T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Sistem Evaluasi Kinerja Berbasis Web dengan Metode Analytic Hirearchy Process: Studi Kasus LPMAI dan UnitUnit UKSW T1 Full text

Pengembangan Sistem Evaluasi Kinerja Berbasis Web
Dengan Metode Analytic Hirearchy Process
(Studi Kasus: LPMAI dan Unit-unit UKSW)
Artikel Ilmiah

Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

Peneliti:
Hendra Dwi Sulistianto Putra (672013029)
Dr. Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si., M.Kom.

Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017

i


ii

iii

iv

.

v

1.

Pendahuluan

Dewasa ini, perkembangan teknologi merupakan sebuah fenomena yang
terus berkembang dan semakin maju. Hal ini mempengaruhi aktvitas kehidupan
manusia, sehingga tidak dapat dipungkuri bahwa teknologi informasi dimanfaatkan
dalam aspek kehidupan manusia. Selain mudahnya untuk mencari sumber
informasi, teknologi informasi juga dapat mempermudah kinerja di suatu
perusahaan maupun lembaga, karena sumber informasi dapat dilakukan secara

otomatis dan terstruktur. Hal tersebut yang dinamakan sumber informasi sangatlah
mudah diakses.
Lembaga Penjaminan Mutu dan Audit Internal (LPMAI) merupakan salah
satu lembaga di Universitas Kristen Satya Wacana yang dulunya bernama PPMA
atau Pusat Penjaminan Mutu Akademik. LPMAI bertugas untuk menerapkan
teknologi informasi dalam proses kinerjanya agar informasi dari setiap divisi dalam
LPMAI dapat diolah dengan mudah dan tersimpan secara terstruktur [14].
UKSW sebagai salah satu lembaga pendidikan menganut ISO 9000 sebagai
pedoman dalam menjalankan sistem operasional. ISO 9000 memiliki tujuan dalam
pemenuhan serta jaminan kualitas pendidikan yang diberikan oleh lembaga
pendidikan kepada konsumen. Dengan menggunakan dasar ISO 9000, maka
UKSW memiliki pencapaian sasaran mutu dengan slogannya yakni “ Exellence for
All”. Slogan tersebut, ternyata memiliki pengaruh bagi unit-unit yang berada di
UKSW salah satunya adalah LPMAI. Untuk mencapai sasaran mutu tersebut
LPMAI memiliki tujuan pengukuran kinerja, karena pengukuran kinerja dapat
memberikan inovasi yang lebih dalam jangka pendek maupun jangka panjang [14].
Oleh karena itu LPMAI membutuhkan aplikasi survei kepuasan pelanggan
yang bertujuan untuk mengukur suatu kinerja lembaga. Dalam hal ini adalah
UKSW sebagai lembaga yang bergerak didalam pendidikan. Hal ini sudah
direalisasikan dalam bentuk web di ppma.uksw.edu/survey yang hanya dapat

diakses oleh dosen, mahasiswa dan pegawai UKSW. Dengan adanya aplikasi survei
kepuasan pelanggan, LPMAI dapat memiliki masukkan – masukkan yang dapat
membangun inovasi dalam menampung aspirasi, kritik, dan saran dari pelanggan
setiap divisi maupun unit – unit di UKSW.
Dengan adanya aplikasi tersebut, akan memudahkan LPMAI dalam proses
kerja yang maksimal. Aplikasi ini dapat melihat kepuasan pelanggan dari tahun ke
tahun dan per semester dalam bentuk diagram. Aplikasi ini menerapkan metode
AHP, SERVQUAL dan likert, sehingga dari segi pertanyaan hingga ke skala
nominal detail. Hal ini membuat aplikasi tersebut menjadi lebih akurat.
LPMAI memiliki tanggung jawab untuk menyusun sistem manajemen
mutu, menjamin pelaksanaan sistem manajemen mutu, mengevaluasi, dan akan
terus menerus mengembangkan kwalitas sistem manajemen, dari universitas
hingga program studi dan sumber daya dosen. LPMAI memiliki target adanya
inovasi - inovasi baru dalam menghasilkan produksinya tanpa terkecuali dalam
divisi di bidang SDI, sehingga merasa tertantang untuk memberikan motivasi dan
inovasi terhadap LPMAI.
Permasalahan di dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana
perancangan dan pengembangan sistem informasi evaluasi kinerja unit-unit di

1


UKSW berbasis web dengan metode analytic hierarchy process (AHP). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perancangan dan pengembangan sistem informasi
evaluasi kinerja unit-unit (BIKEM, BAA, BMK, BPHL, BAK, BTSI dan LPMAI)
di UKSW berbasis web dengan metode analytic hierarchy process (AHP) sehingga
memberikan motivasi dan inovasi terhadap LPMAI. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan mampu membuka pandangan khususnya para civitas UKSW dalam
memberikan evaluasi terhadap suatu divisi agar dapat mengembangkan sistem yang
ada.
2.

Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian mengenai evaluasi kinerja telah dilakukan sebelumnya.
Pada penelitian Fatmawati dibahas mengenai evaluasi kualitas layanan
perpustakaan FEB UNDIP dengan metode LibQUAL [1]. Evaluasi layanan
perpustakaan berdasarkan perspektif pengguna layanan perpustakaan merupakan
hal yang penting untuk dilakukan mengingat bahwa yang dapat menilai suatu
layanan adalah yang menerima layanan tersebut. Salah satu metode terbaru untuk
mengevaluasi kualitas layanan perpustakaan dan masih belum banyak diaplikasikan

oleh perpustakaan di Indonesia adalah metode LibQUAL. Penelitian Fatmawati
menggunakan rumusan yaitu bagaimana kualitas layanan di Perpustakaan FEB
UNDIP berdasarkan harapan dan persepsi pengguna layanan perpustakaan dengan
menggunakan metode LibQUAL. Penelitian Fatmawati menggunakan 81 respoden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpustakaan FEB UNDIP memenuhi
harapan minimum dari pengguna layanan. Hal ini berarti bahwa pengguna layanan
perpustakaan merasa “cukup puas” dengan layanan perpustakaan.
Pada penelitian Ridwan, Suyono dan Sarosa, diterapkan teknik data mining
untuk evaluasi kinerja akademik mahasiswa [2]. Algoritma yang digunakan adalah
Naïve Bayes Classifier. Penelitian tersebut difokuskan untuk mengevaluasi kinerja
akademik mahasiswa pada tahun ke-2 dan diklasifikasikan dalam kategori
mahasiswa yang dapat lulus tepat waktu atau tidak. Kemudian dari klasifikasi
tersebut, sistem akan memberikan rekomendasi solusi untuk memandu mahasiswa
lulus dalam waktu yang paling tepat dengan nilai optimal. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan klasifikasi
kinerja akademik mahasiswa yaitu Indeks Prestasi Komulatif (IPK), Indeks Prestasi
(IP) semester 1, IP semester 4, dan jenis kelamin.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan awal tahun
1970 oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg [3].
AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang

berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang
didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai set alternatif.
Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak
mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah yang terukur
(kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi
yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data statistik sangat
minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh
persepsi, pengalaman ataupun intuisi. AHP ini juga banyak digunakan pada

2

keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan
prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik. Jadi, AHP
merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan
pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha memahami suatu
kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan.
Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap “ekspert” sebagai input
utamanya. Kriteria ekspert disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah
jenius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang
mengerti benar permasalahan yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau

punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Pengukuran hal-hal kualitatif
merupakan hal yang sangat penting mengingat makin kompleksnya permasalahan
di dunia dan tingkat ketidakpastian yang makin tinggi.
Survei dan kuesioner memainkan peran penting dalam berbagai penelitian
subyeknya manusia. Termasuk dalam kuesioner ini adalah skala Likert, yang telah
menjadi salah satu alat yang paling popular untuk mengukur sifat psikologis.
Sebuah skala Likert terdiri dari beberapa Likert item, delapan atau lebih. Setiap item
berisi bagan (yaitu frase atau pernyataan) dan skala (yaitu pilihan jawaban).
Individu menanggapi setiap bagan pada pilihan nomor respon (yaitu dua titik atau
lebih) yang diberi label, misalnya dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.
Analisis dilakukan dengan menjumlahkan atau rata – rata nilai numerik ditugaskan
untuk setiap respon [4]. Likert merupakan jenis skala yang sering digunakan untuk
pengumpulan data, namun para peneliti lebih memilih pengumpulan data yang
berbeda ketika mereka melakukan penelitian menggunakan satu jenis skala.
Meskipun skala yang sama digunakan dalam studi yang berbeda, penggunaan
pengumpul data yang berbeda mungkin membuat perbedaan penting dalam hasil
penelitian. Meskipun informasi yang cukup tentang karakteristik kolektor data yang
dilaporkan dalam makalah, perbedaan antara pengumpulan data dalam hal pelatihan
apakah mereka telah menerima atau mungkin telah mengubah keandalan dan
validitas skor yang dikumpulkan oleh aplikasi skala Likert [5].

