Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan suatu
paradigma baru dalam konsepsi ekonomi. Paradigma baru yang dimaksudkan saat
ini bahwa harus diyakini pengetahuan sudah menjadi landasan dalam
pembangunan ekonomi (knowedge based economy). Hak Kekayaan Intelektual
(yang disingkat HKI) merupakan jawaban atas paradigma ini. Oleh karna itu,
tidak mengherankan bahwa sebagian negara didunia ini mulai melirik bahwa HKI
merupakan salah satu alternatif dalam pembangunan ekonomi bangsa. Hal ini
tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia. 1
Menurut Bowman, defenisi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hasil
dari kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia luar
dalam suatu bentuk baik meteriil maupun immaterial. Bukan bentuk
penjelmaannya yang dilindungi akan tetapi daya cipta itu sendiri. Daya cipta itu
dapat berwujud dalam bidang seni, industry, dan ilmu pengetahuan atau paduan
ketiga-tiganya. Mahadi memberikan pengertian HKI yang dikutipnya dari tulisan
OK. Saidin, bahwa Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan, hak sesuatu
benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan
rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial.2


1

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak kekayaan intelektual dan budaya hukum,
OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1997), hlm. 9.
2

1
Universitas Sumatera Utara

2

Seiring

berkembangnya

perdagangan

internasional,


terwujudlah

persetujuan TRIP‟s yang memuat norma standar perlindungan hak atas kekayaan
intelektual, termasuk didalamnya tentang hak merek. Indonesia pun telah
mereatifikasinya pada tahun 1997. Setiap revisi Undang-undang merek Indonesia
dimaksudkan untuk selalu mengikuti perkembangan global, khususnya dalam
perdagangan internasional, menyediakan iklim persaingan usaha yang sehat dan
mengadaptasi konvensi-konvensi internasional.3 Di Indonesia terdapat Undangundang Merek Tahun 1961 yang menggantikan Reglement Industriele Eigendom
Kolonein Stb. 1912 Nomor 545 jo. Stb. 1913 Nomor 214. Perkembangan
berikutnya, tahun 1992 lahir Undang-undang Merek baru yang kemudian direvisi
tahun 1997 dan 2001 dengan menyesuaikan terhadap TRIP‟s. 4
Hak atas Kekayaan Intelektual menjadi issue yang semakin menarik untuk
dikaji karena perannya yang semakin menentukan terhadap laju percepatan
pembangunan nasional, terutama dalam era globalisasi. Dalam hubungan ini, era
globalisasi dapat dianalisis dari dua karakteristik dominan. Pertama, era
globalisasi ditandai dengan terbukanya secara luas hubungan antarbangsa dan
antarnegara yang didukung dengan transparansi dalam informasi. Kedua, era
globalisasi membuka peluang semua bangsa dan negara di dunia untuk dapat
mengetahui potensi, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing.5

Merek menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
Dan Indikasi Geografis adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
3

Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intelektual Rights, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), hlm. 9.
4
Ibid., hlm. 8.
5
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, (Jakarta Selatan: Pustaka
Yustisia, 2011), hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

3

gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua)
dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua)
atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi
oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.6

Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang
dengan pesat setelah banyaknya orang yang melakukan peniruan. Terlebih pula
setelah dunia perdagangan semakin maju, serta alat transaksi portasi yang semakin
baik, juga dengan dilakukannya promosi maka wilayah pemasaran barangpun
menjadi lebih luas lagi. Keadaan seperti itu menambah pentingnya merek, yaitu
untuk membedakan asal-usul barang dan kualitasnya, juga menghindarkan
peniruan. Pada gilirannya perluasan pasar seperti itu juga memerlukan
penyesuaian dalam system perlindungan hukum terhadap merek yang digunakan
pada produk yang diperdagangkan. 7
Setiap orang atau organisasi perusahaan yang ada, akan sangat peduli akan
pentingnya sebuah nama dan symbol yang digunakan dalam menjalankan bisnis
dan pemasaran barang dan jasa. Dengan adanya nama dan symbol maka akan
membantu untuk menunjukkan dari mana barang dan/atau jasa tersebut. Dalam
pangsa pasar, nama-nama dan simbol-simbol tersebut dikenali sebagai merek
(trademark), nama usaha (business name), dan nama perusahaan (company
name).8

