Adaptasi Penghuni Dengan Lingkungannya Di Perumahan Dinas (Studi Kasus: Perumahan Tni Ad Gaperta)

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perumahan Dinas TNI-AD


Pengertian Perumahan adalah sebagai berikut:

Menurut Undang-undang nomor 4 tahun 1992, pengertian rumah adalah
bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal atau hunian dan berfungsi
sebagai sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan.


Pengertian Dinas adalah sebagai berikut:

Pengertian dinas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan
pemerintah dan bukan swasta.



Pengertian TNI-AD adalah sebagai berikut:

TNI-AD adalah singkatan dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat,
yaitu sebuah instasi angkatan bersenjata di Indonesia yang bertanggung jawab atas
operasi pertahanan negara di darat.

Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa perumahan dinas TNI-AD
adalah kelompok rumah hunian yang dilengkapi dengan fasilitas prasarana dan
sarana lingkungan dan disediakan pemerintah untuk dihuni oleh anggota TNI-AD
guna menjalankan tugasnya.

5
Universitas Sumatera Utara

6

2.2. Psikologi Lingkungan
Menurut Gliford (1987), Psikologi lingkungan memiliki arti sebagai suatu
studi dari transaksi antara individu-individu dengan keadaan fisik sekitarnya,

dimana dalam hal ini, individu tersebut mengubah lingkungan dan lingkungan pun
bisa mengubah perilaku dari individu tersebut. Lebih lanjut, menurut Wrightsman
& Deux (1981) bentuk lingkungan fisik yang dimaksud terdiri dari:
1. Ambient condition, yaitu kualitas fisik dari keadaan di sekitar individu.
seperti cahaya, suara, dll.
2. Architectural features, yaitu kualitas fisik dilihat dari bentuk yang bersifat
permanen, seperti desain rumah, dll.

Menurut Holahan (1982), pendekatan psikologi lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Adaptational Focus, yaitu yang menjadi fokus dalam psikologi lingkungan
adalah proses adaptasi individu terhadap kebutuhan-kebutuhan akan
lingkungan fisik. Fokus adaptasi ini dinilai sebagai suatu proses psikologi
yang menjadi perantara antara lingkungan fisik dan kegiatan individunya.
2. Pendekatan psikologi lingkungan adalah lebih berupa pemecahan masalah.
Dalam hal ini, kondisi lingkungan memengaruhi proses psikologi manusia
dan pada akhirnya akan menimbulkan kosenkuensi perilaku seperti
persepsi individu, sikap,dll. Hubungan antar komponen-komponen ini
dapat dilihat pada diagram dibawah ini:


Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 2.1. Diagram Pendekatan Psikologi Lingkungan
Sumber: Holahan (1982)
2.3. Adaptasi Penghuni
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adaptasi adalah proses penyesuaian
terhadap lingkungan, pekerjaan, dan pelajaran. Pengertian lain dari adaptasi
adalah proses mengubah diri dan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan
sekitar atau mengubah lingkungan sekitar sesuai dengan keadaan (keinginan) diri
(W.A. Gerungan: 1996).
Adaptasi bertujuan untuk memperoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan
dengan apa yang telah disediakan lingkungan, karena jika kesesuaian tersebut
tidak tercapai maka akan menimbulkan stres, yang lebih lanjut akan berdampak
buruk pada hal lainnya. Menurut Iskandar (Dalam Prabowo, 1990) proses
terjadinya stress melibatkan beberapa komponen yaitu faktor psikologi individual,
seperti intelektual, pengalaman, pengetahuan, motivasi, dan juga faktor kognitif
seperti pengontrolan persepsi, yang kemudian faktor tersebut jika mendapat
pengaruh dari lingkungan sekitar, maka akan menimbulkan tahapan seseorang

dalam bereaksi/menyikapinya. Jika gagal maka akan menimbulkan stress dan jika
berhasil, itulah yang disebut dengan adaptasi.

