, Indonesia memiliki potensi dagang yang besar. Alhasil
total 40% kegiatan perdagangan di Samudra Hindia melalui Indonesia. Dengan keuntungankeuntungan geografis ini, Jokowi melihat adanya peluang untuk menjadikan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia. Maka dari itu Jokowi memiliki lima pilar dalam visi poros
maritim nya yang akan kami jelaskan di dalam pembahasan.
Poros maritim dapat dipahami dalam tiga makna atau unsur. Pertama, poros maritim
dapat dilihat sebagai sebuah visi atau cita-cita mengenai Indonesia yang ingin dibangun.
Dalam konteks ini, gagasan poros maritim merupakan sebuah seruan besar untuk kembali ke
jati diri Indonesia atau identitas nasional sebagai sebuah negara kepulauan, yang diharapkan
akan mewujud dalam bentuk Indonesia sebagai kekuatan maritim yang bersatu (unity),
sejahtera (prosperity), dan berwibawa (dignity)2.

Kedua, poros maritim juga dapat dipahami sebagai sebuah doktrin, yang memberi
arahan mengenai tujuan bersama (a sense of common purpose). Sebagai doktrin, Jokowi
mengajak bangsa Indonesia melihat dirinya sebagai ”Poros Maritim Dunia, Kekuatan di
Antara Dua Samudra”. Doktrin ini menekankan realitas geografis, geostrategis, dan
geoekonomi Indonesia yang masa depannya tergantung, dan pada saat yang bersamaan ikut
memengaruhi, dinamika di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik3.
Ketiga, gagasan poros maritim Jokowi tidak berhenti pada level abstraksi dan
konseptualisasi. Gagasan itu menjadi operasional ketika platform Jokowi juga memuat
sejumlah agenda konkret yang ingin diwujudkan dalam pemerintahannya ke depan. Misalnya,
rencana pembangunan ”tol laut” untuk menjamin konektivitas antarpulau, pengembangan
industri perkapalan dan perikanan, pembangunan pelabuhan, perbaikan transportasi laut, serta
fokus pada keamanan maritim, mencerminkan keseriusan dalam mewujudkan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia. Dengan kata lain, gagasan poros maritim juga bagian penting
dari agenda pembangunan nasional4.
Kebijakan ini didasarkan pada asumsi negara bahwa wilayah maritim merupakan
kekuatan nasional selain aspek wilayah daratan, sebab laut merupakan jalur perdagangan
untuk membawa barang-barang berat seperti sumber daya ke berbagai belahan dunia, karena
jalur darat tidak bisa membawa logistik barang dengan kapasitas yang besar. Untuk itu,
2 Rizal Sukma. 2014. Gagasan Poros Maritim. Diakses melalui
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/08/21/080000726/Gagasan.Poros.Maritim. 17 Oktober 2017

3 Ibid.
4 Ibid.

4

diperlukan strategi pengelolaan yang transparan, akuntabel, dan profesional serta tata kelola
maritim yang tepat. Dengan posisi Indonesia yang strategis sebagai negara kepulauan,
Indonesia bisa menjadi heartland dengan orientasi pada geopolitik maritim.
Masalah yang selama ini muncul terkait dengan permasalahan maritim adalah
masalah instrumental, struktural, dan kultural. Masalah instrumental kemaritiman sangat
terkait dengan berbagai aturan, regulasi dan kebijakan yang berkenaan dengan kemaritiman.
Sampai dengan saat ini memang sudah cukup banyak aturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai aspek maritim, pengelolaan laut, perikanan dan potensi perairan
Indonesia, namun belum banyak aturan turunan di tingkat Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Perda dan lain sebagainya yang mengatur secara detail, teknis dan nyata tentang
pembangunan kemaritiman. Di samping itu, masih ada antar aturan yang satu dengan aturan
yang lain bertentangan dan tumpang tindih sehingga memerlukan sinkronisasi dan
harmonisasi antar peraturan perundang-undangan kemaritiman di Indonesia.
Masalah struktural kemaritiman sangat berhubungan dengan lembaga, struktur dan
badan yang menangani masalah kemaritiman. Kementerian Koordinator Kemaritiman baru

