Adaptasi Penghuni Dengan Lingkungannya Di Perumahan Dinas (Studi Kasus: Perumahan Tni Ad Gaperta) Chapter III VI

22
BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif dengan metode
deskriptif. Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari studi-studi literatur terkait dan
membandingkannya dengan hasil lapangan yang ada dengan cara wawancara dan
observasi.
Sinulingga (2011) membagi metode penelitian menjadi 5 jenis, yaitu penelitian historis
(historical research), penelitian deskriptif (descriptive research), penelitian eksperimen
(experimental research), penelitian tindakan (action research), dan grounded research.
Berdasarkan jenis-jenis penelitian tersebut, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
yaitu mendeskripsikan hasil pengamatan di lapangan ke dalam kata-kata.
Tema permasalan pada penelitian ini adalah tema inkuiri (the inquiry theme), dimana
penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban berupa perubahan fisik apa saja dalam
hunian sebagai bentuk wujud adaptasi penghuni dengan lingkungannya yang baru.

3.2. Variabel Penelitian
Ada 2 cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
1. Pengumpulan Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data-data fisik yang diperoleh secara langsung

oleh peneliti, seperti kondisi fisik hunian, kebutuhan ruang, pemanfaatan ruang, serta
aktivitas dan hobi penghuni, Untuk penelitian ini, sumber data primer diambil dari
pengamatan secara langsung dan wawancara.

2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang berfungsi
mendukung data primer untuk menyelesaikan permasalahan penelitian. Sumber data
berasal dari jurnal-jurnal, dokumen, laporan historis, dan sumber referensi lainnya.
22

Universitas Sumatera Utara

23
Tabel Metoda Penentuan Variabel
NO

1.

Lutfiah (2010) Perubahan Bentuk dan
Fungsi Hunian pada Rumah Susun

Paska Penghunian, Jurnal “ ruang “
Vol.2 nomor 2 (September 2010).

Modifikasi ruang

Ada/tidaknya ruang yang
berubah, apa alasannya

Pengamatan,
Pertanyaan

TEKNIK
PENGUMPULAN
DATA
Observasi,
wawancara

2.

Os’hara Omar, Erdayu, dkk (2010),

Adapting by Altering: Spatial
Modifications of Terraced Houses in
The Klang Valley Area, Asian Journal
of Enviroment Behaviour Studies Vol.1
no.3 (September 2010).
Purwaningsih, Ernawati (2011),
Penyesuaian Diri Penghuni Rumah
Susun Terhadap Lingkungan Tempat
Tinggal, Jurnal MGI Vol.25 No.2
September 2011 (hal 150-161)

Modifikasi ruang

Ada/tidaknya ruang yang
berubah, apa alasannya

Pengamatan,
Pertanyaan

Observasi,

Wawancara

Profil penghuni

Aktivitas sehari-hari di dalam
rumah, Hobi penghuni yang
memengaruhi bentuk fisik
ruang
Sering/tidak sering
berinteraksi, Aktifitas
sosial/budaya
Kebutuhan akan ruang

Pertanyaan

Kuisioner,
wawancara

Pertanyaan


Kuisioner

Peraturan berlaku,
Pertanyaan

Studi Literatur,
Kuisioner

Ada/tidaknya ruang yang
berubah, apa alasannya

Pengamatan,
Pertanyaan

Observasi,
wawancara

3.

SUMBER


VARIABEL

Hubungan sosial
antar- penghuni
Faktor Sosial
Penghuni
Modifikasi ruang

INDIKATOR

SUMBER DATA

Universitas Sumatera Utara

24

3.3. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang
terdiri dari subjek atau objek yang memiliki suatu kesamaan dalam karakter dan

kualitas, yang nantinya akan digunakan peneliti untuk dipelajari dan ditarik
menjadi sebuah kesimpulan. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang
ingin diteliti tersebut.
Teknik dari pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik untuk penentuan sampel
penelitian dengan menggunakan beberapa syarat penentuan sebagai pertimbangan
yang tujuannya adalah agar data yang diperoleh lebih representatif, dimana
sampel dipilih oleh peneliti atas dasar ciri khusus yang dimiliki sampel yaitu
memiliki banyak perubahan-perubahan pada rumahnya ditinjau dari aktivitas
ekonomi, hobi, serta sosial Tahapan dalam menentukan sampel menggunakan
teknik ini adalah:
1.

Melakukan survey awal untuk menentukan jumlah penghuni yang mengalami
perubahan pada rumahnya dan perubahan tersebut dikelompokkan dalam
kategori Ekonomi, Hobi, dan Sosial. Dan didapat jumlah populasinya untuk
kategori Ekonomi adalah 27 penghuni, Hobi 21 penghuni, dan Sosial 53
penghuni.

2.


Dari masing-masing kategori diambil 10% untuk dijadikan sampel sehingga
jumlah sampelnya masing-masing menjadi 3 penghuni untuk kategori

Universitas Sumatera Utara

25

Ekonomi, 2 penghuni untuk kategori Hobi, dan 5 penghuni untuk kategori
Sosial.
3.4.Metoda Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian . Pengumpulan data dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan data informasi yang dapat dijadikan jawaban
untuk permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada responden. Adapun wawancara yang
dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, dimana arah pertanyaannya lebih

terbuka untuk mendapatkan banyak informasi dan bersifat tidak kaku. Penelilitan
ini menggunakan wawancara sebagai cara untuk mendapatkan data primer. Data
primer pada penelitian ini adalah data-data fisik yang diperoleh secara langsung
oleh peneliti, yaitu:


Profil penghuni



Aktivitas Ekonomi penghuni



Hobi penghuni yang memengaruhi



Aktivitas sosial/budaya penghuni




Hubungan interaksi antar-tetangga



Perubahan/modifikasi pada rumah



Kebutuhan akan ruang

Universitas Sumatera Utara

26

2. Observasi
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data fisik
hunian seperti modifikasi ruang, dan penambahan-penambahan lainnya pada
rumah yang nantinya berguna dalam analisis data.

3. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan data-data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh
secara tidak langsung yang berfungsi mendukung data primer untuk
menyelesaikan permasalahan penelitian, yaitu:


Data populasi perumahan (jumlah penghuni)



Peraturan dalam perumahan

3.5. Kawasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perumahan dinas TNI AD Gaperta Medan yang
berlokasi di Jl.Gaperta 1 Medan. Perumahan ini merupakan perumahan dinas
untuk profesi TNI-AD.

Universitas Sumatera Utara

27

Gambar 3.1. Peta Lokasi Perumahan Dinas TNI-AD Gaperta
Sumber: Google Earth (2017)

3.6.Metoda Analisa Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul, maka selanjutnya dilakukan
analisa data. Analisa data dilakukan dengan mengurutkan dan mengelompokkan
terlebih dahulu data yang didapat dari hasil wawancara dalam sebuah pola sesuai
kategorinya. Data-data yang sudah dikelompokkan kemudian akan dianalisa
sesuai dengan teori-teori terkait dan hasilnya akan disampaikan dalam bentuk teks
disertai dengan dokumentasi foto.

Universitas Sumatera Utara

28

Adapun tahapan dalam menganalisa data adalah:
1.

Reduksi data
Reduksi data yang dimaksud adalah menyeleksi data-data dari hasil

wawancara dan pengamatan yang akan berguna dalam penelitian dan kemudian
mengurutkan data dalam beberapa kategori untuk memudahkan analisa data.
Pengelompokan data tersebut adalah berdasarkan hasil adaptasi kondisi fisik
rumah penghuni.
3.

Penyajian data
Setelah data direduksi, maka selanjutnya akan dilakukan penyajian dan analisa

data. Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam membaca hasil
wawancara dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Penyajian data
dilakukan dengan cara menyajikan perubahan perubahan yang terjadi sebagai
proses adaptasi penghuni dan disertai dengan teks naratif yang merupakan hasil
analisa data dengan menggunakan teori-teori terkait.
3. Penarikan kesimpulan
Analisa data diakhiri dengan penarikan kesimpulan penelitian disertai dengan
saran.

Universitas Sumatera Utara

29

3.7 Kerangka Penelitian

Adaptasi Penghuni Dengan Lingkungannya di Perumahan
Dinas Terencana (Studi Kasus: Perumahan TNI AD Gaperta)
Studi Literatur
Penentuan Variabel
STUDI PENDAHULUAN

Hubungan interaksi

Perilaku

Profil

Perubahan/modi

antar-tetangga

Penghuni

penghuni

fikasi pada
rumah

Pemilihan sampel
(purposive sampling)

PENGUMPULAN DATA

Observasi

Wawancara

Lapangan

Data Proses Adaptasi
Penghuni

PENGOLAHAN DATA

Tabulasi Hasil Wawancara
Analisa Data (Berdasarkan Teori)
Kesimpulan & Saran

Universitas Sumatera Utara

30

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kawasan Kajian
Penelitian ini dilakukan di perumahan dinas TNI AD Gaperta Medan yang
berlokasi di Jl.Gaperta 1 Medan. Perumahan dinas ini berada di kecamatan Medan
Helvetia.

Gambar 4.1. Denah Lokasi Perumahan Gaperta
Sumber: Google Earth
4.2. Lokasi Perumahan di Kota Medan
Nama Perumahan

: Perumahan Dinas TNI-AD Gapaerta

Alamat Perumahan

: Jl.Gaperta 1 Medan Medan Helvetia, Medan,
Sumatera Utara, Indonesia
30

Universitas Sumatera Utara

31

4.3. Profil Perumahan
Perumahan ini merupakan perumahan dinas terencana untuk profesi TNIAD. Perumahan ini memiliki 12 blok perumahan yang dimulai dari Gaperta 1
hingga Gaperta 13. Setiap blok perumahan ini memiliki tipe hunian yang berbeda,
yaitu tipe 90 dengan nama G-90, tipe 70 dengan nama H-70 , dan tipe 45 dengan
nama K-45. Rincian blok perumahan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1. Tipologi Perumahan Dinas Gaperta
TIPE

GAPERTA

HUNIAN

G-90

II

III

H-70

I

VI

VII

VIII

IX

XIII

IV

K-45

V

X-A

X-B

XI-A

XI-B

XII-A

XII-B

Gambar 4.2. Siteplan Perumahan Gaperta
Sumber: Google Earth

Universitas Sumatera Utara

32

Perumahan dinas Gaperta memiliki beberapa peraturan umum yang diatur dalam
peraturan perumahan, seperti:
1. Penghuni dilarang untuk mengubah sebagian atau seluruh rumah dinas
tanpa izin tertulis dari Pangdam I/BB.
2. Jika menambah bangunan maka prajurit TNI AD dilarang membongkar
bentuk bangunan yang sudah ada dengan alasan apapun.
3. Menyerahkan sebagian atau seluruh rumah dinas kepada prajurit TNI AD
lainnya maupun kepada pihak lain di luar institusi TNI AD tanpa izin
tertulis dari Pangdam I/BB.
4. Mengalihkan/over VB atau ganti kunci kepada prajurit TNI AD lainnya
atau kepada pihak-pihak lainnya.
5. Menggunakan rumah dinas sebagai tempat usaha seperti Factory Outlet,
toko, showroom, kos-kosan dan sebagainya.
6. Menyalahgunakan rumah dinas untuk hal-hal yang dilarang seperti tempat
transaksi dan pemakaian narkoba, prostitusi, perjudian, dan untuk
kepentingan politik.

