Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Dan Mata U

Visi Dan Misi Penyusun dan Perusahaan-Perusahaan Di Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Mata Kuliah Pengantar Bisnis

Disusun Oleh:
Nuraeni J3N216336
AKN 1D
Praktikum 2

PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

1

Kata Pengantar
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Visi dan Misi Penyusun
dan Perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA).
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bogor, Januari 2017

Penyusun

2

Daftar Isi

Kata Pengantar

2


Daftar Isi

3

Bab 1

4

Pendahuluan

4

Latar belakang

4

Rumusan masalah

5


Tujuan

5

Bab 2

6

Pembahasan

6

Konsep MEA

6

Landasan Teori
1. Pandangan Kaum Merkantilisme
2. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) oleh Adam Smith
3. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David Ricardo

4. Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart Mill

7
7
7
8
9

Visi dan Misi dalam Menghadapi MEA
Visi dan Misi Perusahaan :
Visi dan Misi Penyusun :

9
9
10

Bab 3

11


Penutup

11

Kesimpulan

11

Daftar Pustaka

12

3

Bab 1
Pendahuluan
1. Latar belakang
Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah diberlakukan mulai tahun
2015. MEA merupakan salah satu pilar-pilar impian masyarakat ASEAN yang dicetuskan
dalam kesepakatan Bali Concord II. ASEAN berharap dapat membentuk sebuah pasar

tunggal dan basis produksi sebelum tahun 2015. Dengan MEA 2015 maka diharapkan
ASEAN akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu sebagai (1) pasar tunggal dan kesatuan
basis produksi, (2) kawasan ekonomi yang berdaya saing, (3) pertumbuhan ekonomi yang
merata, dan (4) meningkatkan kemampuan untuk berintegrasi dengan perekonomian global.
Perusahaan-perusahaan memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di
negara-negara maju.
Sesuai dengan pilar utama MEA ini, akan tercipta pasar tunggal di wilayah ASEAN.
Pasar tunggal ini akan munculkan aliran perdagangan barang, jasa, modal dan investasi
secara bebas. Indonesia sebagai anggota ASEAN yang mempunyai jumlah penduduk paling
banyak ini akan sangat berpotensi menjadi pasar yang kuat untuk perdagangan barang dan
jasa yang dihasilkan oleh Negara-negara di ASEAN.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya yaitu pada tahun 2010 telah diberlakukannya
kerjasama China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), salah satu dampak yang muncul adalah
membanjirnya produk-produk Cina di pasaran Indonesia. Produk-produk tersebut menjadi
pesaing dari produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM Indonesia, seperti produk
keramik, pakaian jadi, produk alas kaki (sepatu/sandal), mebel, dan produk kerajinan. Hal
tersebut merupakan tantangan bagi produk-produk UMKM Indonesia.
Sama halnya dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA/AEC,
ASEAN Economic Community) mulai tahun 2015, hal tersebut juga menjadi peluang

sekaligus tantangan bagi produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Dalam hal ini peningkatan daya saing perusahaan menjadi faktor kunci agar
mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari implementasi MEA 2015.

4

2. Rumusan masalah
1. Apa konsep dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?
2. Apa saja visi misi penyusun dan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam
menghadapi MEA?
3. Teori apa yang mendasari visi-misi perusahaan-perusahaan di Indonesia tersebut?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2. Untuk mengetahui visi misi penyusun dan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam
menghadapi MEA
3. Untuk mengetahui teori apa yang mendasari visi-misi perusahaan-perusahaan di
Indonesia tersebut.

5


Bab 2
Pembahasan
1. Konsep MEA
Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ASEAN Community merupakan
wujud dari kerjasama intra-ASEAN dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali,
Oktober 2003. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu pilar dari
perwujudan ASEAN Vision 2020, bersama - sama dengan ASEAN Security Community
(ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) (Arifin, 2008). Suatu komunitas
negara-negara ASEAN yang sangat luas, tidak ada batasan–batasan wilayah dalam bidang
perekonomian. Dimana suatu negara dapat masuk bebas dalam persaingan pasar. Masyarakat
ekonomi ASEAN yang bebas dari berbagai hambatan, pengutamaan peningkatan
konektivitas, pemanfaatan berbagai skema kerja sama baik intra-ASEAN maupun antara
ASEAN dengan negara mitra khususnya mitra FTA, serta penguatan peran pengusaha dalam
proses integrasi internal ASEAN maupun dengan negara mitra.
Menurut Rizal dan Aida dalam (Arifin: 2008) pembentukan MEA dilakukan melalui
empat kerangka strategis yaitu pencapain pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan
ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi 20 yang merata dan terintegrasi dengan
perekonomian global. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi strategis mencapai daya
saing yang tangguh dan disisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara
keseluruhan maupun individual negara anggota.

Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi
negosiasi Internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja sama
regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea,
Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.
Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah liberalisasi dan kerja
sama, termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru antara: pengembangan
sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas; konsultasi yang lebih erat di kebijakan
makro ekonomi dan keuangan; kebijakan pembiayaan perdagangan; peningkatan
infrastruktur, dan hubungan komunikasi; pengembangan transaksi elektronik melalui eASEAN; integrasi industri untuk meningkatkan sumber daya regional; serta peningkatan
keterlibatan sektor swasta (Arifin, 2008).

6

2. Landasan Teori
1. Pandangan Kaum Merkantilisme
Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi
kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang
ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran
perseorangan. Teori Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat
sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan

ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor harus melebihi jumlah impor.
Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide
pokok, yaitu:
a. pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara nasional yang kuat dan
pemupukan kemakmuran nasonal untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan
negara tersebut;
b. setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas impor
(neraca perdagangan yang aktif). Untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif, maka
ekspor harus didorong dan impor harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tujuan utama
perdagangan luar negeri adalah memperoleh tambahan logam mulia.
Dengan demikian dalam perdagangan internasional atau perdagangan luar negeri, titik
berat politik merkantilisme ditujukan untuk memperbesar ekspor di atas impor, serta
kelebihan ekspor dapat dibayar dengan logam mulia. Kebijakan merkantilis lainnya adalah
kebijakan dalam usaha untuk monopoli perdagangan dan yang terkait lainnya, dalam
usahanya untuk memperoleh daerah-daerah jajahan guna memasarkan hasil industri. Pelopor
Teori Merkantilisme antara lain Sir Josiah Child, Thomas Mun, Jean Bodin, Von Hornich dan
Jean Baptiste Colbert.
2. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) oleh Adam Smith
Dalam teori keunggulan mutlak, Adam Smith mengemukakan ide-ide sebagai berikut.
a. Adanya Division of Labour (Pembagian Kerja Internasional)

Dalam Menghasilkan Sejenis Barang Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara
dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibanding negara lain, sehingga
dalam mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
b. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi
Dengan spesialisasi, suatu negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki
keuntungan. Suatu Negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri
7

(dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak
diperoleh bila suatu Negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.
Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya
jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan
mengekspor barang tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang
secara mutlak lebih murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki
keuntungan mutlak dalam produksi barang.
Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam produk
yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
produksi di negara lain.
3. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) oleh David Ricardo
David Ricardo menyampaikan bahwa teori keunggulan mutlak yang dikemukakan
oleh Adam Smith memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut.
a. Bagaimana bila suatu negara lebih produktif dalam memproduksi dua jenis barang
dibanding dengan Negara lain?
Sebagai gambaran awal, di satu pihak suatu negara memiliki faktor produksi tenaga
kerja dan alam yang lebih menguntungkan dibanding dengan negara lain, sehingga negara
tersebut lebih unggul dan lebih produktif dalam menghasilkan barang daripada negara lain.
Sebaliknya, di lain pihak negara lain tertinggal dalam memproduksi barang. Dari
uraian di atas dapat disimpilkan, bahwa jika kondisi suatu negara lebih produktif atas dua
jenis barang, maka negara tersebut tidak dapat mengadakan hubungan pertukaran atau
perdagangan.
b. Apakah negara tersebut juga dapat mengadakan perdagangan internasional?
Pada konsep keunggulan komparatif (perbedaan biaya yang dapat dibandingkan) yang
digunakan sebagai dasar dalam perdagangan internasional adalah banyaknya tenaga kerja
yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi, motif melakukan perdagangan bukan
sekadar mutlak lebih produktif (lebih menguntungkan) dalam menghasilkan sejenis barang,
tetapi menurut David Ricardo sekalipun suatu negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia tetap
dapat ikut serta dalam perdagangan internasional, asalkan Negara tersebut menghasilkan
barang dengan biaya yang lebih murah (tenaga kerja) dibanding dengan lainnya.
Jadi, keuntungan komparatif terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap kedua
macam produk yang dihasilkan, dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya tenaga kerja di negara lain.

