Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis Chapter III V

BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK MEDAN NAPOLEON
YANG SEDANG DALAM PROSES PENDAFTARAN MEREK

A. Pemilik Medan Napoleon Sebagai Subjek Pemberian Hak Merek
1. Gambaran Umum Merek dan Kaitannya dengan Pemilik Medan
Napoleon
Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian seksama
dalam masa sepuluh tahun terakhir ini dan kecenderungan yang masih akan
berlangsung di masa yang akan datang adalah semakin meluasnya arus globalisasi
baik di bidang sosial, ekonomi, budaya, maupun bidang-bidang kehidupan
lainnya. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi telah menjadikan
kegiatan disektor perdagangan meningkat secara pesat dan bahkan telah
menempatkan dunia sebagai pasar tunggal bersama.97
Era perdangangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim
persaingan usaha yang sehat. Di sini merek memegang peranan yang sangat
penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Berdasarkan
pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-perjanjian internasional yang
telah diratifikasi Indonesia, serta pengalaman melaksanakan administrasi merek,
diperlukan penyempurnaan UU Merek.98
Merek (trademark) sebagai hak atas kekayaan intelektual pada dasarnya

ialah tanda untuk mengidentifikasikan asal barang dan jasa (an indication of
97

Ahmad Miru, Hukum Merek Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 1-2.
98
Ibid.

47
Universitas Sumatera Utara

48

origin) dari suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan lain. Merek
merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Melalui merek,
pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan kualitas (a guarantee of
quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan mencegah tindakan persaingan
(konkurensi) yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beriktikad buruk yang
bermaksud membonceng reputasinya. 99
Pada jaman sekarang ini, dengan semakin berkembangnya bidang industri

dan perdagangan, peranan tanda pengenal berkaitan dengan hasil industri dan
barang dagangan makin menjadi penting. Dengan adanya tanda pengenal atas
barang – barang suatu hasil industri, maka tanda pengenal tersebut dapat berfungsi
sebagai sebuah cara untuk mempermudah pemasaran atas barang – barang
dagangan tersebut.100
Penggunaan merek dalam kegiatan perdagangan mempunyai dimensi
positif dan negatif. Dimensi positif adalah penggunaan merek dalam kegiatan
perdagangan

sebagai

syarat

untuk

memperoleh

dan

mempertahankan


perlindungan hukum atas merek. Sedangkan dimensi negatifnya adalah bahwa
tidak digunakannya merek dalam kegiatan perdagangan akan mengakibatkan
merek dapat dihapus dari Daftar Umum Merek dan berakhirnya perlindungan
hukum atas merek tersebut.101
Selanjutnya,

mengingat

merek

merupakan

bagian

dari

kegiatan

perekonomian/dunia usaha, penyelesaian sengketa merek memerlukan badan

99

Ibid., hlm. 3-4.
Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual; Khususnya Hak Cipta, (Jakarta: CV.
Akademika Pressindo, 1990), hlm. 44-45.
101
Katja
Wektstrom,
“Trademark
Dilution,
A
Legal
Connection”,
www.law.dapul.edu/centers_institutes (diakses pada tanggal 26 Juli 2017).
100

Universitas Sumatera Utara

49


peradilan khusus, yaitu Pengadilan Niaga sehingga diharapkan sengketa merek
dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat. Sejalan dengan itu, harus pula
diatur hukum acara khusus untuk menyelesaikan masalah sengketa merek seperti
juga bidang hak kekayaan intelektual lainnya. 102
Dalam UU Merek baru pun pemilik merek diberi upaya perlindungan
hukum yang lain, yaitu dalam wujud Penetapan Sementara Pengadilan untuk
melindungi mereknya guna mencegah kerugian yang lebih besar. Di samping itu,
untuk memberikan kesempatan yang lebih luas dalam penyelesaian sengketa,
dalam UU Merek baru dimuat ketentuan arbitrase atau alternative penyelesaian
sengketa.103
Melalui merek, pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan
kualitas (a guarantee of quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan
mencegah tindakan persaingan (konkurensi) yang tidak jujur dari pengusaha lain
yang beriktikad buruk yang bermaksud membonceng reputasinya. Merek sebagai
sarana pemasaran dan periklanan (a marketing and advertising device)
memberikan suatu tingkat informasi tertentu kepada konsumen mengenai barang
dan/atau jasa yang dihasilkan pengusaha.104
Lebih-lebih dengan perkembangan periklanan, baik nasional maupun
internasional dewasa ini dan dalam rangka pendistribusian barang dan/atau jasa
membuat merek semakin tinggi nilainya. Merek yang didukung dengan media

periklanan membuat pengusaha memiliki kemampuan untuk menstimulasi

102

Ahmad Miru, op.cit., hlm. 3.
Ibid., hlm. 4.
104
Rahmi Janed, Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global & Integrasi
Ekonomi, (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2015), hlm. 3.
103

Universitas Sumatera Utara

50

permintaan

konsumen

sekaligus


mempertahankan

loyalitas

konsumen

(consumer’s loyality) atas produk barang dan/atau jasa yang dihasilkannya. Inilah
yang menjadikan merek sebagai suatu keunggulan kompetitif (competitive
advantage) dan keunggulan kepemilikan (ownership advantages) untuk bersaing
di pasar global.105
Karenanya dalam mendaftarkan merek pada Kantor Merek harus
disebutkan jenis barang yang dimintakan perndaftaran apabila yang dimintakan
pendaftarannya adalah merek dagang. Begipula terhadap permintaan pendaftaran
barang atau jasa harus menyebutkan jenis atau jenis jasa yang dimintakan
perlindungannya. Tanpa menyebutkan jenis barang atau jasa pada permintaan
tersebut tidak dapat diterima oleh Kantor Merek.106
Merek digunakan untuk membedakan barang atau produksi satu
perusahaataan dengan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang sejenis.
Dengan demikian merek adalah tanda pengenal asal barang atau jasa yang

bersangkutan dengan produsennya, dengan demikian menggambarkan jaminan
kepribadian (individuality) dan reputasi barang dan jasa hasil usahanya tersebut
sewaktu diperdagangkan.107
Berdasarkan Undang-Undang Merek Tahun 2001 ada mengatur tentang
jenis-jenis merek, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 angka 2 dan 3
Undang UU Merek 2001 Pasal 1 butir 2 UU Merek 2001, mengatakan:108

105

Ibid., hlm. 4.
Ibid.
107
Erma Wahyuni, dkk, op.cit., hlm. 133-134.
108
Indonesia (Merek), op.cit., Pasal 1 angka 2 dan 3.
106

Universitas Sumatera Utara

51


“Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis
lainnya.”
Pasal 1 butir 3 UU Merek Tahun 2001, menyatakan:
“Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.”
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam UU Merek 2001 maka jenis-jenis
merek yaitu merek dagang dan merek jasa. Pasal 1 butir 4 ada menyebutkan
tentang merek kolektif. Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat
dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek kolektif ini
sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan jasa. Hanya saja merek kolektif ini
pemakaiannya digunakan secara kolektif. Pengklasifikasian merek semacam ini
kelihatannya diambil alih dari Konvensi Paris yang dimuat dalam Pasal 6
sexies.109

R.M. Suryodiningrat mengklasifikasikan merek dalam tiga jenis, yaitu:
a. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja.


