Retribusi Izin Sarang Burung Walet di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah Provinsi dan kemudian dibagi atas Kabupaten dan Kota (Pasal 18 ayat (1)
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945).

Tiap-tiap daerah

mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya untuk meningkatkan kemajuan dan produkivitas. Salah satu
upaya adalah melakukan pungutan kepada masyarakat untuk mendapatkan sumber
pendapatan daerah (Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
Dan Retribusi Daerah).
Pemerintahan Daerah dalam urusan keuangan daerah menggali potensi
perekonomian untuk dijadikan sumber pendapatan daerah dalam bentuk pajak dan
retribusi. 1 Penerimaan pajak dan retribusi daerah diharapkan nantinya dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap PAD dalam hal pencapaian dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Inilah salah satu tujuan dilaksanakannya
otonomi, yaitu agar daerah mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Sumber penerimaan pajak daerah Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel,

pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak

1

Md. Krisna. A. A. Kusuma – Ni Gst. Putu, “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD SeKaabupaten / Kota Di Provinsi
Bali”,Yogyakarta, Universitas Udayana, hlm. 575

Universitas Sumatera Utara

pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, dan pajak parkir. 2 Selain
pajak daerah, retribusi daerah juga penting dalam PAD. Retribusi daerah dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yakni retribusi jasa umum yang terdiri dari
retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan kebersihan, retribusi pergantian
biaya cetak KTP dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan parkir di jalan umum,
dan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Retribusi jenis usaha terdiri dari
retribusi terminal dan retribusi rumah potong hewan, sedangkan retribusi perijinan
tertentu terdiri dari retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin keramaian,
retribusi izin trayek, retribusi izin usaha perikanan dan juga izin retribusi sarang
burung walet.

Tumbuhnya

industri

sarang

burung

walet

bersamaan

dengan

berkembangnya industri obat-obatan yang memiliki khasiat tinggi untuk
kesehatan., 3 yang menjadikan ketertertarikan masyarakat untuk membuka suatu
usaha penangkaran sarang burung walet. Habitat alami burung walet adalah guagua kapur, burung walet (Collocalia fuchiphaga) namun telah berhasil
ditangkarkan dalam rumah-rumah sejak tahun 1880. 4
Indonesia adalah negara yang menghasilkan sebagian besar sarang burung
walet di dunia. Negara-negara lain yang juga menghasilkan sarang burung walet

adalah Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Burma, Singapura dan Srilanka. 5
Banyak orang yang pada akhirnya membuat usaha sarang burung walet karena
2

Irwansyah Lubis, Menggali Potensi Pajak Perusahaan
Dan Bisnis Dengan
Pelaksanaan Hukum, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010, hlm. 7
3
Lina Elfita, ”Analisis Profil Protein Burung walet ( Collocalia fuchipaga )Asal Painan,
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Vol. 01 No. 01, November 2014, hlm 28
4
Ibid, hlm.29
5
Hadi Iswan,Walet Budidaya Dan Aspek Bisnisnya, Jakarta, Agromedia Pustaka, 2002,
hlm.5

Universitas Sumatera Utara

menyadari bahwa nilai ekonomisnya yang sangat tinggi dan tidak merepotkan
dalam masalah perawatan dan kembang biaknya. 6 Karena dalam prakteknya

burung walet akan tetap hidup dan mencari makan di alam bebas tetapi tempattempat untuk bersarang yang disediakan oleh pengusaha penangkaran walet
tersebut, ini berupa bangunan layaknya gedung bertingkat yang dibuat sedemikian
rupa sehingga burung walet tersebut mau berkembang biak dengan baik di tempat
tersebut, tak terkecuali dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Salah satu dampak buruk yang sering sekali terjadi dan sangat
mengganggu kenyamanan masyarakat, dikarenakan bangunan sarang burung
walet berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat yang mengakibatkan
pencemaran lingkungan (polusi suara, polusi udara) dan sumber penyakit. Maka
pemerintah daerah mentertibkan usaha penangkaran sarang burung walet dalam
suatu peraturan yang mengatur mengenai izin sarang burung walet.
Penangkaran sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai masih
banyak sekali yang meresahkan warga. 7 Sarang burung walet seharusnya berada
di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk yaitu di dataran tinggi, hutanhutan, rawa, persawahan, dan juga pantai, 8 tetapi yang terjadi di Kabupaten
Serdang Bedagai penangkaran sarang burung walet terletak sangat dekat dengan
pemukiman penduduk. Hal ini terjadi karena habitat aslinya telah digantikan

6

Arif Budiman, Menyelami Bisnis Gedung Dan Sarang Burung Walet, Jakarta,
Agromedia Pustaka, 2003, hlm. 19