Proses terjadinya stress dapat

dilihat dalam skema berikut:

Universitas Sumatera Utara

8

Gambar 2.2. Skema Model Stress
Sumber: Iskandar: 1990 (dalam Prabowo)

Proses adaptasi tersebut merupakan proses yang menghubungkan

antara

perilaku manusia dan lingkungan di sekitarnya. Kondisi lingkungan memengaruhi
persepsi serta harapan/keinginan dan tindakan sesorang. Secara garis besar, posisi

perilaku dengan lingkungan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Diagram Hubungan Lingkungan Fisik dan Perilaku Manusia
Sumber: Pengaruh Lingkungan Fisik pada Perilaku:Suatu Tinjauan Arsitektural

Universitas Sumatera Utara

9

Proses adaptasi ini juga berlaku pada kondisi fisik rumah. Kondisi lingkungan
seperti karakteristik demografis & sosial budaya ketika dihadapkan dengan
kondisi fisik rumah

maka akan menimbulkan nilai kepuasan penghuni, lalu

menimbulkan kecenderungan penyesuaian diri dan kemudian proses adaptasi.
Proses adaptasi penghuni dapat dijelaskan dengan skema sebagai berikut:

Gambar 2.4. Skema Model Perilaku Penghuni
Sumber: Iskandar: 1990 (dalam Prabowo)


Holahan (1982) mengatakan bahwa terjadinya proses psikologi manusia yang
berhubungan dalam rangka mengatasi atau beradaptasi dengan lingkungan fisik
dipengaruhi tiga hal, yaitu:
1. Enviromental Perception, yaitu proses memahami lingkungan melalui
penggunaan indera-indera pada manusia.
2. Enviromental Cognition, yaitu proses menyimpan, mengorganisasikan,
dan mengembalikan kembali kondisi lingkungan yang sudah terjadi
sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

10

3. Enviromental Attitudes, yaitu perasaan menyukai ataupun tidak menyukai
terhadap sifat atau ciri kondisi lingkungan fisiknya.

2.4.Teori-teori Proses Adaptasi
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa
teori yang mengacu pada tinjauan proses adaptasi penghuni, yaitu:

2.4.1. Adaptasi Menurut Altman
Adaptasi dalam konteks arsitektur dapat dibedakan menjadi adaptasi perilaku
dan adaptasi bangunan. Menurut Altman, adaptasi sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan individu dalam merespon atau mengatasi lingkungan. Adaptasi
dikatakan

merupakan bagian dari respon manusia terhadap lingkungan

fenomenalnya. Fenomena yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian atau pun di
luar kebiasaan yang mengakibatkan adanya adaptasi oleh manusia untuk mencapai
keseimbangan. Skema penyesuaian diri dapat dilihat pada skema dibawah ini:

Gambar 2.5. Skema Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan
Sumber: Iskandar: 1990 (dalam Prabowo)

Universitas Sumatera Utara

11

Lebih lanjut, Altman (1980) mengemukakan bahwa bentuk dari proses coping

yang dilakukan oleh individu tersebut dibedakan menjadi 3 jenis adaptasi yaitu:
A. Adaptasi dengan penyesuaian, yaitu beradaptasi dengan cara menyelaraskan
diri dengan lingkungan sekitar yang ada. Pada adaptasi ini, manusia mencari
cara-cara atau mengganti standarnya agar bisa sesuai dengan lingkungan yang
ada.
B. Adaptasi dengan aksi, yaitu beradaptasi dengan cara melakukan perubahanperubahan pada lingkungan dan dapat dinilai sebagai tindakan menolak atau
melawan terhadap lingkungan. Pada adaptasi ini, manusia berusaha
mempertahankan standarnya.
C. Adaptasi dengan penarikan, yaitu beradaptasi dengan cara menarik diri atau
pindah dari lingkungan tersebut.