109

OK. Saidin, op.cit., hlm. 346.

Universitas Sumatera Utara

52

Misalnya: Good Year, Dunlop, sebagai merek untuk ban mobil dan ban
sepeda.
b. Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak
pernah, setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan.
c. Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali dipergunakan.
Misalnya: rokok putih merek “Escort” yang terdiri dari lukisan iringiringan kapal laut dengan tulisan dibawahnya “Escort”; Teh wangi merek
“Pendawa” yang terdiri dari lukisan wayang kulit pendawa dengan perkataan
dibawahnya “Pendawa Lima”.110 Dari pendapat R.M. Suryodiningrat tersebut
terlihat dengan jelaslah tentang klasifikasi merek. Dimana dalam hal ini merek
Medan Napoleon masuk ke dalam kombonasi antara kata-kata dan lukisan di
dalam mereknya.

Suryatin pun berpendapat bahwa jenis merek yang paling baik untuk
Indonesia adalah merek lukisan. Adapun jenis merek lainnya, terutama merek
judul kurang tepat untuk indonesia, mengingat bahwa abjad Indonesia tidak
mengenal huruf ph, sh. Dalam hal ini merek kata dapat juga menyesatkan
masyarakat banyak umpamanya: “Sphinx” dapat ditulis secara fonetis (menurut
pendengaran), menjadi “Sfinks” atau “Svinks”.111
Medan Napoleon merupakan nama sebuah toko kue yang sedang hits di
kota Medan akhir-akhir ini. Toko ini menjual oleh-oleh khas Medan dimana salah

110

R.M Suryodiningrat, Aneka Milik Perindustrian, Edisi pertama (Bandung: Tarsito,
1981), hlm.15.
111
Ibid., hlm. 87.

Universitas Sumatera Utara

53

satu menunya terdiri dari buah khas dari Medan yaitu Durian. 112 Karena begitu
hits di kota Medan, maka saat ini pemilik merek Medan Napoleon sedang
mendaftarkan hak mereknya untuk mendapatkan perlindungan hukum dari
pemerintah agar tidak ditiru dengan orang lain.
2. Dasar Hukum Atas Perlindungan Hukum Terhadap Hak Merek
Jika ditelusuri lebih jauh, HKI sebenarnya merupakan bagian dari benda,
yaitu benda tidak berwujud (benda immateril). Benda dalam kerangka hukum
perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu diantara
kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud
dan benda tidak berwujud.113
Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda yang dikemukakan oleh pasal
499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata),
yang berbunyi : menurut paham undang-undang yang dimaksud benda ialah tiaptiap barang dan tiap-tiap hak yang dapatdikuasai oleh hak milik. Untuk pasal ini
kemudian Prof. Mahadi menawarkan, seandainya dikehendaki rumusan lain dari
pasal ini dapat diturunkan kalimat sebagai berikut: yang dapat menjadi objek hak
milik adalah benda dan benda itu terdiri dari barang dan hak.114
Perlindungan hukum atas merek semakin menjadi hal yang penting
mengingat pesatnya perdagangan dunia dewasa ini. Imbasnya menjadi sulit untuk
membedakan satu produk dengan dengan produk lainnya untuk diberikan

Ahmad Mudzaki, “Daftar Menu dan Harga di Medan Napoleon”,
http://daftarhargadelivery.blogspot.co.id/2016/11/daftar-menu-dan-harga-kue-di-medan-napoleonterbaru.html (diakses pada tanggal 30 Juli 2017).
113
Mahadi, Hak Milik dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: BPHN, 1998), hlm. 65.
114
R. Subekti, Tjitrosudibio, op.cit., hlm. 157.
112

Universitas Sumatera Utara

54

perlindungan merek dengan perlindungan desain produk. Di Inggris, bahkan
Australia, pengertian merek justru berkembang pesat dengan mengikutsertakan
bentuk tampilan produk di dalamnya. Peraturan merek yang pertama kali
diterapkan di Inggris adalah hasil adopsi dari Perancis tahun 1857, dan kemudian
membuat peraturan tersendiri, yakni Merchandise Act tahun 1862 yang berbasis
hukum pidana. Tahun 1883 berlaku Konvensi Paris mengenai hak milik Industri
(paten dan merek) yang banyak diratifikasi negara maju dan negara berkembang.
Kemudian tahun 1973 lahir pula perjanjian Madrid, yakni perjanjian internasional
yang kemudian disebut Trademark Registration Treaty. 115
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masalah penggunaan merek terkenal
oleh pihak yang tidak berhak, masih banyak terjadi di Indonesia dan kenyataan
tersebut benar-benar disadari oleh pemerintah, tetapi dalam praktek banyak sekali
kendala-kendala sebagaimana dikatakan oleh A Zen Umar Purba (mantan Dirjen
HaKI) bahwa law enforcement yang lemah.116 Hal itu tidak dapat dilepaskan dari
sisi historis masyarakat Indonesia yang sejak dahulu adalah masyarakat agraris,
sehingga terbiasa segala sesuatunya dikerjakan dan dianggap sebagai milik
bersama, bahkan ada anggapan dari para pengusaha home industri bahwa merek
adalah mempunyai fungsi sosial. Pada satu sisi keadaan tersebut berdampak
positif tetapi pada sisi lain justru yang anggapan demikian itu menyebabakan
masyarakat kita sering berpikir kurang ekonomis dan kurang inovatif. 117

115

Hery Firmansyah, op.cit, hlm.35-36.
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi HaKI di Indonesia, (Edisi Khusus
Penerbit Peradaban, 2007), hlm. 55.
117
Ibid.
116

Universitas Sumatera Utara

55

Agar suatu merek mendapat perlindungan hukum maka merek tersebut
harus didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Dirjen HKI).
Karena disebutkan dalam perjanjian TRIPs dan di dalam Pasal 3 UU Merek 2001
bahwa merek terdaftar memiliki hak eksklusif untung melarang pihak ketiga yang
tanpa izin dan sepengetahuan pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang
sama untuk barang dan/atau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu.118
Adapun yang dimaksud dengan hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik
merek yang terdaftar meliputi:119
a. Menciptakan hak tunggal (sole or single right)
Hukum atau undang-undang memberi hak tersendiri kepada pemilik
merek. Hak itu terpisah dan berdiri sendiri secara utuh tanpa campur
tangan pihak lain;
b. Mewujudkan hak monopoli (monopoly right)
Siapapun dilarang meniru, memakai, dan mempergunakan dalam
perdagangan barang dan jasa tanpa izin pemilik merek;

c. Memberi hak paling unggul (superiror right)

118

Sudargo Gautama, Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian TRIPs-GATT dan
UndangUndang Merek RI, (Citra Aditya Bakti: Bandung, 1994), hlm. 19.
119
Irwansyah Ockap Halomoan, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek
Dagang Terkenal Asing Dari Pelanggaran Merek Di Indonesia,”(Skripsi, Medan: Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, 2008), hlm. 29.

