Perilaku Ibu Dalam Mengenal Kehamilan Risiko Tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan
aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan
eksternal tersebut (Natoatmodjo, 2010). Perilaku adalah respon individu terhadap
suatu stimulus atau tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan, Dewi, 2011).
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Natoatmodjo, 2012).
Teori (Skinner 1938 dalam Natoatmodjo 2012) menjelaskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reakasi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner di
sebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan
adanya dua respon yaitu :
1. Respons respondent atau reflexive adalah respon yang di timbulkan oleh
rangsangan (stimulus) tertentu dan bersifat menetap. Misalnya makanan
lezat akan menimbulkan nafsu makan, cahaya terang akan menimbulkan
reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup

perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan

8
Universitas Sumatera Utara

9

rasa sedih mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa sukacita
dan sebagainya.
2. Respons Operant atau instrumental response adalah respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan tertentu.
Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer,
karena berfungsi untuk memperkuat respon. Misalnya apabila seorang
petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah suatu respon
terhadap gaji yang cukup (stimulus), kemudian karena kerja baik tersebut
juga menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi kerja baik
tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini berdasarkan teori ‘’S-O-R”
menurut Skinner, maka perilaku manusia dapat dibagi menjadi dua:
1. Perilaku tertutup ( covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan. Bentuk ‘’unobservable behavior” atau ‘’cover
behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Misalnya seorang ibu
hamil tahu pentingnya periksa kehamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri
adalah domain pengetahuan (knowledge). Kemudian ibu tersebut bertanya kepada
tetangganya dimana tempat periksa kehamilan yang dekat, yang selanjutnya
kecenderungan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, inilah yang disebut
domain sikap (attitude).

Universitas Sumatera Utara

10

2. Perilaku terbuka ( Overt behavior).
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar (observable
behavior). Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau
ke bidan praktik, seorang penderita TB Paru minum obat anti TB Paru secara

teratur, seseorang akan menggosok gigi setelah makan, dan sebagainya. Contohcontoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata dalam bentuk kegiatan atau
dalam bentuk praktis.

Bagan 1. Teori S-O-R

Respon tertutup:
1.Pengetahuan
Stimulus

Organisme

2. Sikap

Respon Terbuka:
1. Tindakan/praktik

(Notoatmodjo, 2010)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih

bersifat terselubung dan disebut covert behavior , sedangkkan tindakan nyata
seseorang sebagai respon terhadap stimulus (praktice) merupakan overt behavior.

Universitas Sumatera Utara

11

Teori (Lawrence Green 1980 dalam Natoatmodjo 2012) menyatakan
bahwa adanya faktor-faktor yang menentukan perilaku sehingga menimbulkan
perilaku yang positif yaitu :
Faktor predisposisi (predisposing factors).
Faktor predisposisi ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku,yang termasuk dalm faktor ini adalah
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Misalnya
perilaku ibu hamil dalm minum tablet Fe, maka ibu hamil ini akan termotivasi
akan manfaat dari tablet Fe ini.
Faktor pemungkin atau pendukung (Enabling factors).
Faktor pemungkin ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam
faktor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana. Misalnya Ibu

hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe apabila Puskesmas dan Rumah Sakit
menyediakannnya.
Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau yang datang
sesudah perilaku itu ada.hal yang termasuk dalam faktor ini adalah
keluarga,teman, petugas kesehatan. Misalnya seorang ibu hamil akan teratur
minum tablet Fe apabila dia didukung atau diingatkan oleh keluarga atau pun
suaminya.

Universitas Sumatera Utara

12

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut maka perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit/penyakit, sistem pelayanan kesehtan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku dadap diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintananace) , adalah perilaku
atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha untuk penyembuhan jika sakit. Perilaku terdiri atas dua
aspek, yaitu: perilaku pencegahan penyakit, misalnya pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil, perilaku peningkatan kesehatan dan penyembuhan
akibat sakit, misalnya memberikan

makanan dan minuman yang bergizi

kepada ibu hamil.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit atau kecelakaan.
Cara mengukur perilaku dapat dilakukan rangkaian pernyataan yang dapat
menggali perilaku terhadap objek tertentu menggunakan kuesioner/ angket.
Aspek-aspek perilaku yang dinilai tentang kehamilan risiko tinggi meliputi :
informasi tentang kehamilan risiko tinggi, mencari tahu tentang kondisi
kehamilannya, kehamilan yang direncanakan, ANC selama hamil, Tindakan
terhadap kehamilan risiko tinggi, Rujukan pasien dengan kehamilan risiko tinggi,
tindakan yang dilakukan berkaitan dengan anjuran petugas kesehatan.


Universitas Sumatera Utara

13

2.1.2. Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang,
namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon
terhadap stimulus yang membedakan respon terhadap stimulus yang sama disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua,yakni:
a.

Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given (bawaan). Misalnya tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b.


Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseorang.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas

penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultant antara berbagai faktor (faktor internal dan eksternal). Benyamin Bloom
(1908, dalam Notoatmodjo 2012) membedakan adanya tiga ranah/domain
perilaku,

yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

Universitas Sumatera Utara

14


1. Pengetahuan(Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindaraan manusia,atau hasil tahu sesorang
terhadap objek melalui data indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
a. Tahu (know), yang diketahui diartikan hanya sebagai recall (mengingat
kembali) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang akan dipelajari antara lain dapat
menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan,

menyatakan.


Contoh:

dapat

menyebutkan tanda-tanda kehamilan risiko tinggi.
b. Memahami (comprehension), yaitu memahami suatu objek bukan
sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secrara benar tentang objek yang
diketahui tersebut. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh dan sebagainya. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

Universitas Sumatera Utara

15

c. Aplikasi (Application), diartikan apabila orang yang telah memahami
objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis), adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan atau memisahkan, membedakan, mengelompokkan, kemudian mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui.
e. Sintesis (Synthesis), yaitu sintesis menunjuk suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis
adalah suatau kemampuan untuk menyusun formulasi dari formulasi-formulasi
yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap satu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
g. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek

penelitian atau responden(Natoatmodjo, 2012). Aspek-aspek pengetahuan tentang
kehamilan risiko tinggi yang dinilai meliputi : definisi kehamilan risiko tinggi,
klasifikasi kehamilan risiko tinggi, pencegahan kehamilan risiko tinggi,
penatalaksanaan kehamilan risiko tinggi. Pengetahuan dinilai berdasarkan total

Universitas Sumatera Utara

16

skoring dari nilai yang diberikan pada setiap pernyataan. Kemudian total skoring
diklasifikasikan dalam tingkat pengetahuan :baik, kurang.
Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ada faktor internal dan
ada faktor eksternal menurut (Natoatmodjo 2010) yaitu :
1. Faktor Internal
Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir sesorang, semakin
bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Singgih(2010) mengemukakan bahwa makin tua usia seseorang maka
proses;proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika
berumur belasan tahun. Bertambahnya usia dapat berpengaruh dapat berpengaruh
pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
Pendidikan
Pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
lain menuju kearah cita-cita tertentu yang mnentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikn diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang temasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan

Universitas Sumatera Utara

17

serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi.

Pengalaman
Pengalaman

adalah

suatu

proses

dalam

memperoleh

kebenaran

pengetahuan dengan cara mengualng kembali pengetahuan yang telah dipeoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi saat masa lalu dan dapat digunakan
dalam upaya memperoleh pengetahuaan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebgai upaya untuk memperoleh pengetahuan.
Kategori pengetahuan menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3
kategori, yaitu :
1. Baik

: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100%
dari seluruh pertanyaan

2. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari
seluruh pertanyaan
3. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari
seluruh pertanyaan
2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, Salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah smerupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

Universitas Sumatera Utara

18

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi
tertutup.
Allport menjelaskan bahwa sikap ini mempunyai tiga komponen pokok:.
Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana
keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek, Kehidupan
emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaiaan

(terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek,
Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap
adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka
(tindakan).
Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya
pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya
yaitu menerima (receiving) di artikan bahwa orang atau subjek mau menerima
stimulus yang di berikan (objek), menanggapi (responding) di artikan
memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang di
hadapi, menghargai (valuing) diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya dengan
orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons, bertanggung jawab (responsible).

Universitas Sumatera Utara

19

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang
telah diyakianinya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya resiko lain. Pengukuran sikap berbeda dengan
pengukuran pengetahuan karena dalam ranah sikap kemampuan yang di ukur
adalah: menerima (memperhatikan), merespons, menghargai, mengorganisasi, dan
menghayati. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang
terhadap kegiatan suatu objek diantaranya menggunakan pernyataan sikap.
Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengandung ungkapan
terhadap suatu objek. Pernyataan bisa bersikap positif (favourable) dalam artian
pernyatan sikap menunjukkan dukungan terhadap suatu objek , tetapi bisa juga
bersifat negatif (un favourable), dimana pernyataan menggambarkan tidak
mendukung atau kontra terhadap suatu objek (Budiman 2013 dalam maimunah,
2015). Salah satu skala yang sering digunakan adalah Skala likert. Dalam Skala
Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun
negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju. Skala Sikap Likert: Pernyataan positif : SS=4; S=3;
TS=2; STS=1 N=0; sedangkan pernyataan negatif diberi skor sebaliknya, yaitu
N=0; SS=1; S=2; TS=3; dan STS=4 . Menilai sikap individu atau kelompok (skor
rata-rata), yakni dengan cara membandingkan skor yang diproleh dengan kriteria
tertentu (Natoatmodjo, 2012). Kategori sikap positif, kecenderungan tindakan
adalah mendekati, menyenangi, menghadapkan objek tertentu. Sikap negatif,
terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai

Universitas Sumatera Utara

20

objek tertentu. Menurut Azwar(2007) sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4
macam cara, yaitu: Adopsi, Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap kedalam diri individu
dan mempengaruhi terbentuknya sikap. Diferensiasi , dengan berkembangnya
intelegensi, bertambahnya pengalaman, bertambahnya usia, maka ada hal-hal
yang

dianggap

sejenis

sekarang

dipandang

tersendiri

lepas

dari

jenisnya.Terdapatnya objek tersebut terbentuk sikap, Intelegensi tadinya secara
bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu
hal tersebut. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan
kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman
traumatis dpat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
3. Tindakan (Practice)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap adalah kecenderungan
untuk bertindak (praktik), Maka sikap belum tentu terwujud dalam tindakan sebab
untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau
sarana dan prasarana. Misalnya seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa
kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat (sikap)
untuk periksa kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka
diperlukn fasilitas atau pelayanan kesehatan yang mudah dicapainya. Apabila
tidak, maka kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yakni :

Universitas Sumatera Utara

21

a. Praktik terpimpin (guided response)
Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya ibu memasak
sayur, dimulai dari ibu mencuci sayur, memotong sayur lalu memasaknya dan
sebagainya.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
Misalnya, ibu yang sudah melakukan terhadap bayinya di usia tertentu,tanpa
menunggu perintah atau ajakan dari orang lain.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah sesuatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme
saja, tetapi sudah di lakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi
tinggi berdasarkan bahan-bahan sederhana atau murah.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya
(observasi). Namun dapat juga dilakukan secara tidak langsung menggunakan
metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan
objek tertentu (Natoadmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara

22

2.2. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi merupakan keadaan ibu hamil yang memerlukan
perhatian khusus, dimana kondisi ibu dan janin tidak normal yang dapat
menyebabkan kesakitan dan menimbulkan kematian pada ibu maupun bayi
sebelum maupun sesudah persalinan (Yohana,Yovita, & Yessica 2011).
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan ibu atau perinatal berada
dalam keadaan membahayakan (kematian atau komplikasi serius) selama gestasi
atau dalam rentan waktu nifas atau neonatal (Benson dan Pernoll 2008 dalam
Natasya, 2015).
Kehamilam

risiko

tinggi

adalah

dimana

kondisi

andalah

yang

menyebabkan janin tidak dapat tumbuh kembang secara optimal (Maulana, 2008)
Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki risiko
lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya) yang dapat
mengakibatkan terjadi penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan (Nurcahyo 2007 dalam Kurniawati 2015).
2.3. Klasifikasi Kehamilan Risiko Tinggi
(Prawirohardjo 2010) mengatakan bahwa dalam menentukan kehamilan
risiko tinggi dapat digunakan penilaian tderhadap wanita hamil untuk menentukan
ibu tersebut memiliki keadaan atau ciri faktor risiko yang menyebabkan ibu
maupun janin lebih rentan terhadap penyakit atau kematian. Adapun cara yang
digunakan adalah cara skoring(skrining/deteksi ibu risiko tinggi) dan cara kriteria
yaitu :

Universitas Sumatera Utara

23

2.3.1.Cara Skoring
Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO yaitu Kelompok Faktor Risiko I
ditemukan dengan mudah melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan
periksa pandang oleh tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan pada
kehamilan muda saat kontak pertama. Ibu risiko tinggi dengan faktor risiko
kelompok satu tidak mempunyai keluhan. Selama kehamilan ibu dalam keadaan
sehat dan merasa sehat. Pada tiap kontak ibu hamil, suami dan keluarganya
membutuhakan penyuluhan berulang kali mengenai kemungkinan timbul
komplikasi pada persalinan. Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilannnya lebih
sering. Ada masalah yang perlu diwaspadai sepuluh faktor risiko tujuh terlalu dan
tiga pernah meliputi :
1. Primi Muda
Primi Muda (ibu pertama hamil terlalu muda ≤16 tahun) masih banyak

terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan diluar kurun waktu reproduksi
sehat, terutama usia muda. Wanita berumur ≤16 tahun meningkatkan risiko bayi

prematur, perdarahan antepartum, dan perdarahan postpartum. Risiko terjadi
gangguan kesehatan lebih besar pada waktu usia muda. Pada usia remaja ini,
berisiko mengalami penyulit pada saat hamil dan melahirkan. Karena kurangnya
pengalaman serta informasi. Serta alat reproduksi belum matang seperti panggul
dan rahim masih kecil. Angka morbiditas dan mortalitas ibu hamil remaja 2-4 kali
lebih tinggi daripada ibu hamil berusia 20-35 tahun.