Adaptasi dengan aksi:
Individu mempengaruhi
perubahan lingkungan

INDIVIDU

LINGKUNGAN
Adaptasi dengan penyesuaian:
Lingkungan mempengaruhi

perubahan individu

Gambar 2.6 Skema Proses Adaptasi

Universitas Sumatera Utara

12

Misalkan dalam hal menghadapi cuaca yang panas di luar ruangan. Adaptasi
dengan penyesuaian yang dimaksud adalah dengan cara memakai payung atau
pakaian tertutup untuk melindungi tubuh dari panas matahari. Namun berbeda
dengan adaptasi dengan aksi, yang dilakukan adalah dengan perlahan-lahan
mencoba keluar dengan tidak menggunakan pelindung apa pun dan kemudian
secara bertahap mulai menggunakan perlindungan (payung, kacamata hitam) jika
sudah semakin tidak tahan dengan cuacanya. Dan adaptasi dengan penarikan yang
dimaksud adalah membatalkan untuk pergi ke luar ruangan tersebut.
2.4.2. Adaptasi Menurut Habraken
Habraken menjelaskan transformasi lingkungan binaan dapat terjadi pada tiga
tatanan, yaitu:
A. Transformasi fisik

Perubahan yang terjadi pada elemen pembentuk lingkungan binaan yang
disebut nominal classes, meliputi perubahan pada perabot rumah, bidang
penyekat, elemen serta material bangunan, pencapaian bangunan, dan jalur utama.
B. Transformasi teritorial
Perubahan yang terjadi pada ruang karena adanya kendali pengguna, meliputi
perubahan pada pola spasial, ruangan/kamar, tampak massa bangunan, teritori,
dan pola sirkulasi lingkungan.
C. Transformasi kultural
Perubahan yang terjadi karena adanya pemahaman pengguna atas elemenelemen fisik pembentuk lingkungan binaan meliputi makna tempat/ruang, area

Universitas Sumatera Utara

13

terbangun, bangunan dan lingkungan sekitarnya, dan keseluruhan elemen fisik
dan spasial dalam lingkungan.
Namun pada penelitian ini yang ditinjau adalah transformasi fisik pada rumah.
Terdapat 3 hal yang menjadi indikasi suatu transformasi fisik lingkungan sebagai
proses adaptasi, yaitu:
A. Penambahan

Yaitu penambahan suatu elemen di suatu site sehingga terjadi perubahan dari
bentuk awal. Misalnya adalah penambahan sekat pada suatu ruang sehingga ruang
yang tercipta bertambah, penambahan elemen seperti pintu, jendela, atau pagar
rumah.
B. Pengurangan/membuang
Yaitu pengurangan suatu elemen di suatu site sehingga terjadi perubahan dari
bentuk awal. Misalnya membongkar dinding untuk menyatukan dua ruangan
menjadi satu, menghilangkan jendela di posisi tertentu, atau menghilangkan ruang
teras belakang untuk mendapatkan area belakang rumah yang lebih luas.
C. Pergerakan/perpindahan
Yaitu perubahan dari bentuk awal dengan cara memindahkan suatu elemen.
Misalnya adalah memindahkan posisi pintu dari satu sisi ke sisi yang lain atau
memindahkan area untuk menjemur pakaian yang semula berada di belakang
rumah, menjadi di depan rumah.

Universitas Sumatera Utara

14

Gambar 2.7 Skema Proses Adaptasi
Sumber: Perubahan Bentuk dan Fungsi Hunian pada Rumah Susun Pasca
Penghunian
Habraken menguraikan proses transformasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit
2. Tidak dapat diduga kapan dimulainya dan sampai kapan proses itu akan
berakhir tergantung dari faktor yang mempengaruhinya
3. Komprehensif dan berkesinambungan
4. Perubahan yang terjadi mempunyai keterkaitan erat dengan emosional (sistem
nilai) yang ada dalam masyarakat.
Proses transformasi mengandung dimensi waktu dan perubahan sosial
budaya masyarakat yang menempati dan hal tersebut muncul melalui proses yang
panjang yang selalu terkait dengan aktivitas-aktivitas yang terjadi pada saat itu.
Perubahan ini dipengaruh oleh dua faktor. Pertama faktor internal yang ada dalam
diri seorang berupa penambahan anggota keluarga, perkembangan kebutuhan, dan

Universitas Sumatera Utara

15

perubahan gaya hidup. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang yang berasal dari luar dirinya, seperti latar
belakang budaya dan pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

16
2.5.Review Penelitian Terdahulu

No

1.

2.