Universitas Sumatera Utara

56

Hak superior merupakan hak yang diberikan doktrin hak paling unggul
bagi pendaftar pertama. Oleh karena itu, pemegang hak khusus atas suatu
merek menjadi unggul dari merek orang lain untuk dilindungi.
Perlindungan merek terdaftar mempunyai jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.
Hal tersebut sesuai dengan Pasal 28 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang
Merek, yang berbunyi sebagai berikut:
“Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu dapat
diperpanjang”.
Menurut Pasal 35 UU Merek Tahun 2016, Merek terdaftar mendapat
perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang atas permintaan
pemilik merek, jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang setiap kali untuk
jangka waktu yang sama. Permohonan perpanjangan dapat diajukan secara
elektronik maupun non elektronik dalam bahasa Indonesia oleh pemilik merek
atau kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka
waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya. 120
Saat ini perlindungan terhadap merek telah diperlukan dari pada yang
ditentukan dalam pasal 6 bis Konvensi Paris, seperti yang tercantum dalam
persetujuan TRIPs bahwa pembatasan peniruan oleh pihak lain tidak hanya
terhadap pemakaian ”barang sejenis” tetapi juga terhadap pemakaian ”barang

120

Indonesia (Merek), op.cit., Pasal 28.

Universitas Sumatera Utara

57

yang tidak sejenis”. Negara anggota dari Paris Union ini menerima secara
exofficio,

jika

perundang-undangan

mereka

memperbolehkan

atau

atas

permohonan daripada pihak yang berkepentingan untuk menolak atau
membatalkan pendaftaran dan juga melarang pemakaian daripada suatu merek
yang merupakan suatu reproduksi, imitasi atau penerjemahan yang dapat
menimbulkan kekeliruan (to create confusion) dari suatu merek yang telah
dianggap oleh instansi yang berwenang daripada negara dimana merek ini, yakni
didaftarkan atau dipakai sebagai merek terkenal (wellknown mark), di dalam
negara itu, yakni sebagai suatu merek dari seorang yang berhak atas fasilitas
menurut Konvensi Paris ini dapat dipakai untuk barang-barang yang sama
(identik) atau sebagai essential (utama).121
3. Pemilik Medan Napoleon Sebagai Subjek Pemberian Hak Merek
HKI merupakan bagian atau salah satu hak yang tercakup dalam
pengertian hak asasi manusia (HAM). HAM sendiri merupakan hak-hak dasar
yang diperoleh manusia secara kodrat, terlepas dari ada atau tidaknya pengakuan
atau pengaturan hukumnya. Setiap orang secara alamiah berhak atas perlindungan
HAMnya dan negara berkewajiban untuk melindungi HAM setiap penduduk di
negaranya.122
Pemikiran HKI sebagai HAM relevan terutama dalam kaitannya dengan
perlindungan pemilik atau pemegang HKI yang lemah, misalnya seniman,
sastrawan, penulis, peneliti kecil atau kelompok masyarakat tradisional yang
121

Sudargo Gautama, op.cit., hlm. 67.
Oktiana Indi Hertyanti, “Arti Penting Pendaftaran Merek Untuk Perdagangan Barang
Dan Jasa: Studi Pendaftaran Merek Di Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM Jawa
Tengah”, (Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro, 2012), hlm. 34-35.
122

Universitas Sumatera Utara

58

penghasilan ekonominya atau penghargaan lainnya yang diperoleh relatif kecil.
Bahkan banyak diantaranya yang masih memiliki kesulitan untuk dapat hidup
secara layak apabila hanya mencari nafkah dengan cara menghasilkan HKI.
Diharapkan melalui perlindungan HKI akan dapat memberikan keadilan dan
mengangkat kehidupan mereka.123
Pengaturan

perlindungan

HKI

timbul

karena

adanya

kebutuhan

masyarakat yang dilandasi oleh berbagai tujuan ideal yang ingin dicapai.
Pengaturan tersebut terus berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat
itu sendiri dalam berbagai bidang kehidupan. Perkembangan itu telah mendorong
terhadap tumbuh dan berkembangnya hukum HKI di berbagai negara. 124
Hukum HKI merupakan sebuah hukum yang harus terus mengikuti
perkembangan tekhnologi untuk melindungi kepentingan pencipta. Kata milik
atau kepemilikan dalam HKI memiliki ruang lingkup yang lebih khusus
dibandingkan dengan istilah kekayaan. Hal ini juga sejalan dengan konsep hukum
perdata Indonesia yang menerapkan istilah milik atas benda yang dipunyai
seseorang.125
Suatu merek mempunyai hubungan yang erat dengan perusahaan yang
menghasilkan atau mengedarkan barang-barang yang memakai merek itu. Oleh
karena itu suatu merek tidak dapat berlaku tanpa adanya perusahaannya dan
merek itu akan hapus dengan hapusnya perusahaan yang bersangkutan.
Sebaliknya apabila perusahaannya berpindah tangan kepada pihak lain, maka hak

123

Ibid.
Ahmad M. Ramli, Hak atas Kepemilikan Intelekttual: Teori Dasar Perlindungan
Rahasia Dagang, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2000), hlm. 24.
125
Ibid.
124

Universitas Sumatera Utara

59

atas merek itu beralih bersama-sama dengan perusahaannya kepada pemilik yang
baru.126
Satu konsep yang harus dipahami dalam sistem perlindungan merek,
khususnya yang berlaku di Indonesia adalah bahwa sejatinya istilah yang tepat
bukanlah "pemilik merek", melainkan "pemilik/pemegang hak atas merek
terdaftar", karena sang pemilik hak tersebut memperoleh haknya melalui klaimnya
dalam bentuk pendaftaran ke Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual
(DJHKI). Suatu merek bebas dipergunakan bukan dimiliki oleh siapa saja, sampai
ada orang yang mengklaim hak eksklusif atas merek tersebut melalui
pendaftaran.127
Prinsip first to file yang dianut dalam sistem perlindungan Merek di
Indonesia membuat siapapun baik perorangan maupun badan hukum yang
pertama kali mendaftarkan suatu merek untuk kelas dan jenis barang/jasa tertentu,
dianggap sebagai pemilik hak atas merek yang bersangkutan untuk kelas dan jenis
barang/jasa tersebut.
Ini didukung pula dengan adanya pernyataan tertulis yang harus dibuat
oleh si pemohon pendaftaran merek dan diajukan bersamaan dengan pengajuan
permohonan, di mana isinya menyatakan bahwa benar dirinya adalah pemilik hak
atas merek tersebut, dan untuk itu berhak mengajukan pendaftaran atas merek
yang dimaksud.128