Universitas Sumatera Utara

24

2. Primi tua
Primi Tua (lama perkawinan ≥ 4 tahun), primi tua dibagi menjadi dua

bagian yaitu: primi tua lama perkawinan >4 tahun dan usia ibu hamil pertama ≥35

tahun. Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan
perkawinan biasa suami istri tinggal serumah, suami istri tidak sering keluar kota,
tidak memakai alat kontrasepsi (KB). Ibu yang hamil pertama pada usia ≥35 tahun
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandunagn menua. Dan bahaya yang
mungkin terjadi pada primi tua ini selama hamil dapat timbul masalah, misalnya
preeklamsi dan persalinan tidak lancar.
3. Primi Tua pada Umur Ibu ≥ 35 tahun
Pada usia primi tua ini ibu yang hamil pertama pada umur≥ 35 tahun.
Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan menua,
Jalan lahir juga tambah kaku dan ada kemungkinan lebih besar ibu hamil
mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang
akan terjadi pada ibu umur≥ 35 tahun akan mengalami hipertensi/ tekanan darah
tinggi, preeklamsi, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar/ macet, perdarahan
setelah bayi lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah/ < 2500 gr .
4. Anak Terkecil Umur < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun.
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu
masih menyusui dan selain itu pula anak tersebut masih butuh asuhan dan
perhatian oleh sang ibu atau orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu

Universitas Sumatera Utara

25

hamil yaitu perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi
prematur/ belum cukup bulan sebelum 37 minggu, bayi dengan berat badan lahir
rendah/ < 2500 gr.
5. Primi tua skunder
Primi Tua skunder (jarak kehamilan terlalu jauh
≥10 tahun), ibu hamil
dengan persalinan terakhir
≥10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan
persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Umur ibu
biasanya lebih bertambah tua. Bahaya yang dapat terjadi persalina tidak lancar,
perdarahan pasca persalinan. Penyakit ibu: hipertensi, diabetes sehingga dalam
persalinan untuk keselamatan ibu maupun janin dengan seksio sesarea.
6. Grande Multi
Ibu pernah hamil atau melahirkan lebih dari empat kali atau lebih. Karena
ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan ditemui keadaan kesehatan yang
terganggu; anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding perut tampak pada ibu
dengan perut yang menggantung, kekendoran dinding rahim. Bahaya yang
ditimbulkan pada grande multi ini antara lain kelainan letak, persalinan letak
lintang, robekan rahim pada kelainan letak lintang, persalinan lama, perdarahan
pasca persalinan.
7. Usia ibu terlalu tua (>35 tahun)
Pada usia ini organ kandungan menua, dimana pada usia tersebut terjadi
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.
Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh.Oleh karena
itu bagi ibu yang hamil di usia tua maka proses melahirkan pada umumnya

Universitas Sumatera Utara

26

dilakukan caesar. Bahaya yang dapat terjadi pada usia tersebut seperti tekanan
darah tinggi dan pre-eklamsi, ketuban pecah sebelum persalinan dimulai,
persalinan tidak lancar, perdarahan setelah bayi lahir.
8. Tinggi badan < 145 cm
Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang (terlalu pendek), tinggi badan
ibu mencerminkan ukuran pelvis, dimana berhubungan dengan distosia, ini
menunjukkan adanya penyulit dalam persalinan. Ibu dengan tinggi badan
≤ 145
cm meningkatkan risiko untuk mengalami penyulit dalam persalinan. Ada
kemungkinan panggul ibu sempit. Pada ibu hamil pertama sangat membutuhkan
perhatian khusus dan luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak
proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu panggul ibu
sebagai jalan lahir sempit dengan janin, panggul ukuran normal tetapi anaknya
besar/kepala besar. Pada kedua hal tersebut kemungkinan bayi tidak dapat lahir
melalui jalan lahir melainkan operasi saesar. Pada ibu hamil kedua, dengan
kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari
atau kurang. Bahaya yang terjadi Persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir.
9. Riwayat Obstetri Jelek (ROJ)
Riwayat Obstetri jelek yang terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan
kedua, dimanna kehamilan yang pertama mengalami keguguran, lahir belum
cukup bulan, lahir mati, lahir hidup lalu mati umur
≤ 7 hari. Kehamilan ketiga
atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran≥ 2 kali. Kehamilan
kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan. Bahaya yang
terjadi pada riwayat obtetri jelek ini kegagalan kehamilan dapat terjadi berulang