saja terbentuk dalam Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla sehingga masih memerlukan waktu
yang sangat panjang untuk penyesuaian dan sinergi dengan instansi pemerintahan terkait.
Sementara itu, kementerian yang lain belum sepenuhnya memprioritaskan kepada kebijakan
kemaritiman sehingga diperlukan langkah koordinasi antar lembaga, kementrian, dan instansi
pemerintahan lainnya untuk sama-sama membuat kebijakan dengan pengarusutamaan pada
apsek kemaritiman, termasuk lembaga di pemerintahan daerah yang menangani potensi
kelautan.
Masalah kultural kemaritiman sangat berhubungan dengan mind set, culture set,
paradigma dan perilaku para pengambil kebijakan yang berwatak bahari, kelautan dan
kemaritiman. Artinya, setiap benak pengambil kebijakan harus diarahkan pada paradigma
bahwa pembangunan harus diarahkan pada kemaritiman (maritime based development).
Selama ini, proses pembangunan masih berkarakter daratan dan agraris dimana daratan,
perkotaan, pedalaman dan pegunungan menjadi fokus pembangunan, tanpa memberikan
perhatian yang kuat terhadap wilayah pesisir, masyarakat pantai, masyarakat nelayan, dan
wilayah kepulauan. Oleh karena itu, diperlukan perubahan mind set pengambil kebijakan
yang berfokus pada karakter kemaritiman.

5

Untuk melaksanakan visi Jokowi, kami berargumen bahwa IORA (Indian Ocean Rim

Association) merupakan wadah yang ideal. Selain itu, terdapat kesamaan kepentingan antara
negara anggota, yaitu mengenai keamanan maritim seperti pemberantasan illegal fishing,
piracy, drug smuggling, human trafficing, dll. Lalu di sektor ekonomi sebagai jalur
perdagangan dan pariwisata. Saat ini IORA beranggotakan 21 negara dan tujuh negara mitra
dialog. Selain itu, terdapat juga dua organisasi peninjau di IORA yaitu Indian Ocean Tourism
Organization (IOTO) dan Indian Ocean Research Group (IORG)5. IORA memiliki enam
wilayah prioritas, antara lain: (1) keselamatan maritim dan keamanan. (2) manajemen risiko
bencana. (3) perdagangan dan fasilitasi investasi. (4) manajemen perikanan. (5) akademik,
ilmu pengetahuan dan teknologi kerjasama. (6) pariwisata dan pertukaran budaya. Terdapat
shared ideas antar lima pilar poros maritim jokowi(internal) dan enam prinsip utama
IORA(eksternal). Sehingga tercapainya kesepakatan untuk menanggulangi common problem
to common interest dengan negara-negara yang berada dikawasan Samudra Hindia. Selain itu,
Indonesia memiliki potensi untuk menjadi panutan bagi negara lain dengan cara mengajarkan
cara memberdayakan laut yang tepat apabila visi ini tercapai. Poros maritim hanya akan
sekadar menjadi gagasan semata apabila tidak diimplementasikan dengan memperkuat
keamanan nasional dan kontribusi di IORA.
Lalu, muncul pertanyaan mengenai apakah IORA menjadi wadah bagi Indonesia
untuk mencapai kepentingan nasionalnya? Kami mebagi paper ini menjadi beberapa bagian,
yaitu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan
penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan, pembahasan yang berisi tentang

keamanan laut, kebijakan luar negri Jokowi dan IORA, kesimpulan dan daftar pustaka. Kami
menggunakan paradigma konstruktivisme dan penelitian ini dilakukan secara deskriptif
dengan metode studi pustaka (library research) yang bersifat ex facto6.
Pembahasan
Konstruktivisme memiliki fokus bahwa sistem internasional disusun oleh ide, bukan
oleh kekuatan material. Selain itu, teori sosial merupakan teori yang lebih umum tentang
dunia sosial. Dalam teori sosial, kaum konstruktivis menekankan konstruksi realitas sosial.
Dunia sosial adalah dunia kesadaran (conciousness) manusia: pemikiran dan keyakinan, ide
dan konsep, bahasa dan diskursus. Finnemore berpendapat bahwa identitas dan kepentingan
5 http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/Pages/IORA.aspx diakses 18 Oktober 2017
6 Ex facto: Berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi yang diambil dan diakumulasikan dari berbagai sumber,
seperti buku, situs resmi, skripsi, thesis, jurnal, dll.