Universitas Sumatera Utara

33

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1. Berdasarkan Ekonomi
5.1.1. Profil Penghuni
1. Penghuni K-136
Penghuni rumah nomor K-136 adalah bernama Avrizal Sibarani dengan
jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak
perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan
suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 15 tahun dan merupakan
penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar
dan

dalam

seperti

yang

terlihat

pada

denah

berikut:

Gambar 5.1. denah awal

Gambar 5.2. denah akhir

Sumber: dokumentasi pribadi

Sumber: dokumentasi pribadi
33

Universitas Sumatera Utara

34

Pada rumah K-136, penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi
dengan menambahkan warung di depan teras rumah. Penambahan warung ini
dilakukan dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarga dan sebagai
aktivitas tambahan istri yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Penambahan ini juga berhubungan dengan lama penghuni tinggal di rumah
tersebut, yaitu 15 tahun, yang membuat penghuni akhirnya mulai berpikir untuk
mencari aktivitas tambahan selain sebagai ibu rumah tangga.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya.
Penghuni sudah mendapatkan izin untuk berjualan di depan rumah. Penambahan
warung ini juga dibuat tidak bersifat bangunan permanen agar tidak menutupi
bentuk bangunan semula. Penghuni hanya menggunakan sekat kayu sebagai
setting. Warung terletak di area depan rumah dan mengambil luas area teras
rumah. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:
Perumahan

Penghuni

Persepsi: Istri
ingin membantu
perkeonomian
keluarga dengan
bekerja di
rumah

Di luar batas
optimal

Stres
s
Coping behaviour

Adaptasi dengan cara
reaksi
Menambah area
berjualan di teras
dengan menggunakan
sekat kayu

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.3. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

35

Gambar 5.4. Foto Suasana
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2. Penghuni K-21
Penghuni rumah nomor K-21 adalah bernama Hadi Sudirman dengan jumlah
penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 orang anak perempuan.
Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa.
Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 2 tahun. Perubahan yang terjadi pada
rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah
berikut:

Universitas Sumatera Utara

36

Gambar 5.5. denah awal
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 5.6. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi

Pada rumah K-21, penghuni melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian
dengan cara memanfaatkan teras depan sebagai area berjualan ketika pagi hingga
sore hari. Penghuni tinggal di rumah ini selama 2 tahun namun sudah mulai
mencari kegiatan ekonomi tambahan di rumahnya. Penambahan warung ini
dilakukan dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarga dan sebagai
aktivitas tambahan istri yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara

37

Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya.
Penghuni sudah mendapatkan izin untuk berjualan di depan rumah. Penghuni juga
tidak membangun bangunan permanen di depan rumah, namun penambahan
warung ini dilakukan dengan cara meletakan stainless steel dagangan di teras
rumah. Jadi, penghuni akan menggunakan teras rumah untuk berjualan dari pagi
hingga sore hari dan ketika sore hari stainless steel akan disimpan di dalam
rumah. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:

Perumahan

Penghuni

Persepsi: Istri
ingin membantu
perkeonomian
keluarga dengan
bekerja di
rumah

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara penyesuaian
Memanfaatkan area depan dengan
cara meletakkan stainless steel
untuk berjualan ketika siang hingga
sore dan ketika malam area
tersebut berfungsi kembali menjadi
area parkir kendaraan

Transformasi Fisik

Gambar 5.7. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

38

Gambar 5.8. Foto Suasana
Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Penghuni K-85
Penghuni rumah nomor K-85 adalah bernama adalah bernama Joko Susilo
dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, 1 anak laki-laki
dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama
Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 14 tahun dan
merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak
pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Universitas Sumatera Utara

39

Gambar 5.9. denah awal
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 5.10. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi

Dan proses adaptasi dari aktivitas ekonomi dapat dilihat pada penghuni K85. Penghuni mulai membangun warung pada saat 7 tahun menghuni rumah
tersebut dengan alasan ingin membantu perekonomian keluarga dan kegiatan istri
yang minim yang memungkinkan untuk berjualan di rumah.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya.
Penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi dengan cara menambahkan
warung pada bagian samping rumah. Penambahan warung ini meskipun bersifat
permanen namun sudah sesuai aturan yaitu tidak berada di area depan rumah.
Posisi rumah yang berada di sudut menjadikan lahan rumah memiliki lebar lebih
banyak dibandingkan dengan rumah penghuni yang lain. Hal ini yang menjadi
alasan penghuni untuk dapat membangun bangunan permanen ke samping selebar

Universitas Sumatera Utara

40

2m. Penghuni juga sudah mendapat izin untuk berjualan di rumahnya tersebut.
Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:
Perumahan

