Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran narkotika semakin marak terjadi di Indonesia yang membuat
masyarakat resah terutama para orang tua karena narkotika tidak mengenal sama
sekali usia dari korbannya. Kasus penyalahgunaan narkotika ini tidak hanya
terjadi pada orang dewasa saja. Tetapi anak-anak dan remaja pun sudah
menyalahgunakan narkoba. Tentu ini membuat para orang tua resah dengan
melebarnya peredaran narkotika yang terjadi di Indonesia. Sehingga para aparat
kepolisian harus lebih serius lagi dalam penanganan penyebaran narkotika ini.
Pada dasarnya narkotika adalah obat penghilang rasa sakit dan juga
mengubah perasaan dan pikiran. Pada tahun 2000 SM, dikenal sebuah tanaman
berupa Papavor somniveritum (candu), dan tumbuhan tersebut juga tumbuh di
berbagai wilayah seperti China, India dan beberapa negara lainnya. Kemudian
pada tahun 330 SM seseorang bernama Alexander the great mulai mengenalkan
candu di India dan Persia, pada saat itu orang India dan Persia menggunakan
candu tersebut saat jamuan makan dan santai1. Ini merupakan awalnya masyarakat
eropa mengenal candu yang dapat memberikan efek ketagihan pada penggunanya
namun namun ini merupakan penyalahgunaan narkotika. Setelah beberapa waktu
kemudian diketahuilah bahwa candu mempunyai manfaat untuk kepentingan
pengobatan.


1

http://stopnarkobaa.blogspot.co.id/2014/02/sejarah-narkotika.html,
tanggal 11 Maret 2017 pada jam 12.30 WIB

diakses pada

1
Universitas Sumatera Utara

Penyalahgunaan narkotika ini semakin merajalela karena kurangnya
pengawasan yang ketat dalam penyebarannya. Seperti yang kita ketahui
penyebaran narkotika di Indonesia sudah sangat luas dan mudah untuk di dapat
kan. Ditambah lagi perkembangan teknologi dan informasi pada zaman sekarang
ini, semakin memudahkan para bandar narkotika untuk menjalankan peredaran
narkotikanya. Dengan mudahnya akses untuk mendapatkan barang haram ini
membuat orang dewasa, remaja bahkan anak-anak menjadi pecandu narkotika
yang sangat ketergantungan dan susah untuk disembuhkan.
Pecandu narkotika pada dasarkan adalah korban penyalahgunaan tindak

pidana narkotika. Maka dalam hal ini perlu ada suatu kebijakan dalam hukum
pidana untuk memposisikan pecandu narkotika sebagai seorang korban bukan
pelaku kejahatan khususnya.
Dan pecandu narkoba adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah
mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika dan
bahan adiktif lain, baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan terhadap
narkoba ini mendorong pecandunya untuk menggunakan narkoba terus-menerus,
dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat atau. Berat ringannya gejala
putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis, serta lama pemakaian. Semakin
tinggi dosis yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala
sakitnya2.
Hal yang berbeda dalam undang-undang tentang narkotika adalah
kewenangan yang diberikan kepada hakim untuk memvonis seseorang yang telah
2

http://narkobasi.blogspot.co.id/2011/05/pecandu-narkoba-dan-proses-hukum.html?m=1,
diakses pada tanggal 13 April 2017 pada jam 14.15 WIB

2
Universitas Sumatera Utara


terbukti sebagai pecandu narkotika untuk dilakukannya rehabilitasi. Dalam hal ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa kewenangan ini mengakui bahwa pecandu
narkotika selain sebagai pelaku tindak pidana juga sekaligus korban dari kejahatan
itu sendiri. Namun dalam praktek di lapangan kenyataan ini tidak berlaku.
Peradilan terhadap pecandu narkotika sebagian besar berakhir dengan vonis
pemenjaraan dan bukan vonis rehabilitasi.
Sampai saat ini masalah penyalahgunaan narkotika terhadap kawula muda
di Indonesia masih menjadi ancaman yang mencemaskan bagi para orang tua.
Penyalahgunaan narkotika sangat memberikan akibat yang buruk kepada pecandu
baik dari segi kesehatan pribadinya maupun kepada lingkungan sekitarnya.
Para kawula muda menjadi sasaran empuk bagi para bandar narkotika
karena dalam masa anak sampai remaja dan menuju dewasa seseorang mengalami
perubahan dalam segala bidang, baik secara biologis, perasaan, cara berpikir, dan
kepribadian. Hal inilah yang menyebabkan mereka mudah untuk dipengaruhi
karena jiwa mereka masih belum stabil.
Oleh karena itu solusi yang perlu dilakukan adalah dengan cara
mengetahui tempat rehabilitasi guna menyediakan suatu sarana untuk membantu
pemulihan bagi para pecandu narkotika.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat judul dalam

penelitian ini adalah “ Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal
Sibolangit dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu
Narkotika (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Center)”.

3
Universitas Sumatera Utara

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas timbul beberapa masalah yang perlu dikaji dalam
penulisan ini antara lain :
1. Bagaimana pengaturan terhadap perlindungan hukum terhadap pecandu
narkotika?
2. Bagaimana prosedur penetapan rehabilitasi bagi pecandu dan syarat-syarat
seseorang untuk direhabilitasi?
3. Bagaimana peranan lembaga rehabilitasi narkoba Al-Kamal Sibolangit dalam
pembinaan dan upaya penyembuhan terhadap pecandu narkotika?

C. Tujuan Dan Maamfaat Penulisan
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apa saja pengaturan terhadaap perlindungan hukum
terhadap pecandu narkotika
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penetapan rehabilitasi bagi
pecandu dan apa saja syarat-syarat seseorang untuk direhabilitasi
3. Untuk mengetahui peranan lembaga rehabilitasi narkoba Al-Kamal
Sibolangit dalam pembinaan dan upaya penyembuhan terhadap pecandu
narkotika

4
Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penulisan
a. ManfaatTeoritis
Mengharapkan bahwa hasil penulisan ini dapat menyumbangkan pemikiran
bidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum khususnya
mengenai peranan lembaga rehabilitasi narkoba
b. ManfaatPraktis
Mengharapkan bahwa hasil penulisan ini dapat dimamfaatkan atau diterapkan
dalam pengambilan penetapan oleh aparat penegak hukum dalam tindak pidana
narkotika dengan menerapkan konsep-konsep kebijakan hukum pidana di

Indonesia.

