Sejarah Rumah Sakit Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang (1905-2002).

(1)

SEJARAH RUMAH SAKIT PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG ( 1905 – 2002 )

Skripsi Sarjana

Dikerjakan O L E H

NAMA : OKKY ZULINDRA

N I M : 070706007

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

2

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

SEJARAH RUMAH SAKIT PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG (1905-2002)

Yang diajukan oleh: Nama : Okky Zulindra N i m : 070706007

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal:……….

NIP. 196409221989031001

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal:………

NIP. 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

SEJARAH RUMAH SAKIT PETUMBUKAN KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG (1905-2002)

Skripsi Sarjana Yang diajukan oleh: Nama : Okky Zulindra N i m : 070706007

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA

dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

4

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian Diterima oleh

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 19511013197603100

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. ……… (……….) 2. ……….... (……….) 3. ……… (……….) 4. ……… (……….) 5. ……… (……….)


(6)

6

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia tidak terhingga berupa bimbingan, kekuatan, petunjuk, pertolongan, maupun hidayah, dan taufik kepada hamba-Nya. Tak lupa shalawat teriring salam ditujukan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah mensyi’arkan Islam (rahmatan lil alamin) ditengah-tengah kehidupan kita. Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sejarah Rumah Sakit Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang (1905-2002)“, meskipun banyak hambatan, tantangan dan aral melintang yang datang silih berganti.

Tujuan penulis mengangkat topik ini untuk mengenang kembali perjalanan sejarah sebuah rumah sakit yang memiliki peranan bagi warga di daerah tersebut. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat, walaupun rumah sakit yang menjadi objek penelitian penulis telah hancur.

Penulis menyadari sepenuhnya, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan atau perbaikan di kemudian hari. Penulis menyadari betul bahwa “tak ada gading yang tak retak”. Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Medan, September 2011 Penulis


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sastra tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan, kerja sama, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis rasa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua Orangtua penulis, Papa tersayang Yan Suherman dan Mama tercinta Komarsih yang telah mendidik, membesarkan, merawat, mendo’akan, dan membimbing Ananda dari lahir sampai saat ini, walau jarak memisahkan selama lebih kurang 4 tahun dan sering juga Ananda bikin Papa-Mama sedih dan kecewa. Semoga dengan skripsi inilah Ananda dapat membalas seluruh curahan kasih sayang Papa dan Mama, walaupun mungkin tidak sebanding dengan pengorbanan yang kalian berikan.

2. Kedua Uwa saya, Drs. H. Wawan Setiawan dan Hj. Suraedah yang telah menjadi orangtua kedua saya sudah mendidik, mendo’akan, dan membimbing selama saya tinggal disini. Terima kasih banyak atas segalanya yang sudah diberikan, semoga Allah yang membalasnya. Amin.

3. Kakak sekaligus kembaranku: Aa Ekky Malindra, S.Hum (walau kita terpisahkan selama ini tapi loe selalu kasih semangat ke gue secara intens banget). Buat kakak sepupuku Tiara Larassati, S.Sos dan Azaria Robiana, A.Md (Teh, makasih yah udah bantuin dan dukung Okky selama penulisan skripsi ini.)

4. Buat semua Keluarga Besar (Alm.) Abah H. Sueb dan Umi Hj. Onih di Dramaga Tanjakan juga Keluarga Besar Apa Sumanta dan (Almh.) Abu Sopiyah di Paringga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang memberikan segala bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya.

6. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sejarah merangkap sebagai dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah begitu banyak memberikan nasihat, bantuan, dorongan, semangat, motivasi, masukan dan telah


(8)

8

meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis serta pelajaran yang berharga bagi penulis selama dalam perkuliahan. Tak lupa saya juga ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada Ibu Suryati Tarigan beserta keluarga yang telah menjadi teman curhat bagi penulis. Budi baik serta ketulusan yang Bapak, Ibu beserta keluarga berikan akan selalu penulis ingat. Hanya Allah yang dapat membalasnya. Amin.

7. Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si selaku Sekretaris Departemen Sejarah yang telah memberikan support, memberi pelajaran selama masa perkuliahan.

8. Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah memberikan perhatian dan didikan selama menjadi anak bimbingan Bapak. 9. Bapak OK. Dirhamsyah Tousa, Bapak Zakaria Bono, dan Bapak Kanaya selaku

informan kunci yang telah banyak memberikan bantuan dan informasi yang bermanfaat kepada penulis selama penelitian ini berlangsung.

10.Bapak Edy Suhardi, Bapak Syamsir, Bapak Sri M. Yusuf, Ibu Ngatiah dan seluruh pegawai di Poliklinik PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang, Galang yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

11.Bapak OK. Ravii, Ibu Zainab Sembiring, Om Dedi (JIP) yang telah memberikan bantuan dan informasi kepada penulis.

12.Om Asrul Koto, BL.Arch. dan pegawai di Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara 3 Medan yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis. 13.Seluruh Dosen/ Staf Pengajar di Departemen Sejarah yang pernah memberikan

ilmunya kepada penulis: Bapak Drs. J. Fachruddin Daulay; Bapak Drs. Bebas Surbakti; Bapak Drs. Timbun Ritonga; Ibu Dra. S.P Dewi Murni, M.A; Ibu Dra. Farida Hanum Ritonga, M.SP; Ibu Dra. Haswita, M.SP; Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U; Bapak Drs. Samsul Tarigan; Bapak Drs. Sentosa Tarigan M.SP; Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M.S; Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si; Ibu Dra. Nurhamidah, Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si, Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum, Ibu Dra. Ratna, M.S; Ibu Dra. Nina Karina, M.SP, dan (Alm.) Bapak Drs. Indera, M.Hum. Juga kepada Staf Administrasi Departemen Sejarah (Bang Amperawira) yang telah banyak membantu penulis.


(9)

14.Rekan-rekan seperjuangan di Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU Angkatan 2007 yaitu Sukma Iwan, Andika Harsa Wardhana, Siti, Fasrah Aka Sihaloho, Sulistya Fitriani Panggabean, Astina Situmorang, dan lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Juga untuk alumni 2005 yaitu Bang Rasyid, Bang Handoko, Bang Edi, Kak Dina, Kak Nopi, Kak Nanda, Bang Firman, dan semua juniorku juga di Ilmu Sejarah.

15.Remaja Masjid Baiturrahman di Perumahan Taman Johor Indah Permai I, Gedung Johor, Medan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan semangat kepada penulis.

Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat seluruhnya disebutkan dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan terima kasih.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.


(10)

10

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

UCAPAN TERIMA KASIH………. ii

DAFTAR ISI……….. v

ABSTRAK……….. viii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 5

1.4 Tinjauan Pustaka……….. 6

1.5 Metode Penelitian………. 9

BAB II DARI SERDANG DOCTOR FONDS HOSPITAAL SAMPAI GABUNGAN RUMAH SAKIT PETUMBUKAN (1905-1980) 2.1Letak………. 13

2.2 Awal Berdiri……….. 15

2.3 Periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal (1913-1950)………. 19

2.3.1 Sarana dan Prasarana yang dibangun pada masa Serdang Doctor Fonds- Hospitaal……...……… 19

2.3.2 Struktur Organisasi Serdang Doctor Fonds Hospitaal………. 21


(11)

2.3.4 Pasien-pasien dan Bentuk Pelayanan……… 24 2.4 Periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan (1950-1980)………. 26 2.4.1 Sarana dan Prasarana yang dibangun pada saat Periode Gabungan-

Rumah Sakit Petumbukan…...………. 26 2.4.2 Pembaruan Perjanjian antara ahli waris OK. Tousa dengan Gabungan-

Rumah Sakit Petumbukan……… 28 2.4.3 Perkebunan yang menjadi anggota Gabungan Rumah Sakit Petumbukan 30 2.4.4 Struktur Organisasi Gabungan Rumah Sakit Petumbukan……… 32

BAB III RUMAH SAKIT PETUMBUKAN PADA MASA PT. PERKEBUNAN V (1980-1996)

3.1 Surat Keputusan Menteri Pertanian No.22/Kpts/Um/1/1980 tentang

Pengalihan Status Rumah Sakit Perkebunan menjadi Rumah Sakit PNP/PTP 36 3.2 Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V No. 05.7/Kpts/5/1980 tentang

Pengalihan Rumah Sakit Gabungan Petumbukan menjadi Rumah Sakit

Perkebunan PT. Perkebunan V………. 38 3.3 Peralihan dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke Rumah Sakit

PT. Perkebunan V………….…..………. 40 3.4 Reaksi Ahli Waris OK. Tousa terhadap Surat Keputusan Menteri

Pertanian No.22/Kpts/Um/1/1980 dan Surat Keputusan Direksi PT.

Perkebunan V No 05.7/Kpts/5/1980………. 45 3.5 Uraian Tugas Manajemen Rumah Sakit PT. Perkebunan V………. 49 3.6 Pembangunan Sarana dan Prasarana selama Periode PT. Perkebunan V……. 54


(12)

12

BAB IV RUMAH SAKIT PETUMBUKAN PADA MASA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 3 (1996-2002)

4.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tanggal 14 Februari 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3 56 4.2 Akibat dibentuknya PT. Perkebunan Nusantara 3 terhadap Manajemen

Rumah Sakit Petumbukan……….. 58 4.3 Sarana dan Prasarana yang dibangun saat periode PT. Perkebunan

Nusantara 3………. 60

4.4 Sengketa Lahan antara PT. Perkebunan Nusantara 3 dengan ahli waris OK. Tousa dan Putusan Mahkamah Agung………... 61 4.5 Eksekusi dan Akibat Penutupan Rumah Sakit Petumbukan……… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan………... 69 Saran……… 70

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Sejarah Rumah Sakit Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang (1905-2002)”. Penelitian ini bersifat deskriptif-naratif menceritakan secara apa adanya sesuai informasi yang diperoleh penulis. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah pertama, menjelaskan sejarah dan awal berdirinya Rumah Sakit Petumbukan mulai dari periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal sampai Gabungan Rumah Sakit Petumbukan (1905-1980), kedua menjelaskan perkembangan Rumah Sakit Petumbukan saat periode PT. Perkebunan V (1980-1996), dan terakhir menceritakan Rumah Sakit Petumbukan selama periode PT. Perkebunan Nusantara 3 (1996-2002) hingga ditutupnya rumah sakit ini di tahun 2002. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan data), Kritik sumber baik itu kritik ekstern maupun kritik intern, interpretasi (menyimpulkan kesaksian/data yang dipercaya dari bahan yang ada), dan yang terakhir adalah historiografi (penulisan dan pengkisahan sejarah).

Rumah Sakit Petumbukan memiliki beberapa hal yang menarik untuk diteliti, mulai dari sengketa kepemilikan lahan dengan ahli waris OK. Tousa yang berujung pada ditutupnya rumah sakit ini di tahun 2002. Ada juga Surat Keputusan Menteri Pertanian yang mengalihkan beberapa Rumah Sakit Gabungan Perkebunan kepada PT. Perkebunan. Kemudian ada pula Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 yang melebur PT. Perkebunan III, IV, dan V menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3.

Demikianlah penulis mencoba menggambarkan Rumah Sakit Petumbukan pada tahun 1905-2002. Penulis merasa yakin bahwa Rumah Sakit Petumbukan merupakan sesuatu yang berharga dan memiliki peranan penting dalam bidang pelayanan medis di Sumatera Utara. Walaupun kini telah hancur bangunannya, namun Rumah Sakit Petumbukan tetap dikenang oleh mereka yang memiliki ikatan emosional dengan rumah sakit ini.


(14)

14 DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1: Pasien yang dirawat sampai 20 Februari 1980 32 Tabel 2: Bangunan Rumah Sakit Petumbukan beserta ikutannya 64-66 Tabel 3: Bangunan Pendukung di Rumah Sakit Petumbukan 66-67


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Situasi Rumah Sakit Petumbukan (dengan keterangan) 2. Peta Situasi Rumah Sakit Petumbukan (peta buta)

3. Denah Jarak Medan – Galang 4. Verkaufs Vertrag

5. Lampiran 20.III.13 (20 Maret 1913)

6. Surat Perjanjian Ahli Waris OK. Tousa dengan Gabungan Rumah Sakit Petumbukan

7. Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No.22/Kpts/Um/1/1980 8. Naskah Serah Terima Februari 1980

9. Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V No. 05.7/Kpts/5/1980 dan Lampiran 10.Surat Keterangan Kantor Agraria mengenai Pengukuran Tanah ahli waris OK.