Universitas Sumatera Utara

27

dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum
waktunya keluar darah, perut kencang. Penyakit dari ibu yang menyebabkan
kegagalan kehamilan, misalnya kencing manis( Diabetes Mellitus), radang saluran
kencing.
10. Persalinan Yang lalu Dengan Tindakan
Persalinan yang dilakukan dengan dengan tindakan persalinan yang
ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per vaginam yaitu tindakan
dengan tarikan tang/cunam/forsep atau vakum. Bahaya yang terjadi robekan atau
perlukaan pada jalan lahir, perdarahan pasca persalinan. Uri manual yaitu
tindakan yang dilakukan pengeluaran uri/ari-ari/ plasenta dari rongga rahim
dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan apabila ditunggu setengah
jam uri tidak dapat keluar/ lahir sendiri, setelah bayi lahir serta uri belum lahir
terjadi perdarahan banyak >500 cc. Bahaya yang dapat terjadi yaitu radang
apabila tangan penolong tidak steril, perforasi (jari penolong menembus dinding
rahim), perdarahan. Ibu diberi infus/ transfusi pada persalinan lalu karena
persalinan lalu mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari
500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah.
Tindakan ini dilakukan untuk menyelamatkan ibu hamil, transfusi ini diberikan di
Rumah Sakit Rujukan.
11. Bekas Operasi Sesar
Ibu hamil, pada persalinan lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu
pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bekas luka pada
dinding rahim merupakan jaringan kaku, ada kemungkinan mudah robek pada

Universitas Sumatera Utara

28

kehamilan/ persalinan berikutnya yang disebut robekan rahim. Keadaan ini dapat
terjadi pada operasi Sesar klasik ( corporil), yaitu rahim dibuka pada badan
rahim, tetapi tidak pada bagian bawah dari rahim. Bahaya pada robekan rahim
yaitu kematian janin dan kematian ibu.
Ada Gawat Obstetrik/AGO yaitu Kelompok Faktor Risiko II ini
kebanyakan terjadi pada umur kehamilan enam bulan atau lebih. Tenaga non
kesehatan atau ibu PKK dapat menduga adanya faktor risiko misalnya ada dugaan
bayi kembar yang sukar ditentukan secara pasti. Untuk mendapat kepastian
dilakukan rujukan kehamilan ke Bidan/Puskesmas terdekat. Ada kemungkinan
membutuhkan pemeriksaan alat lebih canggih (USG) oleh dokter spesialis di
Rumah Sakit. Pada faktor risiko kelompok dua ini penyakit ibu hamil yang relatif
sering terjadi adalah anemia. Namun ada beberapa penyakit pada ibu hamil yang
tergolong pada faktor risiko kelompok dua yaitu :
Anemia, Ibu hamil dengan anemia memiliki risiko lebih besar melahirkan
bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), kematian saat persalinan, perdarahan
pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan
kesehatan. Gejala berupa pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, dan
pucat. Maka ibu perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan suplementasi zat
besi sebanyak 60 mg/hari.
Penyakit Jantung, Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung maka ibu
perlu ekstra hati-hati. Jangan sampai terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat
badan agar beban kerja jantung bisa berkurang. Pada pasien termasuk risiko
tinggi, tidak dianjurkan untuk hamil. Tetapi bila kehamilan telah terjadi,

Universitas Sumatera Utara

29

dianjurkan untuk melakukan terminasi. Namun terminasi juga memiliki risiko
mortalitas pada ibu, karena vasodilatasi pembuluh darah. Gejala yang ditimbulkan
cepat lelah, sakit kepala, pingsan, edema tungkai, sianosis, dan mengeluh
bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
Penyakit kencing manis (diabetes militus), Penyakit ini bisa muncul saat
hamil atau ibu memang penderita penyakit ini. Penyakit ini tidak dapat
menghasilkan

insulin

dalam

jumlah

cukup

atau

tubuh

kurang

bisa

memaksimalkan penggunaan insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
pankreas untuk mengubah glukosa menjadi energi. Karena itu, ibu harus
memerhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan
sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita ibu.
Penyakit Infeksi, Infeksi saluran kemih sering terjadi selama hamil,
kemungkinan karena uterus yang membesar memperlambat aliran air kemih
(menekan ureter). Jika aliran air kemih lambat, bakteri tidak bisa dibuang
sehingga dari saluran kemih sehingga menyebabkan meningkatnya kemungkinan
terjadinya infeksi. Infeksi yang terjadi meningkatkan risiko terjadinya persalinan
dini dan pecahnya ketuban sebelum waktunya. Adapun infeksi yang berbahaya
bagi

janin

yaitu

:

campak

jerman

(rubella),

infeksi

sitomegalovirus,

toksoplasmosis, hepatitis infesiosa.
Penyakit asma, Kehamilan bisa memprngaruhi penderita asma, sebaliknya
asma juga bisa mempengaruhi kehamilan, yaitu bisa menghambat pertumbuhan
janin atau memicu terjadinya persalinan prematur. Serangan asma yang ringan
diatasi dengan pembeian bronkodilator hidup (misalnya isoproterenol), yang akan