Judul, Tahun,
Wilayah, Nama
Peneliti

Tujuan Penelitian

Rusydi, Mohammad
(2008),
Perilaku
Penghuni
Rumah
Dome di Prambanan,
Sleman: Adaptasi dan
Adjustment di Seting
Baru, Jurnal Lintas
Ruang Vol.2 Edisi 3 .

Untuk
mengidentifikasi
perilaku
penghuni
dalam setting baru.

Purwaningsih,
Ernawati
(2011),
Penyesuaian
Diri
Penghuni
Rumah
Susun
Terhadap
Lingkungan Tempat
Tinggal, Jurnal MGI
Vol.25
No.2

1. Untuk mengetahui
cara penghuni untuk
mendapatkan hunian
rumah susun
2.
Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
penyesuaian
diri

Metode Penelitian
dan Pendekatan

Teknik Analisis dan Bahan
Penelitian

Metode
Deskriptif
Kualitatif dengan cara
wawancara
dan
obervasi dilanjutkan
dengan
pemetaan
perilaku.

Sarwono
(1992:47-48)
menyatakan bahwa perubahan
perilaku diawali dari persepsi
seseorang dengan objek fisik.

Metode
kualitatif
dengan cara studi
literatur
mencari
teori-teori terkait dan
kuantitatif
dengan
cara kuisioner dan
wawancara.

Menurut Bell yang dikutip
Altman (1980) mengemukakan
bahwa tindakan yang
dilakukan oleh individu dalam
upaya
untuk
mengurangi
ketidaksesuaian dibedakan
menjadi 3 jenis adaptasi yaitu:
1. Adaptasi by adjustment, yaitu

Rapoport (1982;1990:13), seting
terdiri dari tiga elemen, yaitu:
a)fixed-feature element
(bangunan, lantai, dinding, dan
lain-lain).
b) semi-fixed-feature element
(furnitur, perabot, dll).
c) non-fixed-feature element
(peralatan, dan lain-lain).

Hasil Penelitian

1. Terdapat 3 macam strategi
penyesuaian penghuni pada
rumah dome, yaitu:
a.
Behavioral
(merubah
perilaku
atau
mempertahankan perilaku)
b. Fisikal (membuat seting di
dalam rumah dome maupun
membuat seting baru di luar
rumah dome)
c.
Pesepsi
penghuni
mengalami perubahan setelah
strategi fisik dan perilaku.

1. Sebagian besar penghuni
menyatakan mudah dalam
mendapatkan hunian di
rumah susun karena selain
memenuhi persyaratan, peran
tim penyeleksi cukup
besar.
2. Sebagian besar penghuni

Universitas Sumatera Utara

17
September 2011 (hal penghuni
rumah
150-161) .
susun
terhadap
lingkungan tempat
tinggal
3. Untuk mengetahui
dan
menganalisis
motivasi penghuni
untuk memperoleh
tempat
tinggal
setelah
selesai
jangka waktu tinggal
di rumah susun.

3.

Rahim Abdul, Zaiton,
Hariza,
Ahmad
(2012),
Behavioral
Adaptation of Malay
Families and Housing
Modification
of
Terrace Houses in

Untuk melihat pola
perilaku
dan
modifikasi
rumah
yang
dilakukan
penghuni
terrace
house sebagai akibat
dari proses adaptasi

Metode
kuantitatif
dengan
cara
wawancara personal,
observasi dan re-view
analitis
terhadap
denah dan potongan
rumah
pada
11

tindakan mengurangi konflik
dengan
menyesuaikan diri sehingga
terjadi
keselarasan
antara
lingkungan dengan
individu.
2. Adaptasi by reaction, yaitu
tindakan menolak atau melawan
terhadap lingkungan
dengan melakukan perubahanperubahan fisik lingkungan guna
menambah
keselarasan antara individu
dengan lingkungan fisiknya.
3. Adaptasi by withdrawal, yaitu
tindakan mengurangi tekanan
lingkungan dengan
melakukan migrasi atau pindah
ke tempat lain.

rumah susun beradaptasi by
reaction terhadap lingkungan
fisik.
Hanya
beberapa
penghuni yang beradaptasi by
adjustment
terhadap
lingkungan fisik.