Instrumen Servqual dikembangkan pada pertengahan tahun 1980 oleh
Zeithaml, Parasuraman, dan Berry serta secara luas diakui sebagai penyedia
disagregasi konsep kualitas pelayanan. Ini terdiri dari lima dimensi yaitu
Keandalan, Responsiveness, Jaminan, Empati, dan Tangibles [6]. Kesulitan dengan
instrument servqual diidentifikasi ke dalam literature dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori utama: (1) konseptual dan (2) empiris; meskipun, batas antara
keduanya mengaburkan sebab keduanya saling terkait erat. Konseptual masalah
pusat sekitar (1) penggunaan dua instrument terpisah, satu untuk masing-masing
dua konstruk (yaitu, persepsi dan harapan), untuk mengoperasionalkan ketiga
konstruk konseptual berbeda (yaitu, dirasakan layanan quaility) dimana hal tersebut
digunakan hasil dari proses psikologis yang kompleks; (2) ambigutas harapan
membangun; dan (3) kesesuaian menggunakan satu instrumen untuk mengukur
kualitas layanan di industry yang berbeda (yaitu, validitas isi). Sebuah tinjauan
masalah – masalah konseptual dan empiris harus melayani untuk mengingatkan
mereka yang ingin menggunakan servqual untuk mengukur kualitas pelayanan dari
penyedia system informasi [7].

3

Banyak penelitian kualitas layanan eksklusif yang telah produktif digunakan

servqual untuk mengukur persepsi pengguna tentang layanan dan sejumlah studi
yang diterbitkan telah menilai reliabilitas dan validitas skala ini. Meskipun bekerja
cukup dilakukan di daerah, tidak ada consensus untuk dari skala pengukuran kuat
cukup dapat mengukur dan membandingkan kualitas layanan [8].
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari produser-produser yang saling
berhubungan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran tertentu atau kumpulan dari elemen yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan [9]. Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang
saling berhubung dan mempengaruhi. Secara umum elemen membentuk sistem,
yaitu : (1). Masukan (input): Segala sesuatu yang masuk kedalam sistem yang
selanjutnya menjadi bahan untuk diproses; (2). Proses kumpulan bagian atau
elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi mengubah masukan menjadi
keluaran; (3). Keluaran (output) Merupakan hasil dari pemprosesan [10]. Pada
sistem informasi, keluaran biasanya suatu informasi, saran, cetakan, dan laporan.
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bagi penerimanya. Informasi yang merupakan sumber daya strategis bagi
organisasi atau suatu entitas yang mendukung kelangsungan hidup bagi organisasi.
Oleh karena itu informasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan organisasi [11].
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan [9]. Usaha untuk
memperoleh suatu informasi harus melalui suatu proses transformasi dengan
membuat data menjadi bermakna. Untuk memperoleh suatu informasi diperlukan
sumber daya input, yang diproses menjadi sumber daya output. Proses pengolahan
informasi memerlukan alat pengolah informasi, yaitu hardware, software, dan
brainware [10].
3.

Metodologi Penelitian

Penelitian yang dilakukan, diselesaikan melalui tahapan penelitian yang
terbagi dalam lima tahapan, yaitu: (1) Analisis masalah dan kebutuhan, (2) studi
literatur, (3) Perancangan sistem, (4) Pengembangan sistem, dan (5) Pengujian
sistem.

4

Analisis Masalah & Kebutuhan


Studi Literatur
Perancangan Sistem
Pengembangan Sistem
Pengujian Sistem

Gambar 1 Tahapan Penelitian [12]

Langkah pertama penelitian adalah analisis masalah dan kebutuhan.
Analisis masalah dilakukan untuk mengetahui masalah yang ada pada kondisi saat
ini. Masalah ditemukan dengan cara melakukan survey langsung ke lapangan,
wawancara dengan lembaga penjaminan mutu dan audit internal (LPMAI) UKSW.
Berdasarkan masalah, maka dapat ditentukan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
Masalah yang ditemukan adalah kesulitan dalam menampung pendapat mahasiswa
tentang kualitas layanan unit-unit kerja UKSW. Kesulitan yang dimaksud adalah
bagaimana menjangkau semua mahasiswa sehingga dapat memberikan
pendapatnya. Bagaimana mengolah pendapat yang telah diberikan. Bagaimana
melaporkan hasil pengolahan pendapat ini. Kebutuhan yang dimunculkan dari
masalah tersebut adalah perlunya sarana yang dapat digunakan semua mahasiswa
UKSW untuk memberikan pendapatnya tentang kualitas layanan unit-unit kerja
UKSW, perlunya sarana untuk mengolah dengan cepat, dan juga sarana untuk
melaporkan hasil pengolahan.
Langkah kedua adalah studi literatur. Pada langkah ini dicari dan dipelajari,
penelitian terdahulu ataupun metode yang pernah dikembangkan sebelumnya, yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang sama/mirip. Untuk menjangkau
mahasiswa UKSW, maka diperlukan sarana yang mudah diakses, yaitu dengan
menggunakan sistem informasi berbasis web. Sistem informasi ini sekaligus
berfungsi untuk mengolah dan melaporkan hasil pengolahan pendapat.
Langkah ketiga adalah perancangan sistem. Berdasarkan hasil analisis,
dirancangan sistem informasi evaluasi yang memenuhi kebutuhan LPMAI.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah teknologi pengembangan yang
digunakan, teknik pengembangan yang dipilih, dan kesesuaian dengan kondisi
sistem yang sudah ada. Teknologi pengembangan yang digunakan adalah teknologi
web. Servqual digunakan sebagai parameter penilaian kinerja. Hasil dari servqual
merupakan angka, yang digunakan sebagai input untuk proses perangkingan
dengan algoritma AHP.
Langkah keempat yaitu pengujian sistem informasi. Pengujian dilakukan
dengan bantuan 30 responden yang merupakan mahasiswa UKSW, yang terbagi ke
beberapa fakultas. Responden diminta untuk memasukkan pendapat mereka dengan
menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan. Disediakan 22
pertanyaan untuk tiap unit kerja. Dan terdapat 7 unit kerja, yaitu BAA, BAK,
5

BIKEM, BMK, BPHL, BTSI, LPMAI. Pendapat yang dimasukkan, berada dalam
format Sangat Setuju, Setuju, Normal/Netral, Tidak Setuju dan Sangat Tidak
Setuju.
Langkah kelima yaitu Evaluasi hasil pengujian. Evaluasi yang dimaksud
adalah melihat kesesuaian antara input, proses dan output sistem dengan kebutuhan
LPMAI. Evaluasi sistem bertujuan untuk mengetahui apakah sistem dapat
menyimpan input dari tiap responden. Kemudian mengolah tiap jawaban/pendapat,
dan menyajikan hasil akhirnya.
Metode perancangan sistem yang digunakan adalah metode Hybrid Spiral.
Metode Hybrid Spiral adalah metode yang sangat cocok untuk pengembangan
system dan perangkat lunak skala besar, di mana pengembang dan pemakai dapat
lebih mudah memahami kondisi pada setiap tahapan dan bereaksi terhadap
kemungkinan kesalahan. Karena di metode perancangan spiral menggabungkan
metode prototype dan waterfall yang cocok dengan program skala besar.
Phase 1
Requirement

Phase 2
Design

Tacit Knowledge

Explicit Knowledge

Phase 4

Phase 3

Testing

Coding

Gambar 1 Hybrid Spiral Model to Improve Software Quality [13]

Di dalam metode spiral terdapat empat tahapan yaitu Requirement, Design
Coding, dan Testing:
1.
Tahap 1: Pada tahap ini menunjukkan penggunaan pengetahuan implisit
sebagai input dan output yang baik. Pengguna pedoman dan pengetahuan
sistem analis digunakan sebagai input dan setelah persyaratan pengumpulan
rancangan persyaratan dibuat yang merupakan output. Tahap 1 ini berguna
sebagai dasar pembentukan aplikasi survei kepuasan pada LPMAI.
2.
Tahap 2: Tahapan yang kedua merupakan persyaratan rancangan yang
digunakan sebagai masukan untuk tahap kedua (Design) bahwa setelah
pengetahuan implisit ke konversi membangun rancangan aplikasi survei
kepuasan LPMAI. Rancangan ini digunakan sebagai dokumen masukan dan
desain yang merupakan output. Tahap kedua ini menggunakan pengetahuan
eksplisit yang disebut eksternalisasi.
3.
Tahap 3: Dokumen desain ini telah menggunakan input untuk fase ketiga
(Coding) dan menggunakan pengetahuan eksplisit untuk konversi
pengetahuan eksplisit kode yang mana digunakan untuk mengembangkan
perangkat lunak. Kode yang digunakan sebagai input dan menggunakan
pengetahuan kode konversi dijalankan dan periksa oleh pengembang kode
dan modul yang merupakan output. Pada fase ketiga eksplisit untuk
konversi pengetahuan eksplisit digunakan yang disebut kombinasi.