Universitas Sumatera Utara

30

memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru. Serangan asma yang
berat biasanya diatasi dengan infus aminofilin. Bronkodilator dan kortikosteroid
banyak digunakan oleh ibu hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.
Penyakit Malaria, Infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
ditemukan dalam darah. Gejalanya berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali. Malaria sering dijumpai pada kehamilan trimester I dan III
dibandingkan pada ibu yang tidak hamil. Komplikasi pada kehamilan karena
infeksi malaria adalah abortus, penyulit partus (anemia, hepatosplenomegali), bayi
lahir dengan berat badan rendah, gangguan fungsi ginjal, edema paru.
Penyakit TBC paru, Suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
bakteri mucobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru dan dapat
menyebabkan demam, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise, kurus kering.
Penderita harus istirahat yang cukup, serta pengobatan lebih intensif dan teratur.
Penderita dengan proses aktif, sebaiknya dirawat dirumah sakit dalam kamar
isolasi untuk mencegah penularan.
HIV/ AIDS (Human Immuno Deficiency Virus/ Aquired Immuno
Deficiency Syndrome). Penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual,
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, penularan dari ibu ke janin
melalui plasenta pada masa kehamilan , atau saat persalinan. Bahaya yang sering
terjadi pada ibu hamil mudah terkena infeksi.
Toksoplasmosis, Suatu penyakit yang disebabkan oleh Toksoplasmosis
gondii pada orang dewasa kadang; kadang tidak memberikan gejala klinik yang
spesifik. Maka diagnosis pada umumnya didapat melalui uji serologik(darah) rutin

Universitas Sumatera Utara

31

pada kehamilan muda, explorasi penyebab abortus yang berulang kali dan
kelainan congenital/ cacat bawaan. Penularan melalui makanan mentah atau
kurang masak, yang tercemar exkreta/kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya
yang terjadi infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, infeksi
pada

kehamilan

lanjut

dapat

menyebabkan

kelainan

kongenital,

hidrosepalus(kepala busung).
Preeklamsi ringan, kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan, disebut
dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda: edema, (pembengkakan)
terutama tampak pada tungkai, dapat pada muka. Tekanan darah tinggi, dalam air
seni terdapat zat putih telur. Bahaya yang dapat terjadi yaitu bila keracunan
kehamilan tidak mendapat perawatan atau pengobatan dari dokter puskesmas
rawat inap, akan menjadi lebih berat disebut preeklami berat dan kemudian timbul
serangan kejang-kejang seperti ayan disebut eklamsia. Bahaya bagi janin, pada
ibu dengan preeklamsi adalah memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan.
Hamil kembar (gemelli), kehamilan kembar cenderung mengalami partus
prematur, karena disebabkan oleh frekuensi hidroamnion kira-kira sepuluh kali
lebih besar dari kehamilan tunggal. Kehamilan kembar ini berisiko lebih tinggi
anemia sehingga disarankan bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan darah
secara berkala. Pada kehamilan minggu ke 20, minggu ke 24 dan minggu ke 28.
Ibu yang memiliki riwayat dengan kehamilan kembar yang kedua kalinya akan
memiliki risiko melahirkan dengan seksio sesarea dibandingkan dengan
kehamilan yang pertama kalinya dengan posisi letak belakang kepala.

Universitas Sumatera Utara

32

Hidramnion (kelebihan air ketuban), kondisi keadaan jumlah air ketuban
melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah 1-2 liter,
sedangkan kasus hidroamnion ini melebihi batas dari 2 liter yaitu atara 4-5 liter.
Ibu hamil yang mengalami hidroamnion ini akan mengalami sesak nafas karena
adanya tekanan pada diafragma.
Janin mati dalam rahim, keluhan –keluhan dari ibu hamil dengan janin
mati dalam rahim atau kandungan: tidak tersa gerakan anak, perut tersa mengecil,
payudara mengecil, bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam
rahim yaitu: janin mati terlalu lama dalam rahim menimbulkan gangguan pada
ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan pembekuan darah, disebabkan oleh zatzat berasal dari jaringan mati yang masuk kedalam darah ibu.
Hamil seorotinus (kehamilan lewat waktu), kehamilan yang melewati 294
hari atau 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan serotinus ini
biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan haid pertama hid
terakhir. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan
pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang
dengan

atau

tanpa pengapuran

(klasifikasi)

plasenta diketahui

dengan

pemeriksaan.
Kehamilan dengan kelainan letak
Letak Lintang, Sumbu panjang janin yang tegak lurus dengan sumbu
panjang tubuh ibu. Pada letak lintang, bahu berada diatas pintu panggul
sedangkan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong berada pada fosa
iliaka yaang lain. Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan

Universitas Sumatera Utara

33

dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi, janin prematur, plasenta previa,
uterus abnormal, cairan abnormal berlebih, panggul sempit. Letak lintang dan
letak sungsang merupakan indikasi seksio sesarea, untuk keselamatan ibu maupun
janin.
Letak sungsang, Janin letak memanjang dengan posisi kepala di fundus
uteri dengan presentasi bokong. Penyebabnya adalah prematuritas, multiparitas,
plasenta previa, gamelli, bentuk rahim tidak sempurna, usia ibu, riwayat
kehamilan bayi sungsang sebelumnya,volume air ketuban. Posisi sungsang masih
menjadi kondisi serius ibu hamil dan biasanya menimbulkan kekhawatiran dengan
proses persalinan. Meskipun sudah ada cara aman untuk melahirkan bayi secara
operasi sesarea, namun banyak ibu hamil yang merasa kecewa.
Ada Gawat Darurat Obstetrik/AGDO pada faktor risiko ini ibu hamil harus
segera dirujuk ke Rumah sakit sebelum kondisi ibu dan janin bertambah jelek.
Yang membutuhkan penanganan atau tindakan pada waktu itu juga dalam upaya
menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya yang terancam. Faktor Risiko pada
kelompok ini adalah:
1. Perdarahan Antepartum (perdarahan jalan lahir)
Plasenta Previa, Plasenta yang letaknya pada segmen bawah uterus
sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir pada usia kehamilan lebih
dari 20 minggu, dan janin dapat hidup diluar uterus. Pada keadaan normal,
plasenta terletak di bagian atas uterus. Plasenta previa terjadi pada trimester kedua
dan ke tiga kehamilan. Gejala berupa perdarahan pervagianam dan adanya gejala
persalinan prematur.

Universitas Sumatera Utara

34

Solusio Plasenta
Terlepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses
persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian, dan merupakan komplikasi
kehamilan yang serius namun jarang terjadi. Solusio plasenta ini terjai pada
trimester ketiga dan ini terjadi sebelum lahirnya janin. Ditandai dengan
perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, dan gerak janin berkurang.
Sebaiknya dilakukan penanganan pada rumah sakit.
2. Preeklamsia berat /eklamsia
Preeklamsia berat ini ditandai dengan tekanan darah >110 mmHg disertai
proteinuria dan atau disertai edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Eklamsia adalah kasus akut penderita preeklamsi yang disertai dengan adanya
kejang menyeluruh dan koma. Perawatan sebaiknya dirumah sakit diruang isolasi
pada kamar gelap, dan beri obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan indikasi dari persalinan tindakan seksio
sesarea, karena sangat berisiko untuk ibu yang harus mengejan, baik persalinan
normal ataupun tindakan pervaginam.
2.3.2. Cara Kriteria
Ada berbagai kriteria, tetapi dengan tujuan sama, yaitu mencoba
mengelompokkan kasus-kasus kehamilan risiko tinggi. Salah satunya adalah
kriteria yang ditetapkan oleh Puji Rochyati, dkk dalam Manuaba 2009). Menurut
Rochayati, Poedji , dkk kehamilan risiko tinggi meliputi : primipara muda usia
kurang dari 20 tahun, primipara tua usia lebih dari 35 tahun, primipara skunder
dengan usia anak terkecil lebih dari 4 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm,

Universitas Sumatera Utara

35

riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan prematur,
bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan: vakum, ekstra vorsep, seksio
sesarea. Preeklamsia/eklamsia, gravida serotinus, kehamilan dengan perdarahan
antepartum. Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.
Risiko adalah suatu ukuran statistik epidemiologik dari kemungkinan
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat-obstetrik yang tidak diinginkan pada masa
mendatang yaitu perkiraan,prediksi akan terjadinya komplikasi dalm persalinan
dengan dampak kematian atau kesakitan pada ibu/ bayi. Kelompok risiko
berdasarkan jumlah skor pada tiap kontak, ada 3 kelompok risiko yaitu:
1. Kehamilan Risiko Rendah/KRR jumlah skor 2 perawatan dilakukan
bidan tempat rujukan di polindes dengan kode warna hijau. Kehamilan Risiko
Rendah, kehamilan tanpa masalah/faktor resiko, fisiologis dan kemungkinan besar
diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. Ibu hamill dalam
kondisi kesehatan yang baik dan tidak memiliki faktor risiko yang digolongkan
dalam risiko sedang maupun risiko tinggi. Seperti ibu primipara tanpa komplikasi,
kepala masuk Pintu Atas Panggul (PAP) pada minggu ke 36.
2. Kehamilan Risiko Tinggi/KRT jumlah skor 6-10 perawatan dilakukan
bidan dokter dengan kode warna kuning faktor risiko tunggal dari kelompok
faktor risiko I, II, III dan dengan faktor risiko ganda 2 dari kelopmok faktor risiko
I dan II rujukan ke bidan PKM. Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih faktor
risiko tingkat tinggi, yang nantinya dapat dianggap mempengaruhi kondisi ibu
maupun janin, kemungkinan dapat terjadi penyulit pada saat persalinan. Seperti