D. Keaslian Penulisan
PembahasanskripsiinidenganjudulPerananLembagaRehabilitasiNarkobaAl
KamalSibolangitdalamPembinaandanUpayaPenyembuhanTerhadapPecanduNarko
tika(Studi diPantiRehabilitasiNarkoba Al-Kamal Sibolangit Centre) permasalahan
yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni dari hasil pemikiran penulis dalam
rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana
hukum di Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara dan apabila ternyata di
kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama maka penulis akan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

5
Universitas Sumatera Utara

E. Tinjauan Pustaka
1. Narkotika
a. Pengertian Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sistesis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan3.
Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam(tiga) golongan yaitu4 :
a) Alami
Yakni jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi,
isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya: ganja, kopium, daun koka dan
lain-lain. Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,
Narkotika yang berasal dari alam dan tidak boleh digunakan untuk terapi adalah
golongan I terdiri dari :
a. TanamanPapaverSoniferum L
b. Opium mentah, opium masak (candu, jicing,jicingko)
c. Opium obat
d. Tanamankoka, daunkoka, kokain mentah, kokaina, ekgonim (kerja alkoid koka
berbeda dengan alkoid opium)
e. Heroin, Morfin (Halkoid,opium yang telah diisolasi)
f. Ganja, damar ganja
b) Semi Sintesis
3

AKBP. JHS. TANJUNG Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya,

BNNP, Sumatera Utara, hlm. 16
4
Ibid

6
Universitas Sumatera Utara

Yakni zat yang doproses sedemikian rupa melalui proses ekstraksi dan
isolasi. Contohnya : morfin, heroin, kodein dan lain-lain.
Jenis Obat ini menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
termasuk dalam narkotika golongan I.
c) Sintesis
Jenis obat atau zat yang doproduksi secara sintesis untuk keperluan medis dan
penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) seperti
penekan batuk (antitusif). Jenis obat yang masuk kategori sintesis antara lain
Amfetamin, Dekssanfetamin, Penthidin, Mepiridin, Methadon, Dipipanon,
Dekstropakasifen, LSD (Lisergik, Dietilamid).
Berdasarkan egek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika terdapat
3(tiga) jenis yaitu5 :
a. Depressan (downer)

Adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas, membuat pengguna
menjadi tertidur atau tidak sadar diri.
b. Stimulan (upper)
Adalah jenis-jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja (segar dan bersemangat) secara berlebih-lebihan.
c. Halusinogen
Adalah zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi, dapat
merubah perasaan dan fikiran.
b. Asal mula Narkoba

5

Ibid, hlm. 17

7
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan defenisi psiko farmakologi, zat psiko aktif adalah zat kimia
yang mampu merubah dan mempengaruhi perasaan fikiran dan perilaku seseorang
yang populer disebut NARKOBA (Narkotika, Psikiotropika, dan Bahan Adiktif).

Sesungguhnya sudah sejak zaman pra sejarah orang mengenal zat psiko
aktif baik berupa tanaman/tumbuhan maupun berupa semi sintesis. Ada yang
berupa dedaunan, buah, bunga maupun akar, telah dikenal manusia purba akan
efek farmakalogi yang ditimbulkannya. Sejarah mencatat bahwa ganja (Cannabis
Sativa) sudah digunakan orang sejak 2700 tahun sebelum masehi. Orang-orang
kuno telah menggunakan opium untuk menenangkan balita-balita mereka bila
menangis misalnya6.
Pada hakikatnya zat-zat itu digunakan untuk pengobatan atau mengurangi
sakit akan tetapi kemudian telah diracik untuk mendapatkan kenikmatan jangka
pendek. Sejalan dengan kemajuan teknologi moderen yang semakin pesat hingga
manusia dapat mengolah zat-zat psiko aktif dengan cara yang amat canggih.
Contoh-contoh berikut ini antara lain 7:
1. Proses penyulingan ditemukan tahun 800-an yang memproduksi alkohol berkadar
kurang dari 15% saja oleh karena pembuatannya merupakan peragian atau
fermentasi alamiah belaka.
2. 5000 tahun sebelum masehi opium diolah secara tradisional dengan perangkat
sederhana dengan kadar narkotik relatif rendah. Baru pada tahun 1805 para
ilmuan menemukan morfin yang merupakan kadar murni dalam opium itu. Tiga

H. Mastar‟Ain Tanjung, Paham Kejahatan Narkoba, Lembaga Terpadu

Pemasyarakatan Anti Narkoba, Jakarta, 2006, hlm. 50.
7
Ibid
6

8
Universitas Sumatera Utara

puluh tahun kemudian sekitar tahun 1834 jarum suntik ditemukan dan merupakan
cara paling baru untuk memasukkan morfin kedalam tubuh.
3. Akhirnya ditemukan pula tumbuhan bernama Kokain yang dapat menimbulkan
euforia lebih tinggi dibandingkan daun koka yang pada waktu itu dikunyah begitu
saja seperti orang makan sirih.
Ada pertanyaan dari kalangan orang-orang tertentu; Kenapa orang
menggunakan zat-zat psiko aktif dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan cultur masyarakat itu sendiri8.
Beberapa zat tertentu dibenarkan dipakai atau dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu. Ada kalangan terlarang bagi masyarakat lainnya. Kebiasaan yang
menjadikan kultur (membudaya) berhubungan erat dengan adat dan religi.
Kadang-kadang zat tertetu dipakai karena sudah kebiasaan dengan tidak
memandang baik atau buruk oleh masyarakat tersebut. Kalau dulunya dianggap
biasa sekarang jadi terlarang atau sebaliknya. Pergerakan waktu ke zamanpun
turut mempengaruhi perkembangan instansial dari zat-zat9.
Maklum saja semakin canggih peralatan yang mengolah zat-zat itu
semakin sempurna kwalitas dan kwantitasnya. Jangan lupa bahwa potensi dari zat
itupun semakin erat.
Historis dan kronologis singkat berikut ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau acuan untuk lebih mengenal masalah penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba, yang dirasakan pada saat ini sungguh sangat meresahkan.
Meskipun merupakan catatan-catatan ringan dan sederhana, diharapkan dapat
8
9

Ibid, hlm. 51.
Ibid.

9
Universitas Sumatera Utara

diperhatikan

bahwa

pemakaian

penyalahgunaan

maupun

pencegahan,

pemberantasan zat-zat psiko aktif (Narkoba) akan banyak berkaitan dengan aspek
sosial, budaya, ekonomi, hankam dan agama10.
- Tahun 5000 SM :

Bangsa Sumeria di Timur Tengah paling pertama
kali

-

Tahun 3500 SM :

menggunakan opium

Bangsa Mesir merupakan biangnya alkohol dalam
sejarah

-

Tahun 2737 SM :

Shen Nung seorang Kaisar China dalam catatannya
menuliskan bahan (Cannabis Sativa) atau ganja.

-

Tahun 2400 SM :

Untuk mengisi kas negara Raja Kreta memungut
pajak bagi

-

Tahun 113- 256 SM :

pengusaha pembotolan anggur.

Dinasty Chou didaratkan China merancang UndangUndang sampai puluhan kali atas produksi Alkohol

-

Tahun 624 SM-256 SM : Alkohol digunakan sebagai senjata oleh Cyakares
menaklukkan bangsa Persia Scythia.

-

Tahun 300 SM :

Erasistratus seorang Thabib Yunani yang
menjelaskan bahaya ketagihan opium

-

Tahun 200 SM :

Orang-orang Indian di Amazone mulai mengenal
tembakau untuk diisap

-

Tahun 550-579 :

anjuran Kong Hucu agar orang tidak minum
berlebih-lebihan

10

Ibid, hlm. 51-72.