7
Wawancara dengan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Serdang
Brdagai, tanggal 14 Maret 2017 di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
KAbupaten Serdang Bedagai
8
Eka Adiwibawa, Pengelolaan Rumah Walet, Yogyakarta, Kanisius, 2010, hlm. 23

Universitas Sumatera Utara

dengan lahan-lahan pertanian, lahan perkebunan, dan dijadikan pemukiman
penduduk.
Peraturan Daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah Kabupaten
Serdang Bedagai yang berlaku saat ini yaitu Perda Nomor 33 Tahun 2008 Tentang
Retribusi Izin Sarang Burung Walet, sayang hanya mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan retribusi saja. Pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai
kurang memperhatikan mengenai kesehatan masyarakat sekitar, dampak
lingkungan, juga tidak mengatur mengenai lokasi penangkaran sarang burung
walet. Hal ini menjadi lebih buruk dikarenakan tidak adanya kesadaran dan juga
keperdulian dari orang/badan yang mengusahakan atau memanfaatkan sarang
burung walet.

Sebagai perbandingan, Kota Palangkaraya dalam Perda Kota Palangkaraya
No. 12 Tahun 2011 Tentang Izin Usaha Sarang Burung Walet ada mengatur
secara terperinci mengenai lokasi yang dapat diberikan izin dan lokasi yang
dilarang. Kabupaten Serdang Bedagai sama halnya dengan Kota Medan 9 juga
tidak mengatur secara rinci bagaimana lokasi dan tata bangunan yang seharusnya
diizinkan untuk berdiri agar tidak merusak lingkungan, serta memperhatikan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Meskipun Perda Kabupaten Serdang Bedagai No. 33 Tahun 2008 Tentang
Retribusi Izin Sarang Burung Walet sudah diterbitkan dan sudah berjalan cukup
lama, tetapi Perda ini belum terlaksana dengan baik. Apa yang ada di dalam Perda

9

Perda Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet

Universitas Sumatera Utara

tersebut belum mengcover permasalahan-permasalahan yang akan timbul dan
sudah timbul akibat penangkaran sarang burung walet.
Dari latar belakang inilah yang membuat penulis ingin mengangkat

tentang : RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI (KAJIAN TERHADAP

PERATURAN DAERAH

NOMOR 33 TAHUN 2008)
B. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan kenyataan yang harus dihadapi dan diselesaikan
secara tuntas oleh peneliti. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat
ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada
hal-hal diluar permasalahan.
Dimana dari uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan
yang diteliti adalah :
1. Apa saja fokus utama yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Sarang
Burung?
2. Bagaimana mekanisme pemberian izin dan pemungutan retribusi izin
sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai?
3. Bagaimana sanksi


terhadap pengusaha sarang burung walet yang

tidak melakukan kewajibannya di Kabupaten Serdang Bedagai?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan masalah yang menjadi tujuan penulis membuat skripsi ini
adalah untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara dan juga untuk mecari tahu kebenaran di lapangan mengenai
retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai.
Beberapa tujuan yang ingin penulis sampaikan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1.

Untuk mengethui apa saja yang menjadi fokus utama dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2005 tentang
Retribusi Izin Sarang Burung Walet

2.


Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemberian izin dan tata cara
pemungutan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang
Bedagai

3.

Untuk mengetahui sanksi terhadap pengusaha sarang burung walet
yang tidak melakukan kewajibannya di Kabupaten Serdang Bedagai

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademik
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi kalangan
akademis dalam menambah pengetahuan serta menjadi
masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti
sector retribusi daerah.
b) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari
penelitian yang dilakukan dengan cara mengaplikasikan teoriteori yang didapat selama perkuliahan dalam pembahasan
masalah pengelolaan retribusi.


Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Praktis
a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam
upaya memperdalam studi kasus mengenai Retribusi Daerah.
b) Penelitian ini diharapkan secara praktis berguna sebagai bahan
masukan dan refrensi bagi Dinas Pendapatan Kabupaten
Serdang Bedagai untuk lebih mengefektifkan implementasi
Peraturan Daerah.
c) Diharapkan penelitian ini menjadi pedoman praktis yang
menjadikan para pengusaha sadar akan kewajiban dan haknya
E. Keaslian Penulisan
Penulis telah menelusuri judul-judul skripsi yang ada di Fakultas Hukum
Universitas

Sumartera

Utara,

penulis


tidak

menemukan

penulis-penulis

sebelumnya mengangkat judul yang sama yaitu “Retribusi Izin Sarang Burung
Walet Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah
Nomor

33

Tahun

2008)”.