8

4. Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) oleh John Stuart Mill
Teori yang dikemukakan oleh J.S. Mill sebenarnya melanjutkan Teori Keunggulan
Komparatif dari David Ricardo, yaitu mencari titik keseimbangan pertukaran antara dua
barang oleh dua negara dengan perbandingan pertukarannya atau dengan menentukan Dasar
Tukar Dalam Negeri (DTD). Maksud Teori Timbal Balik adalah menyeimbangkan antara
permintaan dengan penawarannya, karena baik permintaan dan penawaran menentukan
besarnya barang yang diekspor dan barang yang diimpor.
Jadi, menurut J.S. Mill selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi konsumsi
antara kedua negara, maka manfaat dari perdagangan selalu dapat dilaksanakan di kedua
negara tersebut. Dan suatu negara akan memperoleh manfaat apabila jumlah jam kerja yang
dibutuhkan untuk membuat seluruh barangbarang ekspornya lebih kecil daripada jumlah jam
kerja yang dibutuhkan seandainya seluruh barang impor diproduksi sendiri.
2. Visi dan Misi dalam Menghadapi MEA
Visi dan Misi Perusahaan :
Visi :
Menjadi perusahaan yang berkualitas tinggi, berciri-khas, dan dapat bersaing dalam
MEA.
Misi :
Misi Perusahaan Berdasarkan Teori Merkantilisme :
1. Memperbanyak dan memperluas kegiatan ekspor dalam segala sektor
2. Membatasi kegiatan impor yang dibarengi dengan produksi di dalam negeri yang
lebih baik dalam berbagai sektor
Misi Perusahaan Berdasarkan Teori Keunggulan Mutlak, Teori Keunggulan Komparatif,
Teori Permintaan Timbal Balik, dan secara umum :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Meningkatkan keterampilan para pekerja
Memperbanyak workshop untuk pekerja
Meningkatkan keterampilan bahasa asing untuk pekerja
Meningkatkan teknologi yang dapat menunjang produktivitas perusahaan dalam
berbagai bidang
Meningkatkan kualitas produksi
Meningkatkan kuantitas produksi
Meningkatkan spesialisasi produk
Meningkatkan pembagian kerja
Mengefisienkan jam kerja
9

10. Mengutamakan merekrut pekerja dalam negeri yang berkualitas dibanding pekerja
luar negeri
11. Memiliki ciri berbeda dalam membuat dan menyajikan produk ke para pelanggan
dibanding perusahaan lain
12. Meningkatkan kreativitas dalam memproduksi barang dan jasa
13. Memperbanyak lapangan pekerjaan untuk para pekerja dalam negeri
14. Mempromosikan produk dalam berbagai bahasa asing
15. Meningkatkan tingkat promosi
16. Memperluas daerah pemasaran
Visi dan Misi Penyusun :
Visi :
Menjadikan pribadi yang berkualitas, berciri-khas, diperhitungkan, dan sangat pantas
bersaing dalam mengikuti MEA.
Misi :
1. Meningkatkan kualitas iman
2. Meningkatkan kualitas diri
3. Selalu belajar terhadap sesuatu baru yang postitif
4. Memperbanyak pengalaman berorganisasi
5. Memperluas jaringan komunikasi
6. Terus terbuka dengan perkembangan zaman
7. Mengikuti seminar-seminar atau training-training yang bermanfaat
8. Terus mempelajari perkembangan teknologi
9. Memperluas pertemanan
10. Mempelajari banyak bahasa asing
11. Mempunyai ciri khas
12. Membeli dan menggunakan produk dalam negeri dibandingkan produk luar negeri
13. Mengajak teman-teman untuk memperbaiki kualitas iman dan diri meraka agar bisa
diperhitungkan dalam MEA.

10

Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah dimulai sejak 2015 lalu. Indonesia masih
merencanakan banyak hal agar bisa sukses dalam persaingan MEA yang akan berlangsung
empat tahun kedepan ini. Untuk mewujudkan Indonesia berhasil dalam persaingan MEA
maka seluruh lapisan masyarakat harus ikut campur, bisa dimulai dengan meningkatkan
kualitas iman dan kualitas diri. Perusahaan-perusahaan juga sangat berperan penting dalam
persaingan MEA ini karena perusahaan-perusahaan ini adalah salah satu faktor utama
penggerak roda ekonomi negara agar lebih maju lagi.

11

Daftar Pustaka
http://www.ssbelajar.net/2012/03/teori-perdagangan-internasional.html
http://digilib.unila.ac.id/13998/16/BAB%20II.pdf
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
http://devirositawati12.blogspot.co.id/2015/10/makalah-masyarakat-ekonomiaseanmea.html

12