6

didefinisikan oleh kekuatan-kekuatan internasional, yaitu oleh norma-norma perilaku yang
ditanamkan dalam masyarakat internasional7.
Konstruktivisme menekankan bahwa norma dan institusi memiliki pengaruh dalam
merumuskan kepentingan nasional dan dapat memengaruhi arah tujuan dari kepentingan
nasional itu sendiri. Hal ini berdasar pada pemikiran konstruktivisme yang beranggapan

bahwa kepentingan nasional merupakan suatu hal yang dikonstruksikan oleh aktor. Terdapat
4 konsep dalam konstruktivisme, yaitu (1) speech act yang berarti upaya aktor untuk
menyampaikan kepentingannya, keberhasilan speech act ditentukan oleh bahasa yang
digunakan aktor. (2) existential threat, yaitu sesuatu yang memiliki potensi untuk menjadi
ancaman. (3) referent object, objek yang terancam dan perlu dilindungi, (4) audience adalah
pihak-pihak yang ingin dipengaruhi oleh aktor.
Indonesia sudah mulai memahami perkembangan yang sedang berkembang dalam
politik global, yaitu dengan adanya Kebijakan Poros Maritim Dunia sebagai agenda utama
pemerintahan Jokowi. Serta, Indonesia memiliki letak geografis yang diapit Samudra Hindia
dan Samudra Pasifik dikuatkan dengan program dan kegiatan yang tertuang dalam doktrin
Trisakti, Nawacita, dan revolusi mental. Arus utama wilayah maritim perlu diapresiasi oleh
berbagai pihak mengingat selama ini belum pernah ada semangat untuk mengembangkan
semangat kemaritiman dalam pembangunan nasional Indonesia yang diadaptasi dari
pemerintahan Ir. Soekarno.
Presiden Joko Widodo menegaskan konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada 5 pilar utama8, yaitu: (1) Membangun
kembali budaya maritim Indonesia. (2) Menjaga sumber daya laut dan menciptakan
kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama. (3) Memberi
prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun
tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. (4) Menerapkan

diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya
menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa
wilayah, perompakan, dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus
menyatukan berbagai bangsa dan negara dan bukan memisahkan. (5) Membangun kekuatan
7 Robert Jackson, Georg Sorensen. 2013. Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan edisi ke-5.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 400-401
8 http://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Presiden-Jokowi-Deklarasikan-Indonesia-Sebagai-PorosMaritim-Dunia.aspx diakses 17 Oktober 2017

7

maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan
maritim.
Kebijakan Poros Maritim Dunia yang dijalankan melalui diplomasi untuk
penyelesaian permasalahan ancaman non tradisional menjadi prioritas utama mengingat
Indonesia saat ini telah lama merasakan kerugian dari ancaman-ancaman non tradisional dan
tradisional, maka dari itu Indonesia harus memperkuat militer nya serta dukungan dari
pemerintrah pusat, daerah, dan masyarakat agar tercapainya kebijakan ini.
Melalui kebijakan Poros Maritim Dunia, Indonesia fokus kebijakan luar negeri
archipelagic- berorientasi pada lima bidang utama: (1) "diplomasi maritim" untuk
mempromosikan penyelesaian sengketa perbatasan negara; (2) menjaga integritas negara
teritorial, kedaulatan maritim, keselamatan dan kesejahteraan sosial di pulau-pulau terluar;
(3) menjaga sumber daya nasional dan zona ekonomi eksklusif (ZEE); (4) mengintensifkan
diplomasi pertahanan; dan (5) mengurangi persaingan maritim antara negara-negara besar
dan mempromosikan penyelesaian damai sengketa teritorial di wilayah tersebut9.
Berbagai pihak mengingat selama ini belum pernah ada semangat untuk
mengembangkan semangat kemaritiman dalam pembangunan nasional Indonesia yang
diadaptasi dari pemerintahan Ir. Soekarno.
Presiden Joko Widodo menegaskan konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia
sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada lima pilar utama 10, yaitu: (1)
Membangun kembali budaya maritim Indonesia. (2) Menjaga sumber daya laut dan
menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama. (3)
Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan
membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim. (4)
Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim
dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan,
sengketa wilayah, perompakan dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus
menyatukan berbagai bangsa dan negara, bukan memisahkan. (5) Membangun kekuatan