Atas

dasar

itulah

penulis

dapat

mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini secara ilmiah. Bila dikemudian hari
terdapat permasalahan dan pembahasan yang sama sebelum skripsi ini dibuat,
penulis dapat mempertanggungjawabkannya.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Retribusi
Berdasarkan pasal 1 angka 64 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa retribusi
daerah yang selanjutnya disebut dengan retribusi adalah pungutan daerah

Universitas Sumatera Utara

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah.
Dalam pelaksanaan pungutan Retribusi Daerah tidak semua jasa yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah dapat dipungut retribusinya, namun
hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi
layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi jasa tertentu tersebut
dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu jasa umum, jasa usaha, dan
perizinan tertentu.
Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini
dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan
undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan
daerah.
c. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi
(balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas
pembayaran yang dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara
ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan

Universitas Sumatera Utara

memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah.

10

2. Perizinan
Izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyartan dan
prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentran peraturan perudangundangan. 11 Sedangkan perizinan adalah pemberian legalitas kepada
seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin
maupun daftar usaha. Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak
digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku
para warga. 12
Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk
pengendalian dari aktifitas-aktifitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan
yang berisi pedoman yang harus dilaksanakan baik oleh yang
berkepentingan ataupun oleh pejabat yang diberi kewenangan. Tetapi
tujuan dari perizinan dapat dilihat dari 2 sisi yaitu: 13
a) Sisi Pemerintahan:

10

i.

Untuk melaksanakan peraturan

ii.

Sebagai sumber pendapatan daerah

Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, Rajawali Pers, 2010,

hlm 6-7
11

Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara,
Lampung, Universitas Negeri Lampung, 1992, hlm 45
12
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya, Yuridika, 1993, hlm. 2
13
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta, Sinar
Grafika, 2011, hlm. 200

Universitas Sumatera Utara

b) Sisi Kemasyarakatan:
i.

Untuk adanya kepastian hukum

ii.

Untuk adanya kepastian hak

iii.

Untuk mendapatkan fasilitas setelah bangunan yang
didirikan mempunyai izin

3. Penertiban Industri Sarang Burung Walet
Di habitat aslinya walet tinggal di dalam goa-goa pantai berkarang
yang terjal atau tebing dan bukit yang curam mulai dari dataran rendah
hingga ketinggian 600 mdpl. Suhu didalam goa tempat tinggalnya berkisar
antara 26-29°C dan kelembapannya 8—95%. 14 Di dalam goa, walet jantan
dan walet betina akan membuat sarang secara bergantian menggunakan
liurnya. Sebuh sarang walet dalam waktu 40-80 hari. Sekitar 5 -8 hari
setelah kawin, betina akan bertelur. Sarang walet dibuat dilangit-langit goa
yang tinggi dan gelap.
Perkembangan waktu, teknologi dan pola pikir manusia sehingga
mulai

terciptanya

inovasi

membuat

sarang

walet

buatan

untuk

pemanfaatan sarang burung walet dengan cara membuat media sarang
walet dari gedung - gedung yang didalamnya dibuat semirip mungkin
dengan habitat asli burung walet. Namun, upaya pembuatan gedung sarang
walet ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
a) Keuntungan pembangunan gedung sarang walet.

14

Philip Yamin & Ferry B. Paimin, Membangun Rumah walet Bintang 5, Depok, Penebar
Swadaya, 2002, hlm. 1

Universitas Sumatera Utara

Membangun gedung sarang walet khusus sebagai tempat
tinggal akan lebih menguntungkan dari pada memanfaatkan
sarang walet hanya dari mengambil didalam goa dengan
beberapa keuntungan seperti:
b) Mutu sarang walet lebih baik.
Sarang walet yang dihasilkan dari gedung sarang walet
memiliki mutu yang lebih baik dan bentuk yang lebih
sempurna. Dari warnanya, sarang yang dihasilkan dari gedung
sarang walet lebih berwarna putih, sedangkan sarang yang
dihasilkan dari goa berwarna lebih kecoklatan dan kusam.
c) Pengelolaan dan pengawasan lebih mudah.
Pengelolaan sarang walet digedung sarang walet lebih mudah
daripada di goa walet. Hal ini lebih terlihat dari kemudahan
letak, dan jarak antara rumah pengelola dengan sarang walet.
Selain itu pengawasan terhadap keamaan dari pencurian sarang
walet akan lebih mudah, karena harga sarang walet yang begitu
tinggi dan juga pengawasan terhadap hama dan kebersihan
sarang walet lebih mudah dikontrol. 15
Berdasarkan pasal 3 PERDA Nomor 33 tahun 2008 tentang retribusi
izin sarang burung walet, Objek Retribusi adalah Izin Sarang Burung
Walet oleh pribadi atau badan di lokasi tertentu, berupa pengelolaan,
pegusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet, yang meliputi :

