Watak Tokoh Utama dalam Kumpulan Cerpen Kacamata Tanpa Bingkai Karya Sori Siregar: Analisis psikologi Sastra

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain. Pradopo, (2001:38) mengemukakan bahwa konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti, karena menentukan penetapan variabel. Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang akan dianalisis berupa kumpulan cerpen KTB karya Sori Siregar dalam tulisan ilmiah yang berjudul Watak Tokoh Utama Dalam Kumpulan Cerpen Kacamata Tanpa Bingkai Karya Sori Siregar: Analisis Psikologi Sastra. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa konsep yang digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya, yakni:

2.1.1 Cerpen

Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita pendek. Cerpen merupakan kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan, memusatkan diri pada satu tokoh disatu situasi. Cerpen hanya memusatkan perhatian pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling


(2)

menonjol yang menjadi pokok cerita. Oleh karena itu, kepaduan merupakan syarat utama sebuah cerita pendek.

2.1.2 Watak

Watak adalah pribadi atau tokoh dalam suatu karya yang menggerakkan cerita dengan cara berinteraksi sesama tokoh dan alam. Wataklah yang memiliki peran penting untuk menghidupkan cerita yang hendak disampaikan oleh pengarang. Daripada peranannya itulah menimbulkan berbagai peristiwa, kisah dan sebagainya yang akhirnya terjalinlah sebuah cerita yang menarik. Menurut Allport (dalam Suryabrata, 1983:2), istilah watak dan kepribadian sering digunakan secara bertukar-tukar, namun biasanya kata watak menunjukkan arti normatif, serta menyatakan bahwa watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian adalah watak tidak dinilai. Jadi, watak tokoh adalah karakter atau sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam cerita.

2.1.3 Tokoh Utama

Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1984:85). Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Buku cerita


(3)

yang dimaksud dapat berupa novel dan cerpen. Tokoh dalam karya sastra selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.

Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Aminuddin, 1984:85).

Tokoh protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada anak dan istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya.

Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tetapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya.


(4)

2.1.4 Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Manusia dilahirkan dengan berbagai watak atau karakteristik yang membedakannya dengan hewan dan sesamanya. Tidak dapat disangkal bahwa watak dapat menentukan perilaku akan tetapi perilakulah yang menentukan pengembangan diri seseorang. Dalam tingkat yang paling sederhana karakteristik ini membatasi kemungkinan perilaku manusia dan rangsangan yang muncul. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2007:38).

Menurut Sigmund Freud (dalam Suryabrata, 1983:183) dasar perilaku adalah insting (inborn motives) yang bertempat dalam alam ketidaksadaran. Ketidaksadaran adalah ciri utama psikoanalisis, khususnya yang diajarkan Freud, yang membedakan dengan teori-teori lainnya. Ada dua jenis insting atau naluri, yaitu “eros” (naluri kehidupan untuk mempertahankan kelangsungan individu atau spesies) dan “tanatos” (naluri kematian, dorongan menghancurkan yang ada pada diri setiap manusia dan dinyatakan dalam perkelahian, pembunuhan, perang, sadisme dan sebagainya).

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang dipergunakan dalam pembahasan ini adalah psikologi sastra. Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan


(5)

dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1. pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3. Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008:99).

Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Kejiwaan para tokoh dalam karya itu sekaligus merupakan implementasi kehidupan nyata manusia dan sekaligus merupakan gejala psikologis sosial dari masyarakatnya. Pendekatan tekstual pada awalnya memang tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip Freud tentang psikoanalisis, sebab pendekatan tekstual yang paling awal digunakan dalam memahami psikologis ataupun kejiwaan tokoh. Buku Freud tentang interpretasi jiwa telah banyak mengilhami para peneliti psikologi. Dalam penelitian psikologi sastra, para peneliti harus mampu menggali sistem berpikir, logika, angan-angan, dan cita-cita hidup yang ekspresif.