6

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek Dan Indikasi

Geografis.
7
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), hlm. 159.
8
Rahmi Jened, Hukum Merek Dalam Era Global dan Integrasi Ekonomi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

4

Di Sumatera Utara Khususnya Medan merupakan kota metropolitan ke 3
(tiga) setelah Jakarta dan Surabaya, Medan juga salah satu pusat perdagangan dan
ekonomi diluar Pulau Jawa. Bidang Pariwisata yang semakin berkembang
membuat Medan dan Sumut menjadi salah satu pilihan destinasi wisata favorit
wisatawan dalam dan luar negeri.
Keaneragaman budaya dan karakteristik masyarakatnya yang terbuka
menjadikan Medan memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan Kota lainnya.
Contohnya adalah dialek dan bahasa, kuliner serta kebiasaan masyarakatnya. Dari

beberapa pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa Medan adalah Kota
metropolitan yang memiliki peranan penting dalam kemajuan ekonomi dan
pariwisata nasional dan juga pasar potensial dalam hal pariwisata dan kuliner.
Medan Napoleon adalah salah satu merek kuliner terbaru di Kota Medan
yang mengkhususkan diri di bidang oleh-oleh. Karena Medan adalah salah satu
destinasi wisata favorit, juga memiliki perputaran ekonomi yang cukup baik,
maka medan napoleon hadir sebagai salah satu pilihan baru kuliner Medan di
bidang oleh-oleh. Produk medan napoleon sendiri berupa cake dengan
karakteristik unik sesuai dengan ciri masyarakat Medan. Cake dengan lapisan puff
pastry ditengahnya dibalut dengan sofcake lembut. Dengan berbagai varian rasa,
seperti durian, keju, greentea, pisang dan caramel. Bahan-bahan baku medan
napoleon banyak menggunakan bahan lokal terutama durian yang menjadi
andalan Medan Napoleon serta varian favorit masyarakat Medan. Penggunaan
bahan-bahan lokal menjadikan sajian Medan Napoleon selalu fresh from the oven
dan sehat karena tanpa bahan pengawet.

Universitas Sumatera Utara

5


Sebagaimana sebagian oleh-oleh khas Medan lain, Medan Napoleon juga
merupakan cake yang diadaptasi dari negeri Eropa. Dengan kreasi dan olahan
tangan dingin chef profesional, Medan Napoleon hadir sebagai oleh-oleh dengan
karakteristik unik yang baru ada di Medan saja. Karena memang Medan Napoleon
dikhususkan untuk menyemarakkan kuliner Medan yang memang sudah semarak
maka kreasi dan rasanya juga sesuai dengan Kota Medan. Sehingga tidak salah
jika Medan Napoleon disebut sebagai oleh-oleh baru yang halal dan kekinian dari
Kota Medan.
Berdirinya usaha Medan Napoleon sendiri diprakarsai oleh beberapa
pengusaha salah satu diantaranya adalah Irwansyah. Beliau dibantu dengan
beberapa rekan mendirikan outlet medan napoleon sebagai oleh-oleh Kota Medan
yang halal dan kekinian. Outlet Medan Napoleon berada di Jalan Wahid Hasyim
nomor 35/46 Medan. Antusias dari warga medan sendiri sangat baik bahkan
melebihi espektasi kami sehingga kami harus berlomba dengan waktu demi
memenuhi permintaan dari para customer.9
Namun, seiring dengan keantusiasan warga yang sering melebihi
ekspetasi, muncul berbagai calo di luar outlet Medan Napoleon. Seperti yang
dikutip dalam instagram Medan Napoleon bahwa “Kami menghimbau kepada
warga untuk mengatakan „TIDAK‟ pada calo. Keresahan kakak abang selama ini,
sama dengan keresahan yang kami alami. Harus dengan cara apalagi kami