10
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 646-770 :

Sejak Budhisme menjadi agama yang dianut bangsa
Jepang beberapa kaisar melarang minum alkohol
Barat yang tidak begitu ketentuan adat dan agama
sekuler bertambah kental bagi kehidupan modern
yang memicu pemakaian alkohol dan zat-zat psiko
aktif tidak mulai terkontrol.

-

Tahun 689 :

Sriwijaya membuat Undang-Undang mengenai candu
berdasarkan ajaran Tibet dan China.

-

Tahun 700-800 : Bangsa Arab yang mula-mula memperkenalkan bunga
poppy kenegeri India dan China. Pada mulanya sebagai
bahan pengobatan lama kelamaan menjadi resep minuman.

-

Tahun 1000 :

Penggunaan Opium mulai merebak secara luas dinegeri
China.

-

Tahun 1000 :

Rakyat Yunani mengolah Opium guna dimakan diminum
sebagai kebutuhan sehari-hari

-

Tahun 1500 :

Pada zaman ini penggunaan zat-zat psiko aktif mulai marah
dibelahan Eropa, seperti kopi, tumbuhan koka, coklat dan
teh. Pada masa ini pulalah t erjadi penggeseran nilai di
dunia Barat yang tidak begitu patuh lagi kepada ketentuan
Adat dan Agama. Sekuler bertambah kental bagi kehidupan
modern yang memicu pemakaian alkohol dan zat-zat
pskikoaktif mulai tidak terkontrol.

11
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1500 :

Di China opium dipergunakan selain untuk pengobatan tapi
juga kurang banyaknya yang mempergunakan untuk
bersenang-senang kenikmatan semata.

-

Tahun 1510 :

Kedai minuman seperti teh dan kopi mulai bermunculan di
Kairo.

-

Tahun 1511 :

Silang pendapat tentang minuman kopi di negeri
Arab/Mesir, sebahagian melarang dan dinyatakan mahruh
sebahagian lagi menyatakan boleh.

-

Tahun 1600 :

Rusia memberlakukan hukuman mati bagi orang-orang
yang memiliki tembakau dalam jumlah tertentu. Pertama
kali dilakukan pada masa Mikkail Federatives berkuasa. Di
lanjutkan dengan peraturan hukuman siksa pada masa
pemerintahan Tsar Alex Miklailovich bagi orang-orang
yang kedapatan mengisap rokok.

-

Tahun 1600 :

Peredaran berbagai macam rokok mulai memasuki daratan
China.

-

Tahun 1611 :

Virgina terkenal dengan tembakaunya dan ladang ganja
yang pertama kali diolah di negara bagian Amerika Serikat
ini.

-

Tahun 1638 :

Kaisar Ming dari China melarang menjual dan
mengedarkan ganja dan sejenisnya.

-

Tahun 1641 :

Tsar Michael dari Rusia menghukum penjual dan perokok
dengan mengasingkan mereka kesebuah daerah terpencil.

12
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1642 :

paus urban VII mengeluarkan peraturan yang mencela
pemakaian tembakau.

-

Tahun 1644 :

Kaisar Manchur melarang mengisap tembakau “Snuf”
yakni menyedot melalui hidung.

-

Tahun 1650 :

Bavaria dan Zurich juga terlarang mengkonsumsu
tembakau dan sejenisnya.

-

Tahun 1677 :

Sultan Amangkurat II dari Mataram dan VOC mengikat
perjanjian tentang penjualan opium (candu) yang menjadi
monopoli VOC (Belanda).

-

Tahun 1678 :

Belanda selain menjarah kekayaan bangsa Indonesia tapi
juga memerkosa hak hidup anak negeri dengan cara
meracuninya dengan candu. Pada tahun ini saja VOC
memassukkan candu Benggala ke Indonesia sebanyak
667.444 pon yang merupakan jumlah lima kali lipat dari
tahun sebelumnnya yaitu 113.000 pon candu pemakaiannya
rata-rata pertahun untuk pulau Jawa

-

Tahun 1681 :

Setelah membuat perjanjian tentang monopoli candu
dengan Sultan AmangKurat II kini VOC membuat
kesepakatan pula dengan Sultan Cirebon.

-

Tahun 1682 :

VOC menyeret pula Sultan Banten untuk membuat
perjanjian monopoli candu.

-

Tahun 1691 :

Hukuman mati dijatuhkan kepada penjual tembakau di
Jerman.

13
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1705 :

VOC dan Sunan Paku Buwono I memperbaharui perjanjian
monopoli candu.

-

Tahun 1721 :

Seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama Engelbert
Keempler menjelajahi Timur Tengah India dan Sri Langka,
menyebutkan jenis-jenis zat psiko aktif yang digemari
masyarakat antara lain pinang, tembakau, opium.

-

Tahun 1712 :

Jawa mulai memasarkan komoditinya “kopi” keluar negeri.

-

Tahun 1729 :

Dibawah kekuasaan Kaisar YungCheng dari China
melarang pemakaian dan penjualan candu. Satu-satunya
negara yang gigih melarang pemakaian candu adalah
China.

-

Tahun 1742 :

Setelah Sunan Paku Buwono II mengalami kalah melawan
Belanda melarang seluruh keturunannya menggunakan
candu. Padahal sebelumnya juga penggemar candu yang
kemudian melarangn dan memberhentikan pemakaiannya.

-

Tahun 1753 :

Linnaeus memberikan nama Cannabis Sativa untuk
tanaman perdu “Ganja”

-

Tahun 1762 :

Virgina negara bagian Amerika Serikat menjatuhkan
hukuman berat bagi masyarakat petani yang tidak mau
menanam ganja (Cannabis Sativa)

-

Tahun 1762 :

Selama 12 kali setahun terjadi perdagangan (Barter) antara
Aceh dan Inggris, di India yakni tukar barang pinang, lada,
emas, ditukar dengan opium dan tekstil.

14
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1773 :

British east India Company Kongsi Pengiriman opium ke
China.

-

Tahun 1779 :

John Marsden penguasa VOC di Bengkulu mengawasi
penjualan dan pemakaian candu.

-

Tahun 1800 :

Inggris menyelundupkan candu ke China

-

Tahun 1803 :

PADRI di Minangkabau merupakan gerakan pemurnian
ajaran Islam yang mengharamkan dan melarang
penggunaan candu, alkohol, tembakau dan pinang.

-

Tahun 1805 :

Friedrich Sertumer dari Jerman adalah penemu cara
pemisahan Morfin dari heroin.

-

Tahun 1809 :

Distribusi candu di Jawa diawasi opium pacht (perkebunan
candu, sistem ini diperkenalkan oleh Daendels Gubernur
India Timur.

-

Tahun 1817 :

Sir Thomas Stamford Raffles pejabat pemerintah Inggris,
mengamati pemakaian zat psiko aktif (chin, arak, api bren,
candu) ditengah masayakat Jawa.