Hubungan antara psikologi dengan sastra sebenarnya telah lama ada, semenjak usia ilmu itu sendiri. Akan tetapi penggunaan psikologi sebagai sebuah pendekatan dalam penelitian sastra belum lama dilakukan. Menurut Robert Downs (dalam Abdulrahman, 2003:1) bahwa psikologi itu sendiri bekerja pada suatu wilayah yang gelap, mistik dan paling peka terhadap bukti-bukti ilmiah. Wilayah yang gelap itu memang ada pada manusia, dari wilayah yang gelap itulah kemudian muncul perilaku serta aktivitas yang beragam, termasuk perilaku baik,


(6)

Kehidupan manusia tidak pernah jauh dari tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Proses perjalanan kehidupan manusia merupakan gambaran jiwa yang ada pada diri manusia itu sendiri.

Menurut Hardjana (1991:60) pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan. Di sini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan ke dalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan lainnya.

Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund Freud, (dalam Suryabrata, 1983:145) ada tiga komponen kepribadian, yaitu Id yang selalu berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri (pleasure principle), termasuk di dalamnya naluri seks dan agresivitas, ego yang selalu berorientasi pada kenyataan (reality principle), dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku (moral standard). Ketiga komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak menyalurkan energi naluri ke dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia fiksi. Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.


(7)

Meski pertarungan id, ego dan super ego dalam diri setiap tokoh atau antara tokoh satu dengan tokoh yang lain melalui proses rumit, tetapi sebuah teori yang dikembangkan oleh Freud yaitu psikoanalisis, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menganalisisnya dan mencoba menjabarkan watak yang dimiliki tokoh.

Penganalisisan karya sastra dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan nyata. Pendekatan psikoanalisis digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili watak manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita. Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli dan teliti. Hal tersebut dilakukan karena objek dalam pengkajian psikoanalisis adalah ilmu jiwa.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan mengkaji kumpulan cerpen KTB Karya Sori Siregar belum pernah dikaji sebelumnya. Namun analisis dengan teori Psikologi Sastra sudah pernah dilakukan dalam penelitian objek lainnya. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut.


(8)

Ahmad Yazir (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Mekanisme Pertahanan dan Konflik dalam Cerpen Bunga Tabur Terakhir Karya G.M. Sudarta: Tinjauan Psikologi Sastra”. Membahas tentang kesabaran dan keteguhan yang terilis dari cerpen Bunga Tabur Terakhir Karya G.M. Sudarta, serta kegigihan dalam meraih kembali sebuah cinta bermakna. Mekanisme pertahanan dan konflik dalam cerpen ini banyak mengambil dari pemain utama dan musuh pemain utama tersebut (Pak Lurah), yaitu bagaimana sesuatu hal dapat memberikan motivasi kepada tokoh utama untuk dapat melanjutkan hidup yang lebih baik dan harmonis. Rasa benci dalam diri setiap tokoh cerita dapat kita sadari kalau sebenarnya mereka juga termasuk mahluk sosial. Di samping itu, mekanisme pertahanan dan konflik kehidupan ini menuntut tokoh utama untuk saling pengertian dan saling menghormati setiap masukan yang diberikan, rasa keputusasan tokoh utama dalam cerita yang sebenarnya lebih bisa diperjuangkan lagi untuk mendapatkan kebahagiaan/tujuan yang baik tanpa harus terus berpasrah pada nasib.

Penelitian tentang tokoh sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Priyatmi (2002) dalam penelitian yang berjudul ”karakteristik tokoh utama wanita novel Berkisar Merah karya Ahmad Tohari: tinjauan Psikologi Sastra”. Kesimpulan penelitian ini adalah gambaran tokoh utama Lasiyah yang awal mulanya pasrah pada keadaan berubah menjadi pribadi yang berontak karena keadaan dan pengaruh kehidupan kota. Kepribadian Lasiyah yang mulanya lugu berubah menjadi wanita yang haus akan harta benda. Lasiyah pindah ke kota


(9)

karena kehidupanya di desa sangat miskin sehingga membuat Lasiyah ingin mendapatkan harta sebanyak-banyaknya.