6

4.

Tahap 4: Modul (code) yang digunakan sebagai masukan untuk tahap
keempat (Testing) dan menggunakan modul pengetahuan konversi yang
diuji oleh tim pengujian perangkat lunak dan mencari tahu kesalahan atau
bug dan kemudian memperbaikinya. Setelah koreksi rancangan produk
dibuat yang digunakan sebagai input dan dikirim kepada pengguna untuk
setiap saran dan masukan apabila terdapat pada produk. Pengguna dan
analis rapat atau pertemuan yang digunakan sebagai output. Pada fase
keempat eksplisit untuk konversi pengetahuan implisit digunakan yang
disebut internalisasi.
Tahapan-tahapan yang sudah dijelaskan tersebut berguna sebagai
pertimbangan resiko kemungkinan munculnya kesalahan, sehingga dapat
diandalkan sebagai pengembangan perangkat lunak. Pendekatan model di atas
dilakukan dengan tahapan - tahapan dari penggabungan model waterfall dan
prototype beserta beberapa pengulangan sehingga memberikan hasil yang layak
sebagai metode acuan yang baik.
Perancangan dimulai dengan menggunakan UML. UML menjelaskan
pengguna-pengguna yang terlibat pada sistem, proses-proses yang terjadi, dan
struktur data yang digunakan dalam sistem.
tambah

ubah





hapus


Mengatur data
Servqual

tambah

ubah




hapus


Mengatur Unit Kerja


Isi Kuesioner
Mahasiswa

tambah


ubah







hapus


Administrator

Mengatur Account
Mahasiswa

Melihat Hasil Kuesioner


tambah





ubah

hapus

Gambar 2 Use Case Diagram

Pada Gambar 2, ditunjukkan use case diagram sistem. Aktor sistem terdiri
dari Mahasiswa dan Administrator. Mahasiswa berperan dalam sistem sebagai
pengisi kuesioner. Administrator berperan untuk mengolah data unit kerja seperti
contohnya: BAA, BIKEM, BAK, dll. Administrator juga dapat mengolah data
account mahasiswa, dan berhak untuk melihat hasil kuesioner.

7

Administrator

Mahasiswa/Responden

Atur Unit Kerja

Atur Account
Mahasiswa

Atur data Servqual

Isi Kuesioner

Melihat hasil
kuesioner

Gambar 3 Activity Diagram

Pada Gambar 3, activity diagram tersebut merupakan desain interaksi yang
dilakukan antara Administrator dengan Mahasiswa. Interaksi ini dimulai dari
Administrator mengatur data Unit Kerja, data Mahasiswa dan data pertanyaan
Servqual. Kemudian Mahasiswa melakukan pengisian kusioner, baru kemudian
Administrator dapat melihat hasil akhir atau laporan pengisian kuesioner.
KategoriUI

MahasiswaUI
IsiKuesionerUI

KategoriController

MahasiswaController

IsiKuesionerController
+tambah()
+ubah()
+hapus()

+tambah()
+ubah()
+hapus()

+tambah()
+ubah()
+hapus()

UnitKerja

Kategori
Mahasiswa
-KodeKategori
-NamaKategori

-KodeUnitKerja
-NamaUnitKerja

-NIM
-Nama
-Password

UniKerjaController
IsiKuesioner
PertanyaanUI

+tambah()
+ubah()
+hapus()

-NIM
-Tanggal
-KodePertanyaan
-Nilai

UnitKerjaUI
PertanyaanController
+tambah()
+ubah()
+hapus()

Pertanyaan
-KodePertanyaan
-KodeKategori
-IsiPertanyaan
-KodeUnitKerja

Gambar 4 Class Diagram

8

Class diagram sistem, pada Gambar 4, menunjukkan struktur data yang
digunakan pada sistem. Terdapat 5 class, yaitu Mahasiswa, Kategori, UnitKerja,
Pertanyaan dan IsiKuesioner. Sesuai dengan namanya, class-class tersebut
digunakan untuk menyimpan data mahasiswa, kategori pertanyaan, unit kerja, dan
daftar pertanyaan berdasarkan servqual. Pengisian kuesioner disimpan pada class
IsiKuesioner.
Responden memberikan jawaban pada tiap pertanyaan dalam bentuk nilai
antara 1 sampai dengan 5. Tiap unit kerja, diberikan pertanyaan-pertanyaan yang
sama. Untuk menilai peringkat kualitas layanan unit-unit kerja, digunakan metode
AHP. Proses penilaian ini ditunjukkan pada Gambar 5.
UNIT KERJA
TERBAIK