9 Nurul Fadillah dan Putri Saprilia. 2017. Doktrin Maritim Indonesia dan Masalah Keamanan. Diakses melalui
http://khodijahismail.com/wp-content/uploads/2017/03/DOKTRIN-MARITIM-INDONESIA-1.pdf 26 Oktober
2017. Hlm. 14
10 http://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Presiden-Jokowi-Deklarasikan-Indonesia-SebagaiPoros-Maritim-Dunia.aspx diakses 17 Oktober 2017

8

maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan
maritim.
Kebijakan Poros Maritim Dunia yang dijalankan melalui diplomasi untuk
penyelesaian permasalahan ancaman nontradisional dan tradisional, maka dari itu Indonesia
harus memperkuat militernya serta dukungan dari pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat
agar tercapainya kebijakan ini.
Melalui kebijakan Poros Maritim Dunia, Indonesia berfokus pada kebijakan luar negri
archipelagic –berorientasi pada lima bidang utama: (1) diplomasi maritim untuk
mempromosikan penyelesaian sengketa perbatasan negara; (2) menjaga integritas negara
teritorial, kedaulatan maritim, keselamatan dan kesejahteraan sosial di pulau-pulau terluar;
(3) menjaga sumber daya nasional dan zona ekonomi eksklusif (ZEE); (4) mengintensifkan
diplomasi pertahanan; dan (5) mengurangi persaingan maritim antara negara-negara besar
dan mempromosikan penyelesaian damau sengketa teritorial di wilayah tersebut.11
Hal ini menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk memahami bahwa, secara
geopolitik, Indonesia12: (1) memiliki garis pantai yang sangat panjang di Samudra Hindia.
Kepulauan Indonesia terhubung Samudra Hindia dengan (alam Indo-Pasifik dari Indonesia)
Samudra Pasifik. (2) wilayah kepulauan negara yang masih kurang diperhatikan (ignorance
ke domain maritim). (3) Poros Maritim Dunia adalah “wake up call” setelah hibernasi
panjang. (4) Pilar Poros Maritim Dunia: (a) budaya maritim, (b) ekonomi maritim, (c)
infrastruktur maritim, (d) diplomasi maritim, dan (e) keamanan dan pertahanan maritim.
Meski begitu, tantangan politik dan militer yang Indonesia hadapi dalam mewujudkan
Kebijakan Poros Maritim Dunia sangat besar, terutama pada perkembangan geopolitik di
Samudra Hindia. Dalam menyikapi persaingan kekuatan utama telah menjadi perhatian
strategis bagi para pembuat kebijakan Indonesia. Kebangkitan Cina dan India merupakan
aspek yang paling menonjol dari transformasi strategis yang berlangsung di wilayah tersebut.
Meskipun volume yang signifikan dari investasi bilateral dan perdagangan regional,
kompetisi untuk keunggulan geopolitik telah semakin menjadi fitur dominan dari hubungan
11 Nurul Fadillah dan Putri Saprilia. 2017. Doktrin Maritim Indonesia dan Masalah Keamanan. Diakses
melalui http://khodijahismail.com/wp-content/uploads/2017/03/DOKTRIN-MARITIM-INDONESIA-1.pdf 26
Oktober 2017. Hlm. 14
12 Riefqi Muna, Indonesia and the Indian Ocean in the Wake of IORA, diunduh melalui
http://asiapacific.anu.edu.au/blogs/indonesiaproject/files/2016/02/muna-2016feb25-IORA-and-Indonesia3.pdf ,
pada tanggal 17 Oktober 2017 hlm. 13