Medy Sargo,“Hak Kekayaan Intelektual Dalam Sistem Perlindungan di Indonesia”
(Skripsi, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004), hlm. 28.
127
Prayudi Setiadharma, “Merek”, http://www.hki.co.id/merek.html (diakses pada
tanggal 27 Juli 2017).
128
Ibid.
126

Universitas Sumatera Utara

60

Dunia dan kawasan-kawasannya di dalam sekarang merupakan pasar bagi
produksi pengusaha-pengusaha pemilik merek dagang dan jasa. Semuanya ingin
produk mereka memperoleh akses yang sebebas-bebasnya ke pasar. Perubahan
norma dan tatanan dagang yang bersifat global ini telah menimbulkan berbagai
persoalan yang perlu segera di antisipasi oleh Indonesia. 129
Pemilik merek dapat di temukan dalam pasal 1 angka 5 UU Merek Tahun
2016 yang menyatakan bahwa “Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu
tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakannya”.130
Sebagai salah satu subjek pemberian hak atas merek, pemilik Medan
Napoleon memiliki keuntungan bila mendaftarkan hak atas merek. Sesuai dengan
ketentuan yang diatur dengan UU Merek Tahun 2016, pemilik merek sebagai
pemegang hak atas merek akan mendapatkan keuntungan yang berupa
perlindungan hukum yang tertuang dalam pasal:
a. Pasal 35 UU Merek Tahun 2016 mengatur mengenai jangka waktu
perlindungan merek terdaftar, yang menyatakan bahwa merek terdaftar
mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat
diperpanjang.
b. Pasal 38 ayat (1) “Perpanjangan Merek terdaftar yang berupa logo atau
lambang perusahaan atau badan hukum, tidak memerlukan prosedur
129

Haryani, Iswi, Prosedur Mengurus Haki Yang Benar, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2010), hlm. 6.
130
Indonesia (Merek), op.cit., pasal 1 angka 5.

Universitas Sumatera Utara

61

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 37, akan
tetapi cukup dengan melakukan pembayaran biaya perpanjangan Merek
terdaftar dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka
waktu pelindungan bagi Merek terdaftar, sepanjang tidak terjadi sengketa
terhadap perpanjangan Merek dimaksud”. Permohonan perpanjangan
diajukan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual secara
tertulis oleh pemilik merek atau kuasanya.
c. Pasal 83 ayat (1) “Pemilik Merek terdaftar dan/atau penerima Lisensi
Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara
tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
berupa”: gugatan ganti atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan
dengan penggunaan merek tersebut. Permohonan gugatan ini dapat
diajukan di Pengadilan Niaga.

B. Perlindungan Hukum Atas Pemilik Merek Yang Sedang Dalam Proses
Pendaftaran
1. Pendaftaran Hak Merek
Pendaftaran merek adalah serangkaian kegiatan yang pada dasarnya untuk
memperlancar dan mempermudah dalam proses pendataan dan pembagian
klasifikasi barang dan jasa dalam merek sehingga dapat terorganisisr, teratur
dengan cepat dan tepat berikut beberapa persyaratan yang telah ditentukan sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Pendaftaran merek memberikan status

Universitas Sumatera Utara

62

bahwa pendaftar dianggap sebagai pemakai pertama sampai ada orang lain yang
membuktikan sebaliknya. Pendaftaran merek terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Pendaftaran Merek dengan Sistem Deklaratif
Pendaftaran dengan sistem deklaratif adalah suatu sistem dimana yang
memperoleh perlindungan hukum adalah pemakai pertama dari merek yang
bersangkutan. Sistem pendaftaran deklaratif ini dianut dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1961. Dengan perkataan lain, bukan pendaftaran yang
menciptakan suatu hak atas merek, tetapi sebaliknya pemakaian pertama di
Indonesialah yang menciptakan atau menimbulkan hak itu.131
Sistem pendaftaran dekalaratif pada UndangUndang Nomor 21 Tahun
1961 dapat diketahui dari ketentuan pasal 2 yang berbunyi : “(1) Hak khusus
untuk memakai suatu merek guna memperbedakan barang-barang hasil
perusahaan atau barang-barang perniagaan seseorang atau suatu badan dari
barang-barang orang lain atau badan lain kepada barang siapa yang untuk pertama
kali memakai merek itu untuk keperluan tersebut diatas di Indonesia“.
Hal ini berarti bahwa seseorang yang sudah mendaftarkan mereknya
belum tentu akan tetap dianggap berhak untuk menggunakan merek tersebut untuk
selamanya, sebab apabila ada orang lain yang dapat membuktikan bahwa dialah
pemilik pertama dari merek yang sama dengan merek yang didaftarkan, maka
orang yang mendaftarkan merek yang pertama kali akan dibatalkan hak untuk
menggunakan merek tersebut.

131

Sudargo Gautama, Rizawanto Winata, Hukum Merek Indonesia, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 1993), hlm. 20.

Universitas Sumatera Utara

63

Dalam pendaftaran merek yang sistem deklaratif, pendaftaran itu sendiri
bukan merupakan suatu keharusan. Artinya pemilik merek yang memakai pertama
tetap dapat memperoleh perlindungan hukum, meskipun tidak didaftarkan. 132
Untuk membuktikan sebagai pemakai pertama kali suatu merek dapat dengan
menunjukan faktur-faktur atau konosemen yang dikirim oleh pabrik kepada
pedagang yang mencantumkan merek barang yang diperdagangkan, iklan-iklan
pada surat kabar atau televisi dan pemakaian merek pada pameran.133
Pendaftaran dalam sistem deklaratif lebih berfungsi untuk memudahkan
pembuktian, artinya dengan adanya surat memperoleh surat pendaftaran maka
akan mudah untuk membuktikan apabila ada pihak lain yang mengaku sebagai
pemilik merek yang bersangkutan, 134 tentu saja hal ini berlaku sepanjang pihak
lain tidak dapat membuktikan sebagai pemakai pertama kali merek yang
didaftarkan tersebut. Jadi pendaftar pertama kali atas suatu merek hanya sebagai
dugaan hukum sebagai pemakai pertama kali.
Pendaftaran

merek

dengan

sistem

deklaratif

ini

mengandung

ketidakpastian hukum, sebab pendaftaran suatu merek sewaktu-waktu dapat
dibatalkan apabila ada pihak lain yang dapat membuktikan sebagai pemilik
pertama dari merek yang telah didaftarkan. Oleh karena itulah, pendaftaran
dengan sistem deklaratif di Indonesia telah tidak lagi digunakan sejak berlakunya
Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 1992 tentang Merek.
Negara lain yang saat ini masih menggunakan pendaftaran dengan sistem
deklaratif adalah Amerika Serikat yang termuat dalam Lanham Act of 1946 atau
132