Assurance

BAA

BAK

Empathy

BIKEM

Reliability

BMK

Responsiveness

BPHL

Tangibles

BTSI

LPMAI

Gambar 5 Menggunakan AHP untuk Menentukan Unit Kerja Terbaik berdasarkan 5
kriteria penilaian

AHP merupakan metode untuk memberi peringkat obyek berdasarkan
banyak kriteria (multi kriteria). Tiap unit akan menjadi “alternatif” pada AHP.
Alternatif adalah objek-objek yang akan diberi peringkat. Alternatif ditunjukkan
pada level paling bawah pada Gambar 5. Pemberian nilai peringkat, dilakukan
berdasarkan “kriteria” penilaian yaitu “assurance”, “empathy”, “reliability”,
“responsiveness”,”tangible”. Kriteria ditunjukkan pada level tengah pada Gambar
5. Nilai tiap kriteria, diperoleh dari jawaban responden untuk pertanyaan pada
kriteria tertentu, dan untuk unit kerja tertentu. Target dari AHP adalah unit kerja
dengan kombinasi nilai kriteria terbaik, ditunjukkan pada level paling atas, Gambar
5.

9

Baca Hasil Kuesioner Per Unit Kerja

Hitung Nilai rata-rata per Kategori
(berdasarkan jawaban 1 s/d 5)

TRUE
TRUE

Baca Kategori
Selanjutnya

FALSE
(Semua kategori sudah dihitung)

Proses ke Unit
Kerja Selanjutnya

FALSE
(Semua unit kerja sudah diproses)

Gunakan AHP untuk menentukan
peringkat tiap-tiap Unit

Gambar 6 Tahapan Algoritma Pengolahan Data

Pengolahan data input Servqual sehingga menjadi output yaitu peringkat
kualitas layanan unit kerja di UKSW, dilakukan dengan tahapan algoritma seperti
ditunjukkan pada Gambar 6.
Data input diperoleh dari pengisian kuesioner oleh mahasiswa. Kuesioner
menggunakan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kerangka Servqual, dengan nilai
jawaban tiap pertanyaan berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 (skala
likert). Pertanyaan-pertanyaan dikelompokkan ke dalam 5 kategori: assurance,
empathy, reliability, responsiveness, dan tangibles. Untuk tiap unit, dihitung nilai
rata-rata untuk tiap kategori tersebut. Sehingga nilai per kategori berada dalam 1
s/d 5.
4.

Hasil dan Pembahasan

Hasil dari pengembangan sistem dibahas pada bagian ini. Sistem merupakan
aplikasi berbasis web, sehingga digunakan browser untuk mengakses aplikasi ini.

10

Gambar 7 Pengisian Kuesioner Kualitas Layanan Tahap Assurance

Pada Gambar 7 ditunjukkan tahap pengisian kuesioner pada kategori
Assurance. Kategori ini memiliki 4 buah pertanyaan. Jawaban disediakan dalam
bentuk skala 1 sampai dengan 5 sesuai dengan prinsip skala Likert.

Gambar 8 Pengisian Keusioner Kualitas Layanan Tahap Empathy

Proses pengisian yang sama juga dilakukan untuk kategori-kategori
selanjutnya, yaitu Empathy (Gambar 8), Reliability, Responsiveness dan Tangible.
Setelah semua kategori diisi oleh responden, maka responden dapat beralih untuk
memberikan penilaian kualitas layanan pada unit kerja yang lain. Terdapat 7 unit
kerja, dan untuk menilai satu unit, dapat dipilih pada sidebar disisi kiri. Tiap unit
kerja memiliki kerangka pertanyaan yang sama yaitu 22 pertanyaan yang
dikelompokkan ke dalam 5 jenis, sesuai kriteria Servqual. Tiap pertanyaan
disediakan bobot nilai dari 1 terendah dan 5 tertinggi. Angka 1 berarti menunjukkan
kualitas layanan yang buruk, dan angka 5 menunjukkan kualitas layanan yang
memuaskan.