'Mengatasi' mereka jika kami hanya bergerak sendirian. Seberapun besarnya usaha
kami 'Menghalau' penjualan di luar outlet, akan tetap sia-sia tanpa dukungan
“Cerita Medan Napoleon”, http://medannapoleon.com/2016/10/13/oleh-oleh-halal-dankekinian-asal-medan/ (diakses pada tanggal 18 Mei 2017).
9

Universitas Sumatera Utara

6

kakak dan abang semua”. Abaikan setiap penawaran yg calo kasih, karena yg
mereka tawarkan lebih mahal dari harga kue di toko.10
Seperti yang dapat dilihat diatas, bahwa pemilik Medan Napoleon
mengalami keresahan yang tidak hanya dialami oleh dirinya namun juga oleh para
pelanggannya yang disebabkan karena adanya calo penjual bolu Medan Napoleon
disekitar outlet mereka. Padahal hal tersebut sudah diatur didalam Undang-undang
Tentang Merek, yang menjamin perlindungan hukum terhadap pemilik merek.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan
judul

“Perlindungan


Hukum

Terhadap

Merek

Medan

Napoleon

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan
Indikasi Geografis.”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
mengenai hal-hal berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan hukum mengenai merek di Indonesia?
2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum atas pemilik merek yang dalam
proses pendaftaran?
3. Bagaimanakah keadaan penjualan Medan Napoleon di luar outlet?


C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penelitian itu pada hakekatnya adalah suatu usaha atau upaya melakukan
pencarian, dan pencarian itu bukan hanya sekedar mengamat dengan teliti
“Katakan Tidak Pada Calo”, http://www.pictaram.com/media/1414195997722918667
3642718281 (diakses pada tanggal 18 Mei 2017).
10

Universitas Sumatera Utara

7

terhadap sesuatu obyek yang memang sudah terpegang ditangan, tetapi yang
dicari itu masih jauh dan belum tercapai bahkan mungkin belum diketahui
tempatnya.11 Maka dari itu, disini penulis ingin memberikan gambaran tentang
tujuan dari penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Memahami bentuk pengaturan Hak Merek di Indonesia.
2. Memberikan gambaran bentuk perlindungan hukum terhadap merek
masyarakat Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Merek Dan Indikasi Geografis.

3. Mengetahui Prosedur Kepemilikan hak merek yang dapat dilakukan oleh
masyarakat.
Ilmu pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang
dihadapinya. Manusia juga berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan
itu. Dari dorongan ingin tahu itu, manusia berusaha mendapatkan pengetahuan
mengenai hal yang dipertanyakannya. Ternyata pengetahuan yang dikejar itu
esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau disebut kebenaran.12 Adapun
manfaat dari penulisan skripsi yang penulis lakukan adalah:
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan
Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terutama dibidang Merek.
2. Hasil penulisan ini bermanfaat terhadap pihak-pihak yang ingin
mendaftarkan Merek.

11

Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi Dan Metode Penelitian Hukum, (Medan:
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990), hlm. 20.
12
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penulisan Skripsi, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 1-2.

Universitas Sumatera Utara

8

3. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam melakukan
efisiensi terhadap Undang-Undang Merek.

D. Keaslian Penulisan
Sebelum melakukan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu melihat
dan menelusuri didalam perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara. Kemudian penulis juga beberapa kali berkonsultasi dengan dosen
pendamping untuk mengangkat judul dari penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
keaslian dan kebenaran dari penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan
oleh penulis. Berdasarkan permasalahan, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai
penulis dalam penulisan skripsi ini, dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan
sebuah karya asli dari penulis dan bukan jiplakan. Penulisan skripsi ini diperoleh
dari hasil buah pikir penulis, referensi buku-buku yang dibaca penulis, berbagai
jurnal yang berkaitan dengan penulisan skripsi, tesis, disertasi, berbagai media
elektronik serta bantuan dari berbagai pihak lainnya.
Kemudian penulis melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap
Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Merek Dan Indikasi Geografis” yang kemudian pihak pengurus
perpustakaan mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa belum pernah ditulis
sebelumnya dan tidak ada judul yang sama terkait judul yang diangkat oleh
penulis. Apabila dikemudian hari terdapat judul skripsi yang hampir sama dengan
judul yang penulis angkat, maka itu diluar pengetahuan penulis dan
pembahasannya tentu akan berbeda.

Universitas Sumatera Utara

9

E. Tinjauan Kepustakaan
Pada bagian ini penulis mengangkat judul “Perlindungan Hukum Terhadap
Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Merek Dan Indikasi Geografis”, untuk melengkapi penulisan skripsi ini
agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah,
maka penulis akan menjelaskan tentang beberapa istilah yang menjadi fokus
dalam penelitian maka penjelasannya ialah sebagai berikut:
1. Penelitian Hukum
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan
suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam
gejala yang bersangkutan. 13
2. Perlindungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perlindungan adalah tempat
berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi. 14
Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk
melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau
kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam
13

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 43.
Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id (diakses pada
tanggal 25 Mei 2017).
14

Universitas Sumatera Utara

10

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama
manusia. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:15
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencega sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu
pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan
dalam melakukan kewajiban.
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa
sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan
apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. 16
3. Merek
Menurut Prof. Molengraaf, merek yaitu sebuah barang tertentu, untuk
menunjukkan asal barang, dan jaminan kualitasnya sehingga bisa
dibandingkan

dengan

barang-barang

sejenis

yang

dibuat,

dan

diperdagangkan oleh orang, atau perusahaan lain.17

15

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta:
magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hlm. 14.
16
Ibid., hlm. 20.
17
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, op.cit., hlm. 164.

Universitas Sumatera Utara

11

4. Merek Dagang
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya. 18
5. Merek Jasa
Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan jasa-jasa lainnya yang sejenis.19
6. Merek Kolektif
Merek Kolektif menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 20 Tahun
2016 adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau
jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang
atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan
barang dan/atau jasa sejenis lainnya. 20
Berdasarkan defenisi merek, fungsi utama dari suatu merek adalah untuk
membedakan barang-barang atau jasa sejenis yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan lainnya, sehingga merek dikatakan memiliki fungsi pembeda.21
7. Pendaftran Merek
Dalam kepustakaan dikenal dengan dua macam sistem pendaftaran
pendaftaran merek, yaitu system konstitutif dan system deklaratif. Dalam
18

Ibid., hlm. 169.
Ibid.
20
Indonesia (Merek), Undang-Undang tentang Merek, UU No. 20 Tahun 2016, LN
Nomor 252 Tahun 2016, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5953.
21
Hery Firmansyah, op.cit., hlm. 33.
19

Universitas Sumatera Utara

12

system konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui pendaftaran, artinya
hak eksklusif atas suatu merek diberikan karena adanya pendaftaran.
Sedangkan dalam sistem deklaratif, pendaftaran merek tidak merupakan
keharusan, jadi tidak ada wajib daftar merek. Pendaftaran hanya untuk
pembuktian, bahwa pendaftran merek adalah pemakai pertama dari merek
yang bersangkutan.22

F. Metode Penelitian
1. Pengertian Metodologi dan Jenis Penelitian
Dalam menuliskan skripsi, posisi metodologi penelitian sangatlah penting
sebagai suatu pedoman dalam menuliskannya. Metodologi penelitian merupakan
ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu
penelitian.23Jenis penelitian yang digunakan didalam penulisian skripsi ini adalah
penelitian hukum normatif atau kepustakaan, karena penelitian hukum ini hanya
meneliti peraturan perundang-undangan, dan sumber data yang digunakan berasal
dari data sekunder. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk
penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang
kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya
secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat. 24

22

Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya Di Indonesia, (Bandung: PT. Alumni, 2003), hlm. 332.
23
Abdurrahmat Fathoni, op.cit., hlm. 98.
24
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm.54.

Universitas Sumatera Utara

13

2. Sumber Data
Sumber data dalam peneltian hukum ini, digunakan sumber data sekunder
yang memiliki kekuatan mengikat ke dalam, dan dibedakan dalam:25
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum mengikat dan terdiri
dari:26
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis, yang selanjutnya disingkat dengan (UU
Merek).
2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993 tentang Kelas
Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
4) Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Trademark Law Treaty.
5) Peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan.
b. Bahan Hukum Sekunder,
Bahan hukum sekunder merupakan bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum priemer,27 seperti misalnya literatur yang

25

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm. 113.
26
Ibid.
27
Ibid., hlm. 114.

Universitas Sumatera Utara

14

diperoleh dari perpustakaan seperti bahan bacaan, buku-buku, jurnaljurnal, skripsi, tesis, dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan
hukum merek sebagai perlindungan terhadap pemilik merek.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,28
misalnya seperti kamus-kamus (hukum), ensiklopedia dan sebagainya.
Agar diperoleh informasi terbaru dan berkaitan dengan permasalahan,
maka kepustakaan yang dicari dan dipilih harus relevan.
d. Bahan Non Hukum
Di samping bahan-bahan hukum, skripsi ini juga akan menggunakan
bahan non hukum. Penggunaan bahan non hukum ini bertujuan untuk
memperluas wawasan dalam proses pembuatan skripsi ini. Studi yang
dilakukan dengan menggunakan bahan non hukum seperti interview
atau wawancara dengan narasumber-narasumber yang terkait dengan
skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran
dalam penulisan skripsi, dalam hal ini pengumpulan data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu diperoleh dari: 29 Mempelajari
dan menganalisis data secara sistematis melalui buku-buku, surat kabar, makalah

28
29

Ibid.
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 52.

Universitas Sumatera Utara

15

ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Hasil dari kegiatan
pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari
hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk
mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuanpenemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.30

4. Analisis Data
Di dalam penelitian hukum normatif, pengelolaan data pada hakekatnya
berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum
tertulis. Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum
tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisa dan konstruksi. 31 Kegiatankegiatan yang dilakukan dalam analisis data, yaitu:
a. Memilih pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur
masalah hak kekayaan intelektual khususnya merek.
b. Membuat sistematik dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan
klasifikasi tertentu (selaras dengan judul yang diangkat penulis).
c. Data yang berupa peraturan perundang-undangan ini dianalisis secara
induktif dan deduktif.32

30

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, op.cit., hlm.24.
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 251.
32
Bambang Sunggono, op.cit., hlm. 186.
31

Universitas Sumatera Utara

16

G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini ditulis secara sistematis agar memberikan kemudahan
bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Adapun
sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I memuat pendahuluan yang menggambarkan secara umum tentang
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Bab II memuat tentang tinjauan umum tentang pengaturan hak kekayaan
intelektual dan merek di Indonesia. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab, yakni
tinjauan umum hak kekayaan intelektual, hak merek dan subjek hukum merek di
Indonesia. Pembahasan dalam bab II akan menjawab perumusan masalah pertama
dalam skripsi ini.
Bab III memuat tentang pemilik Medan Napoleon sebagai objek
pemberian hak merek. Bab ini menerangkan tentang gambaran objek dari
penelitian yang akan diteliti penulis. Pembahasan dalam bab III akan membahas
tentang perlindungan hak merek di Indonesia dan dikaitkan dengan pemilik
Medan Napoleon.

Kemudian, bab IV akan memuat tentang perlindungan

hukum pemilik merek dari Medan Napoleon yang pendaftarannya sedang dalam
proses. Pembahasan dalam bab IV akan menjawab perumusan masalah kedua dan
ketiga dalam skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

17

Selanjutnya, bab V memuat kesimpulan dan saran. Bab ini berisi
kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran yang mungkin
berguna dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

5 46 107

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 1 6

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

0 2 1

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 5 30

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis Chapter III V

0 1 42

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

3 6 10

PERLINDUNGAN MEREK NON TRADISIONAL UNTUK PRODUK EKONOMI KREATIF BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK, INDIKASI GEOGRAFIS DAN PERSPEKTIF PERBANDINGAN HUKUM

0 1 16

HAK ATAS MEREK DALAM USAHA JASA TRANSPORTASIJALAN ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS - Repository Unja

0 0 13

SINKRONISASI PENGATURAN HAK MEREK DAN NAMA DOMAIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 JUNCTO UNDANG-UNDANG NO 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK - UNS

0 0 90

PEMAKAIAN NAMA DAERAH DALAM USAHA KULINER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

0 1 16