Tousa

11.Surat Perintah Kerja No. 68 dan 73

12.Surat Keterangan Kepala Desa Pisang Pala

13.Daftar Lampiran Keluarga, Ahli Waris, dan Keturunan OK. Tousa 14.Surat Keterangan Penelitian dari Desa Kelapa Satu

15.Surat Kuasa OK. Syahrun kepada OK. Hidayatullah 16.Foto-foto Rumah Sakit Petumbukan


(16)

13 ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Sejarah Rumah Sakit Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang (1905-2002)”. Penelitian ini bersifat deskriptif-naratif menceritakan secara apa adanya sesuai informasi yang diperoleh penulis. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah pertama, menjelaskan sejarah dan awal berdirinya Rumah Sakit Petumbukan mulai dari periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal sampai Gabungan Rumah Sakit Petumbukan (1905-1980), kedua menjelaskan perkembangan Rumah Sakit Petumbukan saat periode PT. Perkebunan V (1980-1996), dan terakhir menceritakan Rumah Sakit Petumbukan selama periode PT. Perkebunan Nusantara 3 (1996-2002) hingga ditutupnya rumah sakit ini di tahun 2002. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan data), Kritik sumber baik itu kritik ekstern maupun kritik intern, interpretasi (menyimpulkan kesaksian/data yang dipercaya dari bahan yang ada), dan yang terakhir adalah historiografi (penulisan dan pengkisahan sejarah).

Rumah Sakit Petumbukan memiliki beberapa hal yang menarik untuk diteliti, mulai dari sengketa kepemilikan lahan dengan ahli waris OK. Tousa yang berujung pada ditutupnya rumah sakit ini di tahun 2002. Ada juga Surat Keputusan Menteri Pertanian yang mengalihkan beberapa Rumah Sakit Gabungan Perkebunan kepada PT. Perkebunan. Kemudian ada pula Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 yang melebur PT. Perkebunan III, IV, dan V menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3.

Demikianlah penulis mencoba menggambarkan Rumah Sakit Petumbukan pada tahun 1905-2002. Penulis merasa yakin bahwa Rumah Sakit Petumbukan merupakan sesuatu yang berharga dan memiliki peranan penting dalam bidang pelayanan medis di Sumatera Utara. Walaupun kini telah hancur bangunannya, namun Rumah Sakit Petumbukan tetap dikenang oleh mereka yang memiliki ikatan emosional dengan rumah sakit ini.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan membuka perkebunan tembakau.1 Saat itu terjadi pembukaan kebun-kebun besar di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet, kelapa sawit, kopi, dan lain sebagainya di wilayah ini. Mulai saat itulah babak baru dalam sejarah di Sumatera Utara berawal, dan kini menjadi ciri khas tersendiri bagi daerah ini yang memiliki catatan panjang dalam sejarah perkebunan nasional.

Buruh perkebunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan kuli merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari perkebunan.2 Dengan adanya kuli, maka produktivitas kerja di perkebunan pun terlaksana. Setiap perkebunan harus memperhatikan kondisi kesehatan dan tempat tinggal para kuli. Hal tersebut sudah merupakan kewajiban bagi perkebunan (onderneming)3 dan hak bagi para kuli untuk mendapatkannya.4 Hal ini tentu saja harus dilakukan demi kepentingan perkebunan itu sendiri agar kegiatan produksi di perkebunan itu tidak terganggu.

Untuk mengatasi problem kesehatan para kuli, ada beberapa perkebunan yang menyediakan mantri-mantri. Namun, jumlah mantri yang ada tidak sebanding dengan

1 Karl. J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria 1863-1947. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985, hlm. 51-52.

2 Mohammad Said, Suatu Zaman Gelap di Deli: Koeli Kontrak Tempo Doeloe dengan Derita dan Kemarahannya. Medan: Harian Waspada, 1990, hlm. 49-51.

3 Onderneming adalah perkebunan yang diusahakan secara besar-besaran dengan alat yang canggih.


(18)

17

jumlah kuli yang mencapai ribuan. Pihak pengambil keputusan di perkebunan pun akhirnya berembuk dan mencari solusi lain untuk mengatasi masalah kesehatan para pekerjanya. Solusi tersebut antara lain dengan membangun fasilitas penunjang kesehatan yang antara lain berupa klinik, pusat kesehatan untuk kuli atau bisa disamakan dengan puskesmas, ataupun rumah sakit.5

Untuk membangun fasilitas penunjang kesehatan seperti yang telah disebutkan di atas tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu alasan untuk efektifitas dan efisiensi dalam pembangunan fasilitas kesehatan di daerah yang relatif berdekatan jaraknya menjadi pertimbangan. Berkaitan dengan itu, beberapa onderneming di Deli Serdang misalnya, pada tahun 1905 mendirikan sebuah yayasan bernama Serdang Doctor Fonds atau Yayasan Dokter Serdang. Yayasan ini bersifat sosial dan tugas utamanya adalah untuk menjamin kesehatan para kuli yang sedang sakit yang berasal dari perkebunan anggota yayasan ini. Yayasan ini juga merupakan pendiri Rumah Sakit Petumbukan.

Yayasan Dokter Serdang beranggotakan beberapa perkebunan besar yang jaraknya relatif dekat satu dengan lainnya. Perkebunan yang menjadi anggota yayasan ini antara lain Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam (R.C.M.A) yang kini menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang, Harrison & Crossfiled (sekarang PT. PP London Sumatra), SIPEF, Perkebunan Tanjung Purba (PT. Serdang Tengah) dan beberapa perkebunan lainnya. Jika dilihat dari letak geografisnya, Rumah Sakit Petumbukan berada di tengah-tengah perkebunan yang mengelilinginya. Rumah Sakit Petumbukan berdasarkan jenisnya merupakan rumah sakit perkebunan.

4 T. Keizerina Devi, Poenale Sanctie: Studi tentang Globalisasi Ekonomi dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur (1870-1950), Medan: USU Press, 2004, hlm. 126-130.


(19)

Rumah Sakit Petumbukan mulai didirikan sejak tahun 1905 dan mulai beroperasi penuh pada tahun 1913.6 Rumah sakit ini terbilang cukup panjang usianya, sudah ada sedari 1905 sampai 2002. Di tahun 2002 rumah sakit ini ditutup karena adanya sengketa kepemilikan lahan dengan ahli waris OK. Tousa. Sungguh sangat disayangkan rumah sakit yang berusia lebih kurang 97 tahun, atau hampir satu abad ini, harus ditutup dan kemudian dihancurkan. Kini sudah tidak ada lagi bangunan rumah sakit beserta ikutannya. Yang ada hanyalah puing-puing reruntuhan yang telah rata dengan tanah. Saat ini, yang tersisa hanya Sanggar Kegiatan Belajar, terdapat dua ruangan belajar yang digunakan untuk Kejar Paket B dan C.7

Sengketa lahan berawal dari perjanjian jual beli antara OK. Tousa dengan Serdang Doctor Fonds pada 20 Maret 1913, dengan imbalan berupa pengobatan dan perawatan secara cuma-cuma bagi OK. Tousa, keluarga, dan ahli warisnya. Pada masa orang-orang Eropa yang bertugas di rumah sakit ini kompensasi tersebut dijalankan terus, namun ketika beralih pada orang-orang pribumi perjanjian tersebut dianggap tidak ada. Pihak ahli waris OK. Tousa pun melakukan protes dan berupaya membuat perjanjian baru pada 8 Maret 1965, dengan pihak Gabungan Rumah Sakit Petumbukan.

Situasi menjadi semakin memburuk ketika adanya Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor tahun 1980 yang menginstruksikan agar Rumah Sakit Gabungan Perkebunan dialihkan kepada PT. Perkebunan. Dalam hal ini Gabungan Rumah Sakit Petumbukan dialihkan ke PT. Perkebunan V. Hal ini berlangsung terus cukup panjang

5 Wawancara dengan Kanaya, Pisang Pala, 15 Oktober 2010.

6 Kiki Nazira, Kemajemukan Hukum dalam Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Adat pada Orang Melayu, Skripsi, Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, 2006, hlm. 65.

7 Arsip milik OK. Dirhamsyah Tousa: Surat Permohonan No. 319/II.05.3/TU/2005 tentang Izin Pemakaian Lokasi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Deli Serdang kepada ahli waris OK. Tousa.


(20)

19

hingga Rumah Sakit Petumbukan di masa PT. Perkebunan Nusantara 3. Akhirnya, dengan melalui proses yang panjang dan rumit di pengadilan, pihak PT. Perkebunan Nusantara 3 Kantor Sungei Karang harus rela menyerahkan kembali tanah pertapakan Rumah Sakit Petumbukan beserta bangunan-bangunan ikutannya kepada pihak ahli waris keluarga OK. Tousa sebagai pemilik lahan.

Penelitian ini membicarakan tentang riwayat atau Sejarah Rumah Sakit Petumbukan sejak berdiri di tahun 1905 hingga ditutup di tahun 2002. Atas dasar itu, maka penelitian ini diberi judul “Sejarah Rumah Sakit Petumbukan Kecamatan

Galang Kabupaten Deli Serdang (1905-2002)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam melakukan suatu penelitian maka yang menjadi landasan dari penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan kalimat-kalimat pertanyaan berikut:

1. Bagaimana kondisi Rumah Sakit Petumbukan saat awal berdiri semasa Serdang Doctor Fonds Hospitaal sampai Gabungan Rumah Sakit Petumbukan (1905-1980)?

2. Bagaimana perkembangan Rumah Sakit Petumbukan selama periode PT. Perkebunan V (1980-1996) dan pengaruh terhadap karyawan, masyarakat sekitar? 3. Bagaimana perkembangan Rumah Sakit Petumbukan selama periode PT.

Perkebunan Nusantara 3 (1996-2002) dan alasan yang paling signifikan ditutupnya Rumah Sakit Petumbukan?


(21)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting bukan hanya bagi penulis tetapi juga bagi masyarakat umum. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sejarah dan latar belakang berdirinya Rumah Sakit Petumbukan selama periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal sampai Gabungan Rumah Sakit Petumbukan (1905-1980).

2. Menguraikan perkembangan Rumah Sakit Petumbukan selama periode PT. Perkebunan V (1980-1996).

3. Memaparkan kondisi Rumah Sakit Petumbukan selama periode PT. Perkebunan Nusantara 3 (1996-2002) yang berujung pada ditutupnya rumah sakit ini di tahun 2002.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Agar Sejarah Rumah Sakit Petumbukan ini tidak hilang begitu saja karena peranannya yang cukup besar dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang ada di daerah Petumbukan dan sekitarnya.

2. Mudah-mudahan dengan adanya penelitian yang bersifat deskriptif-naratif tentang Sejarah Rumah Sakit Petumbukan ini dapat menjadi pemicu penelitian-penelitian berikutnya mengenai berbagai hal tentang rumah sakit ini. Juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.


(22)

21

Meskipun Rumah Sakit Petumbukan cukup dikenal, tetapi penelitian mengenai Rumah Sakit Petumbukan ini masih terbilang belum banyak dilakukan. Bahkan, itu pun hanya menyinggung sedikit saja tentang rumah sakit ini. Dari penelitian pustaka yang dilakukan, penulis hanya menemukan satu di antaranya, yakni yang dilakukan oleh Kiki Nazira berupa penelitian skripsi yang berjudul “Kemajemukan Hukum dalam Proses

Penyelesaian Sengketa Tanah Adat pada Orang Melayu”. Skripsi ini membahas

tentang berbagai hal di sekitar masalah agraria, khususnya tentang penyelesaian sengketa tanah adat pada orang-orang Melayu.8 Berkaitan dengan Rumah Sakit Petumbukan, ia menunjukkan betapa rumitnya penyelesaian atas sengketa lahan antara pihak ahli waris keluarga OK. Tousa dengan pihak Rumah Sakit PT. Perkebunan Nusantara 3 Sungei Karang.9 Mengenai sejarah rumah sakit ini, meskipun ada sedikit dibahas, tetapi tidak dibicarakan secara spesifik. Meskipun demikian, skripsi ini cukup banyak memberi informasi yang bermanfaat bagi penulis, khususnya tentang penyelesaian konflik yang telah dimenangkan oleh pihak ahli waris, sekaligus sebagai penyebab ditutupnya rumah sakit ini di tahun 2002.