(Geertz,
1973),
Budaya
menciptakan norma-norma, dan
karena itu, pengetahuan tentang
konteks budaya memungkinkan
seseorang untuk memprediksi
perilaku masyarakat
dalam

Nilai-nilai
budaya
yang
berlaku
menyebabkan
beberapa modifikasi ruang
pada rumah terrace house,
seperti:

3. Penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial berupa
interaksi antarpenghuni
setelah tinggal di rumah
susun relatif agak berkurang.
Selain karena lelah
untuk naik turun, sebenarnya
mereka tidak ada waktu untuk
berinteraksi
secara intens.
4. Motivasi penghuni untuk
pindah masih sangat kurang.
Mereka masih
mengharapkan unuk tetap
dapat menempati rumah
susun.

1.

Penambahan

dan

Universitas Sumatera Utara

18

4.

5.

Malaysia,
Jurnal
Procedia - Social and
Behavioral Sciences
36 ( 2012 ) hal 147 –
157.

dan
penyesuaian keluarga yang tinggal budaya tersebut.
pengorganisasian ulang ruang
dalam
menghuni di
terrace
house
lantai dasar
Rapoport dan Hardie (1991)
rumah,
serta (rumah deret).
menunjukkan bahwa budaya 2. Penambahan luas ruang
mengidentifikasi
berubah
seiring
dengan keluarga
alasan-alasan yang
lingkungan
binaan.
melatar3. Pengubahan karakteristik
belakanginya.
pintu dan jendela.

Os’hara
Omar,
Erdayu, dkk (2010),
Adapting by Altering:
Spatial Modifications
of Terraced Houses in
The Klang Valley
Area, Asian Journal
of
Enviroment
Behaviour
Studies
Vol.1
no.3
(September 2010).

Untuk menemukan
bentuk modifikasimodifikasi
ruang
yang dilakukan pada
50 rumah di area
Klang
Valley,
Malaysia.

Lutfiah
(2010),
Perubahan
Bentuk
dan Fungsi Hunian
pada Rumah Susun
Paska
Penghunian,
Jurnal “ ruang “
Vol.2
nomor
2

Untuk menemukan
bentuk-bentuk
perubahan
pada
rumah
susun
sederhana sewa di
Penjaringan,
baik
dari
segi
fisik
maupun fungsional

Metode
kuantitatif
dengan cara observasi
dan
wawancara
informal,
dimana
peneliti
berperan
sebagai calon pembeli

Pendekatan
rasionalistik
(melihat
kebenaran
bukan
hanya dari fakta
lapangan namun juga
melalui
proses
berfikir yang logis)
dengan
metode

Vischer
(2007)
mengelompokkan kenyamanan
pada tiga level yaitu: fisik,
fungsional, dan psikologis.

1. Adanya penambahan ruang
yang menunjukkan adanya
kebutuhan
untuk
meningkatkan kualitas privasi
anggota
rumah
(misal:
penambahan dapur basah
untuk
memasak
dan
mencuci).

2.
Adanya
renovasi
pengubahan
ruang yang
menunjukkan adanya tingkat
prioritas ruang yang berbeda
(misal: pengubahan teras
tamu menjadi ruang tamu).
Habraken (1982), indikasi suatu Hasil
penelitian
perubahan fisik lingkungan mengemukakan
bahwa
terdiri dari 3 hal, yaitu:
perubahan-perubahan yang
D. Penambahan (addition)
terjadi pada rusunawa terbagi
yaitu penambahan suatu elemen atas 2, yaitu:.
di suatu site sehingga terjadi
perubahan dari bentuk awal. 1. Perubahan fisik meliputi
Misalnya adalah penambahan perubahan jumlah ruang,

Universitas Sumatera Utara

19
(September 2010).

6.