Penghuni

Persepsi: Istri
ingin membantu
perkeonomian
keluarga dengan
bekerja di
rumah

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi
Menambah bangunan
permanen di sebelah
rumah sebagai warung
untuk berjualan

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.11. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.12. Foto Suasana
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

41

5.1.2. Proses Adaptasi pada Denah Rumah
Ditinjau dari faktor sosial penghuni, yaitu berupa jumlah anggota keluarga serta kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka
didapat hasil analisa proses adaptasi penghuni sebagai berikut:
1. Penghuni K-136
Perumahan

Kebutuhan akan ruang:

Penghuni

1. Kamar
2. Kamar mandi
3. Dapur
4. Ruang Keluarga
5. Parkir kendaraan
6. Jemuran(area servis)

RUANG
Kamar

PROSES ADAPTASI
Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
belakang

Dengan cara

Menyatukan

Diluar batas
optimal

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB
Penghuni merasa membutuhkan kamar tambahan untuk anak
sulungnya yang sudah mulai beranjak remaja dan membutuhkan
kamar terpisah dari kedua adiknya.

Universitas Sumatera Utara

42

penyesuaian
Kamar Mandi

Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
belakang

Penghuni merasa tidak cukup hanya memiliki 1 kamar mandi
saja dengan penghuni yang berjumlah 5 orang.

Dapur

Dengan cara
reaksi

Membongkar dapur lama
dan memindahkan ke area
belakang

Penghuni merasa dapur awal terlalu dekat dengan kamar tidur
sehingga menimbulkan kekhawatiran jika terjadi kecelakaan
dapur seperti tabung gas meledak, misalnya.

Parkir kendaraan

Dengan cara
reaksi

Mengurangi area teras

Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan
mobilnya.

Area servis

Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
samping

Penghuni membutuhkan area untuk mencuci dan menjemur
pakaian.

Ruang Keluarga

Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
belakang

Penghuni menginginkan ruang keluarga yang lebih privat
letaknya di belakang sehingga terpisah dari ruang tamu.

Gambar 5.13. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-136. Banyaknya proses adaptasi dipengaruhi oleh
lamanya waktu penghuni tinggal di rumah tersebut sehingga kebutuhannya juga semakin bertambah setiap waktu, seperti kebutuhan
anak sulungnya yang sudah semakin remaja dan membutuhkan kamar terpisah dari kedua adiknya. Banyaknya proses adaptasi juga

Universitas Sumatera Utara

43

dipengaruhi oleh status penghuni yang merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah
tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan.
Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin
tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya. Perubahan yang dilakukan juga berada di area belakang rumah dan tidak
menutupi bentuk bangunan semula.
2. Penghuni K-21
Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-21. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan
penghuni masih tinggal di rumah tersebut selama 2 tahun. Penghuni juga bukan penghuni pertama. Penghuni sebelumnya sudah
melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga, seperti misalnya
ruang keluarga yang sudah tersedia di area belakang rumah.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan.

Penghuni

sudah

mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan juga ke area belakang rumah,
tidak menutupi bentuk bangunan semula. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:

Universitas Sumatera Utara

44

Kebutuhan akan ruang:
Perumahan

1.Kamar mandi
2. Ruang keluarga
3.Jemuran (area servis)

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
Diluar batas
optimal

1. Kamar
2. Dapur
3. Gudang

RUANG

PROSES ADAPTASI

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB

Kamar

Dengan cara
penyesuaian

Menggabungkan kedua anak
yang lainnya menjadi satu
kamar.

Penghuni merasa tidak memerlukan dua tempat tidur terpisah
untuk kedua anaknya yang berjenis kelamin sama.

Dapur

Dengan cara
penyesuaian

Memanfaatkan kamar yang
semula berada di bagian
belakang

Penghuni merasa dapur yang ada terlalu sempit untuk
memasak dan memanfaatkan kamar karena sudah tidak
dibutuhkan lagi

Gudang

Dengan cara
penyesuaian

Memanfaatkan ruangan dapur Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan
awal
barang-barang.
Gambar 5.14. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi

Universitas Sumatera Utara

45

3. Penghuni K-85

Perumahan

Kebutuhan akan ruang:

Penghuni

1. Kamar
2. Kamar mandi
3. Dapur
4. Ruang Keluarga
5. Parkir kendaraan
6. Jemuran(area servis)

RUANG

PROSES ADAPTASI

Diluar batas
optimal

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB

Kamar

Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
belakang

Penghuni membutuhkan kamar tambahan untuk memisahkan
anaknya yang berbeda jenis kelamin.

Kamar Mandi

Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
belakang

Penghuni merasa kamar mandi yang ada terlalu sempit.

Dapur

Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
belakang

Penghuni merasa dapur yang ada terlalu sempit untuk memasak
dan tidak bisa untuk meletakkan meja makan.

Jemuran (area
servis)

Dengan cara
penyesuaian

Memanfaatkan teras
rumah

Penghuni merasa area depan rumah sudah cukup untuk
dimanfaatkan sebagai area menjemur.

Universitas Sumatera Utara

46

Ruang Keluarga

Dengan cara
reaksi

Menambah di bagian
belakang

Penghuni menginginkan ruang keluarga yang lebih privat
letaknya di belakang sehingga terpisah dari ruang tamu.

Parkir kendaraan

Dengan cara
penyesuaian

Menambahkan di area
depan rumah

Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan
mobilnya.

Gambar 5.15. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-85. Banyaknya proses adaptasi dipengaruhi oleh lama
penghuni tinggal di rumah tersebut, yaitu 14 tahun, sehingga kebutuhannya semakin bertambah. Selain itu, penghuni merupakan
penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan seiring waktu, penghuni melakukan banyak modifikasi pada rumahnya karena mulai menganggap rumah dinas tersebut
sebagai rumah pribadi.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan.

Penghuni

sudah

mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan juga ke area belakang dan
samping rumah, tidak menutupi bentuk bangunan semula.

Universitas Sumatera Utara

47

5.1.3. Kesimpulan Proses Adaptasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan
di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling
banyak terjadi berdasarkan ekonomi adalah adaptasi dengan melakukan reaksi
dengan cara menambah. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan yang
melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Penghuni cenderung melakukan
penambahan tersebut di area depan rumah mereka. Alasannya adalah karena lahan
yang masih dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas ekonomi dan hobi
adalah lahan depan rumah, sedangkan lahan belakang rumah sudah dimanfaatkan
untuk area penambahan ruangan yang lain. Ditinjau dari lama menghuni,
penghuni yang melakukan proses adaptasi ini mayoritas adalah penghuni yang
sudah lama tinggal di rumah tersebut. Ditinjau dari peraturan perumahan yang
tidak memperbolehkan penghuni untuk melakukan perubahan permanen yang bisa
menutupi bentuk asli rumah, penghuni sudah menaatinya. Dalam contoh
membuka warung, penghuni hanya memberi sekat untuk membentuk setting fisik
dan ada juga yang hanya menjejerkan stainless steel yang bisa digeser kapan saja.
Keterangan frekuensi

proses adaptasi penghuni berdasarkan ekonomi dapat

dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni

Ruangan

Aktivitas
Ekonomi

Jumlah penghuni

3

Adaptasi secara
reaksi
2

Adaptasi secara
penyesuaian
1

Universitas Sumatera Utara

48

5.2. Berdasarkan Hobi
5.2.1. Perilaku Penghuni
1. Penghuni G-25
Penghuni rumah nomor G-25 adalah bernama Eli Aster Sitompul dengan
jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak perempuan.
Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak.
Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 1 tahun. Perubahan yang terjadi pada
rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah
berikut:

Gambar 5.16. denah awal

Gambar 5.17. denah akhir

Sumber: dokumentasi pribadi

Sumber: dokumentasi pribadi

Penghuni G-25 memiliki hobi untuk memelihara ikan sehingga proses
adaptasi yang terjadi dalam hal ini adalah dengan cara reaksi dengan menambah
kolam ikan yang sudah permanen di area depan teras. Penghuni mengatakan
penambahan kolam ikan tidak memakan banyak waktu sehingga penghuni

Universitas Sumatera Utara

49

melakukan penambahan tersebut meskipun baru saja tinggal di rumah tersebut
selama 1 tahun. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat dalam skema berikut:

Perumahan

Penghuni

Persepsi:
Penghuni bisa
menyalurkan
hobi
memelihara ikan
di rumah

Di luar batas
optimal

Stres
s
Coping behaviour

.
Adaptasi dengan cara reaksi
Menambah kolam ikan
permanen di depan
rumah

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.18. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.19. Denah Proses Adaptasi Berlangsung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

50

Gambar 5.20 Foto Suasana
Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Penghuni K-90
Penghuni rumah nomor K-90 adalah bernama Eko Sugianto dengan jumlah
penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, nenek, 1 anak laki-laki, dan 1
anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan
suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 5 tahun. Perubahan yang
terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada
denah berikut:

Universitas Sumatera Utara

51

Gambar 5.21. denah awal
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 5.22. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi

Pada rumah K-90, penghuni yang sudah tinggal di rumah tersebut selama 5
tahun, melakukan adaptasi dengan cara reaksi dengan menambah taman kecil di
area depan teras. Alasan penambahan ini dilakukan adalah karena penghuni
mempunyai hobi menanam bunga. Di area taman ini penghuni juga meletakkan
ayunan sebagai tempat duduk pengganti teras jika ada tamu yang berkunjung.
Proses adaptasi penghuni dapat dilihat dalam skema berikut:

Universitas Sumatera Utara

52

Perumahan

Penghuni

Persepsi:
Penghuni bisa
menyalurkan
hobi menanam
bunga di rumah

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi
1. Menambah taman kecil
di area depan teras
2. Meletakkan ayunan
sebagai tempat duduk
pengganti teras

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.23. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.24. Denah Proses Adaptasi Berlangsung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

53

Gambar 5.25. Foto Suasana
Sumber: Dokumentasi Pribadi

5.2.2. Proses Adaptasi pada Denah Rumah
Ditinjau dari faktor sosial

penghuni, yaitu berupa jumlah anggota

keluarga serta kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka didapat hasil analisa proses
adaptasi penghuni sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

54

1. Penghuni G-25
Kebutuhan akan ruang:
1.Dapur
2. Ruang makan
3. Kamar mandi
4. Ruang keluarga

Perumahan

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
1. Kamar
2. Gudang
3. Jemuran (area servis)

RUANG

PROSES ADAPTASI

Diluar batas
optimal

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB

Kamar

Reaksi

Mengurangi/merobohkan
Penghuni ingin mendapatkan luas kamar yang besar sehingga
tembok 2 kamar yang
kedua anaknya yang masih berumur 5 dan 7 tahun dapat tidur
bersebelahan untuk
di kamar tersebut juga.
mendapatkan 1 ruang
kamar dengan ukuran besar.