Selain itu, dalam penelitian ini penulis juga memerlukan berbagai literatur berupa buku-buku yang berkaitan dengan objek yang akan dikaji yang dapat membantu pemahaman serta kelancaran penulis dalam melaksanakan penelitian ini. T. Keizerina Devi dalam bukunya yang berjudul “Poenale Sanctie: Studi tentang Globalisasi

Ekonomi dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur (1870-1950)” menjelaskan bahwa

beberapa hak kuli-kuli kontrak (buruh perkebunan) yang harus dipenuhi oleh perusahaan perkebunan (onderneming) adalah fasilitas perumahan dan kesehatan. Kuli-kuli tersebut

8 Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu atas Tanah di Sumatera Timur (tahun 1800-1975), Bandung: Penerbit Alumni, 1976.


(23)

ditempatkan di rumah-rumah berbentuk bangsal atau barak panjang yang disebut tanksi. Setiap tanksi menampung sebanyak 1.000 orang kuli, sehingga mereka harus berdesakan penuh sesak. Hal ini ditambah lagi dengan kondisi tempat tinggal yang kotor, jorok, dan pengap kurangnya cahaya penerangan dan ventilasi udara yang buruk. Dan akhirnya mengakibatkan banyak kuli yang tiba-tiba terkena wabah penyakit. Dr. Baerman, seorang dokter dari Rumah Sakit Petumbukan menguraikan bagaimana penyakit-penyakit seperti: cacingan, malaria, kolera, typus, dan pes tidak bisa diatasi di Rumah Sakit Petumbukan.10 Di samping itu, buku ini juga menceritakan tentang perkembangan perkebunan swasta asing di Sumatera Timur dan timbulnya masalah tenaga kerja, penerapan sanksi bagi para kuli perkebunan sampai pada usaha penghapusan siksaan atau hukuman itu bagi para buruh perkebunan karena banyak pihak yang peduli kepada nasib para kuli ini. Buku ini sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian mengenai kondisi kesehatan para buruh perkebunan hingga dibangun rumah-rumah sakit di beberapa perkebunan (onderneming) dan tentu saja salah satunya adalah Rumah Sakit Petumbukan yang menjadi objek penelitian penulis.

Dalam buku yang berjudul “Manajemen Administrasi Rumah Sakit” karangan Tjandra Yoga Aditama, dijelaskan bahwa Rumah Sakit adalah tempat dirawatnya orang-orang yang sedang tidak sehat secara fisik maupun mentalnya. Di buku itu juga dipaparkan tentang bagaimana tata cara mengelola rumah sakit, sistem administrasi, struktur organisasi dan manajemen dalam rumah sakit seperti apa, sehingga sedikit

9 Kiki Nazira, Op. cit.. hlm. 24-26.

10 T. Keizerina Devi, Poenale Sanctie: Studi Tentang Globalisasi Ekonomi dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur (1870-1950), Medan: USU Press, 2004, hlm. 126-130.


(24)

23

banyak memberikan gambaran umum bagi penulis mengenai Manajemen Administrasi Rumah Sakit.11

Adapun buku yang berjudul “Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, dan Pasien” karangan dr. H. Dalmy Iskandar menjelaskan tentang definisi rumah sakit beserta jenis-jenisnya, hukum rumah sakit, tanggung jawab rumah sakit. Lalu dibahas juga mengenai tenaga kesehatan yang meliputi dokter, dokter gigi, dokter spesialis, apoteker, bidan, dan lain sebagainya. Selain itu juga ada pembahasan mengenai pasien, mulai dari definisi pasien, hak dan kewajiban pasien, dan lain-lain. Buku ini cukup membantu penulis dalam melakukan penelitian yang dilakukan. Penulis jadi mengetahui seluk beluk rumah sakit, tenaga kesehatan, pasien, maupun hukum dan tanggung jawab perdata di rumah sakit.12

Selain itu, buku yang berjudul “Menuju Kesehatan Madani” karangan Rosalia Sciortino menjelaskan tentang pelayanan pengobatan di rumah-rumah sakit di Hindia Belanda dulu. Saat itu pengobatan menjadi tanggung jawab tukang-tukang bedah, karena Kompeni tidak memiliki banyak tenaga medis: dokter dan perawat yang terdidik secara akademis. Jumlah dokter yang dipekerjakan oleh Belanda sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan tukang-tukang bedah. Dalam buku ini juga dipaparkan mengenai peranan perawat, puskesmas yang ada di Hindia Belanda saat itu. Dari buku ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi rumah sakit di zaman penjajahan kolonial Belanda dulu yang dibutuhkan oleh penulis.13

Keempat buku di atas cukup berguna bagi penulis dalam melakukan penelitian ini. Penulis jadi mengetahui gambaran umum mengenai rumah sakit, seluk beluk,

11

Tjandra Yoga Aditama, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Jakarta: UI Press, 2003, hlm. 5. 12 Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, dan Pasien, Jakarta: Sinar Grafika, 1998, hlm. 24-27.


(25)

jenisnya, dan bagaimana sistem manajemen dan struktur organisasinya. Ada di antaranya yang membahas tentang kondisi perkebunan di Sumatera Timur, yang menuntut setiap perkebunan (onderneming) agar memperhatikan kondisi kesehatan para buruh dan juga menyediakan pelayanan kesehatan bagi buruhnya agar produktivitas di perkebunan itu tidak terganggu. Ada juga yang membahas tentang poenale sanctie yang sangat menyiksa, pun ada uraian mengenai kondisi pengobatan di zaman kolonial Belanda dahulu ketika rumah sakit belum didirikan. Selain itu keempat buku di atas juga dapat mendukung proses penelitian yang dilakukan oleh penulis karena memberikan informasi yang relevan serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai objek yang diteliti, yaitu sejarah kesehatan dan lebih spesifiknya adalah kajian mengenai sejarah rumah sakit.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.14 Langkah pertama yang dilakukan adalah heuristik, yaitu pengumpulan sumber-sumber yang sesuai dan mendukung objek yang diteliti. Proses yang digunakan dalam hal ini adalah dengan melakukan library research (penelitian kepustakaan/ studi literatur) yaitu mengumpulkan sejumlah sumber tertulis baik itu yang primer maupun sekunder, bentuknya dapat berupa arsip, laporan, majalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan objek yang dikaji.15 Sumber-sumber tertulis berupa arsip, dokumen, laporan mengenai Sejarah Rumah Sakit Petumbukan ini sangat sulit didapat. Penulis telah mencari sumber tertulis ke Kantor

14 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1971, hlm.18.


(26)

25

Direksi PT. Perkebunan Nusantara 3 Medan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Deli Serdang, Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara satu pun tak membuahkan hasil. Instansi-instansi di atas berargumen banyak arsip yang sudah dimusnahkan. Beruntung sekali penulis mendapatkan beberapa arsip penting mengenai Sejarah Rumah Sakit Petumbukan yang merupakan koleksi pribadi (Alm.) H. Sabar, mantan Kepala Perawat di Rumah Sakit Petumbukan. Sebagai Kepala Perawat, (Alm.) H. Sabar menguasai bidang keperawatan dan ia juga mengetahui banyak tentang administrasi/ pembukuan di rumah sakit ini. Dikarenakan minatnya dalam mengoleksi dokumen-dokumen penting, sehingga arsip mengenai Rumah Sakit Petumbukan ini menjadi sangat penting dan banyak memberikan informasi bagi penulis dalam melakukan penelitian ini.

Selain itu penulis juga memperoleh arsip-arsip mengenai sengketa tanah yang didapatkan dari OK. Dirhamsyah Tousa dan OK. Ravii. Buku-buku yang menjadi acuan dalam penelitian ini, penulis dapatkan dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, dan beberapa merupakan buku koleksi pribadi penulis. Melalui studi kepustakaan telah diperoleh data-data yang berkaitan dengan permasalahan serta merupakan acuan yang bersifat teoritis berupa sumber yang dapat mendukung dan memiliki relevansi dengan penelitian.

Selain itu juga dilakukan field research (penelitian lapangan) yang digunakan untuk mendapatkan sumber-sumber lisan melalui teknik wawancara. Field research dilakukan dengan menggunakan wawancara yang tidak berstruktur dan bersifat terbuka. Penulis melakukan wawancara melalui beberapa informan yang penulis anggap dapat memberikan keterangan dalam penelitian ini sebagai informasi tambahan. Dalam melakukan wawancara, penulis memilih informan yang mengetahui tentang masalah 15 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bentang Pustaka, 1995, hlm. 35.


(27)

yang dibahas, yaitu pihak ahli waris keluarga OK. Tousa, mantan pejabat dan pegawai PT. Perkebunan Nusantara 3 Cabang Sungei Karang dan Kantor Direksi Medan, yang pernah menjabat atau terlibat dengan rumah sakit ini, mereka yang pernah bertugas di rumah sakit ini, warga sekitar, serta mereka yang pernah menjadi pasien di Rumah Sakit Petumbukan ini.

Langkah kedua yang dilakukan adalah dengan verifikasi yakni kritik sumber. Kritik yang dilakukan yaitu kritik intern dan juga ekstern. Kritik intern diperlukan guna menilai kelayakan data sedangkan kritik ekstern digunakan untuk menentukan keabsahan data. Data yang sudah diverifikasi dapat diklasifikasikan sebagai fakta.

Tahapan selanjutnya adalah interpretasi. Dalam tahapan ini, fakta-fakta yang sudah diverifikasi, diinterpretasi agar terjadi jalinan antar-fakta. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapat fakta sejarah yang bersifat objektif. Dengan kata lain, tahapan ini dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data-data informasi yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada.

Tahapan terakhir adalah historiografi, yakni penulisan yang disusun berdasarkan interpretasi fakta-fakta yang ditemukan menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik dan berarti, secara kronologis dan rasional. Penulisan kembali sejarah agar membuat orang tertarik untuk membaca dan menjadi sarana rekreatif.


(28)

27

BAB II

DARI SERDANG DOCTOR FONDS HOSPITAAL PETOEMBOEKAN SAMPAI GABUNGAN RUMAH SAKIT PETUMBUKAN (1905 – 1980)

Rumah Sakit PT. Perkebunan Nusantara 3 Petumbukan Sungei Karang Galang pernah beberapa kali berganti nama. Awalnya rumah sakit ini bernama Serdang Doctor Fonds Hospitaal Petoemboekan, kemudian berganti nama menjadi Gabungan Rumah Sakit Petumbukan. Setelahnya ia berganti nama menjadi Rumah Sakit PN. Perkebunan V, lalu berganti lagi menjadi Rumah Sakit PT. Perkebunan V, dan akhirnya menjadi Rumah Sakit PT. Perkebunan Nusantara 3 sampai ditutupnya rumah sakit ini pada tahun 2002. Masyarakat sendiri lebih sering menyebutnya Rumah Sakit Petumbukan. Oleh sebab itu, karena rumah sakit ini pernah beberapa kali berganti nama dan masyarakat sekitar pun lebih sering menyebutnya dengan Rumah Sakit Petumbukan, maka dalam penelitian skripsi ini juga digunakan nama Rumah Sakit Petumbukan. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana kondisi rumah sakit ini pada masa-masa awal berdirinya, dan adanya perjanjian jual beli antara OK. Tousa dengan Serdang Doctor Fonds. Selain itu juga akan diceritakan mengenai periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal Petoemboekan (1913-1950) yang pembahasannya meliputi: sarana dan prasarana yang dibangun, struktur


(29)

organisasi, tenaga medis, pasien-pasien dan bentuk pelayanan. Terakhir akan diuraikan tentang periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan (1950-1980) yang antara lain akan membahas sarana dan prasarana yang dibangun, perjanjian baru ahli waris OK. Tousa dengan Gabungan Rumah Sakit Petumbukan, perkebunan yang menjadi anggota Gabungan Rumah Sakit Petumbukan, struktur organisasi, dan perkembangan tata usaha dan pembukuan saat periode ini.