11

Pseudocode 1: Mengolah Data Servqual
INPUT:
U unit-unit kerja UKSW
K hasil kuesioner masing-masing unit
OUTPUT:
R nilai peringkat tiap-tiap unit kerja.
BEGIN
FOR EACH unit IN U
Kunit := hasil kuesioner per unit
Runit = RerataPerUnit(Kunit)
END FOR
END

Pseudocode 1 merupakan proses pengolahan input data dari responden
kemudian dihitung nilai rata-rata per unit. Proses ini juga telah dijelaskan pada
flowchart pada Gambar 6.
Sistem yang dikembangkan kemudian dilakukan dua pengujian. Pengujian
pertama adalah pengujian black box, untuk melihat fungsi pada sistem sudah
berjalan dengan baik. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 1.
Pengujian

Tabel 1 Hasil Pengujian Blackbox
Output yang
Output yang terjadi
diharapkan

Kesimpulan

Login.
Mahasiswa
login
dengan
informasi yang salah
Login
dengan
informasi yang benar

Login gagal

Login gagal. Pesan
kesalahan ditampilkan

Lolos uji.

Login berhasil. Tampil
halaman kuesioner

Login
berhasil.
Kuesioner muncul.

Lolos uji.

Unit kerja dipilih

Muncul
kuesioner
khusus untuk unit
kerja yang dipilih.
Sistem
tidak
menyimpan
data.
Pesan
kesalahan
ditampilkan
Data
kuesioner
disimpan

Muncul
kuesioner
khusus untuk unit
kerja yang dipilih.
Sistem
tidak
menyimpan
data.
Pesan
kesalahan
ditampilkan
Data
kuesioner
disimpan

Lolos uji

Kuesioner disimpan
tanpa ada pertanyaan
yang diisi
Kuesioner disimpan
dengan
minimum
satu pertanyaan yang
diisi

Lolos uji.

Lolos uji.

Pengujian kedua adalah pengujian dengan memasukkan dari hasil penilaian
kinerja oleh 30 mahasiswa sebagai responden. Responden merupakan sampel dari
populasi yaitu seluruh mahasiswa UKSW. Pemilihan sampel sebagai responden
dilakukan secara acak. Pada Gambar 7 ditunjukkan hasil rata-rata tiap kategori
pertanyaan untuk tiap unit kerja.

12

Gambar 9 Hasil Penilaian Rata-rata kualitas layanan

Pada Gambar 9, hasil penilaian rata-rata disajikan dalam bentuk grafik
batang. Visualiasi informasi ini bertujuan untuk memberikan pengertian secara
cepat dan ringkas bagi pembaca.
Tabel 2 Contoh Hasil Penilaian dengan Servqual dan Skala Likert
Assurance

Empathy

Reliability

Responsiveness

Tangibles

BAA

2.54

4.95

2.29

2.9

3.06

BAK

4.41

2.47

2.51

3.81

4.31

BIKEM

3.23

3.92

3.21

4.37

4.36

BMK

4.18

4.8

2.42

2.75

2.22

BPHL

4.46

4.08

3.37

2.36

3.12

BTSI

4.34

4.15

4.96

2.29

4.8

LPMAI

2.92

3.27

3.21

4.08

4.7

Tabel 2 merupakan data angka yang digunakan untuk membuat grafik
batang pada Gambar 9. Tabel 2 belum merupakan hasil akhir yang menunjukkan
peringkat kualitas layanan. Untuk dapat menentukan unit kerja terbaik, berdasarkan
beberapa kriteria, digunakan metode AHP.
Tabel 3 Hasil Akhir Proses AHP
Assurance

BAA
0.04

BAK
0.21

BIKEM
0.08

BMK
0.21

BPHL
0.21

BTSI
0.21

LPMAI
0.04

Empathy

0.21

0.04

0.12

0.21

0.17

0.17

0.08

Reliability

0.07

0.07

0.14

0.07

0.14

0.36

0.14

Responsiveness

0.1

0.2

0.25

0.1

0.05

0.05

0.25

13

Tangibles

0.08

0.2

0.2

0.04

0.08

0.2

0.2

Total Nilai

0.5

0.72

0.79

0.63

0.65

0.99

0.71

Tabel 3 diperoleh dari langkah-langkah proses AHP. Nilai akhir
ditunjukkan pada baris paling bawah, yaitu Total Nilai. Berdasarkan tabel 3,
ditunjukkan bahwa nilai tertinggi dicapai oleh unit kerja BTSI dengan nilai 0.99.
Angka 0.99 berfungsi untuk menunjukkan peringkat unit kerja BTSI diantara unitunit kerja yang lain. Untuk mengetahui nilai kualitas layanan, maka perlu dilihat
pada nilai akhir servqual di Tabel 2.
5.