Gudang

Penyesuaian

Memanfaatkan satu kamar
lagi yang tidak terpakai.

Kamar lama yang tidak terpakai dialihfungsi menjadi gudang
untuk menyimpan barang-barang.

Universitas Sumatera Utara

55

Area servis

Penyesuaian

Menambah di area depan
rumah

Penghuni merasa area depan rumah sudah cukup untuk
dimanfaatkan sebagai area menjemur.

Gambar 5.26. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni G-25. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan
penghuni masih tinggal di rumah tersebut selama 1 tahun. Selain itu, penghuni sebelumnya juga sudah melakukan modifikasi
sehingga rumah dengan denah yang sekarang dianggap sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin
tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

Universitas Sumatera Utara

56

2. Penghuni K-90
Kebutuhan akan ruang:
Perumahan

1.Kamar mandi
2. Dapur

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
1. Kamar
2. Ruang makan
3. Jemuran (area servis)
4. Parkir kendaraan

RUANG

PROSES ADAPTASI

Diluar batas
optimal

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB

Kamar

Penyesuaian

Menyatukan anak perempuan
dengan neneknya
menggunakan satu kamar.

Penghuni merasa sudah cukup jika nenek dan anak
perempuan menggunakan satu kamar saja tanpa terpisah.

Ruang Makan

Penyesuaian

Memanfaatkan ruang keluarga
yang berada di area belakang

Penghuni merasa dapur awal terlalu sempit untuk memasak.

Area servis

Penyesuaian

Menambahkan di area
belakang rumah

Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian.

Universitas Sumatera Utara

57

Parkir kendaraan

Penyesuaian

Menambahkan di area depan
rumah

Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan
mobilnya.

Gambar 5.27. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-90. Selain karena penghuni sudah 5 tahun tinggal di
rumah tersebut, proses adaptasi yang banyak juga terjadi karena jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut cukup
banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain.
Selain itu, penghuni sebelumnya juga sudah melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang dianggap sudah
cukup memenuhi kebutuhan keluarga.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin
tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

Universitas Sumatera Utara

58

5.2.3. Kesimpulan Proses Adaptasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan
di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling
banyak terjadi berdasarkan hobi adalah adaptasi seluruhnya dengan melakukan
reaksi dengan cara menambah. Penghuni cenderung melakukan penambahan
tersebut di area depan rumah mereka. Alasannya adalah karena lahan yang masih
dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas hobi adalah lahan depan rumah,
sedangkan lahan belakang rumah sudah dimanfaatkan untuk area penambahan
ruangan yang lain. Ditinjau dari lama menghuni, penghuni yang melakukan proses
adaptasi ini seluruhnya adalah penghuni baru. Ditinjau dari peraturan perumahan
yang tidak memperbolehkan penghuni untuk melakukan perubahan permanen
yang bisa menutupi bentuk asli rumah, penghuni sudah menaatinya. Keterangan
frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan hobi dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.2. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni

Ruangan

Hobi

Jumlah penghuni

2

Adaptasi secara
reaksi
2

Adaptasi secara
penyesuaian
0

Universitas Sumatera Utara

59
5.3. Berdasarkan Sosial
5.3.1. Hubungan Sosial Antar-penghuni
1. Penghuni K-27
Penghuni rumah nomor K-27 adalah bernama Timbul E.Z. Tobing dengan jumlah
penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak perempuan, dan 1 keponakan
perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak.
Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini
terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.28. denah awal

Gambar 5.29. denah akhir

Sumber: dokumentasi pribadi

Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering
berinteraksi dengan para tetangganya, walaupun tidak ada kegiatan sosial di perumahan yang
diikuti penghuni. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah

Universitas Sumatera Utara

60
mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antarpenghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut:

Perumahan

Penghuni

Persepsi: Rumah
memiliki tempat
untuk
berinteraksi
dengan
penghuni
lainnya di depan
teras

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi

Menambahkan
bangku permanen di
depan teras

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.30. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.31. Denah Proses Adaptasi Berlangsung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

61
2. Penghuni K-81
Penghuni rumah nomor K-81 adalah bernama Marudi Simamora dengan jumlah
penghuninya adalah 3 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan
suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini
selama 5 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam
seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.32. denah awal
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 5.33. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering
berinteraksi dengan para tetangganya. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan
tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni
sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan

Universitas Sumatera Utara

62
ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai
berikut:
Penghuni

Penghuni

Persepsi: Rumah
sempit untuk
dijadikan tempat
menyelenggarakan
kegiatan
sosial/ibadah

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi
1. Menambah luas teras
rumah
2. Menambah 2 bangku di
depan teras sebagai
tempat berinteraksi
warga

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.34. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.35. Denah Proses Adaptasi Berlangsung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

63
3. Penghuni K-107
Penghuni rumah nomor K-107 adalah bernama Amran dengan jumlah penghuninya
adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, 1 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi
dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Minang. Penghuni sudah tinggal di
rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan
dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.36. denah awal
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 5.37. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering
berinteraksi dengan para tetangganya. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan
tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni
sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan

Universitas Sumatera Utara

64
ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai
berikut:
Perumahan

Penghuni

Persepsi: Rumah
sempit untuk
dijadikan tempat
menyelenggarakan
kegiatan
sosial/ibadah