2.1 Letak

Hingga ditutupnya Rumah Sakit Petumbukan di tahun 2002, secara administratif pemerintahan rumah sakit ini berada di Desa Pisang Pala, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Memang agak mengherankan, mengapa rumah sakit ini kemudian disebut Rumah Sakit Petumbukan, dan bukan Rumah Sakit Pisang Pala. Setidaknya ada dua kemungkinan menyangkut pemakaian nama pada Rumah Sakit Petumbukan ini. Pertama, nama Pisang Pala saat didirikannya Rumah Sakit Petumbukan (saat itu masih bernama Serdang Doctor Fonds Hospitaal) di tahun 1905 belum ada dan masih merupakan bagian dari wilayah Petumbukan. Kedua, lahan tempat didirikannya rumah sakit ini adalah milik Datuk Tousa, seorang penguasa pribumi di wilayah yang disebut Kedatukan Petumbukan yang merupakan bagian dari Kesultanan Serdang.16

Nama Petumbukan sendiri sebenarnya berasal dari adanya pertemuan 2 (dua) sungai, yakni Sungai Batu Gingging dan Sungai Bah Perak, yang dalam bahasa setempat (bahasa Karo) disebut pertumbuken.17 Dari kata inilah kemudian wilayah yang bersangkutan disebut dengan Petumbukan. Letak Rumah Sakit Petumbukan dalam

16 Wawancara dengan OK. Dirhamsyah Tousa, Kelapa Satu, 16 Oktober 2010. 17 Kiki Nazira, Op. cit. hlm. 24.


(30)

29

kenyataannya memang terletak di dekat pertemuan dua sungai itu. Selain itu Petumbukan juga dapat diartikan sebagai daerah pertemuan 2 (dua) sub etnik Batak yaitu Karo dan Simalungun. Maka dari itu selain mengandung arti pertemuan 2 (dua) sungai, petumbukan juga merupakan pertemuan 2 (dua) sub etnik Batak yang hidup secara rukun dan berdampingan.

Rumah Sakit Petumbukan, yang secara keseluruhan terletak di Dusun 3 Desa Pisang Pala, memiliki lahan sejumlah ± 10,8 ha.18 Di sebelah Barat, rumah sakit ini berbatasan dengan Sungai Batu Gingging yang juga merupakan batas alam dengan Desa Kelapa Satu, sebelah Utara hingga Timur dengan Dusun 2 dan Dusun 4 Desa Pisang Pala, dan sebelah Selatan dengan Dusun 5 Desa Pisang Pala. Jarak rumah sakit ini dengan Pekan Petumbukan hanya sekitar 500 meter, dengan ibu kota Kecamatan Galang sekitar 6 km, ke Lubuk Pakam ibu kota Kabupaten Deli Serdang sekitar 21 km, dan berjarak tempuh sekitar 45 km dari Medan ibu kota Provinsi Sumatera Utara.

Rumah sakit ini terletak tidak jauh dari jalan lintas Lubuk Pakam – Bangun Purba – Silindak – Seribu Dolok di kilometer 21, membelok ke arah timur dengan jarak sekitar 200 meter. Melalui jalan ini juga bisa menembus ke perkebunan Baturata dan Bagerpang, juga bisa melewati beberapa perkebunan, seperti Namu Rambe, Naga Timbul, dan Sungai Merah menuju arah Tanjung Morawa. Dengan demikian, Rumah Sakit Petumbukan bisa ditempuh dari Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Bangun Purba, Galang, dan beberapa wilayah perkebunan yang ada di sekitarnya.19 Sehingga tidak berlebihan sekiranya bila

18 Arsip milik OK. Dirhamsyah Tousa: Relaas Pemberitahuan Putusan Mahkamah Agung RI yang mengadili PT. Perkebunan Nusantara 3, Direktur/Pimpinan Rumah Sakit PT. Perkebunan 3, dan Menteri Pertanian Republik Indonesia.


(31)

dikatakan rumah sakit ini memiliki posisi yang strategis, karena mudah diakses dari daerah mana pun di sekitarnya.

Rumah Sakit Petumbukan dikelilingi oleh beberapa desa yang ada di sekitarnya, di antaranya Pisang Pala, Petumbukan, Kelapa Satu, Petangguhan, Tanjung Siporkis, dan Sungei Karang yang berada di Kecamatan Galang, serta Ujung Rambe dan Sialang di Kecamatan Bangun Purba. Selain itu rumah sakit ini juga dikelilingi oleh banyak perkebunan, seperti Bagerpang, Bangun Purba, Tanjung Maria, Silindak, Baturata, Batu Gingging, Batu Lokong, Naga Timbul, Sungei Merah, Namu Rambe, Timbang Deli, Sungei Putih, Sungei Karang, Bandar Kwala, dan Sarang Giting.20 Perkebunan-perkebunan yang disebutkan ini meliputi Perkebunan Negara (BUMN), Perkebunan Swasta Nasional, dan Perkebunan Swasta Asing. Perkebunan-perkebunan ini perlu disebutkan karena dulunya merupakan wilayah kerja dan pernah menggunakan jasa rumah sakit ini dalam pelayanan kesehatan para pekerjanya.

2.2 Awal Berdiri (1905 – 1913)

Rumah Sakit Petumbukan didirikan tahun 1905 oleh sebuah yayasan yang bernama Serdang Doctor Fonds. Itulah yang menjadi sebab awalnya rumah sakit ini disebut Serdang Doctor Fonds Hospitaal – Petoemboekan, atau Rumah Sakit Yayasan Dokter Serdang – Petoemboekan. Serdang Doctor Fonds sendiri adalah sebuah yayasan sosial atau pun organisasi yang merupakan wadah dari gabungan beberapa perkebunan. Berdasarkan keterangan yang didapat oleh penulis ada sekitar 26 perkebunan yang bergabung dalam yayasan ini.21 Perkebunan-perkebunan tersebut merupakan bagian dari

20 Wawancara dengan Zakaria Bono, Pisang Pala, 16 Oktober 2010. 21 Wawancara dengan Kanaya, Pisang Pala, 15 Oktober 2010.


(32)

31

Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam (R.C.M.A), Perkebunan Harrison & Crossfield, dan Perkebunan SIPEF.

Meskipun sudah didirikan sejak tahun 1905, rumah sakit ini baru selesai dibangun dan rampung 8 tahun sesudahnya, yakni pada tahun 1913, dan juga baru mulai beroperasi di tahun yang sama. Pendirian rumah sakit ini awalnya dimaksudkan untuk melayani kesehatan dari para pekerja perkebunan, terutama buruh atau sering disebut kuli kontrak, yang ada di sekitarnya. Selain itu, secara tidak langsung berkaitan dengan kritik terhadap buruknya perhatian dan pelayanan terhadap para kuli di onderneming-onderneming di Sumatera Timur saat itu.22

Sehubungan dengan itu, beberapa onderneming, di antaranya Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam (kelak menjadi Perkebunan Sungei Karang), dan Harisson & Crossfield (kemudian menjadi PT. PP London Sumatra, Ltd.), SIPEF, dan Perkebunan Serdang Tengah bersepakat untuk membentuk sebuah yayasan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi biaya kesehatan dan juga untuk efisiensi pembangunan sarana kesehatan karena letak antara ketiga perkebunan besar ini berdekatan jaraknya. Atas dasar itu didirikanlah sebuah yayasan yang merupakan cikal bakal Rumah Sakit Petumbukan.

Serdang Doctor Fonds Hospitaal – Petoemboekan didirikan di atas lahan milik seorang penguasa pribumi Kedatukan Petumbukan Urung Batak Timur yang merupakan bagian dari Kesultanan Serdang, bernama Orang Kaya (OK.) Tousa, yang terkadang disebut juga Datuk Tousa. Menurut ahli waris keluarga OK. Tousa, berdasarkan perjanjian, lahan tempat didirikannya rumah sakit ini sifatnya adalah pinjaman bukan

22 Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial Pada Abad ke-20, Jakarta: Graffiti, 1997, hlm. 38-40.


(33)

pembelian. Oleh karena itu, kepemilikan lahan masih berada di tangan ahli waris OK. Tousa, dan apabila rumah sakit ini sudah tidak beroperasi lagi maka lahan tersebut dikembalikan kepada keluarga ahli waris. Penggunaan lahan ini juga disertai dengan beberapa perjanjian lain, di antaranya yang terpenting adalah kompensasi berobat secara cuma-cuma kepada keluarga OK. Tousa selama rumah sakit ini masih beroperasi.23

Transaksi Jual Beli antara OK. Tousa dengan Serdang Doctor Fonds dilakukan pada tanggal 20 Maret 1913. OK. Tousa telah membuat perjanjian dengan Serdang Doctor Fonds mengenai pemakaian tanah seluas 6,5 ha untuk pendirian Rumah Sakit Petumbukan. Perjanjian ini dikenal dengan istilah “Verkaufs Vertrag”, perjanjian ditulis dalam bahasa Jerman dan bahasa Melayu. Penggunaan bahasa Jerman dalam perjanjian ini tidak diketahui secara pasti apa alasannya, namun dapat diambil kemungkinan karena Dokter pertama di rumah sakit ini adalah dr. Baermann, seorang warga negara Jerman.24 Selain perjanjian yang dibuat dalam bahasa Jerman tersebut ada juga sebuah perjanjian yang dibuat dalam bahasa Indonesia (Melayu). Isi dari perjanjian tersebut adalah sebagai berikut: “Datoe Orang kaja Taoesa Wakil dari Batak Timor dan dia poenja bini bini sama anak boleh dapat selamanja obat dan Toelongan kaloe sakit dari Teoen Doctor jang ada di Petoemboekan.”25

Pada awal berdirinya, pimpinan dan tenaga medis di Rumah Sakit Petumbukan merupakan keturunan Eropa. Dokter pimpinan pertama di rumah sakit ini adalah dr.

23 Arsip milik OK. Ravii: Risalah Kronologis Sengketa Tanah ahli waris OK. Tousa, Periode 1913 s/d 24 September 1960 (Berlakunya UUPA).

24 Saat itu orang Jerman yang menjadi dokter pertama di Rumah Sakit Petumbukan karena memang bangsa Jerman menguasai ilmu kedokteran. Lagipula bangsa Jerman datang ke Hindia Belanda datang bukan untuk menjajah melainkan untuk tujuan kemanusiaan yang mungkin caranya tidak jauh berbeda dengan misionaris.

25 Arsip milik OK. Dirhamsyah Tousa: Surat Perjanjian tanggal 20 Maret 1913 antara OK. Tousa-Dulkahar dengan dr. Baermann, Central-Hospital Petoemboekan Postkantor Galang Sumatra’s Ostkust.