9

Sino-AS. Perkembangan terakhir lebih lanjut menunjukan bahwa Cina dan India berpotensi
akan terlibat dalam kompetisi maritim di Samudra Hindia dan Asia Tenggara dalam jalur laut.
Visi maritim Presiden Joko Widodo telah memberikan momentum politik untuk menaksir
realitas strategis berkembang di Indonesia. Pemerintahannya sangat tertarik untuk membina
kemitraan maritim dengan Cina. Secara khusus, Indonesia berusaha untuk mendapatkan
keuntungan US$ 40 Milyar dari “jalur sutra baru” yang merupakan rencana Beijing dengan
membangun dua pelabuhan di Kuala Tanjung dan Bitung. Dari perspektif Rizal Sukma,
seorang tokoh ulama Indonesia dan penasihat kebijakan luar negri Presiden Joko Widodo,
mengatakan bahwa rencana maritim kedua negara yang saling menguntungkan dan tumpang
tindih dalam hal konektivitas dan diplomasi.13
Di sisi lain, memertahankan kemapanan dalam “bebas dan aktif” sebagai prinsip tetap
menjadi pedoman kebijakan luar negri Indonesia untuk menghindari persaingan konfrontatif
dengan kekuatan utama. Dalam upaya untuk membentuk tatanan Indo-Pasifik, Pemerintahan
Jokowi bertujuan menghubungkan Indonesia dengan wilayah Samudra Hindia. Melalui peran
di IORA pada akhir 2015, akan membawa perhatian regional yang lebih besar untuk doktrin
maritim negara dan kerjasama di bidang-bidang strategis.14
IORA (Indian Ocean Rim Association) pada awalnya diinisiasi oleh Mantan Presiden
Afrika Selatan, Nelson Mandela, pada tahun 1995 di Mauritius, namun baru berdiri secara
resmi pada 6-7 Maret 1997. Pendirian organisasi ini dilatarbelakangi pasca perang dunia ke II
ketika hegemoni Inggris berakhir dan persaingan negara superpower di regional ini
memuncak15. Nama awal dari organisasi ini adalah Indian Ocean Rim Association for
Regional Cooperation (IOR-ARC) namun diubah menjadi IORA pada Pertemuan Tingkat
Mentri ke-13 di Perth dengan tujuan meningkatkan kesadaran publik bahwa forum ini adalah
penyatu negara-negara Samudra Hindia sebagai suatu kawasan. Untuk menjalankan
Kebijakan Poros Maritim Dunia, tentu diperlukan kontribusi dari pihak eksternal, yaitu
IORA. IORA merupakan satu-satunya organisasi yang meliputi negara-negara dari lima subregion, Asia Tenggara, Asian Selatan, Timur Tengah, Afrika Timur dan Australia. Organisasi
ini berdiri karena adanya kesamaan kepentingan nasional, yaitu dalam meningkatkan
keamanan, sosial-budaya dan ekonomi di kawasan Samudra Hindia. Namun, sejak 20 tahun
13 Iis Gindarsah, Indonesia’s Maritime Doctrine and Security Concerns. hlm. 6.
14 Iis Gindarsah, Indonesia’s Maritime Doctrine and Security Concerns, op. cit, hlm. 9.
15 Satya Wira Wicaksana. Nilai Strategis Indian Ocean Rim Association Bagi Indonesia Dalam Penerapan
Poros Maritim Tahun 2015. Diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/115258-IDnone.pdf 17 Oktober 2017. Hlm 1