Ibid, hlm. 33.
Ibid. hlm. 30.
134
Ibid., hlm. 33.
133

Universitas Sumatera Utara

64

Federal Trademark Lanham Act.135 Berdasarkan Lanham Act, disamping
menganut sistem pemakai pertama, juga menganut sistem pendaftaran. Ketentuan
pasal 43 (a) atau g1125 (a) 15 USC, Lanham Act mengisyaratkan seseorang dapat
memiliki sendiri hak-hak atas merek berdasarkan Undang-Undang negara bagian
(state law) dan hukum nasional (federal law) tanpa pendaftaran merek.136
Namun demikian merek dapat didaftarkan berdasarkan ketentuan hukum
negara bagian atau hukum nasional.137 Selanjutnya berdasarkan pasal 22 atau
g1072, 15 USC Lanham Act, menekankan kentungan sistem pendaftaran merek
nasional yang mengakui hak pendaftar untuk mengatasi setiap tuntutan dari
pemakai sebelumnya yang beriktikad baik.138
b. Pendaftaran Merek dengan Sistem Konstitutif
Dalam pendaftaran merek dengan sistem konstitutif, Pendaftaran Merek
merupakan keharusan agar dapat memperoleh hak atas merek. Tanpa pendaftaran,
negara tidak akan memberikan hak atas merek kepada pemilik merek. Hal ini
berarti tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak akan diberikan perlindungan
hukum oleh negara apabila mereknya ditiru oleh orang lain. Pendaftaran merek
yang digunakan di Indonesia sejak Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 adalah
sistem Konstitutif. Pada sistem Konstitutif ini perlindungan hukumnya didasarkan

HD.Effendy, Hasibuan, “Perlindungan Merek: Studi Mengenai Putusan Pengadilan
Indonesia dan Amerika Serikat”, (Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia, 1939), hlm. 51.
136
Donald S. Chisum dan Michael A Jacob, Understanding Intellectual Property Law,
(New York: Mathew Bender & Co.Inc, 1995), yang dikutip HD Effendy Hasibuan Ibid., hlm. 89.
137
David G. Rosenbaun, Patents, Trademarks and Copyrights, (Hawthorne: Second
Edition,Careers Press), yang dikutip oleh HD Effendy Hasibuan, Ibid., hal. 89.
138
Arthur R Miller dan Michael H Davis, Intellectual Property patents, Trademarks and
Copyrights, (St. Paul Min: West Publishing Co, 1990), yang dikutip HD Effendy Hasibuan, Ibid.,
hlm. 89.
135

Universitas Sumatera Utara

65

atas pendaftar pertama yang beritikad baik.139 Hal ini juga seperti yang tercantum
dalam Pasal 4 UndangUndang Nomor 15 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa
merek tidak dapat didaftar oleh pemohon yang tidak beritikad baik.
Dalam Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 disebutkan
bahwa permohonan merupakan permintaan pendaftaran yang diajukan secara
tertulis kepada Direktorat Jenderal. Sehingga dimungkinkan permohonan
pendaftaran merek dapat berlangsung dengan tertib, pemeriksaan merek tidak
hanya dilakukan berdasarkan kelengkapan persyaratan formal saja, tetapi juga
dilakukan pemeriksaan subtantif. Pemeriksaan subtantif atas permohonan
pendaftaran meek ini dimaksudkan untuk menentukan dapat atau tidaknya merek
yang dimohonkan didaftarkan dalam Daftar Umum Merek. Pemeriksaan
substantif dilakukan dalam jangka waktu paling lama 9 (Sembilan) bulan.
Apabila dari hasil pemeriksaan subtantif ternyata permohonan tersebut
tidak dapat diterima atau ditolak, maka atas persetujuan Direktorat Merek, hal
tersebut diberitahukan secara tertulis pada pemohon atau kuasanya dengan
menyebutkan alasannya. Pasal 4, 5, dan 6 Undang-Undang nomor 15 Tahun 2001
menyatakan bahwa merek tidak dapat didaftarkan atas itikad tidak baik, merek
juga tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur
yang bertentangan dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum, tidak memiliki daya pembeda,
telah menjadi milik umum, dan merupakan keterangan atau berkaitan dengan
barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran.
139

Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, (Bandung: PT.Alumni, 2003), hlm. 326.

Universitas Sumatera Utara

66

Permohonan merek juga harus ditolak apabila merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek pihak lain yang
sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang atau jasa yang sejenis, mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang
sudah dikenal.140
Berdasarkan ketentuan persyaratan merek agar dapat didaftarkan, sesuatu
dapat dikategorikan dan diakui sebagai merek, apabila:
1) Mempunyai fungsi pembeda;
2) Merupakan tanda pada barang atau jasa (unsur-unsur gambar, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut);
3) Tidak memenuhi unsur-unsur yang bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum;
4) Bukan menjadi milik umum;
5) Tidak merupakan keterangan, atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimintakan pendaftaran.
Selain

pemeriksaan

substantif,

harus

pula

ditempuh

mekanisme

Pengumuman dalam waktu 3 (tiga) bulan dengan menempatkan pada papan
pengumuman yang khusus dan dapat dengan mudah dilihat oleh masyarakat
dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Merek.
Hal ini dilakukan untuk memungkinkan pihak-pihak yang dirugikan mengajukan
bantahan terhadap pendaftaran merek dan dapat mencegah pendaftaran merek
yang dilakukan oleh orang yang tidak beritikad baik.
140

Ahmadi M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2004), hlm. 11.

Universitas Sumatera Utara

67

Apabila masa pengumuman berakhir dan tidak ada sanggahan atau
keberatan dari pihak lain, Direktorat Merek mendaftarkan merek tersebut dalam
Daftar Umum Merek serta dilanjutkan dengan pemberian sertifikat merek.
Sertifikat merek merupakan alat bukti bahwa merek telah terdaftar dan juga
sebagai bukti kepemilikan.
Dalam hal permintaan pendaftaran merek ditolak, keputusan tersebut
diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Merek kepada pemilik merek atau
kuasanya dengan disertai alasan-alasan. Penolakan terhadap putusan ini dapat
diajukan banding secara tertulis oleh pemilik merek atau kuasanya kepada Komisi
Banding Merek. Tentang permohonan banding dan Komisi Banding Merek ini
terdapat dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001.
Komisi Banding Merek merupakan badan khusus yang independen yang
berada dilingkungan Direktorat Hak Kekayaan Intelektual. Keputusan yang
diberikan oleh Komisi Banding Merek paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal penerimaan permohonan banding. Keputusan Komisi Banding bersifat
final dan mengikat. Apabila komisi banding merek mengabulkan permintaan
banding, Direktorat Merek melaksanakan pendaftaran dan memberikan sertifikat
merek. Jika ditolak, pemohon dan kuasanya dapat mengajukan gugatan atas
putusan penolakan permohonan banding kepada Pengadilan Niaga dalam waktu