(34)

33

Baermann yang berkebangsaan Jerman. Tenaga medis lainnya pun masih diisi oleh orang-orang Eropa, baik perawat, mantri, bidan, dokter gigi, dan lain sebagainya. Jadi belum ada orang pribumi yang bertugas di rumah sakit ini, baik bagian medis (perawatan) maupun bagian umumnya.26

Pada awal berdiri, fasilitas yang ada di rumah sakit ini masih sedikit sekali. Bangunan-bangunan tersebut, di antaranya Rumah Dokter, Rumah Dobi, dan Bangunan Rumah Sakit Utama yang konstruksi bangunan dan lanskapnya bergaya Eropa.27 Pada saat itu kompleks Rumah Sakit Petumbukan masih tanah kosong yang lahannya cukup luas. Selain itu banyak sekali semak belukar dan cukup banyak juga hamparan kebun kelapa di sekelilingnya.28

Sumber Daya Manusia di rumah sakit ini seperti dokter, perawat, mantri, dan tenaga medis lainnya saat itu masih sedikit dan terbatas. Hanya sedikit penduduk pribumi yang dilibatkan untuk bekerja di rumah sakit ini, karena memang saat itu penduduk pribumi belum dibekali ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang cukup. Bagian Umum diisi oleh orang pribumi yang merupakan warga sekitar Rumah Sakit Petumbukan. Pekerja-pekerja di rumah sakit ini lebih didominasi oleh warga-warga berkebangsaan Eropa, baik orang-orang Jerman, Belanda, Belgia dan lain-lain. Ada juga sebagian kecil orang-orang berkebangsaan Cina yang turut bertugas di rumah sakit ini.29

Pelayanan di Rumah Sakit Petumbukan saat itu sudah cukup baik. Banyak dari tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, mantri, dan lainnya sangat berkompeten

26 Wawancara dengan Zakaria Bono, Pisang Pala, 7 Juni 2011.

27 Arsip milik OK. Dirhamsyah Tousa: Pendahuluan dalam Proposal Penawaran Kompleks Rumah Sakit Petumbukan 1912.

28 Arsip milik (Alm.) H. Sabar: Denah Rumah Sakit Petumbukan pada Verkaufs Vertrag, Central Hospital Petoemboekan, 20 Maret 1913.


(35)

dalam menjalani profesinya. Untuk sebuah rumah sakit yang letaknya berada di desa atau yang bukan berada di kota kecamatan, Rumah Sakit Petumbukan sudah cukup lengkap fasilitasnya, dan pelayanannya juga tidak mengecewakan.30 Lagipula, saat itu rumah sakit masih jarang ditemui tidak seperti sekarang ini, sehingga banyak orang datang dari tempat yang relatif jauh untuk sekedar berobat di rumah sakit ini.

Onderneming yang bergabung pada awal berdirinya Serdang Doctor Fonds masih sedikit sekali. Onderneming tersebut di antaranya adalah Rubber Cultuur Maatschapij Amsterdam (R.C.M.A) atau Perkebunan Sungei Karang, Perkebunan Harrison & Crossfield atau Perkebunan PT. PP London Sumatra, dan SIPEF. Dari 3 (tiga) perkebunan besar ini ada lebih kurang 26 perkebunan yang merupakan anak usaha dari masing-masing perkebunan dimaksud yang menjadi anggota Yayasan Dokter Serdang atau Serdang Doctor Fonds.31

Biaya operasional untuk Rumah Sakit Petumbukan diambil dari setiap anggota perkebunan yang bergabung. Penentuan biaya setiap perkebunan tentu saja berbeda-beda, karena tergantung dari jumlah cacah yang menggunakan jasa pengobatan di rumah sakit ini. Jadi, apabila dari sebuah perkebunan banyak pekerjanya yang dirawat di rumah sakit ini, maka besar pula biaya yang harus ditanggung oleh perkebunan tersebut. Sayangnya, penulis tidak menemukan data-data tentang besaran biaya kesehatan dan pengobatan yang dibebankan pada masing-masing perkebunan yang menjadi anggota di rumah sakit ini pada saat itu.

2. 3 Periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal (1913 – 1950)

30 Wawancara dengan Edi Suhardi, Poliklinik PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang, 1 Maret 2011.


(36)

35

2.3.1 Sarana dan Prasarana yang dibangun pada masa Serdang Doctor Fonds Hospitaal

Pada periode 1913 atau awal beroperasinya Rumah Sakit Petumbukan tidak banyak dibangun fasilitas atau pun sarana prasarana pendukung di rumah sakit ini. Hanya ada sarana pelengkap yang dibangun di rumah sakit ini yaitu tangki air sejumlah 1 unit dan sumur batu sebanyak 4 unit yang keduanya sama-sama dibangun pada tahun 1926.32 Selanjutnya pada masa pendudukan Jepang kurun waktu 1942-1945 tidak banyak terjadi perubahan yang signifikan. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh penulis pada saat itu hanya terjadi pengambilalihan rumah sakit beserta bangunannya saja dari orang-orang Eropa ke orang Jepang.33 Hal ini erat kaitannya dengan pendudukan Jepang di Indonesia yang terjadi rentang waktu 1942-1945.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, yakni tahun 1945, terjadi perubahan yang cukup berarti. Saat itu barulah cukup banyak dibangun sarana dan prasarana lainnya. Sarana dan prasarana tersebut, antara lain Rumah Karyawan Menengah sebanyak 3 unit dengan luas lahan 201 m2, Bangunan Pos Jaga sejumlah 1 unit seluas 16 m2, Kamar Mayat sejumlah 1 unit dengan luas lahan 134 m2, Kamar Mesin sejumlah 1 unit dengan luas 140 m2, dan Ruang Laundry (Dobi) sejumlah 1 unit dengan luas lahan 96 m2.34

Sementara itu pada tahun 1949 dibangun Rumah Pondok Panjang sejumlah 1 unit dengan luas lahan 174 m2. Pada tahun 1950 ada banyak dibangun sarana dan prasarana baru di rumah sakit ini. Hal ini tentu saja menjadi salah satu indikator yang menunjukkan

31

Wawancara dengan Kanaya, Pisang Pala, 15 Oktober 2010.

32 Arsip milik OK. Dirhamsyah Tousa: Data Bangunan dan Sarana Rumah Sakit Petumbukan. 33 Wawancara dengan Zainab Br Sembiring, Kelapa Satu, 9 Maret 2011.


(37)

bahwa terjadi perkembangan yang signifikan di rumah sakit ini dan nampak dari geliatnya pembangunan fasilitas-fasilitas baru. Fasilitas baru yang dibangun antara lain Bangunan Rumah Sakit Utama sejumlah 1 unit dengan luas lahan 600 m2, Ruang Kelas II sejumlah 1 unit dengan luas lahan 500 m2, Ruang Kelas III sebanyak 6 unit menempati lahan seluas 3.000 m2, Ruang Operasi (I.C.U) sejumlah 1 unit dengan luas lahan 225 m2, Dapur sejumlah 1 unit dengan luas lahan 250 m2, dan Rumah Staf Asisten Kepala sebanyak 4 unit dengan luas lahan 940 m2.35

2.3.2 Struktur Organisasi Serdang Doctor Fonds Hospitaal

Setiap organisasi memiliki struktur organisasi, demikian pula Rumah Sakit Petumbukan. Berikut adalah bagan organisasi Rumah Sakit Petumbukan pada masa Serdang Doctor Fonds Hospitaal:

35 Ibid.

Dokter Pemimpin

Bagian Umum

Perawat (Suster)

Bidan

Mantri

Asisten Dokter Kepala Tata Usaha

Krani 1

Krani 2

Koki Bagian Perawatan


(38)

37

Dari bagan atau struktur organisasi Rumah Sakit Petumbukan di atas, dapat diketahui bahwa Dokter Pemimpin adalah yang paling tinggi jabatannya di Rumah Sakit Petumbukan dan bertugas mengatur manajemen di rumah sakit ini.36 Ia membawahi dua bagian yaitu Bagian Perawatan (Medis) dan Bagian Umum. Bagian Perawatan diisi oleh sumber daya manusia yang memiliki latar belakang di bidang medis, secara langsung berhubungan dengan pasien. Tenaga Medis di antaranya adalah Asisten Dokter/ Staf Wakil Dokter yang bertugas mengobati pasien; Perawat/ Suster adalah mereka yang mendapat pendidikan khusus untuk merawat, dan tugas mereka adalah membantu Dokter Pemimpin dan Asisten Dokter dalam merawat pasien; Bidan bertugas untuk menolong serta merawat ibu dan bayi, terutama selama proses bersalin; Mantri atau dikenal juga dengan Perawat Kepala yang biasanya laki-laki bertugas membantu Dokter dalam pelayanan kesehatan; Bagian Apotek bertugas meramu obat berdasarkan resep Dokter dan kemudian diberikan kepada pasien sesuai penyakit yang dideritanya; dan Bagian Laboratorium bertugas untuk melakukan percobaan atau menyelidiki segala sesuatu yang berkaitan dengan medis.37

Di Bagian Umum diisi oleh sumber daya manusia yang berasal dari bidang non-medis dan bertugas mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan tata usaha dan administrasi rumah sakit dan urusan rumah tangga di rumah sakit. Bagian Umum di

36 Wawancara dengan Zakaria Bono, Pisang Pala, 7 Juni 2011.

37 Direktorat Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan RI, Persyaratan Prasarana Fisik Rumah Sakit. Apotek

Laboratorium


(39)

antaranya adalah Kepala Tata Usaha yang bertugas menyelenggarakan urusan administrasi dan membuat laporan keuangan dalam Rumah Sakit Petumbukan; Krani secara umum bertugas mengurusi administrasi sederhana misal mencatat, mengetik, menerima dan mengirimkan surat. Krani di rumah sakit ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: Krani 1 bertugas mengurusi transportasi, kamar mesin, dan dapur; sedangkan Krani 2 bertugas mengurusi upah pekerja, gudang makanan, dan gudang kain; Koki (Tukang Masak) bertugas untuk menyediakan makanan bagi para pegawai dan juga untuk pasien yang sedang dirawat; dan Dobi (Laundry) bertugas untuk mencuci dan menyetrika pakaian, kain, dan lain sebagainya.38

Selanjutnya akan diuraikan jam kerja pegawai diberlakukan sama baik itu untuk bagian medis maupun bagian umum.39

Jam Kerja Pegawai

Masuk : Pukul 07.00 – 12.00 WIB Istirahat : Pukul 12.00 – 14.00 WIB Masuk Kembali : Pukul 14.00 – 16.00 WIB

2.3.3 Tenaga Medis Serdang Doctor Fonds Hospitaal

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, tenaga medis yang mengabdi di rumah sakit ini kebanyakan adalah bangsa Eropa. Beberapa dokter berkebangsaan Eropa yang pernah bertugas di Rumah Sakit Petumbukan, di antaranya dr. C.A. Jans, dr. E.D. van der Brug, dr. F.G.C. Arnout, dr. C.J. van Saane, dan dr. W. Kuppi. Sementara itu, perawat-perawat berkebangsaan Eropa yang pernah mengabdi di rumah sakit ini antara lain Zuster

38 Ibid.


(40)

39

van Aeemstra, Zuster E. Fchns, Zuster Ten Boom, Zuster B. de Vries, dan Zuster Lim Bru Lang (perawat berkebangsaan Cina).40 Saat periode ini tenaga medis memang diisi oleh orang-orang Eropa, tetapi untuk bagian-bagian administrasi, rumah tangga dalam Rumah Sakit Petumbukan banyak diisi oleh warga pribumi. Sebagai contohnya adalah kerani, juru masak (koki), tukang cuci dan setrika (dobi), dan lain sebagainya.

2.3.4 Pasien-pasien dan Bentuk Pelayanan

Pasien-pasien dari perkebunan yang bergabung pada periode Serdang Doctor Fonds Hospitaal tahun 1913-1950, adalah sebagai berikut41:

I. Harrison & Crossfield (PT. PP London Sumatra), terdiri dari: 1. Bagerpang Est.

2. Batu Gingging Est. 3. Batu Lokong Est. 4. Naga Timbul Est. 5. Sungei Merah

II. Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam (R.C.M.A) yang menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3 sekarang, terdiri dari:

1. Sungei Putih Est.

2. Kantor Besar Sungei Karang

40 Wawancara dengan Zakaria Bono, Desa Pisang Pala, 16 Oktober 2010. 41 Ibid.


(41)

III.SIPEF terdiri dari: 1. Timbang Deli Est. 2. Tanah Abang Est. 3. Bandar Pinang Est. IV.Tanjung Purba 1. PT. Serdang Tengah

Adapun beberapa perkebunan yang mengundurkan diri adalah sebagai berikut: 1. Baturata

2. Griahan

3. Kotarih (Tjinta Radja) 4. Silindak (Tjinta Radja) 5. Sarang Giting

6. Sidonegeri

Rumah Sakit Petumbukan pada masa Serdang Doctor Fonds Hospitaal sudah melayani pasien di luar perkebunan-perkebunan yang bergabung, yakni dengan menerima beberapa orang keluarga OK. Tousa beserta ahli waris. Karena pada awal berdirinya ada sebuah perjanjian yang mengikat pihak Rumah Sakit Petumbukan agar memberikan pengobatan dan perawatan secara cuma-cuma kepada keluarga OK. Tousa beserta ahli warisnya. Perjanjian tersebut berlaku sejak 20 Maret 1913, dilakukan antara Dr.


(42)

41

Baermann dan OK. Tousa. Siapa saja yang merupakan ahli waris OK. Tousa sudah tentu diterima di rumah sakit ini untuk segera diberikan pengobatan.42

Bentuk pelayanan di Rumah Sakit Petumbukan saat masih Serdang Doctor Fonds Hospitaal cukup baik. Hal ini bisa jadi dikarenakan pada kurun 1913-1950 tenaga medisnya masih diisi oleh orang-orang Eropa. Mereka cukup disiplin dalam bekerja dan sabar dalam menangani keluhan dan mengobati pasien sehingga pelayanan dan perawatan yang diberikan kepada pasien pun cukup memadai. Baru pada periode selanjutnya tenaga medis di rumah sakit ini berangsur-angsur diisi oleh warga negara Indonesia. 43

2.4 Periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan (1950 – 1980)

2.4.1 Sarana dan Prasarana yang dibangun pada Periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan

Pada saat periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan, kurun waktu 1950 – 1980 cukup banyak terjadi perkembangan di rumah sakit ini. Baik itu dilihat dari segi pembangunan fisik yang berupa sarana dan prasarana baru, maupun fasilitas yang menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit ini. Pada tahun 1953 dibangun Rumah Karyawan sebanyak 4 unit dengan luas lahan 268 m2. Pada tahun 1954 dibangun Ruang Kelas I sejumlah 1 unit menempati lahan seluas 500 m2, Dapur sejumlah 1 unit dengan lahan seluas 250 m2.44

Pada tahun 1957 terjadi nasionalisasi perusahaan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dengan adanya nasionalisasi tersebut maka semua aset milik Belanda berangsur-angsur diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Namun berdasarkan

42 Arsip milik (Alm.) H. Sabar: Verkaufs Vertrag.


(43)

data tertulis maupun lisan, pada masa nasionalisasi ini tidak ada pembangunan sarana dan prasarana baru di Rumah Sakit Petumbukan. Saat itu hanya ada pengambilalihan saja, sehingga yang sudah ada sebelumnya dilanjutkan dan dirawat oleh pemerintah Indonesia.

Perkembangan Tata Usaha dan Pembukuan semasa Gabungan Rumah Sakit Petumbukan dapat dilihat pada saat itu. Laporan keuangan dibuat 3 bulan sekali, dan telah selesai dibuat sampai dengan September 1979 (tahun terakhir Periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan). Untuk bulan Oktober sampai dengan Desember 1979 (penutupan tahun 1979) direncanakan selesai pada bulan Februari 1980. Saat itu di gudang obat tersimpan rapi tablet-tablet dan larutan sirup yang untuk diberikan kepada pasien yang sakit sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Adapun gudang material juga menyimpan beras, solar, silinder, minyak tanah, alat tulis kantor, alat listrik dan lain-lain.45

Untuk daya listrik dan air menggunakan pembangkit tenaga listrik beserta pompa air. Berikut perinciannya saat Gabungan Rumah Sakit Petumbukan:

Pusat Tenaga Listrik/ Air

- Jumlah Mesin Pembangkit Tenaga Listrik ada 2 buah

1 buah Mesin Lister 43 HP. Tipe ARW 435 kvA 53 Amp. 220-380 v. 1 buah Mesin Lister 43 HP. No.: 196.HR.4. A.25.R.

- Jumlah Mesin Pompa Air ada 3 buah

2 buah Pompa Air merek Sterek (1 buah rusak)

1 buah Pompa Air merek Pelnex “S 44 komplit dengan Elektro motor 15 HP 220-380 V 1500 rpm.

44 Arsip milik OK. Dirhamsyah Tousa: Data Bangunan dan Sarana Rumah Sakit Petumbukan. 45 Ibid.


(44)

43 - Klinik Gigi

- Dental Unit ditempatkan pada Klinik Gigi

- Praktik dibuka pada hari Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Mengenai pembangunan sarana dan prasarana baru di Rumah Sakit Petumbukan tahun 1980, akhir dari periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan hanya dibangun sarana pelengkap berupa Sumur Batu sejumlah 1 unit.46 Tidak ada pembangunan fasilitas baru di rumah sakit ini selama akhir periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan. Hal ini bisa dimungkinkan karena masih memadai dan mencukupi fasilitas yang ada, sehingga Gabungan Rumah Sakit Petumbukan merasa tidak perlu untuk menambah fasilitas baru.

2.4.2 Pembaruan Perjanjian antara ahli waris OK. Tousa dengan Gabungan Rumah Sakit Petumbukan

Pada tanggal 29 Mei 1961 ahli waris OK. Tousa telah melaksanakan himbauan pemerintah yang tertuang di dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) tahun 1960 No.5. Ahli waris OK. Tousa telah mendaftarkan kepemilikan dan penguasaan tanah areal Serdang Doctor Fonds Hospital kepada Kantor Agraria Kabupaten Deli Serdang sesuai Pasal 3 Perpu No.57/50. Pada tahun 1965 Gabungan Rumah Sakit Petumbukan menyodorkan konsep baru kepada ahli waris yang bunyinya: Gabungan Rumah Sakit Petumbukan menyanggupi dan mengikat diri akan memberikan pengobatan cuma-cuma kepada ahli waris dibatasi 10 orang tiap bulan.47 Oleh sebab itu, pihak ahli waris OK. Tousa menganggap Gabungan Rumah Sakit Petumbukan telah merampas dan menguasai hak milik ahli waris OK. Tousa.


(45)

Pada tanggal 8 Maret 1965 diperbaharui perjanjian antara ahli waris OK. Tousa dengan Gabungan Rumah Sakit Petumbukan, untuk menyempurnakan perjanjian 20 Maret 1913.48 Pihak ahli waris OK. Tousa menyatakan bahwa perjanjian jual beli tanah (Verkaufs Vertrag) tanggal 20 Maret 1913 antara OK. Tousa dengan Serdang Doctor Fonds tidak sah. Ahli waris OK. Tousa mengklaim Serdang Doctor Fonds menolak untuk memberikan kompensasi berupa pengobatan secara cuma-cuma kepada mereka, sehingga ini sama saja telah melanggar perjanjian terdahulu.

Dalam Surat Perjanjian tanggal 8 Maret 1965 ini Gabungan Rumah Sakit Petumbukan diwakili oleh W. Manik, sedangkan ahli waris OK. Tousa diwakili oleh OK. Abdul Chalik dan OK. Murad. Pihak Gabungan Rumah Sakit Petumbukan telah menempati sebidang tanah lebih dari 48 tahun yang dibeli oleh Serdang Doctor Fonds dari OK. Tousa dan Dulkahar dengan Verkaufs Vertrag tanggal 20 Maret 1913. Tanah itu dituntut oleh ahli waris OK. Tousa dan Dulkahar karena jual beli yang telah dilakukan antara Serdang Doctor Fonds dan OK. Tousa tidak sah. Menurut keterangan ahli waris OK. Tousa dan Dulkahar dahulu ada perjanjian bahwa Serdang Doctor Fonds akan memberikan pengobatan secara cuma-cuma kepada OK. Tousa, Dulkahar, keluarganya, dan ahli warisnya. Nyatanya, Serdang Doctor Fonds sejak beberapa lama menolak untuk memberikan pengobatan secara cuma-cuma kepada ahli waris OK. Tousa dan Dulkahar.49

Oleh sebab itulah, maka kedua belah pihak ingin mengadakan perjanjian. Kedua belah pihak menyetujui untuk membuat perjanjian, yang antara lain isinya, adalah Serdang Doctor Fonds menyanggupi dan mengikat diri untuk memberikan pengobatan

47

Arsip milik OK. Ravii: Periode Sejak Berlakunya UUPA 1960 s/d Perjanjian tanggal 8 Maret 1965.

48 Arsip milik (Alm.) H. Sabar: Surat Perjanjian 8 Maret 1965 antara Gabungan Rumah Sakit Petumbukan dengan ahli waris OK. Tousa.


(46)

45

secara cuma-cuma kepada ahli waris OK. Tousa dan Dulkahar yang tersebut dalam daftar keturunan-keturunannya. Namun, semuanya itu dengan ketentuan bahwa tiap bulan tidak diperbolehkan lebih dari 10 (sepuluh) orang, termasuk 1 (satu) pasien di kelas A dan 2 pasien di kelas B. Seorang pasien yang diopname di Rumah Sakit Petumbukan dihitung sebagai 1 pasien yang diobati. Setiap pasien yang meminta perawatan atau pengobatan secara cuma-cuma harus membawa surat keterangan dari ahli waris yang berwenang (tertua).50

Yang dimaksud pengobatan secara cuma-cuma adalah pemeriksaan dokter atau mantri di Rumah Sakit Petumbukan; pengobatan dengan obat-obat yang tersedia di Rumah Sakit Petumbukan; pemberian obat-obat yang tersedia di Rumah Sakit Petumbukan atas resep dokter yang bekerja di Rumah Sakit Petumbukan; opname dalam Rumah Sakit Petumbukan dalam kelas A dan B penerimaannya menurut peraturan-peraturan pegawai anggota Gabungan Rumah Sakit Petumbukan. Pengobatan dan perawatan di luar Rumah Sakit Petumbukan walaupun atas saran dokter Rumah Sakit Petumbukan tidak ditanggung oleh Gabungan Rumah Sakit Petumbukan.

Isi perjanjian tersebut juga menyatakan bahwa jika benar ahli waris OK. Tousa dan Dulkahar mempunyai hak atas sebidang tanah, maka Gabungan Rumah Sakit Petumbukan dengan ini melepaskan dan menggugurkan hak-hak mereka atas tanah tersebut. Dengan demikian mereka tidak mempunyai hak apa pun atas tanah di Petumbukan yang dipakai oleh Rumah Sakit Petumbukan atau bagian-bagiannya, jika hak pelepasan yang dimaksud itu tidak bertentangan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah.

49 Ibid.


(47)

2.4.3 Perkebunan yang menjadi anggota Gabungan Rumah Sakit Petumbukan

Pasien-pasien yang berobat ke Rumah Sakit Petumbukan berasal dari beberapa golongan masyarakat. Ada pasien yang berasal dari perkebunan anggota Gabungan Rumah Sakit Petumbukan, dan ada juga yang merupakan masyarakat umum. Beberapa perkebunan yang menjadi anggota Gabungan Rumah Sakit Petumbukan di antaranya, adalah:

1. PT. Perkebunan V Sungei Karang 2. PT. Perkebunan V Sungei Putih

3. PT. Perkebunan VI Bandar Kwala – Bangun Purba 4. PT. Perkebunan IV Serbajadi

5. Harrison Bagerpang Est. 6. Harrison Sei Merah Est.

7. PN Telekomunikasi (PT. Telkom sekarang).

Selain itu ada juga beberapa perkebunan yang masih diharapkan untuk menjadi anggota Gabungan Rumah Sakit Petumbukan. Perkebunan tersebut antara lain:

1. Timbang Deli/ Tanah Abang SIPEF. 2. Bandar Pinang SIPEF. 51

Saat periode ini dapat diambil rata-rata jumlah pasien yang dirawat per harinya di Rumah Sakit Petumbukan berjumlah 54 orang, sedangkan poliklinik yang merawat staf dan karyawan rata-rata per harinya berjumlah lebih kurang 40 orang. Perlu diketahui tahun 1980 merupakan tahun terakhir periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan,


(48)

47

sebelum beralih ke PT. Perkebunan V sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 1980.

Pada saat serah terima dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke PT. Perkebunan V tercatat jumlah pasien sebagai berikut:

Tabel 1

Pasien yang dirawat pada 20 Februari 1980

No. Uraian Kelas A Kelas B Kelas C dan D Jumlah

1. Kelas A - - -

2. Ruang I - - 19 19 orang

3. Ruang II - - 22 22 orang

4. Ruang III - - 4 4 orang

5. Ruang VII - 1 3 4 orang

6. Ruang VIII - 3 - 3 orang

Jumlah - 4 48 52 orang

Sumber: Arsip Laporan Serah Terima Gabungan Rumah Sakit Petumbukan.

2.4.4 Struktur Organisasi Gabungan Rumah Sakit Petumbukan

Sejak nasionalisasi seluruh perusahaan dan aset-aset milik Belanda termasuk juga perkebunan oleh Pemerintah Indonesia tahun 1957, Rumah Sakit Petumbukan berangsur-angsur dikelola oleh orang Indonesia, baik dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya. Dokter-dokter berkebangsaan Indonesia yang pernah bertugas selama periode ini di Rumah Sakit Petumbukan adalah: dr. Sri Handono, dr. Asri Malisie, dr. Sumarlan, dr.


(49)

Erlangga Sahir, dr. Tengku Yusuf, dr. H. M. Rasyid Nurdin Hasibuan, dan dr. M. Hutapea.52 Saat periode ini sudah banyak orang Indonesia yang bergabung menjadi karyawan di Rumah Sakit Petumbukan.

Dibawah ini akan diuraikan secara terperinci mengenai struktur organisasi saat periode Gabungan Rumah Sakit Petumbukan.53

 Unsur Pengurus Gabungan Rumah Sakit Petumbukan adalah sebagai berikut:

1. Ketua

2. Sekretaris/ Bendahara

3. Komisaris (Lapangan, Bangunan, Teknik) 4. Komisaris (Verifikasi, Keuangan)

5. Komisaris (Perawatan Kesehatan)

 Unsur Pimpinan Gabungan Rumah Sakit Petumbukan beserta jabatannya terdiri dari:

1. Dokter Pemimpin, bertugas memimpin dan mengatur segala urusan baik medis maupun non-medis di rumah sakit.

2. Asisten Medis/ Lapangan (Poliklinik), tugasnya bertanggungjawab pada dokter pemimpin yang berhubungan dengan poliklinik.

52 Wawancara dengan Edi Suhardi, Poliklinik PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang, 1 Maret 2011.


(50)

49

3. Kepala Tata Usaha, tugasnya mengurusi seluruh administrasi dan pembukuan di rumah sakit.

 Tenaga Kerja di Gabungan Rumah Sakit Petumbukan terdiri dari beberapa unsur, yakni:

1. Karyawan Menengah - Bagian Umum:

a) Administrasi (3 orang), bertugas mengurusi administrasi.

b) Administrasi Gudang (1 orang), bertugas mengurusi pergudangan.

c) Kepala Kartu Staf/ Pembantu Administrasi (1 orang), membantu administrasi.

d) Kepala Kartu Karyawan (1 orang), mendata absensi karyawan. e) Pegawai Listrik (4 orang), bertugas mengurus listrik di rumah sakit. f) Jaga Telepon (2 orang), bertugas menerima telepon masuk.

g) Tukang (1 orang), tugasnya berhubungan dengan keahlian tangan. h) Tukang Pos (1 orang), bertugas mengantarkan surat-surat pos. i) Tukang Dobi (1 orang), bertugas mencuci dan menyetrika pakaian. j) Mandor (1 orang), bertugas mengawasi pekerjaan rekan-rekannya. k) Asisten Apoteker (1 orang), membantu apoteker dalam meramu obat. - Bagian Perawatan:

a) Pengatur Rawat/ Perawat (2 orang), merawat pasien yang sakit. b) Pengamat Kesehatan (18 orang), mengawasi pengobatan pasien. c) Juru Kesehatan (4 orang), bertugas membantu pengatur rawat.


(51)

d) Bidan Berijazah (2 orang), membantu ibu yang melahirkan. e) Pembantu Bidan (3 orang), bertugas membantu bidan. f) Juru Rawat tidak berijazah (1 orang), membantu perawat. g) Pegawai Apotek (1 orang), meramu obat sesuai resep dokter.

2. Karyawan Umum seluruhnya berjumlah 15 orang, yang bertugas mengurusi segala hal yang ada di Rumah Sakit Petumbukan sesuai dengan perintah atasan. 3. Tenaga Honorer, yang terdiri dari: Dokter Gigi yang bertugas memeriksa pasien

yang memiliki keluhan terkait dengan gigi dan mulut. Kemudian juga Guru Agama, bertugas memberikan tausiyah atau siraman rohani kepada seluruh karyawan di Gabungan Rumah Sakit Petumbukan.


(52)

51

BAB III

RUMAH SAKIT PETUMBUKAN PADA MASA PT. PERKEBUNAN V SEI KARANG (1980 – 1996)

Pada tahun 1980 pengelolaan Rumah Sakit Petumbukan beralih dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke PT. Perkebunan V. Bab ini akan menceritakan mengenai peralihan manajemen Rumah Sakit Petumbukan dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke PT. Perkebunan V Sei Karang, sehubungan dengan adanya Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 22/Kpts/Um/1/1980 tentang Pengalihan Status Rumah Sakit Gabungan Perkebunan menjadi Rumah Sakit Perusahaan Negara (PN.) Perkebunan atau PT. Perkebunan. Di dalamnya juga akan diuraikan mengenai Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V Nomor 05.7/Kpts/5/1980 tentang Pengalihan Rumah Sakit Gabungan Petumbukan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT. Perkebunan V. Selanjutnya akan diuraikan mengenai peralihan manajemen dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke PT. Perkebunan V. Berikutnya akan dibahas mengenai Reaksi ahli waris OK. Tousa terhadap Surat Keputusan Menteri Pertanian dan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V. Terakhir, akan dijelaskan mengenai Uraian Tugas Rumah Sakit PT. Perkebunan V Petumbukan dan Pembangunan Sarana Prasarana selama Periode PT. Perkebunan V.

3.1 Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 22/Kpts/Um/1/1980 tentang Pengalihan Status Rumah Sakit Gabungan Perkebunan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PNP/PTP.


(53)

Pada tanggal 12 Januari 1980 Menteri Pertanian Republik Indonesia saat itu, Prof. Ir. Soedarsono Hadisapoetro mengeluarkan sebuah kebijakan baru yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 22/Kpts/Um/1/1980.54 SK Mentan tersebut menyatakan bahwa Gabungan Rumah Sakit Petumbukan dialihkan pengelolaannya kepada PT. Perkebunan V yang saat itu kantor pusatnya berada di Sei Karang, Kecamatan Galang. Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan ini maka pengalihan status Rumah Sakit Gabungan kepada PN. Perkebunan atau PT. Perkebunan sah karena ada payung hukumnya.

Menteri Pertanian mempertimbangkan beberapa alasan dalam hal mengeluarkan SK tersebut. Demi tercapainya keberhasilan dalam pembinaan kesehatan di Lingkungan Perkebunan Wilayah I (Sumatera Utara) secara optimal, perlu diadakan peninjauan kembali status beberapa Rumah Sakit Gabungan Perkebunan di Wilayah I. Selain itu juga diperlukan adanya penyeragaman status Rumah Sakit Perkebunan di Wilayah I untuk keberhasilan peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan. Menteri Pertanian juga menegaskan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pembinaan Rumah Sakit – Rumah Sakit sebagai prasarana pelayanan kesehatan di lingkungan Perkebunan Wilayah I, dipandang perlu untuk mengalihkan beberapa Rumah Sakit Gabungan menjadi Rumah Sakit PN. Perkebunan ataupun PT. Perkebunan.

Ada beberapa Rumah Sakit Gabungan Perkebunan di Wilayah I yang statusnya dialihkan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PNP/PTP, berkaitan dengan Surat Keputusan

54 Arsip milik (Alm.) H. Sabar: Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:22/Kpts/Um/1/1980 tentang Pengalihan Status Rumah Sakit Gabungan Perkebunan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PNP/PTP.


(54)

53

Menteri Pertanian Nomor 22/Kpts/Um/1/1980.55 Rumah Sakit Gabungan Perkebunan tersebut di antaranya:

1. Rumah Sakit “Indrya Husada” Membang Muda menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT. Perkebunan III.

2. Rumah Sakit Gabungan “Padang Bedagei” Tebing Tinggi menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT. Perkebunan IV (Sri Pamela).

3. Rumah Sakit Gabungan “Petumbukan” berubah menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT. Perkebunan V.

Dengan diserahkannya pengelolaan Rumah Sakit – Rumah Sakit Gabungan yang disebutkan di atas, maka wewenang dan tanggung jawab pengelolaan beralih kepada PT. Perkebunan yang menerima Rumah Sakit tersebut, termasuk personalianya. Untuk menetapkan besarnya nilai aset Rumah Sakit – Rumah Sakit tersebut ditentukan oleh Panitia Likuidasi yang ditunjuk oleh Kepala Inspeksi PN. Perkebunan atau PT. Perkebunan Wilayah I. Pelaksanaan Surat Keputusan Menteri Pertanian ini diserahkan kepada Kepala Inspeksi PN. Perkebunan atau PT. Perkebunan Wilayah I bersama-sama dengan Staf Ahli Menteri Pertanian bidang Perawatan Kesehatan dan Keluarga Berencana.

3.2 Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V Nomor: 05.7/Kpts/5/1980 tentang Pengalihan Rumah Sakit Gabungan Petumbukan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT. Perkebunan V

Surat Keputusan No. 05.7/Kpts/5/1980 tentang Pengalihan Rumah Sakit Gabungan Petumbukan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT. Perkebunan V. SK ini


(55)

dikeluarkan untuk menindaklanjuti Rumusan Rapat Kerja Kesehatan Perkebunan Wilayah I yang dilaksanakan tanggal 16-18 Juli 1979 di Medan. Selain itu juga dilakukan atas Notulen Rapat Direksi Perusahaan Perkebunan tanggal 11 Oktober 1979. Tentu saja ini berkaitan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No.22/Kpts/Um/1/1980 tanggal 12 Januari 1980 tentang pengalihan pengelolaan Rumah Sakit Gabungan Perkebunan, antara lain Rumah Sakit Gabungan Petumbukan kepada PT. Perkebunan V. Terakhir, ini juga dilaksanakan untuk menindaklanjuti naskah serah terima dari Pengurus Rumah Sakit Gabungan Perkebunan Petumbukan kepada PT. Perkebunan V tanggal 25 Februari 1980.

Sesuai dengan pengalihan pengelola ke PT. Perkebunan V maka Direksi PT. Perkebunan V merasa perlu untuk mengatur organisasi dan uraian tugasnya.56 Beberapa kebijakan sehubungan dengan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V No. 05.7/Kpts/5/1980 adalah sebagai berikut:

1. Merubah nama Rumah Sakit Gabungan Perkebunan Petumbukan menjadi Rumah Sakit PT. Perkebunan V Petumbukan.

2. Kebun-kebun atau Perusahaan yang selama ini menjadi anggota Rumah Sakit Gabungan Perkebunan Petumbukan tetap diterima sebagai anggota seperti biasa dengan pembayaran iuran atas dasar kapita.

3. Semua Kebun atau Perusahaan yang menjadi anggota mengunjuk seorang wakil untuk duduk di dalam Dewan Anggota Rumah Sakit PT. Perkebunan V Petumbukan.

56

Arsip milik (Alm.) H. Sabar: Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V No.05.7/Kpts/5/1980 tentang Pengalihan Rumah Sakit Gabungan Petumbukan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT.


(56)

55

4. Rumah Sakit PT. Perkebunan V Petumbukan ditetapkan sebagai Unit yang administrasinya berdiri sendiri, sedangkan taktis di bawah Bagian Umum PT. Perkebunan V.