-

Tahun 1824 :

Pada masa ini seluruh keresidenan di Jawa memiliki
perkebunan candu, kecuali Banten dan Priagan yang bebas
dari tanaman yang membahayakan itu

-

Tahun 1825 :

Bangsa Thai dibawah Raja Rama II melarang rakyat Thai
mengisap candu hanya bangsa China yang diperbolehkan.

-

Tahun 1834 :

Inggris kehilangan monopoli candu di China setelah adanya
pemasok candu dari berbagai belahan dunia.

15
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1839 :

Seorang dokter berkebangsaan Inggris di India
O‟Shanghnessy menuliskan dalam bukunya tentang
Cannabis Sativa (ganja) sebagai pengobatan alternatif
dibenggala sehingga ganja mulai dikenal luas didunia barat.

-

Tahun 1839-1842 :

Terjadinya Perang Candu antara China dan Inggris
sejak lama Inggris menghendaki agar Cina
membuka pelabuhan untuk perdagangan luar negeri,
Inggris menjalankan siasat candu yang sangat
menguntungkan bagi Inggris sebaliknya menjadikan
korban bagi rakyat Cina.

-

Tahun 1841 :

Morean menggunakan Therapy haskin untuk
mengobati pasien yang mengalami penyakit jiwa.

-

Tahun 1850 :

Ladang ganja terbesar didunia Yamaica buruhnya
didatangkan dari India

-

Tahun 1852 :

Raja Mong dari Muang Thai Mengorga nisir candu
kerjaanu dengan kongsi.

-

Tahun 1853 :

Inggris untuk memenuhi kebutuhan perdagangan
candunya mengimpor dari India- Birma

-

Tahun 1853 :

Jean Band dalam catatannya memperkirakan antara
tahun 1619-1799 setuao tahunnya pulau Jawa
mengimpor candu sebesar 100.000 pond lebih untuk
konsumen masyarakat Jawa.

16
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1855 :

Inggris dan Muangthai mengikat suatu perjanjian
tentang masuknya opium

-

Tahun 1855 :

Pecah perang candu ke II yang menimbulkan
banyak korban. Politik siasat candu Inggris
menyengsarakan rakyat Cina oleh merebaknya
peredaran Candu diseluruh negeri.

-

Tahun 1858 :

Negara Vietnam mengambil langkah monopoli
opium guna meningkatkan pendapatan negara
membangun pertukaran militer.

-

Tahun 1860 :

Pada tahun inilah seorang peneliti bernama Albert
Nierma berhasil menemukan kokain yang berasal
dari daun koka.

-

Tahun 1861- 1865 :

5.000 serdadu Amerika Serikat menjadi teler akibat
ketagihan mempergunakan Morfin, ketika terjadi
perang saudara di negeri itu.

-

Tahun 1862 :

Opium Farm (perkebunan candu) di Asahan
Sumatera Utara di tangani oleh saudagar China dari
Penang yang di backing oleh Inggris. Yang
dipertuan Asahan Sultan Ahmadsyah meminta
pembelaan ini agar Belanda yang melindungi
pangeran Langkat tidak datang menguasai daerah
Asahan.

17
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1863 :

Kesultanan Siah (Riau) perdagangan candunya di
monopoli oleh pemerintah Hindia Belanda guna
membangun negeri Belanda.

-

Tahun 1863 :

Asam Barbiturat yang ditemukan pertama kali oleh
Adolfon Baeyer berkebangsaan Jerman.

-

Tahun 1872 :

5100 unit memenuhi kebutuhan pelayaran dagang
untuk mengangkut bahan rempah-rempah antara
Aceh barter Penang, Perdagangan sistem barter lada
dari Aceh tukar candu.

-

Tahun 1874 :

Heroin, diasetil morfin yang dihasilkan dari reaksi
kimia antara morfin dan asam asfat anhidrat sebagai
desivat morfin mempunyai efek lebih cepat bereaksi
menimbulkan ketagihan. Zat ini ditemukan oleh
seorang ahli kimia Alder Wright di London.

-

Tahun 1875 :

Kalangan buruh di Jakarta mulai ketagihan
mengisap ganja yang amat gampang dijumpai
disetiap pedagang rokok.

-

Tahun 1876 :

Aceh juga tidak mau ketinggalan sehingga
perkebunan candu pertama kali dibuka

-

Tahun 1877 :

Pemerintah Haidi Belanda mengawasi perairan
Lombok-Bali karena didaerah ini sangat rawan
penyelundupan opium

18
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1878 :

Inggris mengeluarkan Undang-Undang membatasi
perdagangan candu.

-

Tahun 1879 :

Chang Chen Hsun seorang pedagang China yang
kemudia diangkat menjadi konsul Jendral China di
Singapura, berperan memonopoli candu di Aceh.

-

Tahun 1880 :

Hukuman mati diterapkan di China bagi
pemasok/penyelundup opium. Dikarenakan opium
mencapai 5 ton/tahun yang menyengsarakan rakyat
China.

-

Tahun 1880 :

Madiun merupakan penghasil opium terbesar di
Indonesia, kala itu.

-

Tahun 1881 :

Prancis pun berperan mengambil monopoli candu di
Cochin China.

-

Tahun 1886 :

Babol delima sebuah novel yang isinya menentang
peredaran opium di Hindia Belanda.

-

Tahun 1887 :

Amfetamine (psikotropika golongan II) ditemukan.

-

Tahun 1889 :

Raden Adjeng Kartini menulis surat kepada Stella
Zeehandelaer, mengenai kebiasaan buruk mengisap
candu pada bangsanya.

-

Tahun 1890 :

Dikalangan bumi putra Jawa candu dipakai untuk
pengobatan kolera, beri-beri, TBC dan rematik.

-

Tahun 1893 :

Perancis memperluas monopoli candunya hingga ke
Laos.

19
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1894 :

“Opium Regie” sengaja diciptakan pemerintah
Hindia Belanda agar perdagangan penuh ditangani
pemerintah.

-

Tahun 1896 :

Madura adalah daerah yang pertama dibuka Opium
Rege.

-

Tahun 1897 :

Kemudian opium Rege bermunculan diseluruh
pulau Jawa, menjual opium secara ketengan.

-

Tahun 1899 :

Berdiri satu perkumpulan anti Opium bernama Ikata
Anti Opium. Perkumpulan ini menentang
kebedaraan opium di negeri Belanda. Didirikan oleh
tokoh masyarakat para pejabat, tokoh rohaniawan,
wartawan, ilmuan serta pengacara, dan lain-lain.

-

Tahun 1903 :

Filipina membentuk komisi candu guna mengatur
kelancaran masuknya opium kenegeri itu.

-

Tahun 1903 :

Pil candu yang diselundupkan ke Pulau Jawa di
gunakan sebagai therapy anti candu.

-

Tahun 1906 :

China mengolah lebih 35.000 ton candu untuk
diekspor keluar negeri sebagai komoditi eksport
China.