10

berdiri IORA masih tergolong organisai regional yang lemah dan sulit untuk
diimplementasikan.16 Hal ini terjadi karena: (1) ketiadaan inisiatif out of the box dari negaranegara anggota. Kerja sama yang dilakukan masih berkutat seputar pembahasan kerja sama
tanpa implementasi jelas dan membumi. Akibatnya, kerja sama terjebak pada pertemuanpertemuan konsultatif dan elitis. (2) ketiadaan kepemimpinan. Untuk menggerakkan kerja
sama perlu kepemimpinan kuat salah satu negara anggota, sebagaimana tesis Bremmer
(2013). Harus ada negara yang berani investasi konkret di luar kegiatan business as
usual seperti workshop dan seminar. (3) IORA belum dapat menunjukkan manfaat nyata
kepada para anggota dibandingkan kerja sama lainnya di kawasan yang lebih dinamis dan
menjanjikan, seperti APEC dan RCEP.17 Tetapi, IORA telah menunjukan perkembangan pada
saat keketuaan India pada tahun 2011-2013 dan Australia pada tahun 2013-2015, realisasi
komitmen kerja sama berbagai bidang terwujud dalam sejumlah platformnyam, yaitu Council
of Minister (COM), Committee of Senior Officials (CSO), Indian Ocean Rim Academic
Group (IORAG), Indian Ocean Rim Business Forum (IORBF), Working Group on Trade and
Investment (WGTI), TROIKA (fora dengan format Ketua IORA, Wakil Ketua IORA dan
Ketua IORA sebelumnya) dan Working Group of Heads of Mission (WGHM)18.
Sebagai

ketua

periode

2015-2017,

Indonesia

dituntut

untuk

tetap

dapat

memertahankan perkembangan beberapa tahun terakhir. Langkah Indonesia sebagai ketua
IORA adalah dibentuknya IORA Concord. Pembahasan mengenai dibentuknya program ini
dimulai saat IORA Ministrial Meeting tanggan 23 Oktober 2015 yang bertempat di Kota
Padang, Indonesia dan pada tanggal 27 Oktober 2016 lalu, telah disepakati bersama bahwa
draf IORA Concord akan disampaikan saat IORA Leader’s Summit pada tanggal 5-7 Maret
2017 di Jakarta.19 Tujuan dari IORA Concord sendiri ialah menjaga stabilitas keamanan dan
mewujudkan kesejahteraan para negara anggota. Ancaman yang masih perlu diatasi antara
lain, isu keamanan maritim, peredaran narkoba, penyelundupan manusia, pencurian ikan,
pembajakan, perkembangan ekonomi, dan perubahan iklim.
16 Riefqi Muna, Indonesia and the Indian Ocean in the Wake of IORA, diakses melalui
http://asiapacific.anu.edu.au/blogs/indonesiaproject/files/2016/02/muna-2016feb25-IORA-and-Indonesia3.pdf
17 Oktober 2017 hlm. 8
17 Andre Notohamijoyo. 2017. Kepemimpinan RI di Samudera Hindia. Diakses melalui
http://nasional.kompas.com/read/2017/04/04/22421711/kepemimpinan.ri.di.samudra.hindia 17 Oktober 2017
18 http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/Pages/IORA.aspx diakses 17 Oktober 2017
19 Lisbet. 2016. Indian Ocean Rim Association dan Kepentingan Indonesia. Majalah Info Singkat Vol. VIII, No.
20/II/P3DI/Oktober/2016. Diakses melalui http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info
%20Singkat-VIII-20-II-P3DI-Oktober-2016-69.pdf 17 Oktober 2017

11

Dalam konstruktivisme terdapat empat variable; (1) speech act (2) Existential Threats
(3) Referent object (4) Audience. Kami berpendapat bahwa Indonesia telah menjadikan IORA
sebagai media dalam menyebarkan ide Poros Maritim Dunia. IORA juga merupakan
instrumen untuk memengaruhi negara-negara yang terlibat untuk mengetahui bahwa
Indonesia merupakan negara yang sedang mengembangkan maritimnya dalam kapitalisasi
sumber daya dan militer. Selain itu, IORA juga merupakan arena bagi Indonesia dan
Indonesia sudah aktif terlibat dalam beberapa agenda, termasuk KTT. Indonesia berperan
cukup aktif dalam KTT tahun 2015 di Padang, sehingga menghasilkan IORA Concord.
Indonesia juga merupakan satu-satunya negara yang menetapkan tema di bawah masa
keketuaannya dan berupaya untuk memperkokoh tiga isu, yaitu blue economy, women
empowerment dan demokrasi tata pemerintahan yang baik, pemberantasan korupsi serta hak
asasi manusia. Dalam konteks inilah, speech act poros maritim dunia disebarluaskan melalui
organisasi regional. Indonesia, sebagai negara yang lemah, terutama dalam keamanan
maritimnya, tentu sangat perlu meningkatkan kualitas diplomasinya. Indonesia paham betul
existential threat mengandung makna bahwa Indonesia dengan keterbatasan pertahan
militernya, menghadapi ancaman tradisional serta non-tradisional dalam penerapan visi
PMD. Akibatnya, IORA adalah media untuk mencari kerjasama keamanan. Selain itu,
Indonesia memahami bahwa objek vital yang menjadi potensi sumber daya maritim selama
ini belum maksimal, sehingga dengan adanya IORA sebagai audience penyenyebaran ide
Poros Maritim Dunia, Indonesia bisa menjadi mitra dan meningkatkan kerjasama dalam
IORA dalam bidang diplomasi.
Kesimpulan
Kami menyimpulkan bahwa dari implementasi lima pilar utama poros maritim
Jokowi, hanya diplomasi maritim yang paling berpotensi untuk mewujudkan kepentingan
nasional Indonesia. Hal ini dikarenakan, pada keamanan, Indonesia masih sangat rentan
sebab dari 17.000 pulau Indonesia hanya memiliki lima titik keamanan, yaitu di Medan,
Jakarta, Surabaya, Makassar dan Maluku. Selain itu, pulau Kalimantan dan Papua tidak
memiliki titik keamanan yang dapat menyebabkan mudahnya ancaman keamanan, khususnya
non-tradisional, memasuki Indonesia sedangkan duapertiga wilayah negara merupakan lautan
dan berbatasan dengan 10 negara di Asia-Pasifik. Selain itu, kami berpendapat bahwa apabila
Jokowi terpilih kembali menjadi presiden pada pemilu 2019, visi poros maritim akan lebih
maksimal tercapainya.
12

DAFTAR PUSTAKA
Fathun, La Ode Muhammad. 2016. Kebijakan Geopolitik Poros Maritim di Era Jokowi.
Yogyakarta:

MIHI

UMY.

diakses

melalui

http://thesis.umy.ac.id/index.php?

opo=bibliography&id=69421 diakses 18 Oktober 2017
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2013 Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori
dan Pendekatan edisi ke-5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lisbet. 2016. Indian Ocean Rim Association dan Kepentingan Indonesia. Majalah Info
Singkat Vol. VIII, No. 20/II/P3DI/Oktober/2016. Diakses melalui
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-20-II-P3DIOktober-2016-69.pdf 17 Oktober 2017
Muna, Riefqi. 2016. Indonesia and the Indian Ocean in the Wake of IORA. diakses melalui
http://asiapacific.anu.edu.au/blogs/indonesiaproject/files/2016/02/muna-2016feb25IORA-and-Indonesia3.pdf , pada tanggal 17 Oktober 2017
Subagyo, Agus. (2015). KESIAPAN DAERAH DALAM MEWUJUDKAN VISI INDONESIA
POROS MARITIM DUNIA. Jurnal Kybernologi (Indonesia Journal For The Science of
Government).

Volume

III.

1-16.

Diakses

melalui

https://www.researchgate.net/publication/317822309_KESIAPAN_DAERAH_DALA
M_MEWUJUDKAN_VISI_INDONESIA_POROS_MARITIM_DUNIA pada tanggal
17 Oktober 2017
Wicaksana, Satya Wira. 2017. Nilai Strategis Indian Ocean Rim Association Bagi Indonesia
Dalam Penerapan Poros Maritim Tahun 2015. JOM FISIP Vol. 4 no. 1. diakses
https://media.neliti.com/media/publications/115258-ID-none.pdf pada 18 Oktober 2017

13