5. Uraian Tugas dari Rumah Sakit PT. Perkebunan V Petumbukan tercantum dalam lampiran I Surat Keputusan ini.

6. Semua Personil eks Rumah Sakit Gabungan Petumbukan diterima sebagai personil PT. Perkebunan V dan ketetapan penggolongannya disesuaikan dengan yang berlaku di PT. Perkebunan V.

7. Besarnya nilai aset Rumah Sakit Petumbukan akan ditetapkan oleh Panitia Likuidasi yang ditunjuk oleh Inspeksi PN. Perkebunan atau PT. Perkebunan Wilayah I dengan suratnya No. SK-07/2/1980 tanggal 25 Februari 1980.

3.3 Peralihan dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke Rumah Sakit PT. Perkebunan V

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.22/Kpts/Um/1/1980 tanggal 12 Januari 1980, maka pada tanggal 25 Februari 1980 telah terjadi serah terima Rumah Sakit Petumbukan. Serah terima ini dilakukan oleh Ketua Pengurus Gabungan Rumah Sakit Petumbukan kepada Direktur Utama PT. Perkebunan V yang berlangsung di Operation Room Kantor Inspeksi PN/ PT. Perkebunan Wilayah-I Medan.57 Dalam acara serah terima tersebut diperoleh keputusan mengenai pengelolaan Rumah Sakit Petumbukan termasuk personalia dan semua asetnya diserahkan kepada PT. Perkebunan V. Maka dari itu terhitung mulai tanggal 25 Februari


(57)

1980 tersebut, segala tugas, wewenang dan tanggung jawab Rumah Sakit Petumbukan berada di bawah naungan PT. Perkebunan V.

Pada saat terjadi peralihan dari Gabungan Rumah Sakit Petumbukan ke Rumah Sakit PT. Perkebunan V tenaga medis yang sebelumnya didominasi oleh orang-orang Eropa, saat itu sudah tidak ada lagi. Dengan demikian saat itu seluruh pegawai di Rumah Sakit Petumbukan sudah diisi oleh orang-orang Indonesia, baik tenaga medis maupun bagian umum. Saat itu pasien-pasiennya berasal dari perkebunan yang merupakan anggota dari PT. Perkebunan V.58

Daftar Inventaris Gabungan Rumah Sakit Petumbukan yang pengelolaannya diserahkan kepada PT. Perkebunan V adalah sebagai berikut: Rumah Tempat Tinggal Pegawai Staf di antaranya Rumah Dokter 1 unit, Rumah Kepala Tata Usaha 2 unit, Rumah Asisten Medis 3 unit, Rumah Bidan dan Asisten Apoteker 4 unit. Rumah Pegawai Non Staf berjumlah 24 unit. Bangunan Perusahaan meliputi Gedung Kantor, Gedung, Kamar Mesin, dan Garasi. Ruang (Zal) terdiri dari Ruang Kelas A, Kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII serta Ruang Isolatic I dan II. Selain itu ada juga sarana pelengkap lainnya berupa Pos Hansip (bekas Tempat Parkir), Dapur Umum, Asrama Putri, Kamar Mati, Kamar Dobie, Bak Air, Langgar, Tempat Parkir Sepeda, Perigi (Sumur) Besar, Tangki Air Rumah Dokter.59

Mesin yang juga merupakan inventaris Gabungan Rumah Sakit Petumbukan antara lain Instalasi Tenaga Listrik berupa 2 buah Mesin Lister. Instalasi Tenaga Air 2 buah pompa air. Untuk pengangkutan ada sebuah mobil ambulans. Alat-alat medis, Perabot, dan Perlengkapan Kantor. Perabot Rumah Dokter Pemimpin terdiri dari 1 buah


(58)

57

meja makan, 1 set tempat tidur jati dan 2 tilam, 2 set tempat tidur kecil, 1 set meja tulis jati, 2 set meja kecil, 1 set lemari pakaian 3 pintu, 1 set lemari besar, 1 set lemari makan jati, 1 set bopet jati, dan 1 set talet kaca. Peralatan medis berupa kamar operasi, storm pomp, dan 3 set tensilekstomp schluder. Alat-alat Dokter Gigi & Mulut dan Perabot pada Klinik Gigi berupa alat-alat atau Instrumen Gigi, dan 1 set Meja Tuile.60

Perlengkapan Umum terdiri dari 1 buah Pendingin Ruangan/ Air Conditioner (AC), 1 buah Lemari Es, 2 buah Dapur Gas Elpiji, 1 buah Televisi 20’ merek Philips, 1 buah Jam Beker, 1 buah Kursi Pusing. Perlengkapan Perabot lain di antaranya 1 buah Penanak nasi/ Rice Cooker, 8 set Kursi Rotan, 2 buah Televisi merek Fuji, dan 3 buah Kipas Angin. Alat Laboratorium berupa 1 set Blood Analyser. Pada rumah asisten Apoteker dan Bidan terdapat 1 buah meja, serta 1 lemari makan. Di Kamar Apotik terdapat 1 buah Timbangan Obat 1000 gr, 1 buah Timbangan Obat 250 gr, 1 buah Timbangan Obat 50 gr, 1 buah Meja Besar, 1 buah Rak, 2 buah Lemari Obat, 2 buah Meja Tulis 2 kursi, 1 buah Meja Biasa, 1 buah Lemari Kecil, dan 2 Penggiling Obat.61

Di dalam Kamar Operasi terdapat 1 buah Sterilisator Elektrik, 1 buah Meja Operasi naik turun, 3 buah Meja Beroda untuk instrumen, 1 buah Standart Beroda untuk tempat Tremonal, 2 buah Meja Kecil untuk Tempat Baskom, 1 buah Lemari Kaca untuk instrumen, 1 buah Lemari Kecil, 1 set Alat Verband Tremonal, 1 buah Lampu TL Double, 1 buah Kompor Api Butterfly, 1 buah Kursi Perobatan Gigi. Di dalam Kamar Periksa Poliklinik Staf terdapat 2 buah Tempat Tidur (1 memakai roda, 1 biasa) beserta 2 59 Arsip milik (Alm.) H. Sabar: Inventaris Gabungan Rumah Sakit Perkebunan Petumbukan pada akhir Desember 1979.

60 Ibid. 61 Ibid.


(1)

Breman, Jan, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial Abad ke-20, Jakarta: Graffiti, 1997.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta, 1975.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1985.

Iskandar, Dalmy, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, dan Pasien, Jakarta: Sinar Grafika, 1998.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bentang Pustaka, 1995.

Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu atas Tanah di Sumatera Timur (tahun 1800-1975), Bandung: Penerbit Alumni, 1976.

Nazira, Kiki, “Kemajemukan Hukum dalam Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Adat pada Orang Melayu” Skripsi S-1, belum diterbitkan, Medan: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik USU, 2006.

Pelzer, Karl J, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria 1863-1947, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985.

Pelzer, Karl J., Sengketa Agraria: Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1991.

Said, Mohammad, Suatu Zaman Gelap di Deli: Koeli Kontrak Tempo Doeloe dengan Deirta dan Kemarahannya, Medan: Harian Waspada, 1990.

Sciortino, Rosalia, Menuju Kesehatan Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.


(2)

Koleksi milik (Alm.) H. Sabar berupa:

1) Denah Rumah Sakit Petumbukan pada Verkaufs Vertrag, Central Hospital Petoemboekan, 20 Maret 1913.

2) Verkaufs Vertrag.

3) Laporan Serah Terima Rumah Sakit Perkebunan Petumbukan.

4) Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No.22/Kpts/Um/1/1980 tentang Pengalihan Status Rumah Sakit Gabungan Perkebunan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PNP/PTP.

5) Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan V No.05.7/Kpts/5/1980 tentang Pengalihan Rumah Sakit Gabungan Petumbukan menjadi Rumah Sakit Perkebunan PT. Perkebunan V.

6) Uraian Tugas Rumah Sakit PT. Perkebunan V. 7) Naskah Serah Terima.

8) Inventaris Gabungan Rumah Sakit Perkebunan Petumbukan pada akhir Desember 1979.

9) Masalah Rumah Sakit Petumbukan.

10) Surat Perjanjian 8 Maret 1965 antara Gabungan Rumah Sakit Petumbukan dengan ahli waris OK. Tousa.

11) Koleksi milik OK. Dirhamsyah Tousa berupa:

1) Surat Permohonan No.319/11.05.3/TU/2005 tentang Izin Pemakaian Lokasi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Deli Serdang kepada ahli waris OK. Tousa.


(3)

2) Relaas Pemberitahuan Putusan Mahkamah Agung RI No.4155 K/Pdt/1998 jo. No.62/Pdt.G/1995/PN-LP yang mengadili PT. Perkebunan Nusantara 3, Direktur/ Pimpinan Rumah Sakit PT. Perkebunan Nusantara 3, dan Menteri Pertanian RI.

3) Surat Perjanjian tanggal 20 Maret 1913 antara OK. Tousa-Dulkahar dengan dr. Baermann, Central-Hospital Petoemboekan Postkantor Galang Sumatra’s Ostkust.

4) Pendahuluan dalam Proposal Penawaran Kompleks Rumah Sakit Petumbukan 1912.

5) Data Bangunan dan Sarana Rumah Sakit Petumbukan. 6) Surat Kuasa OK. Syahrun kepada OK. Hidayatullah.

7) Berita Acara Eksekusi Penyerahan Nomor: 06/Eks/2002/62/Pdt.G/1995/PN-LP.

Koleksi milik OK. Ravii berupa:

Risalah Kronologis Sengketa Tanah ahli waris OK. Tousa, - Periode 1913 s/d 24 September 1960 (Berlakunya UUPA). - Periode 12 Januari 1980-2002.

Koleksi milik Asrul Koto berupa:

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV, dan PT. Perkebunan V menjadi PT. Perkebunan Nusantara 3.


(4)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : OK. Dirhamsyah Tousa Umur : 57 tahun

Pekerjaan : Sekretaris Desa Kelapa Satu (ahli waris OK. Tousa) Alamat : Desa Kelapa Satu Dusun II

2. Nama : Zakaria Bono Umur : 94 tahun


(5)

Pekerjaan : Mantan Kerani/ Administrasi di Rumah Sakit Petumbukan Alamat : Desa Pisang Pala Dusun V

3. Nama : Kanaya Umur : 79 tahun

Pekerjaan : Mantan Dobi di Rumah Sakit Petumbukan Alamat : Desa Pisang Pala Dusun

4. Nama : Edy Suhardi Umur : 51 tahun

Pekerjaan : Pegawai di Poliklinik PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang Alamat : Dusun II Sei Karang

5. Nama : Usman Umur : 71 tahun

Pekerjaan : Mantan Keamanan di Rumah Sakit Petumbukan Alamat : Desa Pisang Pala

6. Nama : Syamsir Umur : 58 tahun

Pekerjaan : Mantan Pegawai Administrasi Rumah Sakit Petumbukan Alamat : Desa Petangguhan Dusun VI

7. Nama : Suryati Tarigan Umur : 47 tahun

Pekerjaan : Pegawai Poliklinik PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang Alamat : Dusun I Sei Karang

8. Nama : Ngatiah Umur : 49 tahun


(6)

Alamat : Dusun Antara Desa Pasar Miring Pondok Asem

9. Nama : OK. Ravii Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Pegawai Swasta (ahli waris OK. Tousa)

Alamat : Perumahan Johor Permai Jl. Melinjo Raya No. 1 Gedung Johor Medan

10. Nama : Siti Zainab Br Sembiring Umur : 74 tahun

Pekerjaan : Mantan Asisten Bidan di Rumah Sakit Petumbukan Alamat : Dusun I Kelapa Satu

11. Nama : Sri M. Yusuf Umur : 46 tahun

Pekerjaan : Bagian Administrasi Poliklinik PT. Perkebunan Nusantara 3 Sei Karang Alamat : Pisang Pala

12. Nama : Asrul Koto, BL.Arch Umur : 56 tahun

Pekerjaan : Mantan Corporate Secretary Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara 3 Alamat : Jl. Karya Wisata Perumahan Johor Indah Permai I Blok IV No. 24 Medan