-

Tahun 1907 :

Adanya perubahan kultur didalam masyarakat
Hindia Belanda yang oleh para Priyayi peranakan
China Mengadakan kampanye anti candu. Di
buleleg berdiri sebuah klinik yang ketagihan atau

20
Universitas Sumatera Utara

ketergantungan opium dikelola oleh dukun (thabib)
setempat.
-

Tahun 1908 :

Budi Utomo Pendiri Perhimpunan Nasional
Indonesia menganjurkan kepada selurut rakyat
Indonesia tidak mengisap candu atau madat.

-

Tahun 1909 :

Shanghai merupakan kota di China yang pertama di
langsungkan konfrensi opium.

-

Tahun 1910 :

Pemerintah Hindia Belanda menolak permohonan
Budi Utomo yang menginginkan adanya kampanye
pendidikan anti opium. Barbitural sebagai trend
dalam kehidupan gaul di Indonesia.

-

Tahun 1973 :

Dinas Kesehatan DKI pelopor penyelenggara
kampanye anti Narkoba berbasis sekolah di Jakarta.

-

Tahun 1975 :

Menurut prakiraan korban ketergantungan obat
diseluruh Indonesia berjumlah sekitar 5.000-10.000
orang.

-

Tahun 1976- 1979 :

Kawula muda pemuda pelajar dan mahasiswa
konsumen utama menggunakan ganja sedatifa dan
barbiturat. Dikarenakan barang ini mudap didapat
dan pengawasan untuk inipun sangat lemah.

-

Tahun 1978 :

NEO bersama salah satu lembaga non pemerintahan
yang bergerak dalam penanggulangan
penyalahgunaan obat terlarang seperti heroin

21
Universitas Sumatera Utara

(putaw) kokain, ganja, ekstasy, shabu (Narkotika
dan Psikotropika).
-

Tahun 1979 :

Jakarta menyelenggarakan konferensi Internasional
I antara organisasi Non Pemerintah (NGO) tentang
penyalahgunaan obat.

-

Tahun 1979 :

Bulan Sabit Emas julukan bagi penghasil opium ilegal
terbesar didunia (Iran, Pakistan, Afganistan)

-

Tahun 1980 :

Keluar peraturan pemerintah Indonesia tentang penanaman
tanaman papaver, koka, ganja.

-

Tahun 1984 :

Menteri Sosial Republik Indonesia mensinyalir adanya
lebih 80.000 orang penyalahgunaan Narkotika di Indonesia.

-

Tahun 1990 :

United Nations Office on Drugs Crime (UNODC)
memperkirakan sejak 1990 terdapat puluhan juta pecandu
heroin dan opium di seluruh dunia.

-

Tahun 1993 :

Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan
keputusan bahwa ekstasi merupakan golongan obat keras
(Permenkes RI No.124/Menkes/ Per 1993)

-

Tahun 1997 :

Pengesahan United Nation Convention Againt Illicit Traffic
in Narcotic Drugs and Psikotropik Substance 1988
(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang
Pemberantasan dan Peredaran Gelap Narkotika dan
Psikotropika, 1988).

22
Universitas Sumatera Utara

-

Tahun 1997 :

Keluar Undang-Undang RI No.22 tahun 1997 tentang
Narkotika sebagai pengganti UU RI No.9 tahun 1976,
dengan ancaman hukuman paling lama 20 tahun/seumur
hidup.

-

Tahun 1997 :

Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

-

Tahun 2000 :

Pembentukan Satgas luhpen Narkoba Markas Polri (Sprin)
647/11/2000.

-

Tahun 2002 :

Afganistan telah memproduksi 4.503 ton candu, jika di
proses menjadi heroin akan menghasilkan tidak kurang
450.300 Kg setara 450.300.000.000 mg Heroin (putaw)
karena pemaikaannya dengan cara disuntikkannya beberapa
mg saja.

-

Tahun 2002 :

Instruksi Presiden No.3 tahun 2002 tentang
penanggulangan bahaya penyalahgunaan narkotika
psikotropika dan zat adiktif.

-

Tahun 2003 :

Menurut Internasional Narcotic Control Board (INBC) pada
sidang ke-46 dari United Nations Commision on Narcotic
Drug (UNCND) di Wina tanggal 8-17 April 2003,
menyatakan bahwa pada sidang Afganistan merupakan
Produsen candu gelap terbesar di dunia.

- Tahun 2003 :

Pemerintah Presiden RI Mega Wati Soekarno Putri hukum
mati Produsen dan pengedar narkoba.

23
Universitas Sumatera Utara

- Tahun 2004 :

Fakta membuktikan tiga orang terpidana mati yang
memassukan Narkotika golongan I Heroin telah dieksekusi
mati di Medan Sumatera Utara, yakni :
1.

Ayodya Prasad Chaubey (India)

2.

Namsong Sirilak

3.

Saelo Prasaert

c. Jenis-jenis Narkotika
1. Ganja
Dikenal dengan nama : Cannabis, Mariyuanan, Hasish, Gelek, Budha
Stick, Cimeng, Grass, Rumput, Sayur11.
a) Bentuk
Berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya memanjang,
pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang di tengah
pangkal hingga ujung bila diraba bagian muka halus dan bagian belakang agak
kasar. Jumlah helai daun ganja selalu ganjil yaitu 5, 7, atau 9 helai.
b) Warna
Ganja hijau tua segar dan berubah coklat bila sudah lama dibiarkan karena
udara dan panas
c) Penggunaan
Dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan
menggunakan pipa rokok. Daun ganja mengandung zat THC yaitu suatu zat

11

AKBP, JHS, TANJUNG. Op. Cit, hlm. 1

24
Universitas Sumatera Utara

penyebab terjadinya halusinasi. Getah yang kering disebut Hasish. Apabila
dicairkan akan mendapat minyak yang dikenal minyak Kanabis
d) Efek
1. Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan menurun, mata merah
2. Nafsu makan bertambah
3. Santai, tenang dan melayang-layang
4. Fikiran selalu rindu pada ganja
5. Daya tahan menghadapi problema jadi lemah
6. Malas, apatis
7. Tidak peduli dengan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja
8. Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral terganggu
Efek paling buruk dari pemakaian ganja secara kronis dapat menyebabkan
kanker paru-paru karena pengaruh kadartar pada ganja jauh lebih tinggi dari
pada kadar tar pada tembakau. Dan penggunaan ganja dalanm jangka waktu
panjang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan. Hampir setiap orang yang
menjadi pecandu narkoba yang lebih berat seperti heroin pada awalnya
mengkomsumsi ganja.
2. Cocain
Berasal dari tanaman coca Columbia di Amerika Latin12.
a) Bentuk
Berupa bubuk, daun coca, buah coca, cocain kristal
b) Warna

12

Ibid, hlm. 19

25
Universitas Sumatera Utara

-

Cairan berwarna putih/tidak berwarna

-

Kristal berwarna putih

-

Tablet berwarna putih

-

Bubuk/serbuk seperti tepung

c) Penggunaan
Dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot
(sedotan) atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau (rokok), ditelan
bersama minuman, atau disuntikkan pada pembuluh darah
d) Efek
1. Tidak bergairah bekerja
2. Tidak bisa tidur
3. Halusinasi
4. Tidak nafsu makan
5. Berbuat dan berfikir tanpa tujuan
6. Merasa gelisah dan cemas berlebihan

3. Morfin dan Herion
Nama lain : Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep, Bedak, Putih13
Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dan tanaman
Papaver Somniferum. Dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan
Morfin. Kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan Heroin yang
mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.