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi
1. Menambah luas teras
rumah
2. Menambah bangku
permanen di depan
pagar

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.38. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.39. Denah Proses Adaptasi Berlangsung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

65
4. Penghuni K-174
Penghuni rumah nomor K-174 adalah bernama Pintro Hutasoit dengan jumlah
penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak perempuan. Dari segi religi dan
suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah
ini selama 15 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini
terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.40. denah awal
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 5.41. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering
berinteraksi dengan para tetangganya, walaupun tidak ada kegiatan sosial di perumahan yang
diikuti penghuni. Penghuni K-174 melakukan adaptasi Reaksi dengan cara menambahkan

Universitas Sumatera Utara

66
bangku permanen di depan teras. Penghuni sudah tinggal di rumah selama 15 tahun sehingga
tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan dana pribadi untuk hal ini. Alasan penambahan
ini dilakukan untuk mendapatkan area duduk yang lebar dan penghuni menjadi tidak perlu
khawatir meskipun akan terkena air hujan. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah
menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini.
Proses adaptasi dapat dilihat pada skema berikut:
Perumahan

Penghuni

Persepsi: Rumah
sempit untuk
dijadikan tempat
menyelenggarakan
kegiatan
sosial/ibadah

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi

Menambahkan bangku
permanen di depan
teras

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.42. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.43. Denah Proses Adaptasi Berlangsung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

67
5. Penghuni K-177
Penghuni rumah nomor K-177 adalah bernama Ahmad Erwin dengan jumlah
penghuninya adalah 6 orang terdiri dari ayah, ibu, nenek dan 3 anak perempuan. Dari segi
religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di
rumah ini selama 10 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada
rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.44. denah awal
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 5.45. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering
berinteraksi dengan para tetangganya. Penghuni K-177 melakukan adaptasi reaksi dengan
menambahkan teras permanen lengkap dengan mejanya, di depan teras rumah. Alasan ini
berhubungan dengan lama penghuni tinggal di rumah tersebut sudah cukup lama, yaitu 10

Universitas Sumatera Utara

68
tahun, sehingga penghuni sudah merasa akrab dengan penghuni di sekitar dan ingin
berinisiatif untuk membuat area duduk di rumahnya agar bisa menjadi tempat berkumpul
yang bisa dimanfaatkan para penghuni lainnya saat sore hari. Kegiatan sosial yang diikuti
penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari
segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam
melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses
adaptasi penghuni sebagai berikut:
Perumahan

Penghuni

Persepsi: Rumah
memiliki tempat
untuk
berinteraksi
dengan
penghuni
lainnya di depan
teras

Di luar batas
optimal

Stres
s

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi

Menambahkan teras
permanen

Penambahan

Transformasi Fisik

Gambar 5.46. Skema Proses Adaptasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

69

Gambar 5.47. Denah Proses Adaptasi Berlangsung
Sumber: Dokumentasi Pribadi

5.3.2. Proses Adaptasi pada Denah Rumah
Ditinjau dari faktor sosial penghuni, yaitu berupa jumlah anggota keluarga serta
kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka didapat hasil analisa proses adaptasi penghuni
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

70

1. Penghuni K-27
Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar mandi
2. Area servis
3. Dapur

Perumahan

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
1. Kamar
2. Gudang
3. Area servis
4. Ruang keluarga
5. Parkir kendaraan

RUANG

PROSES ADAPTASI

Diluar batas
optimal

Coping
behaviour

Stress

PENYEBAB

Kamar

Reaksi

Menambahkan kamar pada
area belakang

Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk
keponakan perempuannya yang akan tinggal juga di rumah
ini.

Parkir kendaraan

Penyesuaian

Mengurangi area teras

Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan
mobilnya.

Universitas Sumatera Utara

71

Ruang Keluarga

Penyesuaian

Memanfaatkan area yang
sebelumnya adalah ruang
makan

Penghuni lebih membutuhkan ruang keluarga yang lebih
privat

Gudang

Penyesuaian

Memanfaatkan area yang
sebelumnya adalah kamar dan
sudah tidak dibutuhkan lagi

Ruangan lama dialihfungsi menjadi gudang untuk
menyimpan barang-barang seperti lemari.

Area servis

Penyesuaian

Menambahkan area area servis
di area bagian belakang rumah

Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian.

Gambar 5.48. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-27 meskipun penghuni baru tinggal di rumah tersebut
selama 3 tahun. Proses adaptasi yang banyak dikarenakan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut cukup banyak,
yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain.
Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan
izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan untuk berjualan di depan rumah. Perubahan yang dilakukan juga berada
di area belakang rumah dan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

Universitas Sumatera Utara

72

2. Penghuni K-81
Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar
2. Dapur
3. Ruang makan
4. Jemuran

Perumahan

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
1. Kamar mandi
2. Jemuran (area servis)

RUANG

Diluar batas
optimal

PROSES ADAPTASI

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB

Kamar Mandi

Reaksi

Menambahkan kamar mandi
pada area belakang

Penghuni ingin mendapatkan kamar mandi tambahan.

Area servis

Reaksi

Menambahkan di area
belakang rumah

Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian.

Gambar 5.49. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi

Universitas Sumatera Utara

73

Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-81 meskipun penghuni sudah cukup lama tinggal di
rumah tersebut, yaitu selama 5 tahun. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan beberapa hal seperti jumlah anggota keluarga yang
hanya 3 orang sehingga kebutuhannya tidak kompleks dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang
dilakukan penghuni sebelumnya.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan.

Penghuni

sudah

mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk
bangunan semula.

Universitas Sumatera Utara

74

3. Penghuni K-107
Kebutuhan akan ruang:

Perumahan

1.Kamar
2. Kamar mandi

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
Diluar batas
optimal

1. Dapur
2. Gudang

RUANG

PROSES ADAPTASI

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB

Dapur

Reaksi

Memanfaatkan area yang
semula merupakan ruang
keluarga

Penghuni merasa dapur yang ada sangatlah sempit untuk
memasak dan tidak dapat digunakan sebagai ruang makan
sekaligus

Gudang

Penyesuaian

Memanfaatkan area yang
semula merupakan dapur
dan yang sudah tidak
terpakai lagi

Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan
barang-barang.

Gambar 5.50. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi

Universitas Sumatera Utara

75

Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-107. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan
beberapa hal seperti usia penghuni tinggal di rumah tersebut cukup sebentar yaitu 3 tahun, jumlah anggota keluarga yang hanya 4
orang sehingga kebutuhannya semakin sedikit, dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang
dilakukan penghuni sebelumnya.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan.

Penghuni

sudah

mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk
bangunan semula.

Universitas Sumatera Utara

76

4. Penghuni K-174
Perumahan

Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar mandi

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
1. Kamar
2. Dapur
3. Jemuran (area servis)
4. Gudang

RUANG
Kamar

Dapur

Diluar batas
optimal

PROSES ADAPTASI

Coping
behaviour

Stress

PENYEBAB

Reaksi

Menambahkan di area belakang

Penghuni ingin mendapatkan kamar terpisah untuk 1
anak perempuannya yang sudah beranjak dewasa.

Penyesuaian

Menyatukan kedua anak
perempuan yang lain.

Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak
perempuannya yang lain menggunakan satu kamar.

Reaksi

Menambahkan area dapur di
bagian belakang

Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga
penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar
dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus.

Universitas Sumatera Utara

77

Area servis

Reaksi

Menambahkan area area servis
sekaligus area servis untuk
mencuci pakaian di bagian
belakang rumah

Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan
menjemur pakaian.

Gudang

Penyesuaian

Memanfaatkan dapur awal

Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk
menyimpan barang-barang.

Gambar 5.51. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-174. Hal ini dikarenakan penghuni sudah 15 tahun tinggal
di rumah ini sehingga kebutuhannya sudah semakin bertambah dan jumlah anggota keluarga yang banyak yaitu 5 orang. Banyaknya
proses adaptasi juga dipengaruhi oleh status penghuni yang merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap
denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan. Penghuni

sudah

mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk
bangunan semula

Universitas Sumatera Utara

78

5. Penghuni K-177
Kebutuhan akan ruang:
Perumahan

1.Kamar mandi
2. Parkir kendaraan

Di dalam batas
optimal

Homeostatis

Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
1. Kamar
2. Dapur
3. Ruang Keluarga
4. Jemuran (area servis)

RUANG
Kamar

Dapur

PROSES ADAPTASI

Diluar batas
optimal

Stress

Coping
behaviour

PENYEBAB

Reaksi

Menambahkan kamar di area
belakang

Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk
nenek

Penyesuaian

Menyatukan kedua anaknya di
satu kamar yang lain.

Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak
perempuannya yang lain menggunakan satu kamar.

Reaksi

Menambahkan dapur di area

Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga
penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar

Universitas Sumatera Utara

79

belakang

dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus.

Area servis

Reaksi

Menambahkan area jemur
sekaligus area servis untuk
mencuci pakaian di area belakang
rumah.

Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan
menjemur pakaian

Ruang Keluarga

Reaksi

Menambah di bagian belakang

Penghuni memiliki anggapan bahwa ruang keluar harus
berada di belakang dan terpisah dari ruang tamu.

Gambar 5.52. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-177. Proses adaptasi yang banyak dikarenakan jumlah
anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut juga cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga
lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain. Banyaknya proses adaptasi juga dipengaruhi oleh lama penghuni yang
sudah tinggal 10 tahun di rumah tersebut sehingga kebutuhannya juga semakin bertambah dan karena penghuni merupakan penghuni
pertama. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu
memerlukan banyak perubahan.

Universitas Sumatera Utara

80

Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada
pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan
perubahan pada rumahnya dan untuk berjualan di depan rumah.
5.3.3. Kesimpulan Proses Adaptasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan
di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang terjadi dari
sisi hubungan sosial antar-penghuni, seluruhnya adalah adaptasi dengan
melakukan reaksi dengan cara menambah atau memperluas teras. Penghuni yang
melakukan adaptasi ini mayoritas adalah penghuni yang sudah lama tinggal di
rumah dinas tersebut. Hal ini berkaitan karena semakin lama penghuni tinggal di
rumah tersebut, penghuni semakin menganggap rumah tersebut sebagai rumah
pribadi dan tidak masalah untuk mengeluarkan dana tambahan untuk melakukan
modifikasi tersebut. Penghuni yang mengikuti aktivitas sosial pada perumahan
cenderung memiliki teras yang lebar dengan alasan agar bisa dimanfaatkan jika
kegiatan sosial tersebut diadakan di rumahnya. Dalam hal ini tidak ada yang
melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Keterangan frekuensi proses
adaptasi penghuni berdasarkan sosial dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.3. Jumla