Universitas Sumatera Utara

68

paling

lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan

penolakan.141

2. Proses Pendaftaran Hak Merek Berdasarkan Undang-undang Nomor
20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis
Pendaftaran merek bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan
perlindungan hukum terhadap hak atas merek. Pendaftaran merek dilakukan pada
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Direktorat Jendral HKI adalah
instansi pendaftaran merek yang bertugas untuk mendaftarkan merak yang
dimohonkan pendaftarannya oleh pemilik merek.142 Pendaftaran merek dilakukan
dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana telah ditentukan oleh UU Merek
Tahun 2016.
Ada dua sistem pendaftaran merek yaitu sistem deklaratif dan sistem
konstitutif. UU Merek Tahun 2016 dalam pendaftarannya menganut sistem
konstitutif, sama dengan Undang-Undang sebelumnya yakni Undang-Undang No.
15 Tahun 2001, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 dan Undang-Undang No.
14 Tahun 1997. Ini adalah perubahan yang mendasar dalam UU Merek Indonesia.
Pendaftaran dalam hal ini adalah untuk memberikan status bahwa
pendaftar dianggap sebagai pendaftar pertama sampai ada orang lain yang
membuktikan sebaliknya. Hak atas merek tidak ada atas pendaftaran. Inilah yang
lebih membawa kepastian. Karena apabila seseorang membuktikan bahwa ia telah
mendaftarkan suatu merek dan ia diberikan suatu Sertipikat Merek yang
141

Erna Wahyuni, T. Saiful Bahri, 7 Hassel Nogi S. Tangkilisa, Kebijakan dan
Manajemen Hukum Merek, (Yogyakarta: YPAPI, 2004), hlm. 96.
142
Jisia Mamahit, “Perlindungan Hukum Atas Merek Dalam Perdagangan Barang dan
Jasa”, Lex Privatum, Vol.I No.3 (Juli 2013), hlm. 92.

Universitas Sumatera Utara

69

merupakan bukti daripada hak miliknya atas suatu merek, maka orang lain tidak
dapat mempergunakannya dan orang lain tidak berhak untuk memakai merek
yang sama untuk barang-barang yang sejenis pula. Jadi sistem konstitutif ini
memberikan lebih banyak kepastian.143
Mengacu pada pengertian merek dalam pasal 1 angka 1 UU Merek Tahun
2016, jelas disebutkan bahwa merek merupakan hak eksklusif yang diberikan
negara kepada pemilik merek yang telah terdaftar. Jadi yang ditekankan disini
adalah bahwa hak atas merek tercipta karena pendaftaran dan bukan karena
pemakaian pertama. Jelas disini dipakai sistem konstitutif. Dan hal ini menjamin
lebih terwujudnya kepastian hukum.
Hanya orang yang didaftarkan sebagai pemilik yang dapat memakai dan
memberikan kepada orang lain hak untuk memakai (dengan sistem lisensi). Tetapi
tidak mungkin orang lain memakainya, dan jika tidak didaftar, tidak ada
perlindungan sama sekali karena tidak ada ha katas merek.144
Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia menurut UU Merek
Tahun 2016 diatur dalam pasal 4. Namun, Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat
dan tata cara permohonan pendaftaran merek diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Pendaftaran

Merek

yang

selanjutnya

disebut

dengan

(PERMEN

KEMENKUMHAM No. 67 Tahun 2016).145 Tentang syarat permohonan
pendaftaran merek diatur

dalam

pasal

3

sampai

pasal

5

PERMEN

143

Ibid.
Ibid., hlm. 93.
145
Indonesia (Pendaftaran Merek), Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
tentang Pendaftaran Merek, PERMEN KEMENKUMHAM No. 67 Tahun 2016.
144

Universitas Sumatera Utara

70

KEMENKUMHAM No. 67 Tahun 2016 yang menentukan bahwa: Permohonan
diajukan dengan mengisi formulir rangkap 2 (dua) dalam Bahasa Indonesia oleh
Pemohon atau Kuasanya kepada Menteri. Permohonan paling sedikit memuat:146
a. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan.
b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon.
c. Nama lengkap dan alamat kuasa jika permohonan diajukan melalui
kuasa.
d. Nama negara dan tanggal permintaan merek pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas.
e. Label merek.
f. Warna jika merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan
unsur warna.
g. Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis
jasa.
Kemudian dalam pengajuan Permohonan harus melampirkan dokumen:
a. Bukti pembayaran biaya permohonan.
b. Label merek sebanyak tiga lembar, dengan ukuran paling kecil 2 x 2 cm
dan paling besar 9 x 9 cm.
c. Surat pernyataan kepemilikan merek.
d. Surat kuasa, jika permohonan diajukan melalui kuasa.
e. Bukti prioritas, jika menggunakan hak prioritas dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia.

146

Ibid., Pasal 3-5.

Universitas Sumatera Utara

71

Selanjutnya pada label merek berupa bentuk 3 dimensi. Label merek yang
dilampirkan dalam bentuk karakteristik dari merek tersebut yang berupa
visual dan deskripsi klaim perlindungan.
Tetang tata cara permohonan pendaftaran merek diatur dalam pasal 6 sampai pasal
13 PerMenKumHAM Tahun 2016 yang menentukan bahwa: Permohonan dapat
dilakukan secara elektronik dan non elektronik.
a. Permohonan secara elektronik dilakukan melalui laman resmi
Direktorat Jendral HKI dengan mengisi formulir secara elektronik dan
mengunggah dokumen yang menjadi syarat dari permohonan.
b. Permohonan secara non elektronik diajukan secara tertulis kepada
Menteri, dengan melampirkan dokumen yang menjadi syarat dari
permohonan.147
Selanjutnya tentang biaya pendaftaran merek diatur di dalam pasal 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 tentang Pendapatan Negara bukan Pajak.
Dapat diketahui bahwa:148
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN
PAJAK
MEREK
1. Permohonan Pendaftaran Merek
Permintaan Perpanjangan Merek Terdaftar
a. Usaha Mikro dan Usaha Kecil
1) Secara Elektronik
2) Secara Non Elektronik
b. Umum
1) Secara Elektronik
2) Secara Non Elektronik

SATUAN

TARIF

Per Kelas
Per Kelas

Rp 500.000
Rp 600.000

Per Kelas
Per Kelas

Rp 1.800.000
Rp 2.000.000

147

Ibid., Pasal 6-7.
Indonesia (Pendapatan Negara Bukan Pajak), Peraturan Pemerintah tentang
Pendapatan Negara Bukan Pajak, PP No. 45 Tahun 2016.
148

Universitas Sumatera Utara

72

2. Perpanjangan Perlindungan Merek/Merek
Kolektif Terdaftar
a. Dalam jangka waktu 6 bulan
sebelum/sampai dengan berakhirnya
perlindungan merek
1) Usaha Mikro dan Usaha Kecil
(a) Secara Elektronik
(b) Secara Non Elektronik
2) Umum
(a) Secara Elektronik
(b) Secara Non Elektronik
b. Dalam jangka waktu 6 bulan setelah
berakhirnya perlindungan merek
1) Usaha Mikro dan Usaha Kecil
(a) Secara Elektronik
(b) Secara Non Elektronik
2) Umum
(a) Secara Elektronik
(b) Secara Non Elektronik
3. Pengajuan Keberatan Atas Permohonan
Merek/Merek Kolektif
4. Permohonan Banding Merek/Merek
Kolektif
5. Biaya Pencatatan Dalam Daftar Umum
Merek

Per Kelas
Per Kelas

Rp 1.000.000
Rp 1.200.000

Per Kelas
Per Kelas

Rp 2.250.000
Rp 2.500.000

Per Kelas
Per Kelas

Rp 1.500.000
Rp 1.800.000

Per Kelas
Per Kelas
Per
Permohonan
Per
Permohonan

Rp 3.000.000
Rp 4.000.000
Rp 1.000.000
Rp 3.000.000

a. Pencatatan perubahan nama dan/atau
alamat pemilik

Per
Permohonan
Per Kelas

Rp 300.000

b. Pencatatan pengalihan
hak/Penggabungan perusahaan atas
merek/Merek kolektif terdaftar

Per Nomor
Daftar

Rp 650.000

c. Pencatatan pejanjian lisensi

Per Nomor
Daftar

Rp 500.000

d. Pencatatan penghapusan pendaftaran
merek dan/atau merek kolektif

Per
Permohonan
Per Nomor

Rp 200.000

e. Pencatatan perubahan peraturan
penggunaan merek kolektif

Per Nomor
Daftar

Rp 300.000

6. Permohonan Petikan Resmi dan
Permohonan Keterangan Tertulis Menganai
Merek

Universitas Sumatera Utara

73

Per
Permohonan
Per Nomor

Rp 200.000

1) Klasifikasi barang dan/atau jasa

Per
Permohonan
Per Kelas

Rp 200.000

2) Barang dan/atau jasa sejenis

Per
Permohonan
Per Kelas

Rp 200.000

3) Perlindungan jangka waktu
perlindungan merek terdaftar

Per
Permohonan
Per Nomor
Daftar

Rp 200.000

c. Permohonan keterangan tertulis
mengenai daftar umum merek

Per
Permohonan
Per Nomor

Rp 200.000

7. Perubahan Data Permohonan Pendaftaran
Merek karena Kesalahan Penulisan oleh
Pemohon yang tidak Berdampak Perubahan
Kepemilikan/Kuasa

Per
Permohonan
Pendaftaran

Rp 200.000

8. Perubahan Data Permohonan pendaftaran
Merek dan Merek Kolektif pada Sertipikat
karena Kesalahan Penulisan oleh Pemohon
yang tidak Berdampak Perubahan
Kepemilikan/Kuasa

Per
Permohonan
Pendaftaran

Rp 300.000

9. Biaya Salinan Bukti Prioritas Pendaftaran
Merek

Per
Permohonan
Per Nomor

Rp 300.000

a. Permohonan petikan resmi pendaftaran
merek merek kolektif
b. Permohonan ketarangan tertulis
menganai

3. Perlindungan Hak Atas Pemilik Merek Dalam Proses Pendaftaran
Melalui pendaftaran hak kekayaan intelektual ini, maka negara
memberikan perlindungan kepada orang yang memenuhi persyaratan untuk

Universitas Sumatera Utara

74

mendaftar, dan akan memberikan hak ekslusif kepada yang telah berhasil
melakukan pendaftaran. Perlindungan yang dimaksud berupa penerimaan hak
ekslusif yang bersifat monopoli untuk waktu tertentu dan hanya dimiliki oleh
orang yang terkait langsung dengan kekayaan intelektual yang didaftarkan
tersebut. Melalui hak ekslusif pemilik hak kekayaan intelektual dapat mencegah
orang lain untuk membuat, menggunakan atau berbuat sesuatu terhadap hak
kekayaan intelektual tersebut tanpa izin. 149
Pada saat sekarang ini perlindungan hukum merek di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek, dimana sesuai
prinsip yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tersebut,
perlindungan hukum diberikan kepada pemilik merek yang mendaftarkan untuk
pertama kalinya (first to file system).
perlindungan hukum terhadap merek di Indonesia secara nasional dimulai
pada tahun 1961, atau 16 tahun setelah kemerdekaan, yaitu dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek. Dalam
konsiderannya, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 ini merupakan
pembaharuan dari Reglement Industrieele Eigendom Kolonien 1912. Meskipun
kenyataannya banyak ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Merek Nomor
21 Tahun 1961 ini masih sejalan dan boleh dibilang merupakan pengoperan dari
ketentuan-ketentuan dalam peraturan merek perindustrian tahun 1912 peninggalan
zaman Hindia Belanda tersebut.150

Sufiarina, “Hak Prioritas dan Hak Eksklusif Dalam Perlindungan HKI”, Jurnal
Hukum, Vol. 3 No. 2, (2012), hlm. 275.
150
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, op.cit., hlm. 14.
149

Universitas Sumatera Utara

75

Undang-Undang Nomor 21 tahun 1961, menganut sistem pendaftaran
deklaratif, dimana menurut ketentuan pasal 2 ayat (1) perlindungan hukum
diberikan kepada pemakai merek pertama. Pendaftaran merek dalam sistem
deklaratif hanya merupakan dugaan sebagai pemakai pertama.151 Artinya jika,
ternyata dikemudian hari ada bukti bahwa pihak lain yang merupakan pemakai
pertama, maka pendaftaran merek pertama tersebut tidak mendapat perlindungan
hukum. Sistem deklaratif ini dianggap mengandung ketidakpastian hukum
sehingga Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 kemudian dengan UndangUndang Nomor 19 tahun 1992 yang diundangkan pada tanggal 28 Agustus 1992
yang dinyatakan mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1993.
A. Zen Umar Purba mengemukakan alasan mengapa HKI perlu dilindungi
oleh hukum sebagai berikut:152
a. Alasan yang “bersifat non ekonomis”, menyatakan bahwa perlindungan
hukum akan memacu mereka yang menghasilkan karya-karya
intelektual tersebut untuk terus melakukan kreativitas intelektual. Hal
ini akan meningkatkan self actualization pada diri manusia. Bagi
masyarakat hal ini kan berguna untuk meningkatkan perkembangan
hidup mereka.
b. Alasan yang “bersifat ekonomis”, adalah untuk melindungi mereka yang
melahirkan karya intelektual tersebut berarti yang melahirkan karya
tersebut mendapat keuntungan materiil dari karya-karyanya. Di lain
pihak melindungi

mereka

dari adanya

peniruan, pembajakan,

151

Ibid., hlm. 31.
Anne Gunawati, Perlindungan Merek Terkenal Barang dan Jasa Tidak Sejenis
Terhadap Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Bandung: PT. Alumni, 2015), hlm. 83.
152

Universitas Sumatera Utara

76

penjiplakan maupun perbuatan curang lainnya yang dilakukan oleh
orang lain atas karya-karya yang berhak.
Perlindungan merek diberikan baik secara internasional maupun nasional.
Perlindungan ini dapat ditelusuri dari peraturan-peraturan terdahulu sampai
sekarang yang memberikan perlindungan hukum terhadap merek terkenal untuk
barang tidak sejenis. Menurut analisis penulis terkait dengan perlindungan hukum
internasional diatur dalam Konvensi Paris dan TRIPs Agreement. Sedangkan,
perlindungan hukum merek terkenal untuk barang tidak sejenis dalam hukum
nasional sejenis dapat dilihat sejarah perundang-undangan merek di Indonesia.153
Perlindungan hukum atas merek saat ini diatur di dalam Undang-Undang
Merek Tahun 2016. Pasal 1 angka 5 menyebutkan suatu merek mendapat
perlindungan hukum hak ekslusif sejak terdaftar untuk jangka waktu tertentu.
Kemudian Pasal 35 menyebutkan bahwa suatu merek mendapatkan perlindungan
hukum untuk jangka waktu 10 Tahun sejak tanggal penerimaan.
Melihat Pasal 1 angka 5 dan Pasal 35 diatas timbul pemahaman yang
kontradiksi kapan sebenarnya perlindungan hukum suatu merek dimulai.
Berdasarkan penelitian secara yuridis normatif yang dilakukan oleh penulis,
bahwa perlindungan hukum atas merek dimulai sejak tanggal penerimaan hingga
suatu merek terdaftar disebut dengan perlindungan administratif.154

Istiqomah Andreany Prananingtyas, “Perlindungan Hukum Merek Terkenal Untuk
Barang Tidak Sejenis, Analisis Yuridis Pasal 16 Ayat 3 TRIPs Agreement dengan Pasal 6 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001”, (Skripsi Sarjana, Semarang: Universitas Negeri
Semarang, 2016), hlm. 221.
154
Puspita Sari, Anita, “Perlindungan Hukum Atas Merek Yang Sedang Dalam Proses
Pendaftaran”, (Tesis, Jakarta: Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, 2010).
153

Universitas Sumatera Utara

77

Dalam perlindungan ini, Pemohon merek sebagai pendaftar pertama
dilindungi berdasarkan hak adminstratif oleh kantor merek dari pihak lain yang
mengajukan permohonan pendaftaran merek yang sama dengan yang telah
diajukan terlebih dahulu oleh Pemohon. Perlindungan itu berupa penolakan
permohonan pendaftaran merek yang diberikan oleh Direktorat Jenderal HKI saat
pemeriksaan
substantif berdasarkan Nomor Agenda dengan dasar penolakan Pasal 21 ayat (1)
huruf a.155
Dalam hal dampak hukum, pemilik hak ekslusif dengan hak administratif
memiliki

perbedaan

dan

persamaan.

Perbedaannya

adalah

dalam

hak

administratif, pemilik merek tidak dapat mengajukan upaya hukum nyata
sebagaimana yang dimiliki oleh pemilik hak ekslusif. Persamaannya yaitu kedua
hak tersebut memiliki hak gugat administrasi berupa gugatan pembatalan. 156

155
156

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISIS HUKUM ATAS PENJUALAN MEDAN NAPOLEON DI LUAR
OUTLET

A. Sejarah Medan Napoleon
Di negara asalnya yakni Rusia, Napoleon cake merupoakan kue perayaan
kemenangan Rusia atas penyerbuan pasukan Napoleon Bonaparte. Cake ini
pertama kali diperkenalkan dan menjadi populer ketika perayaan 100 tahun
hengkangnya pasukan Napoleon dari bumi Rusia akibat cuaca ekstrim yang tidak
mampu dihadapi oleh mereka.157
Medan Napoleon adalah oleh-oleh kekinian terbaru dari kota Medan.
Pemiliknya adalah aktor nasional Irwansyah yang berkolaborasi dengan Suratno,
pria asli Medan pemilik restoran Joko Solo dan Waroeng Nenek. Medan
Napoleon teletak di Jalan Wahid Hasyim No.46/35. Oleh-oleh khas Medan ini
sudah memiliki sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI). Medan Napoleon
sendiri launching sekitar September 2016 dan hingga detik ini antrian
pembeliannya terkadang tidak masuk akal.158
Medan Napoleon adalah kombinasi dari napoleon cake asal Perancis dan
bolu gulung khas Medan. Napoleon cake sendiri sejatinya adalah kue yang terdiri
atas tiga lapisan pastry yang punya tekstur crunchy. Di Medan Napoleon tiga

“Tentang Awak”, http://medannapoleon.com/accodion-toggle/ (diakses pada tanggal
15 Agustus 2017).
158
Makanan Halal Medan, “Medan Napoleon, Oleh-oleh Kekinian Khas Kota Medan”,
http://mhm.asia/medan-napoleon-oleh-oleh-kekinian-medan/ (diakses pada tanggal 5 Agustus
2017).
157

78
Universitas Sumatera Utara

79

lapisan pastry tadi dioles lagi dengan selai, lalu dibalut dengan bolu, dan akhirnya
ditambahi topping aneka rasa.159
Sebagaimana sebagian oleh-oleh khas Medan lain, medan napoleon juga
merupakan cake yang diadaptasi dari negeri Eropa. Dengan kreasi dan olahan
tangan dingin chef profesional, Medan Napoleon hadir sebagai oleh-oleh dengan
karakteristik unik yang baru ada di Medan saja. Karena memang Medan napoleon
dikhususkan untuk menyemarakkan kuliner Medan yang memang sudah semarak
maka kreasi dan rasanya juga sesuai dengan Kota Medan. Sehingga tidak salah
jika Medan napoleon disebut sebagai oleh-oleh baru yang halal dan kekinian dari
kota Medan.160

B. Penyebab Pemilik Merek Membiarkan Penjualan Di Luar Outlet
Tika, marketing Medan Napoleon mengatakan “Medan Napoleon mulai
buka sekitar jam tujuh pagi, tapi konsumen terkadang ada yang udah ngantri dari
jam empat atau jam lima pagi, padahal produknya belum ready”. Suatu sore
(

Dokumen yang terkait

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

5 46 107

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 1 6

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

0 2 1

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 4 17

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 5 30

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

3 6 10

PERLINDUNGAN MEREK NON TRADISIONAL UNTUK PRODUK EKONOMI KREATIF BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK, INDIKASI GEOGRAFIS DAN PERSPEKTIF PERBANDINGAN HUKUM

0 1 16

HAK ATAS MEREK DALAM USAHA JASA TRANSPORTASIJALAN ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS - Repository Unja

0 0 13

SINKRONISASI PENGATURAN HAK MEREK DAN NAMA DOMAIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DAN UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008 JUNCTO UNDANG-UNDANG NO 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK - UNS

0 0 90

PEMAKAIAN NAMA DAERAH DALAM USAHA KULINER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

0 1 16