15

Ibid, hlm.8

Universitas Sumatera Utara

a) Burung walet di habitat alami; dan
b) Burung walet di luar habitat alami
Dan juga didalam Pasal 4 dijelaskan mengenai subjek dari retribusi
izin sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pengelolaan, pengusahaan dan
pemanfaatan sarang burung walet di habitat alami dan diluar habitat alami.
G. Metode Penelitian
1.Jenis Dan Sifat Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, agar permasalahanpermasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini terjawab dengan baik
berdasarkan data-data yang akurat maka penulis menggunakan 2 jenis
penelitian yaitu penelitian dengan metode normatif dan metode empiris.
Dengan menggunaka penelitian metode normatif, penulis akan mengkaji dan
mempelajari peraturan-peraturan yang terkait dengan retribusi izin sarang
burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai. Dan dalam penulisan ini,
penulis juga menggunakan metode penelitian empiris yang merupakan
metode penelitian yang berfungsi untuk melihat hukum dan dalam artian
nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dengan metode penelitian empiris ini, penulis akan meneliti bagaimana
retribusi izin sarang burung walet secara langsung apakah meningkatkan
pedapatan asli daerah dan juga melihat bagaimana pengaturan mengenai
retribuzi izin sarang burung walet apakah sudah tegak dengan cara

Universitas Sumatera Utara

wawancara dan juga mencari data data yang berkaitan dengan retribusi izin
sarang burung walet.
2. Sumber Data
a) Bahan Hukum Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari lokasi penelitian yakni sumber data, dari informan yang
bersangkutan dengan cara wawancara dan pengamatan atau observasi
lingkungan. Untuk melengkapi data dari bahan hukum sekunder,
penulis melakukan wawancara ke orang-orang yang terkait dengan
retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai
seperti Kepala Dinas Kabupaten Serdang Bedagai dan juga subjek
retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai.
b) Bahan Hukum Sekunder merupakan data yang berasal dari survey
lapangan dan diperoleh dengan mempelajari bahan-bahan kepustakaan
yang berupa buku-buku, literatur, dokumen-dokumen, laporan-laporan
mapun arsip-arsip resmi yang dapat mendukung data primer. Untuk
mendukung

data

sekunder,

penulis

menggunakan

buku-buku

mengenai retribusi daerah dan juga melampirkan data-data resmi dari
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika yang
terdiri dari 5 (lima) bab dan dalam bab tersebut terdapat beberapa sub bab. Untuk
lebih memudahkan penulis, penulis menguraikan secara ringkas pembahasan
dalam skripsi ini yaitu terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

BAB I :

PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang
masalah, Batasan masalah, Rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, Metode penelitian, dan Sistematika penulisan.

BAB II : FOKUS UTAMA DALAM PENGATURAN RETRIBUSI IZIN
SARANG BURUNG WALET BERDASARKAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NO. 33 TAHUN
2008
Dalam bab ini akan dibahas mengenai tata wilayah, pembangunan
yang

berkelanjutan,

hak

dan

kewajiban

orang/badan

yang

mengusahakan penangkaran sarang burung walet, dan juga akan
membahas mengenai tata cara pemungutan retribusi izin sarang
burung walet.
BAB III

ASPEK-ASPEK DASAR DALAM PENGATURAN RETRIBUSI
IZIN

SARANG

BURUNG

WALET

BERDASARKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
NO. 33 TAHUN 2008
Dalam bab ini terdiri akan membahas bagaimana PERDA Kabupaten
Serdang Bedagai No. 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang
Burung Walet

mengatur mengenai hak dan kewajiban dari

orang/badan yang mengelolaa, mengusahakan dan memanfaatkan
sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai. Selain itu dalam
bab ini juga akan menjelaskan mengenai bagaimana tata cara

Universitas Sumatera Utara

pemungutan retribusi sarang burung walet di Kabupaten Serdang
Bedagai.
BAB IV

SANKSI

BAGI

MELAKSANAKAN

ORANG/BADAN
KETENTUAN

YANG

RETRIBUSI

TIDAK
IZIN

DI

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Dalam bab ini penulis akan menjabarkan mengenai hasil wawancara
dan pengumpulan data terkhusus mengenai kendala yang dialami oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dalam menangani
para pengusaha yang masih belum mengetahui hak dan kewajibannya
baik itu dalam hal retribusi maupun hal-hal lain seperti lingkungan
sekitar sarang burung walet. Dan di dalam bab ini juga membahas
mengenai sanksi yang akan diberikan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai terkait dengan pelanggaran yang
dilakukan orang/badan.
BAB V

SARAN DAN KESIMPULAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini
berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi. Dan
saran yang merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang
dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil
dan berdaya guna.

Universitas Sumatera Utara