13

Ibid, hlm. 19.

26
Universitas Sumatera Utara

a) Bentuk
Berupa serbuk
b) Warna
Putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua
c) Penggunaan
Dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar kertas timah
pembungkus rokok (sniffing) atau dengan menyuntikkannya langsung ke
pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.
d) Efek
1. Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan “dungu” jalan mengembang.
2. Rasa sakit seluruh badan
3. Badan gemetar, jantung berdebar-debar
4. Susah tidur dan nafsu makan berkurang
5. Matanya berarir dan hidungnya selalu ingusan
6. Problem pada kesehatan : bengkak pada daerah menyuntuk, tetanus,
HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan paru-paru, serta
sulit buang air besar. Pada wanita mengganggu sirkulasi menstruasi.
Gejala putus zat (sakaw) adalah sangat menyiksa sehingga yang
bersangkutan akan berusaha untuk mengkonsumsi heroin. Oleh karena itu
pecandu heroin akan berusaha dengan cara apapun dan resiko aapun guna
memperoleh heroin. Mereka tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan
kekerasan atau kejahatan, misalnya mencuri, menodong, merampok dan
melakukan pembunuhan. Telah banyak remaja puteri yang terlibat pelacuran

27
Universitas Sumatera Utara

hanya sekedar untuk mendapatkan uang guna membeli heroin. Pecandu heroin
sangat sulit untuk menghentikan pemakain heroin dan cenderung untuk
mengkonsumsi dalam jumlah/dosis semakin bertambah dan sesering mungkin.
Akibatnya over dosis.

4. Katinone
Merupakan tanaman Khat (Chata Edulis) yang bukan aski tanaman
Indonesia, melainkan tanaman yang dibawa oleh Turis Luar Negeri. Tanaman ini
pada hakekatnya berasal dari Timur Tengat yaitu negara Yaman yang dibawa
pada 1997. Tanaman ini dikenal juga dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis
yaitu Khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan
antara lain, tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusat syaraf
manusia dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Tanaman Khat mengandung
zat narkotika “Chatinone” yang termasuk Narkotika Golongan I pada nomor urut
35 lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 200914.

5. Barbiturat
Biasa digunakan sebagai obat tidur. Cara kerjanya mempengaruhi sistem
syaraf15.
a) Efek
1. Sering sembrono

14

http://halosehat.com/farmasi/aditif/20-jenis-jenis-narkoba-gambar-efek-dampak-danpengertiannya
15
http://halosehat.com/farmasi/aditif/20-jenis-jenis-narkoba-gambar-efek-dampak-danpengertiannya, diakses pada tanggal 14 mei 2017 pada jam 11.20 WIB

28
Universitas Sumatera Utara

2. Euforia
3. Sering merasa kebingungan
4. Mengalami pingsan
5. Mengalami masalah pernafasan

6. Kodein
Adalah sejenis obat batuk yang biasa digunakan dalam resep dokter,
namun obat ini memiliki efek ketergantungan kepada si pengguna. Cara
penggunaan : Kodein merupakan hasil proses dari metilasi morfin. Cara
penggunaannya dengan dihisap16.
a) Efek
1.

Mengalami euforia

2.

Mengalami gatal-gatal

3.

Mulut terasa kering

4.

Merasa kantuk

5.

Mengalami depresi

6.

Sering sembelit

2. Pecandu Narkotika
a. Pengertian Pecandu Narkotika
Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks dan
memiliki dimensi yang luas, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan, jiwa,

16

AKBP, JHS, TANJUNG, Op. Cit, hlm.

29
Universitas Sumatera Utara

maupun psikososial yang dapat menyebabkan kecanduan dan ketergantungan
pada pemakainya. Berikut beberapa pengertian mengenai pecandu17
Dalam hal penyalahgunaan narkotika dibedakan pengertian antara pemakai
dan pecandu. Menurut Gordon pengguna adalah seseorang yang menggunakan
narkoba hanya sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi,
dan hidup mereka tidak berputar di sekitar narkoba. Pengguna jenis ini disebut
juga sebagai pengguna sosial rekreasional. Sedangkan pecandu adalah seseorang
yang sudah mengalami hasrat/obsesi secara mental dan emosional serta fisik. Bagi
pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain memperoleh narkoba, sehingga
jika tidak mendapatkannya, ia akan mengalami gejala-gejala putus obat dan
kesakitan18.
Menurut pasal 1 angka 13 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
disebutkan bahwa Pecandu Narkotika adalah Orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika,
baik secara fisik atau psikis. Sehingga dari pengertian tersebut, maka dapat
dikualifikasikan 2 (dua) tipe Pecandu Narkotika19 :
1.

Orang yang menggunakan Narkotika dalam keadaan ketergantungan secara
fisik maupun psikis

2.

Orang yang menyalahgunakan narkotika dalam keadaan ketergantungan
secara fisik dan psikis.

b. Ciri-ciri Pecandu Narkotika
17

Tina Afiatin, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 2008, hlm 12
18
Ibid, hlm 13.
19
http://www.kompasiana.com/subhan.hamonangan/pecandu-narkotika-itu-seperti-apasih_552a9446f17e617022d623ab, diakses pada tanggal 17 April 2017 pada jam 18.20 WIB

30
Universitas Sumatera Utara

Seiring Perkembangan zaman yang semakin modern sekarang ini orang
tua harus bekerja ekstra ketat mengawasi perjalanan hidup anaknya, kalau ingin
anaknya menjadi manusia berguna. Kalau tidak, ia akan kecewa seumur hidupnya,
sebab anak itu akan diasuh oleh Bandar Narkoba yang akan meracuni hidupnya.
Untuk mengawasi anak orang tua harus mengetahui ciri-ciri pecandu narkotika
agar tidak terlambat untuk melarang dan merehabilitasi anak tersebut. Berikut
merupakan ciri-ciri seorang remaja atau anak yang mempunyai kemungkinan
besar mengalami kecanduan narkotika :
1) Sifat mundah kecewa dan kecendrungan menjadi agresif dan destruktif
2) Perasaan rendah diri (low self-esteem)
3) Tidak bisa menunggu atau bersabar berlebihan
4) Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko bahaya
yang berlebihan
5) Cepat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak sanggup
berfungsi dalam kehidupannya sehari-hari
6) Hambatan atau penyimpangan psikoseksual dengan akibat kegagalan atau tidak
terjadinya identifikasi seksual yan memadai
7) Keterbelakangan mental (retardasi mental) terutama yang tergolong pada taraf
perbatasan
8) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam
pendidikan atau pekerjaan atau dalam lapangan kegiatan lainnya
9) Prestasi belajar menunjukkan hasil yang cenderung rendah
10) Kurang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler

31
Universitas Sumatera Utara

11) Cenderung memiliki gangguan jiwa, seperti kecemasan, obsesi, apatis,
menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stres atau
sebaliknya yaitu hiperaktif
12) Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan
13) Adanya perilaku yang menyimpang, seperti hubungan seksual yang tidak
terlindung, putus sekolah, perilaku antisosial pada usia dini seperti tindak
kekerasan atau mencuri, sering berbohong dan kenakalan remaja lainnya
14) Kurang suka olah raga
15) Suka melancarkan protes sosial
16) Mempunyai persepsi bahwa hubungan dalam keluarga kurang dekat,
walalupun seringkali kenyataannya tidak demikian
17) Adanya anggota keluarga lain yang tergolong peminum alkohol yang berat
atau pemakai obat secara berlebihan
18) Sudah mulai merokok pada usia yang sangat dini
19) Kehidupan keluarga atau dirinya kurang religius

3. Lembaga Rehabilitasi Narkotika
a. Pengertian Lembaga Rehabilitasi Narkotika
Lembaga rehabilitasi adalah tempat pemulihan yang berlandaskan hidup
berkomunitas, yang mempunyai fokus pelayanan bagi Adiksi Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan zat Adiktif lainnya, dan berbagai masalah yang terkait dengan

32
Universitas Sumatera Utara

pecandu dan adiksi. Komunitas membantu mereka untuk kembali sehat demi
hidup yang lebih bermakna baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual20.
Pemulihan gangguan penggunaan narkoba perlu dilakukan hingga tingkat
rehabilitasi. Alasannya, selain menimbulkan gangguan fisik dan kesehatan jiwa,
gangguan penggunaan narkoba juga memberi dampak sosial bagi pasien,
lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Rehabilitasi hakekatnya
bertujuan agar penderita bisa melakukan perbuatan secara normal, bisa
melanjutkan pendidikan sesuai dengan bakat dan minatnya, dan yang terpenting
bisa hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga maupun masyarakat
sekitarnya. Satu hal lagi yang banyak diharapkann setelah mengikuti rehabilitasi,
pasien dapat menghayati agamanya secara baik. Itulah sebabnya banyak lembaga
rehabilitasi yang didirikan berdasarkan kepercayaan/agama. Dan nyatanya, pasien
akibat narkoba ini umumnya menang hidup jauh dari kepercayaannya masingmasing21.
b. Bentuk-Bentuk Rehabilitasi Narkotika
Penyalahgunaan

narkotika

dan

obat-obatan

terlarang

(narkoba)

menunjukkan tren yang semakin meningkat di Indonesia. Rehabilitasi narkoba
merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan para pengguna dari belenggu
narkoba. Untuk itu ada beberapa tahapan rehabilitasi narkoba yang perlu
dilakukan22.

20

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt560211ea73636/tata-cara-pengajuanpermohonan-rehabilitasi-narkotika , diakses pada tanggal 29 Mei 2017 pada jam 12.15 WIB
21
AKBP, JHS, TANJUNG, Op. Cit, hlm. 58.
22
http://www.alodokter.com/tahapan-rehabilitasi-narkoba

33
Universitas Sumatera Utara

Data yang diperoleh dari survei Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2008 mengungkap, angka prevalensi
pengguna narkoba sekitar 1,9 % dari seluruh penduduk Indonesia, dengan kisaran
usia 10 sampai 60 tahun. Hanya dalam tiga tahun kemudian, angka prevalensi
meningkat menjadi 2,2 %. Yang berarti sekitar 4 juta penduduk Indonesia tercatat
sebagai penyalahguna narkoba. Penyalahgunaan narkoba sebagian besar diawali
dengan upaya coba-coba dalam lingkungan sosial. Semakin lama pemakaian terus
dilanjutkan, maka dosis narkoba yang digunakan juga akan semakin besar untuk
mencapai kondisi yang diinginkan (teler). Hingga pada titik mampu melewatkan
satu hari tanpa narkoba23.
Sebagai pecandu lain, pecandu narkoba seringkali menyangkal kondisinya
dan sulit meminta untuk melakukan rehabilitasi. Biasanya dibutuhkan intervensi
dari keluarga atau teman untuk memotivasi ataupun membuat pengguna narkoba
mau menjalankan rehabilitasi. Oleh karena hal ini maka bentuk rehabilitasi
narkotika terbagi atas beberapa bentuk.
Bentuk-bentuk rehabilitasi24 :
1. Konseling
Salah satu proses yang harus dilakukan konselor pertama kali yaitu
meyakinkan penyalahguna narkoba bahwa ia mengalami kecanduan.
Sebab seorang penyalahguna narkoba yang masih dalam tahap
penyangkalan akan sulit diajak bergabung dalam rehabilitasi untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka.
23
24

http://www.alodokter.com/tahapan-rehabilitasi-narkoba
http://www.alodokter.com/tahapan-rehabilitasi-narkoba

34
Universitas Sumatera Utara

Konseling yang dilakukan konselor terhadap pengguna narkoba dalam
rehabilitasi akan membantu si pengguna mengenai masalah atau perilaku
yang memicu ketergantungan tersebut. Konseling biasanya dilakukan
secara individu. Meski demikian, tak tertutup kemungkinan untuk
melakukan konseling secara berkelompok.
Konseling bertujuan untuk membantu program pemulihan, seperti
membantuk program pemulihan, seperti memulai kembali perilaku hidup
sehat ataupun strategi menghadapi situasi yang berisiko penggunaan
narkoba kembali terulang. Konselor bertanggung jawab untuk mengenali
bagaimana kecanduan narkoba pada seseorang secara keseluruhan,
sekaligus memahami lingkungan sosial yang ada di sekitarnya untuk
mencegah terulangnya penyalahgunaan narkoba.

2. Pengobatan medis
Penanganan melalui obat-obatan akan dilakukan melalui pengawasan
dokter, tergantung dari jenis narkoba yang digunakan. Pengguna narkoba
jenis heroin atau morfin, akan diberikan terapi obat seperti methadone dan
buprenorfin. Obat ini membantu mengurangi keinginan memakai narkoba,
yang diharapkan dapat mencegah penyakit seperti hepatitis C dan HIV
hingga kematian. Obat jenis lain yang dapat digunakan untuk membantu
rehabilitasi narkoba yaitu naltrexone. Hanya saja obat ini memiliki
beberapa efek samping dan hanya di berikan pada pasien rawat jalan,

35
Universitas Sumatera Utara

setelah pengobatan detoksifikasi dilakukan di lokasi rehabilitasi.
Naltrexone akan menghalangi efek narkoba berupa euforia dan ketagihan.
Tahap-tahap rehabilitasi narkotika meliputi25 :
1) Rehabilitasi sosial
Segala usaha yang bertujuan memupuk, membimbing dan meningkatkan
rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi keluarga dan masyarakat.
2) Rehabilitasi edukasional
Bertujuan memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan mengusahakan
agar pasien dapat mengikuti pendidikan lagi, jika mungkin memberikan
bimbingan dalam memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan
intelegensi dan bakatnya.

3) Rehabilitasi vokasional
Bertujuan menentukan kemampuan kerja pasien serta cara mengatasi
penghalang atau rintangan untuk penempatan dalam pekerjaan yang
sesuai. Juga memberikan keterampilan yang belum dimiliki pasien agar
dapat bermamfaat bagi pasien untuk mencari nafkah.
4) Rehabilitasi kehidupan beragama
Bertujuan membangkitkan kesadaran pasien akan kedudukan manusia di
tengah-tengah mahkluk ciptaan Tuhan; menyadarkan kelemahan yang
dimiliki manusia, arti agama bagi manusia, membangkitkan optimisme

25

AKBP, JHS, TANJUNG, Op. Cit, hlm. 59.

36
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Tahu, Maha
Pengasih, dan Maha Pengampun.
c. Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkotika
Lembaga rehabilitasi mempunyai peranan penting dalam membebaskan
para adiksi narkotika dari kecanduan akan narkotika tersebut. Berikut merupakan
peranan yang dilakukan oleh lembaga rehabilitasi narkotika26 :
1. Pencegahan terhadap relase
Pencegahan relase biasanya dilakukan dengan pemberian naltrexon yang
bisa

dikatakan

sebagai

pencegahan

relase

secara

biologi,

juga

direkomendasikan untuk menekan craving yang biasanya sebagai hal tersulit
diatasi oleh penderita selesai menjalani program detoksifikasi. Biasanya
diperlukan waktu lebih kurang satu tahun untuk mengkonsumsinya.

2. Terapi pelaku
Terapi pelaku ini sebenarnya sudah dimulai sejak pertemuan awal. Terapi
perilaku ini bermacam-macam antara lain seperti individu, terapi kelompok dan
terapi keluarga. Supaya lebih efektif, maka terapi harus terdiri dari ketiga jenis
tersebut. Terapi individu ditujukan terhadap konflik intrapsikis dari individu
yang bersangkutan, terapi kelompok ditujukan agar terjadi perubahan akiat
interaksi dalam kelompok, dan terapi keluarga bertujuan untuk memperbaiki
fungsi kelurga sehingga tercapai keadaan yang kondusif untuk pemulihan
penderita.

26

Ibid, hlm. 59-62.

37
Universitas Sumatera Utara

3. Terapi komplikasi medis
Bisa dilakukan secara bersamaan, mungkin sejak program detoksifikasi
dijalankan, misalnya ditentukan adanya status gizi buruk (malnutrisi), infeksi
paru, gangguan saluran cerna, hepatitis, infeksi endokkarditis, HIV-AIDS, dll.
4. Terapi sosial jangka panjang
Program rehabilitasi biasanya bersifat sosial dan biasanya dilakukan oleh
tenaga sosial, ulama, ataupun tenaga nonmedis lain. Dalam hal ini ulama
melakukan pembinaan spiritual, artinya membimbing penderita untuk
memerkuat iman dan takwa dalam rangka memberikan “benteng” dalam
jiwanya agar tidak mudah lagi terjerumus pada perilaku yang negatif.
Pembinaan spritual ini lebih dititikberatkan pada aspek kehidupan beragama
yang diterapkan langsung pada kehidupan sehari-hari, bukan pada aspek dosa
dan hukuman yang akan diterima kelak karena hal tersebut akan membuat
penderita merasa takut dan bersalah yang berdampak pada kecendrungan lari
kepada zat adiktif lagi.
Peran dokter di dalam di dalam panti rehabilitasi lebih banyak
melanjutkan program terapi komplikasi medis atau pemantauan kesehatan
fisik. Jadi pada dasarnya disini dilakukan pemantauan perbaikan perilaku,
pemantauan

gejala

“sakau”

pemantauan

gejala

craving

(sugesti),

pemantauan efek naltrexon, pemantauan komplikasi medis. Perawatan dan
pemulihan penderita ketergantungan narkoba memerlukan waktu yang
panjang, fasilitas dan obat yang memadai, serta tenaga profesional yang

38
Universitas Sumatera Utara

kompeten, dan tentunya biaya yang sangat besar. Biaya perawatan inap
termurah, sekitar Rp 5 juta rupiah perbulan.
Perawatan dan pemulihan penderita ketergantungan narkoba melibatkan
beragai profesi dan keahlian : dokter, psikiater, psikolog dan pekerja sosial.
Keberhasilan perawatan dan pemulihan pecandu narkoba di tentukan oleh
kemauan keras penderita untuk sembuh. Pengobatan dan rehabilitasi penderita
ketergantungan

narkoba juga memerlukan

dukungan, perhatian serta

keterlibatan orangtua penderita. Efektifitas program dan proses perawatan dan
rehabilitasi penderita ketergantungan narkoba ditentukan oleh banyak faktor :
a) Kemauan kuat serta kerjasama penderita sendiri
b) Profesionalisme, kompetensi serta komitmen para pelaksananya
c) Sistem rujukan antara lembaga yang baik
d) Prasarana, sarana dan fasilitas yang memadai
e) Perhatian dan keterlibatan orang tua dan keluarga
f)

Dukungan dana yang memadai

g) Kerjasama dan koordinasi lintas profesi yang baik
Sampai sekarang tidak ada satupun modalitas perawatan dan pemulihan
yang terbukti paling efektif. Bila ada adik, kakak, saudara, teman atau orang lain
yang menjadi pelaku penyalahgunaan dan penderita ketergantungan narkoba,
segera ditolong, bantu dan dorong untuk ke Pusat Perawatan dan Pemulihan
terdekat.

39
Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penelitian
Pengertian Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian
akan dilaksanakan. Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur
penelitian atau teknik penelitian. Hal ini disebabkan karena ketiganya saling
berhubungan dan sulit untuk dibedakan.
Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan
penelitian, sedangkan prosedur penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan
dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode
penelitian melingkupi prosedur penelitian atau teknik penelitian.
Menurut Nazir, seorang peneliti sebelum melaksanakan penelitian,
sebaiknya menjawab terlebih dahulu tiga pertanyaan yaitu :
3.

Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian?

4.

Alat-alat apakah yang digunakan dalam mengumpulkan dan mengukur data?

5.

Bagaimana melakukan penelitian tersebut?

Dalam pembahasan skripsi ini, metodologi penelitian hukum yang digunakan
penulis adalah sebagai berikut :
1.

Spesifikasi penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian hukum empiris yaitu dilakukan

dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek dilapangan yang penulis
lakukan di Pusat Rehabilitasi Narkotika Al-Kamal Sibolangit Centre. Penelitian

40
Universitas Sumatera Utara

ini dikenal pula dengan pendekatan secara sosiologis yang dilakukan secara
langsung ke lapangan.
2.

Metode Pendekatan
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode

pendekatan yuridis sosiologis mengingat permasalah-permasalahan yang diangkat
adalah bagaimana peranan pusat lembaga rehabilitasi narkotika Al-Kamal
Sibolangit Center memberikan rehabilitasi kepada pecandu narkotika sebagai
korban penyalahgunaan narkotika dengan me