Terrazas,
Carirllo,
dkk (2014), Adjusting
to
New
Places:
International Student
Adjustment and Place
Attachment, Journal
of College Student
Development vol 55

ruang
huniannya,
serta
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempeng-aruhinya.

penelitian
deduktif
kualitatif
(menggunakan teori
umum
(premis
mayor)
untuk
menguji
fokus
penelitian
(premis
minor).

pagar rumah sebagai bentuk
adaptasi sosial penghuni
E. Pengurangan/membuang
(elimination)
yaitu pengurangan suatu elemen
di suatu site sehingga terjadi
perubahan dari bentuk awal.
Misalnya menghilangkan ruang
teras
belakang
untuk
mendapatkan area belakang
rumah yang lebih luas
F. Pergerakan/perpindahan
(Movement).
yaitu perubahan dari bentuk
awal dengan cara memindahkan
suatu elemen. Misalnya adalah
memindahkan
area
untuk
menjemur pakaian yang semula
berada di belakang rumah,
menjadi di depan rumah.

perubahan
material
bangunan, dan penambahan
material
pada
bagian
bangunan.

Untuk mengetahui
pengalaman hidup
mereka
dan
keterikatan mereka
dengan tempat yang
baru.

Metode
kualitatif
dengan
cara
wawancara personal
untuk
menjelaskan
persepsi, pengalaman,
dan
keterikatan
tempat para pelajar.

(Easthope, 2004;
Manzo, 2003, 2005; Mazumdar
& Mazumdar,
2005; Proshansky et al., 1983),
keterikatan tempat memiliki arti
terikat kepada fisik bangunan
melalui interaksi sosial atau
kegiatan
rutinitas
atau
pengalaman berharga.

Hasil dari wawancara yang di
dapat adalah para pelajar
membangun makna baru
tentang sekolah tersebut.
Mereka juga menganggap
kampus
tersebut
tidak
memiliki cukup tempat yang
cocok dengan diri mereka,
budaya, hubungan emosional

2. Perubahan fungsional
meliputi pengalihan atau
pemadatan
fungsi
pada
ruang-ruang tertentu (misal:
penambahan jumlah ruang ke
area balkon)

Universitas Sumatera Utara

20
no.7 (October 2014)

7.

Lu, Xiao, dkk (2016),
Construction
Strategies of Public
Activity Spaces in
Residential Districts
Based on Children’s
Activities, Journal on
Landscape Research
(March 2016)

Untuk mengetahui
hubungan
antara
aktivitas anak-anak
dan ruang publik,
bagaimana strategi
untuk memanfaatkan
ruang terbuka publik
dan
menciptakan
ruang terbuka publik
yang
dapat
memenuhi
kebutuhan psikologi
anak-anak.

Metode
kualitatif
dengan cara studi
literatur
mencari
teori-teori terkait dan
kuantitatif
dengan
cara observasi.

dan sosial, sehinga mereka
Furnham (1997), Culture shock cenderung menjadi homesick.
adalah hasil dari kurangnya
referensi, norma-norma sosial,
dan
aturan
berinteraksi
seseorang untuk membimbing
dan memahami perilaku orang
lain.
Jan Gehl (1992), aktivitas adalah Beberapa strategi dalam
sebuah elemen atraktif. Hanya membangun ruang terbuka
jika orang tetap berada di publik sesuai kebutuhan
bangunan,
atau
kawasan anak-anak
diantaranya
perumahan,
maka aktivitas adalah:
tersebut akan menarik perhatian
orang lain dan kemudian mereka 1.Fasilitas harus berada di
akan berkumpul di lokasi lokasi yang mudah untuk
ditemukan anak-anak,
terdekat.
2. Jalur pedestrian yang
didesain unik agar menarik
perhatian anak-anak,
3. dll.

Universitas Sumatera Utara

21
2.6 Kerangka Berpikir

Adaptasi Penghuni Dengan Lingkungannya di
Perumahan Dinas
(Studi Kasus: Perumahan TNI AD Gaperta)

FAKTOR-FAKTOR PENENTU

V A R I A B E L

HOBI

EKONOMI

I

SOSIAL

N D I K A T O R

Profil

Perilaku

Hubungan sosial

penghuni

Penghuni

antar-penghuni

Perubahan/modifikasi
pada rumah

PROSES ADAPTASI PENGHUNI

Universitas Sumatera Utara