Simpulan

Berdasarkan hasil perancangan, pengembangan dan uji coba sistem, maka
penelitian ini memberikan kesimpulan yaitu: 1) Sistem evaluasi kinerja dapat
dikembangkan dengan teknologi web, sehingga memudahkan mahasiswa untuk
mengakses sistem. 2) Servqual digunakan sebagai kerangka acuan penilaian
kinerja. 3) Skala likert dapat digunakan untuk mengambil data penilaian dalam
bentuk angka, sehingga hasilnya dapat diolah secara matematika. 4) Metode AHP
dapat digunakan untuk menentukan ranking dari tiap-tiap unit kerja dalam hal
kualitas layanan kepada mahasiswa, dengan memanfaatkan nilai yang diperoleh
dari skala likert.
Nilai total akhir AHP apabila dijabarkan dimulai dari urutan yang pertama
adalah unit kerja BTSI; BIKEM; BAK; LPMAI; BPHL; BMK; BAA dengan nilai
total masing-masing 0.99; 0.79; 0.72; 0.71; 0.65; 0.63; 0.5, kemudian data hasil
akhir proses AHP menunjukan bahwa nilai tertinggi dicapai oleh unit kerja BTSI
dengan nilai total 0.99, dimana nilai tersebut menunjukkan unit kerja BTSI
menduduki peringkat atas dibandingkan unit kerja yang lain. Sementara, nilai
terendah hasil akhir proses AHP dicapai oleh unit kerja BAA sdengan nilai total
0.5. Hasil akhir nilai total ini juga dapat menjadi perhitungan bagi unit kerja BAA
untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem kinerja sehingga memiliki kualitas
yang lebih tinggi.
6.
[1].

[2].

[3].
[4].

[5].

Daftar Pustaka
Fatmawati, E. 2015. Evaluasi Kualitas Layanan Perpustakaan FEB Undip
Berdasarkan Harapan dan Persepsi Pemustaka dengan Metode LibQUAL.
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi 8, 1–18.
Ridwan, M., Suyono, H. & Sarosa, M. 2013. Penerapan Data Mining Untuk
Evaluasi Kinerja Akademik Mahasiswa Menggunakan Algoritma Naive
Bayes Classifier. Jurnal EECCIS 7, pp–59.
Saaty, T. L. 1980. The Analytic Hierarchy Process.
Maeda, H. 2015. Response option configuration of online administered
Likert scales. International Journal of Social Research Methodology 18, 15–
26. (doi:10.1080/13645579.2014.885159)
Köksal, M. S., Ertekİn, P. & Çolakoğlu, Ö. M. 2014. How differences among
data collectors are reflected in the reliability and validity of data collected by
Likert-type scales? Kuram ve Uygulamada Egitim Bilimleri 14, 2206–2212.
14

[6].

[7].

[8].

[9].

[10].

[11].
[12].
[13].

[14].

(doi:10.12738/estp.2014.6.2028)
Kristensen, K. & Eskildsen, J. 2012. The relationship between SERVQUAL,
national customer satisfaction indices, and consumer sentiment. The Quality
Management Journal 19, 47.
Dyke, T. Van, Kappelman, L. & Prybutok, V. 1997. Measuring information
systems service quality: concerns on the use of the SERVQUAL
questionnaire. MIS quarterly 21, 195–. (doi:10.2307/249419)
Khanna, R. & Sang, A. 2015. Zomato using SERVQUAL Applications to
Provide Services to the User to Discover Restaurants. Global Journal of
Enterprise Information System 7, 48–53.
Murdani, E. 2007. Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Rawat
Jalan Untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan di RSU Bina Kasih Ambarawa.
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
Kumorotomo, W. & Margono, S. A. 2001. Sistem Informasi Manajemen
dalam Organisasi-organisasi Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa
Aksara , 123–142.
Tayal, S. P. 2013. Engineering design process. International Journal of
Computer Science and Communication Engineering , 1–5.
Singh, B. & Gautam, S. 2016. Hybrid Spiral Model to Improve Software
Quality Using Knowledge Management. International Journal of
Performability Engineering 12, 341–352.
KEPUTUSAN REKTOR. No. 067/Kep./Rek./2/2016. Struktur Organisasi
dan Deskripsi Tugas Kantor Lembaga Penjaminan Mutu dan Audit lnternal
(LPMA) Universitas Kristen Satya Wacana.

15

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25