Lissa Ernawati, seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian dengan menggunakan teori psikologi sastra. Dengan objek kajian Novel Rojak karya Fira Basuki. Pada penelitiannya, Lissa Ernawati menelaah psikologis tokoh-tokoh dalam novel Rojak tersebut. Ia menganalisis unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut dan memaparkan keadaan psikologis setiap tokoh-tokoh yang terdapat dalam Novel Rojak tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya, Lissa mengambil kesimpulan bahwa karakter manusia suatu saat dapat berubah apabila berada dalam keadaan emosi yang tidak stabil. Perubahan karakter itu dapat membuat kita menjadi lebih baik atau buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian yang akan diteliti adalah tentang watak dan perilaku tokoh utamanya, dan yang membedakan penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah judul penelitiannya dan judul buku yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dengan demikian, keaslian atau kebenaran penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.


(1)

2.1.4 Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Manusia dilahirkan dengan berbagai watak atau karakteristik yang membedakannya dengan hewan dan sesamanya. Tidak dapat disangkal bahwa watak dapat menentukan perilaku akan tetapi perilakulah yang menentukan pengembangan diri seseorang. Dalam tingkat yang paling sederhana karakteristik ini membatasi kemungkinan perilaku manusia dan rangsangan yang muncul. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2007:38).

Menurut Sigmund Freud (dalam Suryabrata, 1983:183) dasar perilaku adalah insting (inborn motives) yang bertempat dalam alam ketidaksadaran. Ketidaksadaran adalah ciri utama psikoanalisis, khususnya yang diajarkan Freud, yang membedakan dengan teori-teori lainnya. Ada dua jenis insting atau naluri, yaitu “eros” (naluri kehidupan untuk mempertahankan kelangsungan individu atau spesies) dan “tanatos” (naluri kematian, dorongan menghancurkan yang ada pada diri setiap manusia dan dinyatakan dalam perkelahian, pembunuhan, perang, sadisme dan sebagainya).

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang dipergunakan dalam pembahasan ini adalah psikologi sastra. Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan


(2)

dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1. pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3. Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008:99).

Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Kejiwaan para tokoh dalam karya itu sekaligus merupakan implementasi kehidupan nyata manusia dan sekaligus merupakan gejala psikologis sosial dari masyarakatnya. Pendekatan tekstual pada awalnya memang tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip Freud tentang psikoanalisis, sebab pendekatan tekstual yang paling awal digunakan dalam memahami psikologis ataupun kejiwaan tokoh. Buku Freud tentang interpretasi jiwa telah banyak mengilhami para peneliti psikologi. Dalam penelitian psikologi sastra, para peneliti harus mampu menggali sistem berpikir, logika, angan-angan, dan cita-cita hidup yang ekspresif.

Hubungan antara psikologi dengan sastra sebenarnya telah lama ada, semenjak usia ilmu itu sendiri. Akan tetapi penggunaan psikologi sebagai sebuah pendekatan dalam penelitian sastra belum lama dilakukan. Menurut Robert Downs (dalam Abdulrahman, 2003:1) bahwa psikologi itu sendiri bekerja pada suatu wilayah yang gelap, mistik dan paling peka terhadap bukti-bukti ilmiah. Wilayah yang gelap itu memang ada pada manusia, dari wilayah yang gelap itulah kemudian muncul perilaku serta aktivitas yang beragam, termasuk perilaku baik,


(3)

Kehidupan manusia tidak pernah jauh dari tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Proses perjalanan kehidupan manusia merupakan gambaran jiwa yang ada pada diri manusia itu sendiri.

Menurut Hardjana (1991:60) pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan. Di sini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan ke dalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan responnya terhadap tindakan lainnya.

Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund Freud, (dalam Suryabrata, 1983:145) ada tiga komponen kepribadian, yaitu Id yang selalu berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri (pleasure principle), termasuk di dalamnya naluri seks dan agresivitas, ego yang selalu berorientasi pada kenyataan (reality principle), dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku (moral standard). Ketiga komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak menyalurkan energi naluri ke dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia fiksi. Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.


(4)

Meski pertarungan id, ego dan super ego dalam diri setiap tokoh atau antara tokoh satu dengan tokoh yang lain melalui proses rumit, tetapi sebuah teori yang dikembangkan oleh Freud yaitu psikoanalisis, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menganalisisnya dan mencoba menjabarkan watak yang dimiliki tokoh.

Penganalisisan karya sastra dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan nyata. Pendekatan psikoanalisis digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili watak manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita. Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli dan teliti. Hal tersebut dilakukan karena objek dalam pengkajian psikoanalisis adalah ilmu jiwa.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan mengkaji kumpulan cerpen KTB Karya Sori Siregar belum pernah dikaji sebelumnya. Namun analisis dengan teori Psikologi Sastra sudah pernah dilakukan dalam penelitian objek lainnya. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut.


(5)

Ahmad Yazir (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Mekanisme Pertahanan dan Konflik dalam Cerpen Bunga Tabur Terakhir Karya G.M. Sudarta: Tinjauan Psikologi Sastra”. Membahas tentang kesabaran dan keteguhan yang terilis dari cerpen Bunga Tabur Terakhir Karya G.M. Sudarta, serta kegigihan dalam meraih kembali sebuah cinta bermakna. Mekanisme pertahanan dan konflik dalam cerpen ini banyak mengambil dari pemain utama dan musuh pemain utama tersebut (Pak Lurah), yaitu bagaimana sesuatu hal dapat memberikan motivasi kepada tokoh utama untuk dapat melanjutkan hidup yang lebih baik dan harmonis. Rasa benci dalam diri setiap tokoh cerita dapat kita sadari kalau sebenarnya mereka juga termasuk mahluk sosial. Di samping itu, mekanisme pertahanan dan konflik kehidupan ini menuntut tokoh utama untuk saling pengertian dan saling menghormati setiap masukan yang diberikan, rasa keputusasan tokoh utama dalam cerita yang sebenarnya lebih bisa diperjuangkan lagi untuk mendapatkan kebahagiaan/tujuan yang baik tanpa harus terus berpasrah pada nasib.

Penelitian tentang tokoh sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Priyatmi (2002) dalam penelitian yang berjudul ”karakteristik tokoh utama wanita novel Berkisar Merah karya Ahmad Tohari: tinjauan Psikologi Sastra”. Kesimpulan penelitian ini adalah gambaran tokoh utama Lasiyah yang awal mulanya pasrah pada keadaan berubah menjadi pribadi yang berontak karena keadaan dan pengaruh kehidupan kota. Kepribadian Lasiyah yang mulanya lugu berubah menjadi wanita yang haus akan harta benda. Lasiyah pindah ke kota


(6)

karena kehidupanya di desa sangat miskin sehingga membuat Lasiyah ingin mendapatkan harta sebanyak-banyaknya.

Lissa Ernawati, seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian dengan menggunakan teori psikologi sastra. Dengan objek kajian Novel Rojak karya Fira Basuki. Pada penelitiannya, Lissa Ernawati menelaah psikologis tokoh-tokoh dalam novel Rojak tersebut. Ia menganalisis unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut dan memaparkan keadaan psikologis setiap tokoh-tokoh yang terdapat dalam Novel Rojak tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya, Lissa mengambil kesimpulan bahwa karakter manusia suatu saat dapat berubah apabila berada dalam keadaan emosi yang tidak stabil. Perubahan karakter itu dapat membuat kita menjadi lebih baik atau buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian yang akan diteliti adalah tentang watak dan perilaku tokoh utamanya, dan yang membedakan penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah judul penelitiannya dan judul buku yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dengan demikian, keaslian atau kebenaran penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.