Universitas Sumatera Utara

36

ibu hamil yang memiliki usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi
badan kurang dari 145 cm.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi/KRST jumlah skor
≥12 perawatan
dilakukan dokter rujukan ke rumah sakit dengan kode warna merah, ibu hamil
denagn faktor risiko ganda dua atau tiga dan lebih. Kehamilan Risiko Sangat
Tinggi, Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tingkat tinggi, yang
nantinya dapat dianggap mempengaruhi kondisi ibu maupun janin, dan
kemungkinan dapat mengancam keselamatan dan dapat menimbulkan komplikasi
pada saat hamil maupaun persalinan. Kehamilan risiko sangat tinggi ini dapat
menyebabkan :
Keguguran, dapat terjadi secara tidak sengaja. Misalnya karena terkejut,
cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
Kematian ibu dan janin ini dapat terjadi karena faktor kurangnya
pengetahuan serta lambatnya keluaga membawa ibu kepelayanan kesehatan akibat
dari kemiskinan, gizi buruk, kualitas asuhan antenatal yang buruk.
Persalinan prematur dengan berat badan rendah, rematuritas terjadi karena
kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu
proses kehamilan, berat badan lahir rendah juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya
gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20 tahun. Cacat bawaan
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

37

akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan(ANC) yang kurang,
keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga disebabkan
karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan
minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat
perutnya sendiri. Pengetahuan ibu akan gizi masih kurang, sehingga akan
berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah dan cacat bawaan.
Penyakit janin atau bayi neonatus, penyakit yang sering terjadi pada janin
atau bayi neonatus yaitu infeksi. Karena infeksi/sepsis mulai timbul dalam waktu
6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah
lahir. Biasanya penyebab sepsis ini adalah bakteri. Contoh: infeksi pada tali pusat
(omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.
2.4. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi menurut (Manuaba 2009) dapat dicegah dengan
pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi
atau komplikasi yang lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan
kematian ibu dan bayi. Pengawasan antenatal menyertai langkah-langkah dan
persiapan persalinan. Pengawasan antenatal sebaiknya dilakukan secara teratur
selama hamil, oleh (WHO 2010) dianjurkan pemeriksaan antenatal minimal 4 kali
dengan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III
(rumus 1-1, 2-1, 3-2). Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan
kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada

Universitas Sumatera Utara

38

semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil
paling sedikit dilakukan empat kali selama kehamilan; satu kali pada triwulan I
untuk mendeteksi adanya anemia, satu kali pada triwulan II untuk mendeteksi
adanya preeklamsia dan penyakit yang menyertai kehamilan, dua kali dalam
triwulan III untuk mendeteksi letak janin abnormal dan kehamilan ganda.
Pada ibu hamil perawatan yang diberikan secara berkala dan teratur
selama masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya barsama antara
petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga, dan masyarakat. Setiap kontak
pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga
tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan
dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk
biaya, transportasi telah mulai dilakukan jauh sebelum persalinan menuju
kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat
Waktu. Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah,
maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu,
yaitu : Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi, Mencegah
terlambat mengambil keputusan dalam keluarga, Mencegah terlambat memperoleh
transportasi dalam rujukan, Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat
darurat secara memadai. Disamping itu juga perlu untuk mengkonsumsi makanmakanan yang begizi yaitu memenuhi empat sehat lima sempurna.
2.5. Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi
Penatalaksanaan yang dapat diberikan menurut (Rochyati dalam Manuaba,
2009) yaitu pada primi muda yaitu dengan memberikan KIE agar memeriksakan

Universitas Sumatera Utara

39

kehamilan secara teratur, pengenalan dini adanya tanda dan perdarahan sebelum
bayi lahir, merujuk segera kebidan/Puskesmas bila ada perdarahan, membuat
perencanaan persalinan bersama ibu hamil, suami dan keluarga dengan tenaga
kesehatan. Jika ibu sudah mengalami kehamilan risiko tinggi maka lakukan
pemeriksaan tidak terbatas. Umur 35 tahun atau lebih dengan memberikan KIE
untuk memeriksakan kehamilan teratur, membantu menemukan sedini mungkin
adanya penyakit dari ibu maupun penyakit/ faktor risiko dari kehamilan,
Smembantu perencanaan melahirkan pada bidan Puskesmas, merujuk tepat waktu
ke Rumah sakit bila ada persalinan mecet. Tinggi badan 145 cm atau kurang
dengan memberi KIE agar memeriksakan secara teratur, membuat perencanaan
persalinan dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk melahirkan di Puskesmas
rawat inap atau Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara