Retribusi Izin Sarang Burung Walet di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008) Chapter III V

BAB III
MEKANISME PEMBERIAN IZIN SARANG BURUNG WALET DI
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

A.

Instansi Yang Berwenang Melakukan Pemungutan Retribusi Izin Sarang
Burung Walet
Satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) Kbupaten Serdang Bedagai yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai pendaftar, pendata, penagih dan
penerima pajak ataupun retribusi daerah adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai. Retribusi Izin Sarang
Burung Walet merupakan salah satu jenis pajak dan retribusi daerah Kabupaten
Serdang Bedagai. Dengan demikian maka tugas pokok dan fungsi sebagai
pendaftar, pendata, penagih dan penerima retribusi izin sarang burung walet
dilaksanakan oleh DPPKA Kabupaten Serdang Bedagai.
DPPKA Kabupaten Serdang Bedagai dibentuk pada tanggal 30 November
2007 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Pada Pemerintaha Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai. Kemudian dilakukan perubahan menjadi Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Serdang

Bedagai Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Pada Pemerintaha Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Pada perubahan
PERDA tersebut hanya merubah nokmenlatur salah satu bidang dari bidang
pengendalian dan oprasional menjadi bidang aset. Dan setelah itu diperbaharui
lagi menjadi Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata

Universitas Sumatera Utara

Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan pasal 37 Perauran Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tersebut, dinyatakan
bahwa susunan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari :
a.

Kepala Dinas;

b.

Sekretariat terdiri dari 3 (tiga) sub bagian yaitu :


c.

1.

Subbagian Umum dan Kepegawaian;

2.

Subbagian keuangan dan perlengkapan;

3.

Subbagian perencanaan program dan akuntabilitas.

Bidang Pendapatan terdiri dari 2 (dua) seksi yaitu:
1. Seksi pendataan pendapatan asli daerah (PAD);
2. Seksi penetapan dan penagihan pendapatan asli daerah (PAD).

d.


Bidang Anggaran terdiri dari 2(dua) seksi yaitu:
1. Seksi perencanaan anggaran;
2. Seksi pengendalian anggaran.

e. Bidang Perbandaharaan dan Kas Daerah terdiri dari 2 (dua) seksi
yaitu:
1. Seksi perbendaharaan;
2. Seksi kas daerah.
f. Bidang Akutansi terdiri dari 2 (dua) seksi yaitu:
1.

Seksi pelaporan;

2.

Seksi pembukuan.

g. Bidang Aset terdiri dari 2 (dua) seksi yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Seksi penatausahaan aset;
2. Seksi pengendalian dan pengawasan aset.
h. Bidang Bagi Hasil Pajak dan Penerimaan Lain-lain terdiri dari 2 (dua)
seksi yaitu:
1. Seksi bagi hasil pajak pusat dan penerimaan lain-lain;
2. Seksi bagi hasil pajak peovinsi dan penerimaan lain-lain.
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten
Serdang Bedagai mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset berdasarkan otonomi dan
tugas pembantuan. 36 Untuk melaksanakan tugas tersebut, DPPKA Kabupaten
Serdang Bedagai mempunyai fungsi sebagai berikut 37:
a. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pendapatan,
pengelolan keuangan dan aset;
b. Penyelenggaraan perbendaharaan dan kas daerah;
c. Penyelenggaraan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
d. Pelaksanaan pengelolaan pendapatan asli daerah (PAD);
e. Pengelolaan perimbangan keuangan daerah;
f. Penyelenggaraan akutansi dan verifikasi;
g. Pelaksanaan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi;

h. Pengelolaan

administrasi

umum

yang

meliputi

ketatausahaan,

kepegawaian, keuangan, peralatan/perlengkapan dan organisasi dinas.

36

Pasal 36 Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 3 Tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Pada Pemerintah aerah Kabupaten Serdang Bedagai
37
Loc.Cit


Universitas Sumatera Utara

Bidang pendapatan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai tugas menyusun rencana
dan program kerja , menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, kordinasi,
fasilitas, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program bidang
pendapatan meliputi pendataan

dan penetapan, penagihan pembukuan, dan

pengendalian. Untuk melaksanakan program tersebut Bidang Pendapatan
mempunyai fungsi sebagai berikut: 38
a. Penyusunan rencana dan program kerja, pelaksanaan, monitoring
evaluasi dan pelaporan Bidang Pendapatan;
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, koordinasi, fasilitas,
pengawasan dan pengendalian, pembinaan teknis penyelenggaraan
program pendataan dan penetapan pajak/retribusi daerah;
c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, koordinasi, fasilitas,
pengawasan dan pengendalian, pembinaan teknis penyelenggaraan

program penagihan pajak/retribusi daerah;
d. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, koordinasi, fasilitas,
pengawasan dan pengendalian, pembinaan teknis penyelenggaraan
program pembukuan dan pengendalian pajak/retribusi daerah;
e. Pengkoordinansian pelaksanaan tugas-tugas seksi pada bidang
pendapatan;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya
38

http://indonesia.serdangbedagaikab.go.id/content/2007/4/DINAS+PENDAPATAN+PE
NGELOLAAN+KEUANGAN+DAN+ASET+DAERAH-1.html diakses pada tanggal 25 Mei
2017

Universitas Sumatera Utara

Seksi Pendataan dan Penetapan pada Bidang Pendapatan Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang
Bedagai mempunyai tugas mengumpul dan mengolah bahan perumusan kebijakan
teknis, koordinasi, fasilitasi, montoring, evaluasi, pelaporan danpetunjuk teknis

pelaksanaan program pendataan dan penetapan pajak dan reribusi daerah meliputi
penyiapan data objek dan subjek pajak daerah, retribusi daerah dan PBB,
pendataan sumber-sumber penerimaaan, penyiapan daftar SPT pajak, penerbitan
surat ketetapan pajak daerah dan surat ketetapan retribusi daerah. 39
Seksi Penagihan pada Bidang Pendapatan Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai tugas
mengumpul dan mengelola bahan perumusan kebijakan teknis, koordinasi,
fasilitasi, monitoring, evaluasi, pelaporan dan petunjuk teknis pelaksanaan
program penagihan pajak dan retirbusi pajak meliputi penagihan pajak dan
retribusi yang telah jatuh tempo, penyiapan laporan realisasi penerimaan dan
tunggakan pajak daerah, retribusi daerah serta PBB setiap periode bulanan,
triwulan dan tahunan, melayani permintaan keberatan atas penetapan pajak daerah
dan retirbusi daerah, menyiapkan bahan laporn berkala mengenai realisasi
penerimaan. 40
Seksi Pembukuan dan Pengendalian pada Bidang Pendapatan Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang
Bedagai mempunyai tugas mengumpul dan mengolah bahan perumusan kebijakan
teknis, koordinasi, fasilitasi, monitoring evaluasi, pelaporan dan petunjuk teknis
39
40


Loc.Cit
Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan program kegiatan pembukuan dan pengendalian meliputi menerima
dan mencatat semua SKP, SKR dan surat-surat ketetapan pajak lainnya serta SPT
PBB, yang telah dibayar lunas dan mencatat penerimaan serta menghitung
tunggakan. 41
B.

Upaya Pemungutan Retribusi Izin Sarang Burung Walet

1.

Sosialisasi Retribusi Izin Sarang Burung Walet
Menururt informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala

Seksi Penagihan pada Bidang Pendapatan Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai diketahui bahwa
sosialisasi tentang retribusi izin sarang burung walet dan tata cara pengurusan izin
usaha sarang burung walet telah dilakukan satu kali pada tanggal 12 September
2016 yang dihadiri oleh pihak Asosiasi Pengusaha Walet (APW) beserta sebagian
anggotanya.
Kemudian

Kepala

Dinas

DPPKA

Kabupaten

Serdang

Bedagai

menugaskan Tim Intensifikasi Sumber-sumber Penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang beranggotakan 15 orang untuk melakukan pendataan ulang
dan sosialisasi tentang pajak dan retribusi daerah. Tim tersebut bertugas selama
beberapa hari dari tanggal 24 s.d. 28 Oktober 2016. Tetapi sampai dengan skripsi
ini ditulis masih belum ada laporan hasil pelaksanaan kegiatan pendataan dan
sosialisasi.
Perangkat daerah yang dilibatkan dalam upaya sosialisasi retribusi sarang
burung walet adalah pihak Kecamatan, dan juga tingkat Kelurahan, dengan

41

Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

penugasan yang diberikan oleh Bupati Serdang Bedagai. Bentuk sosialisasi dapat
berupa surat pemberitahuan resmi yang ditandatangani oleh BupatiSerdang
Bedagai dan disebarkan melalui perangkat daerah di tingkat Kelurahan dan
tingkat Kecamatan. Bentuk lain dari sosialisasi dapat berupa penyebaran surat
undagan resmi kepada pengusaha sarang burung walet yang dihadiri juga oleh
instansi yang berwenang mengenai urusan retribusi izin sarang burung walet,
yaitu DInas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten
Serdang Bedagai serta instansi yang berwenang mengenai urusan pajak sarang
burung walet. Dengan mengadakan pertemuan pada tingkat Keluaran dan
Kecamatan diharapkan mampu menghadirkan jumlah pengusaha sarang burung
waket lebih banyak secara total untuk seluruh Kabupaten Serdang Bedagai.
Sosialisasi yang dilakuan harus berisi penjelasan yang lengkap mulai dari
tata cara pengurusan izin usaha sarang burung walet, syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar izin sarang burung walet dapat dikeluarkan seperti lokasi yang
diizinkan dan tidak diizinkan untuk membangun rumah walet, pedaftaran usaha
sarang

burung

walet

sebagai

objek

retribusi

pengukuhan

pengusaha/pemilik/penanggung jawan usaha sarang burung walet sebagai wajib
pajak, sistem dikenakan, waktu dan tempat pendaftaran yang disediakan, biaya
yang mungkin dikeluarkan untuk pendaftaran. 42 Informasi lain yang harus
disampaikan adalah tentang tata cara perhitungan jumlah pajak berdasarkan tarif
yang dikenakan dan tata cara pembayarannya, serta ketentuan lain baik yang

42

Oktaviane Lidya Winerungan, Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus Dan Sanksi
Perpajakam Terhadap Kepatuhan Wpop Di KPP Manado Dan KPP Bitung, Jurna EMBA Vol. 1
No.3 September 2013, hlm. 961

Universitas Sumatera Utara

secara teknis telah diatur maupun belum diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet Di Kabupaten
Serdang Bedagai.
Berdasarkan data Direktori Usaha Sarang Burung Walet Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017 diketahui bahwa pada tahun 2017 terdapat 17 rumah
walet di Kabupaten Serdang Bedagai. Jika dikelompokkan berdasarkan
Kecamatan tempat rumah walet tersebut berlokasi, diketahui bahwa 17 rumah
walet yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2017, 8 (47,06%) di
Kecamatan Perbaungan, 4 (23,53%) di Kecamatan Sei Rampah, 2 (11,74%) di
Kecamatan Tanjung Beringin, 1 (5,88%) di Kecamatan Teluk Mengkudu, 1
(5,88%) di Kecamatan Sei Bamban, 1 (5,88%) di Kecamatan Pantai Cermin.
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel berikut, jike perlu dilakukan
prioritas untuk masalah sosialisasi retribusi izin sarang burung walet, sosialisasi
dapat dilakukan di Kecamatama dengan persentase terbnyak yaitu di Kecamatan
Perbaungan yang dimana ada 8 (47,06%). Dengan demikian dapat dihasilkan
efektifitas kerja.
Jumlah Rumah Walet Berdasarkan Kecamatan Di Kabupaten
SerdangBedagai Tahun 2017
No.

Daerah (Kecamatan)

Jumlah

Persentase (%)

1

Kecamatan Perbaungan

8

47,06%

2

Kecamatan Sei Rampah

4

23,53%

3

Kecamatan Tanjung Beringin

2

11,74%

4

Kecamatan Teluk Mengkudu

1

5,88%

Universitas Sumatera Utara

5

Kecamatan Sei Bamban

1

5,88%

6

Kecamatan Pantai Cermin

1

5,88%

Total

17

100%

Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keungan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang
Bedagai, telah diolah kembali

Dari hasil browsing yang dilakukan pada website resmi Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai, (http://indonesia.serdangbedagaikab.go.id) diketahui
bahwa sejak dikeluarkannya PERDA mengenai Retribusi Izin Sarang burung
Walet sampai dengan tahun 2017, belum ada berita ataupun artilek yang memuat
mengenai sosialisasi retribusi izin sarang burung walet. Oleh karena itu sebagai
upaya tambahan, website resmi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dapat
dijadikan sebagai media untuk melakukan sosialisasi tentang retribusi izin sarang
burung walet.
2.

Pendataan dan Pendaftaran Wajib Retribusi Sarang Burung Walet
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kepala Seksi Pendataan

Pendapatan Asli Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Serdang Bedagai bahwa untuk jangka waktu panjang, kegiatan
pendataan usaha sarang burung walet sebagai objek retribusi sekaligus pendataan
pemilik/penanggung jawab usaha sarang burung walet sebagai wajib pajak dapat
melibatkan pihak ketiga seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Serdang
Bedagai. 43 Pelimpahan pekerjaan kepada pihak ketiga yaitu BPS harus disertai
dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang jelas. Pendataan yang dilakukan
minimal harus meliputi data utama seperti jenis bangunan, lokasi tempat usaha,
43

Wawancara dengan Kepala Seksi Pendataan Pendapatan Asli Daerah Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai, tgl. 10 Mei 2017

Universitas Sumatera Utara

luas bangunan, tahun mulai beroprasi, pemilik/penanggung jawab usaha dan
alamat pemilik/penanggung jawab usaha. 44 Jika melihat Direktori Usaha Sarang
Burung Walet Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 yang merupakan hasil
kerjasama Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dengan Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Serdang Bedagai, data yang dihasilkan tidak memberikan
informasi tentang luas bangunan rumah walet, hanya menampilakan nama-nama
pemilik/penanggung jawab, nama tempat usaha sarang burung walet dan juga
alamat pemilik/penanggung jawab usahanya. 45 Data dan informasi yang
dihasilkan dari kegiatan pendataan usaha sarang burung walet ini nantinya akan
digunakan sebagai dasar bagi DPPKA Kabupaten Serdang Bedagai untuk
mendaftarkan usaha wajib retribusi apabila wajib retribusi tidak mendaftarkan
usahanya.
Sedangkan untuk jangka pendek, upaya yang dapat dilakuka oleh DPPKA
Kabupaten Serdang Bedagai dalam rangka pemungutan retribusi izin sarang
burung walet, khususnya dalam hal proses pendaftaran wajib retribusi adalah
dengan menggunakan data dan informasi yang ada pada Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu (KPMPT) Kabupaten Serdang Bedagai instansi
yang berwenang menangani urusan izin pengelolaan dan pengusahaan sarang
burung walet. Data dan informasi yang diperoleh dari KPMPT Kabupaten
Serdang Bedagai adalah jumlah usaha sarang burung walet yang telah memiliki
izin beserta dengan pemilik/penanggung jawab usahanya. Dengan dikeluarkannya
44

Agung Dwi Prabowo, Efektivitas Sosialisasi Perpjakan Terhadap Kepatuhan
Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Tondano, Jurnal EMBA Vol. 3 No.1 Maret 2015, hlm. 1065
45
Daftar nama wajib pajak tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Departemen Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai

Universitas Sumatera Utara

izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet oleh KPMPT Kabupaten
Serdang Bedagai , maka seharusnya para pemegang izin wajib menyampaikan
laporan hasil produksi sarang burung walet kepada Kepala DPPKAKabupten
Serdang Bedagai.
3.

Pengawasan Peredaran Sarang Buurng Walet
Sebagai dasar hukum yang dijadikan acuan dalam pengelolaan dan

pengusahaan serta pemungutan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten
Serdang Bedagai adalah 2 Peraturan Daerah (PERDA) yaitu Peraturan Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Rettribusi izin
Sarang Burung Walet dan juga Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai
Nomor 1 Tahun 2011 Tenatng Pajak Daerah. Dari kedua peraturan daerah yang
telah diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam rangka
mengatur pengelolaan dan pengusahaan serta retribusi izin sarang burung walet
masih belum mengatur tentang peredaran/pengangkutan sarang burung walet.
Padahal pemerintah pusat melalui kementrian Kehutanan telahmenerbitkan
Keputusan Menteri Kebutanan Nomor: 100/Kpts-II/2003 tentang Pedoman
Pemanfaatan Sarang Burung walet (Collocalica spp). Dalam Keputusan Menteri
Kehutanan

Nomor:

100/Kpts-II/2003

telah

diatur

tata

cara

peredaran/pengangkutan sarang burung walet. Peredaran/pengangkutan sarang
burung walet dari lokasi pemanenan ke tempat penampungan dan atau dari tempat
penampungan ke tempat lain di dalam negeri harus dilengkapi dengan Surat
Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN).

Universitas Sumatera Utara

Tetapi sampai dengan sejauh ini Bupati Serdang Bedagai belum pernah
menerbitkan SATS-DN, kaena memang belum ada Peraturan Daerah yang
mengatur hal tersebut. Dengan aturan peredaran/pengangkutan sarang burung
walet, yaitu dengan menerbitkan Surat Angkut Tumbuh dan Satwa Liar Dalam
Negeri (SATS-DN) yang dilengkapi dengan Berita Acara Pemerikasaan Teknis
sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 100/KptsII/2003 seharusnya mempu membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai dalam mengawasi peredaran/pengangkutan sarang burung walet yang
keluar dari Kabupaten Serdang Bedagai. Keterangan yang didapat dari SATS-DN
juga dapat mempermudah pengenaan pajak atas penjualan sarang burung walet,
karena dapat ditelusuri asal usul sarang burung walet yang beredar beserta
jumlahnya, berdasarkan berita acara pemeriksaan teknis yang melengkapi SATSDN tersebut. Jika memang memungkinkan dan diperbolehkan secara hukum,
SATS-DN uang diterbitkan oleh Bupati Serdang Bedagai dapat dilengkapi pula
dengan keterangan lunas rretribusi izin sarang burung walet yang beredar keluar
dari Kabupaten Serdang Bedagai.
Dalam hal peredaran/pengangkutan sarang burung walet, kerjasama dan
koordinasi dengan pihak lain sangan diperlukan, khususnya pihak Kepolisian
Republik

Indonesia

yang

bertindak

juga

sebagai

penyidik

dalam

pengelolaan/pemanfaatan sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai dan
jga Direktorat Jendral Beda dan Cukai. Hal ini perlu dilakukan karena Kabupaten
Serdang Bedagai tidak memiliki bandar udara ataupun pelabuhan, sehingga
peredaran/pengangkutan sarang burung walet keluar dari Kabupaten Serdang

Universitas Sumatera Utara

Bedagai umumnya lewat jalur darat untuk kemudian diteruskan lewat bandar
udara atau pelabuhan di Kota Medan, sehingga peredaran/pengangkutan sarang
burung walet yang tidak dilengkapi dengan SATS-DN sulit diawasi oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan adanya kerjasama dan
koordinasi dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia dan Direktorat Jendral
Bea dan Cukai akan sangat membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai dalam mengawasi peredaran/pengangkutan sarang burung walet.
C. Mekanisme Pemberian Izin Retribusi Izin Sarang Burung Walet Di
Kabupaten Serdang Bedagai
1.

Tujuan dan Fungsi Pemberian Izin
Ketentuan tentang pemberian izin mempunyai fungsi yaitu sebagai fugsi

penertib dan sebagai pengatur. 46 Maksud dari fungsi penertib adalah agar izin atau
setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan dalam
masyarakat lainnya tidak bertentangan antara satu dengan yang lain sehingga
ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sedangkan
dalam fungsi pengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan
sesuai dengan peruntukannya, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan terhadap izin
yang telah diberikan, dengan kata lain fungsi pengaturan ini juga dapat disebut
sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah. 47
Secara teoritis, perizinan memiliki beberapa fungsi antara lain yaitu 48 :
1.

Instrumen Rekayasa Pembangunan

46

H. Rhiti dan Y. Sri Padyatmoko, Kebijakan Perizinan Lingkungan Hidup Di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Mimbar Hukum Volume 28 Nomor 2 Juni 2016, hlm. 265
47
Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Op.Cit, hlm. 73
48
Ibid, hlm. 17

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah

dapat

membuat

regulasi

dan

keputusan

yang

memberikan insentif bagi perumbuhan sosial ekonomi. Demikian juga
sebaliknya, regulsi dan keputusan tersebut dapat pula menjadi
penghambat bagi pembangunan.
2.

Budgetering
Perizinan memiliki fungsi keuangan (budgetering), yaitu menjadi
sumber pendapatan bagi negara, pemberian lisensi dan izin kepada
masyarakat

dilakukan

dengan

kontraprestasi

berupa

retribusi

perizinan.
3. Reguleren
Perizinan memiliki fungsi pengaturan (Reguleren), yaitu menjadi
instrumen pengaturan tindakan dan periaku masyarakat, sebagaimana
juga dalam prinsip pemungutan pajak, maka perizinan dapat mengatur
pilihan-pilihan tindakan dan perilaku masyarakat.
Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah pengendalian dari
pada aktivitas pemerintah dalam hal tertentu dimana ketentuannya berisi
pedoman-pedoman yang harus dilakukan oleh baik yang berkepentingan ataupun
oleh pejabat yang berwenang. Selain itu tujuan dari perizinan dapat dilihat dari 2
(dua) sisi (tujuan praktis) yaitu 49:
1. Dari Sisi Pemerintah
Dari sisi pemerintah tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut :
a. Untuk Melaksanakan Perturan

49

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Op.Cit, hlm. 31

Universitas Sumatera Utara

Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut
sesuai dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak dan sekaligus
untuk mengatur ketertiban.
b. Sebagai Sumber Pendapatan Daerah
Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara
langsung pendapat pemerintah akan bertambah karena setiap izin
yang dikeluarkan, pemohon harus membayar retribusiterlebih
dahulu. Semakin banyak pula pendapatan di bidang retribusi tujuan
akhirnya, yaitu untuk membiayai pembangunan.
2. Dari Sisi Masyarakat
Dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin adalah sebagai berikut :
a. Untuk adanya kepastian hukum;
b. Untuk adanya kepastian hak;
c. Untuk mendapatkan fasilitas. Apabila bangunan yang didirikan
telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapat fasilitas.
Dengan mengikatnya tindakan-tindakan pada sistem perizinan, pembuat
undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan dari izin (tujuan secara teoritis) 50 :
1. Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu,
misalnya izin mendirikan bangunan, izin HO, dan lain-lain;
2. Mencegah bahaya lingkungan, misalnya izin penebangan, izin
penebangan, izin usaha industri dan lain-lain;

50

Ibid, hlm. 47

Universitas Sumatera Utara

3. Melindungi

objek-objek

monumen-monumen,

izin

tertentu,

mislanya

izin

mencari/menemukan

membongkar
barang-barang

peninggalan terpendam, dan lain-lain;
4. Membagi beda-beda, lahan atau wilayah terbatas, misalnya izin
menghuni di daerah padat penduduk (SIP) , dan lain-lain;
5. Mengarahkan/pengarahan dengan menggunakan seleksi terhadap
orang dan aktivitas-aktivitas tertentu, misalnya izin bertansmigrasi dan
lain-lain.
2.

Mekanisme Pemberian Izin Sarang Burung Walet Di Kabupaten

Serdang Bedagai
Setiap orang ataupun Badan yang akan mengusahakan ataupun mengelola
sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai sebelumnya harus
memperoleh izin terlebih dahulu sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah
Kabupaten Serdang Bedgai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang
Burung Walet yaitu :
”Setiap orang pribadi atau Badan sebelum melaksanakan kegiatan usaha
pengadaan, pengusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet wajib memiliki
Izin Sarang Burung Walet”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pendapatan,
Pengelolaan

Keuangan

dan

Aset

bahwa

dalam

memperoleh

izin,

pengelola/pengusaha sarang burung walet untuk memperoleh izin sarang burung
walet harus melalui beberapa tahap yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai.

Universitas Sumatera Utara

Pengusaha ataupun pengelola sarang burung walet harus mengajukan permohonan
secara tertulis Kepada Bupati dengan melampirkan :
1.

Proposal pengusahaan sarang burung walet;

2.

Luas area pemanfaatan;

3.

Pernaytaan tidak keberatan dari tetangga yang berbatasan langsung
dengan tempat usaha yang dimohonkan, dan diketahui oleh
Lurah/Camat setempat;

4.

Surat pernyataan rekomendasi dari Badan Teknis terkait dalam hal ini
adalah

Badan

Pengendalian

Dampak

Lingkungan

Daerah

(BAPEDALDA);
5.

Akta pendirian bahwa perusahaan berbadan hukum yang dilegalisir;

6.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kabupaten Serdang Bedagai
diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 30
Tahun 2008 Tentang Retribusi izin Mendirikan Bangunan. Dalam
pasal 1 angka 6 disebutkan bahwa : “Izin Mendirikan Bangunan yang
selanjutnya disebut IMB adalah legalitas yang diberikan oelh Kepala
Dinas kepada orang pribadi ataupun badan yang secara fisik akan
mendirikan bangunan dalam rangka penataan melalui Kepala SKPD
yang telah diberi wewenang.”

7. Izin Gangguan (HO)
Izin gangguan atau dengan nama lain HO (Hinder Ordonatie) dimana
ijin ini pertama kali diatur dalam Hinder Ordonanti Staatblad I tahun

Universitas Sumatera Utara

1940 No. 48, kemudian peraturan ini diturunkan kedalam bentuk
peraturan yang berbeda ditiap daerah. Di Kabupaten Serdang Bedagai,
Izin Gangguan (HO) diatur di dalam PERDA Nomor 29 Tahun 2008
Tentang Retribusi izin Gangguan, berdasarkan Pasal 1 angka 6
disebutkan bahwa : “Izin Gangguan yang selanjutnya disebut dengan
HO adalah Izin yang diberikan kepada orang pribadi atau Badan
bagi tempat usaha yang dapat menimbulkan bahaya, kerygian,
gangguan dan tercemarnya lingkungan, tidak termasuk tempat usaha
yang lokasinya telah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah.” Izin gangguan (HO) merupakan salah satu syarat mutlah
dalam hal perizinan pengusahaan/pengelolaan sarang burung walet. 51
8.

Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)

9.

Tanda pelunasan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun
terakhir.

Setelah melengkapi semua lampiran, maka permohonan izin akan diterima
dan dilakukan pencatatan administratif oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu,
untuk kemudian diberikan secara koordinatif serta dilakukan pembahasan oleh
Tim Teknis. Hasil penelitian dan pembahasan Tim Teknis yaitu Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALA) dituangkan dalam
berita acara, dan apabila permohonan dikabulkan maka akan disampaikan
bersama dengan berkas izin yang diterbitkan langsung oleh Bupati dalam rangka
penetapannya.

51

Setelah pengusaha atau pengelola telah memegang izin

Rieza Eka Fadjar Purnama, Op.Cit, hlm. 261

Universitas Sumatera Utara

pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet maka pengusaha atau
pengelola wajib memasangpapan nama di tempat usahanya yang bertuliskan
“Usaha

Pengelolaan

dan

Pengusahaan

Sarang

Burung

mencantumkan Izin Bupati, Nomor Tanggal dan Tahun.

Walet”

dengan

Izin pengusahaan

ataupun pengelolaan sarang burung walet memiliki masa berlaku 5 (lima) tahun.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
SANKSI BAGI ORANG/BADAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN
KETENTUAN RETRIBUSI IZIN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
A.

Akibat Hukum Bagi Pengusaha Burung Walet Yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban Di Kabupaten Serdang Bedagai
Setiap pengusaha atau pengelola sarang burung walet memiliki kewajiban

untuk membayar retribusi izin pengusahaan ataupun pengelolaan sarang burung
walet berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008, dan apabila
pengusaha ataupun pengelola tidak menjalankan kewajiban yang telah ditentukan
oleh Pemerintah Daerah maka akan terjadi suatu akibat hukum yaitu pelanggaran
maka akan diberikan sanksi oleh Pemerintah Daerah. Menurut R. Soeroso akibat
hukum adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat
yang dikendaki oleh pelaku yang ditur oleh hukum. 52 Selain R. Soeroso, pakar
hukum lainyaitu Soedjono Dorjosiswono juga mengemukakan pendapat mengenai
defenisi akibat hukum yaitu suatu akibat yang timul oleh adanya akibat hubungan
hukum, suatu hubungan yang memberikan hak dan kewajiban yang telah
ditentukan oleh Undang-undang, sehingga jika dilanggar akan berakibat bahwa
orang yang melanggar itu dapat dituntut dimuka pengadilan. 53
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa akibat hukum merupakan
suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan kehendak dirinya
sendiri untuk mecapai suatu tujuan yang dikendakinya sesuai dengan hak dan
kewajibannya sendiri tanpa mengabaikan pearturan perundang-undangan yang
52
53

R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, 2014, Sinar Grafika, hlm. 295
Soedjono Dirjosiswono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, 1983, Rajawali Perss, hlm.

129

Universitas Sumatera Utara

berlaku atau bertindak berdasarkan praturan perundang-undangan dan jika dalam
pelaksanaannya tersebut melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan, maka atas perbuatannya tersebut dapat dituntut di pengadilan.
Pelanggaran yang imaksud adalah pelanggaran yang mana atas hak dan
kewajibannya tersebut akan menimbulkan suatu akibat hukum yang telah
ditentukan sebelumnya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai masyarakat yang taat hukum yaitu
pengusaha sarang burung walet, memiliki peran serta dalam pembangunan daerah
yaitu melalui keikutsertaannya dalam melaksanakan kewajiban hukumnya
membayar pajak/retribusi dalam hal ini adalah rertibusi izin sarang burung walet
kepada Pemerintah Daerah yaitu kepada Dinas Pendapatan, Pengenolaan
Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai. Membayar retribusi
izin sarang burung walet ini merupakan bukti nyata kontribusi yang dilakukan
oleh pengusaha sarang burung walet dan juga melaporkan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTD) dengan baik dan benar.
Apabila dalam pelaksanaannya, ditemukan bahwa pengusaha sarang
burung walet tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak/retribusi
sarang burung walet tersebut, maka akan menimbulkan akibat hukum yang mana
dari perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukumnnya yaitu
membayar pajak/retribusi. Dalam hal ini, maka Pemerintah Daerah berhak untuk
melakukan kewajibannya sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk
melakukan penertiban dan memberikan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun
2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet, sanksi yang diatur adalah
sanksi administrasi dan juga sanksi pidana. Sanksi adminsitrasi didefinisikan
sebagai suatu tindakan hukum (legal action) yang diambil pejabat tata usaha
negara yang bertanggung jawab atas pelanggaran persyaratan. 54 Sedangkan sanksi
pidana yang dimaksud disini adalah sanksi pidana administratif yang diebut dalam
Perturan daerah pada umumnya dengan Ketentuan Pidana. Pada hakikatnya,
hukum pidana adalah sebagai sarana untuk menegakkan/melaksanakan hukum
administrasi. 55 Pendefenisian tindak pidana administrasi sebagai pendayagunaan
hukum pidana untuk menegakkan hukum adminisrtasimembawa hukum pidana
hanya dapat diterapkan pada suatu peristiwa tersebut tergolong perbuatan
melawan hukum dalam hukum administrasi ataupun tidak. 56
Sanksi administrasi pada Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai
Nomor 33 Tahun 2008 Tentan Retribusi Izin Sarang Burung Walet diatur dalam
Pasal 21 yaitu :
“Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktuya atau
kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang dibayar atau
ditagih dengan menggunakan STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah “
Maksud dari pasal diatas adalah bahwa apabila wajib retribusi khususnya
dalam hal ini adalah pengusaha sarang burung walet di Kabupaten Srrdang
Bedagai tidak membayar ataupun kurang membayar retribusi karena adanya unsur
54

Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik,
Jakarta, 2015, Nuansa Cendikia, hlm. 47
55
Barda Nawawie Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, 2003, Citra Aditya
Bakti, hlm 33
56
Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

kesengajaan maka dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari
jumlah Retribusi, yang dibayarkan secara berkala setiap bulan sampai yang
terutang ataupun kurang dibayar telah lunas dan dibayarkan dengan cara ditagih
dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) oleh Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang
Bedagai.
Sedangkan ketentuan pidana ada di dalam Pasal 28 yaitu :
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksaakan kewajibannya sehingga
merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan kurungan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah);
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah
tindak pidana pelanggaran.
Maksud dari ketentuan pidana pada Pasal 28 adalah bagi wajib retribusi
khususnya adalah pengusaha sarang burung walet yang tidak melanggar
kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah yaitu kewajiban yang diatur
dalam Pasal 10 yang mana kewajiban para pengusaha adalah :
a. melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan perizinan;
c. menaati perjanjian kerjasama dengan karyawan, menjamin
keselamatan dan kesehatan masyarakat sekitar lokasi pengelolaan
dan pemanfaatan sarang burung walet.
Jika dibandingkan dengan PERDA Kota Palangkaraya Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Izin Usaha Sarang Burung Walet yang lebih menjelaskan sanksi
baik itu administrasi ataupun sanksi pidana dengan lebih jelas. Di dalam Pasal 14
yang menjelaskan tentang sanksi administrasi, yaitu berisi :
(1) Pemegang izin diberi peringatan tertulis oleh Tim Teknis apabila :
a. Melanggar ketentuan dalam Pasal 10 ayat (4)

Universitas Sumatera Utara

b. Tidak menaati persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Kantor
Pelayanan Perizian Terpadu Kota Palagkaraya
(2) Peringatan

tertulis

sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(1)

disampaikan oelh Tim Teknis melalui Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Palangkaraya.
(3) Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan
tenggang waktu masing-masing peringatan adalah 1 (satu) bulan
(4) Apabila Pemegang Izin tidak mengindahkn peringatan tertulis Tim
Teknis sampai 3 (tiga) kali berturut-turut, maka Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota Palangkaraya membuat Surat Rekomendasi
untuk pembatalan/pencabutan Izin kepada Walikota dengan tembusan
disampaikan kepada Tim Teknis
(5) Sesuai Surat Rekomendasi dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota

Palangkaraya,

selanjutnya

Walikota

melakukan

pembatalan/pencabutan Izin.
Dan dalam ketentuan penyidikan di Kota Palangkaraya juga penjelasannya
lebih jelas dan terterinci dibanding dengan ketentuan pidana di Kabupaten
Serdang Bedagai yaitu tertera di dalam Pasal 16 dan 17 yaitu :
Pasal 16 :
(1) Setiap orang atau badan ayng mengelola dan atau mengusahakan
sarang burung walet dan sejenisnya tanpa izin tertulis dari
Walikota diancam pidanadenda paling banyak Rp. 30.000.000,(tiga puluh juta rupiah) atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan;
(2) Setiap orang atau Badan yang mengelola dan atau mengusahakan
sarang burung waket dan sejenisnya yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat
(1) huruf a,b,c,d,e,f dan g diancam pidana denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) atau kurungan paling
lama 6 (enam) bulan;
(3) Tidak pidana sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2) adalah
pelanggaran;

Universitas Sumatera Utara

(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) wajib disetor
ke kas daerah

Pasal 17:
Selain pidana kurungan dan atau denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1), Walikota dapat memerintahkan Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Palangkaraya untuk melakukan
penyegelan dan penutupa lokasi/bangunan.

Perbandingan antara PERDA Kabupaten Serdang Bedagai dan juga
PERDA Kota Samarinda diatas tampak jelas bahwa PERDA Kabupaten Serdang
Bedagai tidak mengatur sanksi-sanksi secara terperinci baik itu sanksi
administrasi maupun sanksi pidana. Tidak terperincinya PERDA Kabupaten
Serdang Bedagai terlihat dari isi dri pasal 21 Peraturan Daerah Kabupaten
Serdang Bedagai tentang Retribuzi Izin Sarang Burung Walet yang hanya
mengatur mengenai denda saja. Berbeda dengan Peraturan Daerah Kota
Palangkaraya yang mana dalam pasal 14 mencantumkan bagaimana proses dari
sanksi administrasi yang dikenakan oleh Pemerintah Daerah kepada pengusaha
yang tidak melaksanakan kewajibannya. Begitu juga untuk ketentuan pidana
PERDA Kota Palangkaraya menjelaskan lebih terperinci, jika di PERDA
Kabupaten Serdang Bedagai hanya menjelaskan sanksi akan dikenakan jika wajib
retribusi tidak melaksanakan kewajibannya dan merugikan keuangan daerah dan
tidak menjelaskan kewajiban yang seperti apa yang dimaksud dalam pasal
tersebut. Berbeda dengan PERDA Kota Samarinda yang menjelaskan kewajiban
wajib retribusi yang menjadikan sesorang dikenakan sanksi pidana yang sesuai
dengan pasal yang dituliskan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Pidana kurungan yang dijatukan oleh pelanggar PERDA merupakan
Tindak Pidana Ringan (Tipiring) karena hanya dijatuhi hukuman paling lama
3(tiga) bulan, dimana Tindak Pidaa Ringan ditentukan berdasarkan ancaman
pidananya, yang secara umum, ancaman tindak pidana yang menjadi ukuran ini
diatur didalam Pasal 205 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana yakni : tindak pidana yang ancaman pidananya paling lama
3 (tiga) bulan penjara atau kurungan. Maksud dari pemberian sanksi kurungan 3
(tiga) bulan adalah untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar dalam hal
ini adalah pengusaha sarang burung walet.
Dari penjelasan pasal diatas dapat diketahui bahwa bagi wajib retribusi
khushsnya dalam hal ini adalah pengusha sarang burung walet di Kabupaten
Serdang Bedagai apabila dalam kealpaannya atau dikarenakan adanya unsur
kesengajaan untuk tidak melakukan kewajibannya maka akan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda dan sanksi pidana berupa kurungan.
B.

Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Terhadap

Pengusaha Sarang Burung Walet yang Tidak Melaksanakan Kewajiban
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai,
mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah
Dinas Pendapata, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang
Bedagai dalam hal penanganan terhadap pengusaha sarang burung walet masih
banyak yang harus diperhatikan. Dikarenakan dalam prakteknya masih banyak
kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah. Pada dasarnya pemerintah adalah

Universitas Sumatera Utara

pihak yang bertanggung jawab terhdap suatu Negara, begitu juga daerah. 57 Dalam
pertanggung jawabannya pemerintah pusat bertanggung jawabterhadap Negara
sedangkan pemerintah daerah sendiri bertanggung jawab terhadap daerah yang
diekolanya.

Dalam

pengelolaannya

pemerintah

daerah

harus

senantia

meminimalisir setiap tindakan ataupun perbuatan-perbuatanyang bertantangan
dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 58
Namun hal ini tidaklah semudah yang dibayangkan, karena dalam
prakteknya dikehidupan sehari-hari ada ketidakmampuan dan atau adanya unsur
kesengajaan untuk melanggar aturan yang ditetapkan tersebut. Maka terciptalah
suatu keadaan yang kacau, keadaan yang tidak menyenangkan, keadaan yang
mengakibatkan adanya ketimpangan antara pemenuhan kewajiban dan hak. Dalam
keadaan seperti ini terjadilah desakan kekuatan yang berupa sanksi-sanksi atas
perbuatan mereka yang tidak memenuhi dan atau sengaja melanggar peraturan
Perundang-undangan yang berlaku. Dari hal tersebut, disinlah peran hukum serta
perangkat-perangkatnya dalam sistem pemerintahan berfungsi secaraefektif dan
maksimal.
Berhubungan dengan efektif dalam penegakan aturn hukum maka akan
lebih tepatnya jika dilihat dari salah satu teori efektifitas hukum yaitu menurut
pendapat Soerdjono Soekanto yang menjelaskan bahwa efektif atau tidaknya
suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor:
1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang);

57
58

Marihot Pahala Siahaan, Op.Cit, hlm. 8
Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan;
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergauln hidup. 59
Dilihat dari teori diatas, maka dapat digambarkan bahwa efektifnya sebuat
aturan hukum ditentukan oleh beberapa faktor yaotu dari undang-undangnya
sendiri, yaitu sebuah undang-undang tersebut harus bisa memenuhi unsur hak dan
kewajiban seseorang agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam lingkungan
masyarakat, yakni adanya pihak yang menegakkan aturan tersebut yang didukung
adanya sarana dan prasarana yang memadai, serta adanya kesadaran dari
masyarakat untuk menjalankan undang-undang tersebut dalam kehidupan seharihari seiring dengan kebudayaan dilingkungan sekitarnya,
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang
Bedagai agar sebuah peraturan daerah dapat diterapkan secara efektif yaitu
dengan cara melakukan pengawasan terhadap pengusaha sarang burung walet
dalam melakukan pembayaran retribusi izin sarang burung walet. 60 Analisa ini
didukung dengan adanya pendapat dari Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan

59

Soerdjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta,
2008, PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 8
60
Wawancara dengan Kepala Dinas Kabupaten Serdang Bedagai

Universitas Sumatera Utara

Keuangan dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Bapak H. Gustian, SE,
MM, Ak, CA mengatakan :
“Sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah
khsusnya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Aset dan Keuangan yaitu
dengan cara melakukan pengawasan dan juga melakukan penegakan
sanksi ke orang-orang yang melanggar PERDA. Pengawasan yang
dilakukan itu pengawasan ke pengusaha-pengusaha yang tidak bayar
pajak atau retribusi, dari pengawasan itu kalau ada yang tidak membayar
ya harus diberikan sanksi tegas. Sanksi itu juga termasuk upaya
Pemerintah Daerah sebagai fungsi represif.”
Dengan adanya pengawasan terhadap pengusaha tersebut bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh peraturan perundang-undangan yang telah dibuat
mengenai pajak ataupun retribusi seperti PERDA Kabupaten Serdang Bedagai
Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet yang
mewajibkan bagi pegusaha sarang burung walet membayar retribusi untuk izin
pengusahaan penangkaran sarang burung walet tersebu, apakah dalam
pelaksanaannya pengusaha sarang burung walet melaksanakan kewajiban
hukumnya untuk membayar retribusi terhadap izin yang diterimanya untuk
mengusahkan penangkaran sarang burung walet yang berada di Kabupaten
Serdang Bedagai.
Pengawasan itu sendiri menurut George R. Terry sebagaimana yang telah
dikutip oleh Sujamto menjelaskan bahwa “Pengusaha adalah untuk menentukan
apakah apa yang telah dicapai mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil
tindakan-tindakan korektif, apabila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya

Universitas Sumatera Utara

sesuai rencana.”

61

Selain itu juga pengawasan itu sendiri memiliki dua tujuan

yaitu untuk menjamin bahwa kekuasaan itu digunakan utuk tujuan yang
diperinthkan dan mendapat dukungan serta perstujuan dari masyarakat dan juga
untuk melindungi hak-hak asasi manusia yang telah dijamin oleh Undang-undang
dari pada tindakan penyalahgunaan. 62
Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai
sebaiknya bukan hanya pengawasan terhadap pembayaran retribusi izin saja tetapi
juga pengawasan terhadap lingkungan sekitar kawasan penangkaran sarang
burugn walet. 63 Jika dilihat dari peraturan daerah yang dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai masih kurang efektif dalam hal pengawasan
khususnya di bidang lingkungan dan dampak lingkungan yang akan diakibatkan
oleh sarang burung walet itu sendiri. Berbeda jika dibandingkan dengan Peraturan
Daerah Kota Palangkaraya yang mengatur secara rinci mengenai tata lokasi yang
dilarang maupun yang diizinkan untuk didirikan yang menjadi pengawasan oleh
Pemerintah Daerah setempat. Berdasarkan Pasal 4 PERDA Kota Plangkaraya
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Izin Usaha Sarang Burung Walet bahwa
pengusahaan sarang burung walet dilarang dibangun jika berdekatan dengan
sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana perkantoran, jalan
protokol, rumah dinas jabatan pejabat publik, dan bandara.

61

Ibid, hlm. 114
Sujatmo, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta, 1986, Chalia
Indonesia, hlm. 18
63
Masrudi Muchtar, dkk, Hukum Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta, 2016, Pustaka
Baru Press, hlm. 41
62

Universitas Sumatera Utara

Penangkaran sarang burung walet baiknya berada 3-5 KM dari pemukiman
penduduk ataupun sarana ibadah, dan pendidikan agar limbah dan dampaknpolusi
suara tidak mengganggu kehidupan masyaraat sekitar penangkaran. 64 Tetapi jika
dilihat dari PERDA yang dikeularkan oleh Kabupaten Serdang Bedagai tidak ada
membahas mengenai jarak yang baik antara penangkaran sarang burung walet
dengan pemukiman penduduk. Akan lebih baik apabila suatu peraturan bukan
hanya meninjau mengenai hukum saja tetapi juga meninjai mengenai dampak
sosial ataupun lingkungan juga yang nantinya akan mengakibatkan suatu peristiwa
hukum yang baru. 65
Tidak hanya upaya pengawasan saja yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, selain pengawasan Pemerintah Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai juga harus memberikan sanksi tegas kepada
pengusaha/pengelolaa sarang burung walet yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh pemerintah, agar adanya efek
jera terhadap pelaku pelanggaran bagi pengusaha lainnya. Adapun pemberian
sanksi itu sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan
yaitu pasal 21 Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun
2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet yang berisi mengenai sanksi
administasi yaitu :
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar ikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2

64
65

Op.Cit, Arif Budiman, Menyelami Bisnis Gedung Dan Sarang Burung Walet hlm. 6
Op. Cit, Iwan J. Aziz, Pembangunan Berkelanjutan Peran dan Kontribusi,hlm. 28

Universitas Sumatera Utara

% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi terutang atau kurang dibayar
atau ditagih dengan menggunakan STRD.
Tanpa pengawasan dan juga pemberian snaksi tegas dari Pemerintah
Daerah melalui Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA)
Kabupaten Serdang Bedagai, maka pengusaha sarang burung walet akan semakin
merajalela untuk dengan sengaja tidak mau membayar pajak sesuai dengan
kewajiban

hukumnya

dalam

peraturan

perundang-undangan.

Semakin

meningkatnya pengusaha sarang burung walet yang tidak mau membayar pajak
atau retribusi maka akan semakin besar pula tingkat kerugian yang akan
ditanggung oleh Pemerintah Daerah mengingat bahwa retribusi izin sarang burung
walet merupakan salah satu sumber pendapatan daerah Kabupaten Serdang
Bedagai.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini akan memaparkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan yang telah dibuat secara observasi, dan wawancara
yang memperkuat penulis dalam proses penyimpulan.
A.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab

sebelumnya, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis
akan menyimpulkan uraian-uraian tersebut sebagai berikut:
1.

Hal-hal yang menjadi fokus utama dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang
Burung Walet yaitu: pertama, keterkaitan antara Peraturan terkait dengan
tata ruang Kota/Kabupaten dan pembangunanyang berkelanjutan. Kedua
mengatur

kewajiban

orang/badan

dalam

melakukan

pengelolaan,

pengusahaan dan pemanfatan sarang burung walet. Serta ketiga, tata cara
pemungutan izin sarang burung walet.
2.

Persyaratan dalam memperoleh izin pengusahaan sarang burung walet di
Kabupaten Serdang Bedagai sudah memiliki uraian dan persyaratan yang
jelas yang diatur didalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai
Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet. Dan
begitu juga dalam hal pemungutan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan,

Universitas Sumatera Utara

Pengelolaan Keuangan dan Aset juga dengan jelas dan terperinci didalam
Peraturan Daerah yang mengatur.
3.

Seluruh pengusaha burung walet yang tidak membayarkan kewajibannya
yaitu berupa retribusi dari sebagaimana telah ditetapkan sebagaimana
dalam perundang-undangan, dengan begitu maka pengusaha sarang burung
walet dapat dikatan melakukan suatu perbuatan melawan hukum. Sanksi
baik secara administrasi maupun pidana diatur didalam Paturan Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin
Sarang Burung Walet kurang terperinci dibandingkan dengan pertauran
Kota Palangkaraya.

B.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan memberikan beberapa

saran kepada pihak terkait yaitu :
1.

Harus ada sedikit perubahan substansional dalam isi Pekhususnya aturan
Daerah Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung
Waket pada bagian persyaratan untuk mendapatkan izin usaha yang
seharunya lebih mempertimbangkan dampak lingkungan berdasarkan asas
pembangunan berkelanjutan.

2.

Perlu adanya sosialisasi yang dilakukan secara berkesinambungan oleh
Dinas

Pendapatan,

Pengelolaan

dan

Aset

(DPPKA)

serta,

BadanLingkungan Hidup kepada masyarakat mengenai Peraturan Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33