HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA BALITA

  

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN

SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA BALITA

Erwin yektiningsih*, Anik Sukarsih.**

  • *) Dosen Akper Pamenang Pare- Kediri

    **) Perawat Puskesmas Purwoasri – Kediri

  Convulsion fever is a convulsion that occur on the rise (temperature above 380 C). Convulsion fever experienced by many children that usually occurs in early child fever would seem strange for a while , then stiff, convulsive and rolled her eyes. Families, especially mother whose knowledge is less generally indicates the attitude of panic or consider their children possessed. The purpose of this research was to know the relationsof mother’s knowledge about convulsion fever with mother’s attitude to intervention convulsion fever in child age under five years.

  The research design used cross sectional. With samples amount to 44 respondents who fulfilled the criteria of incuslion and exclusion. Intake of sample used technique of simple random sampling. Base on the research results obtained that most of mothers have good knowledge that is amount to 19 respondents (43,2%) and mother’s attitude to intervention convulsion fever at child that positive amount to 24 respondents (54,5%). Based on the test result of Correlaton Coefficiente Contingency obtained significant value of 0.000 < 0,05 , which means ho wes rejected. This means that there was relation of mother’s knowledge about convulsion fever with mother’s attitude to intervention convulsion fever in child age under five years with strong category.

  Mother’s knowledge about convulsion fever, increase the knowledge, information, supervise and pay attention to its chid age under five years if happened continuous fever, those were things that must be paid attention by the mothers, so mothers did not panic and know how to behave in case of colfusions fever in child age under five years.

  Keywords: Knowledge, mother, attitude, convulsion fever, child age under five years

  Latar Belakang

  Sekitar 2,2% hingga 5% anak mengalami kejang Kejang demam ialah bangkitan kejang yang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas Dalam hal ini masih terdapat perbedaan pendapat 38 derajat C) yang disebabkan oleh proses mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini ekstrakranium. Kejang Demam atau Step (Stuip) namun pendapat yang dominan saat ini pada kejang banyak dialami anak balita yang memiliki sifat demam tidak menyebabkan kerusakan pada otak bawaan mudah mendapatkan gangguan kesehatan namun kita tetap berupaya untuk menghentikan tersebut, dan biasanya terjadi pada awal demam, anak kejang secepat mungkin (Riyadi Sujono dan akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian Suharsono, 2010). Penyakit yang disebabkan oleh kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak akan gangguan saraf telah menyerang sedikitnya 1 miliyar responsif untuk beberapa waktu nafas akan terganggu, orang diseluruh dunia. Penyakit yang telah menyerang dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. jutaan orang di seluruh dunia ini, tidak mengenal Setelah kejang anak akan segera normal kembali. Bila umur, jenis kelamin, status pendidikan, maupun kejang demam terjadi, diharapkan tenang. Namun bila pendapatan. Berdasarkan data dinas kesehatan Tahun serangan itu berlanjut lebih dari lima menit, segeralah 2009,lebih dari 500 anak menderita kejang demam, mencari bantuan dokter.Keluarga khususnya ibu yang Dari data yang di peroleh dari puskesmas purwoasri pengetahuannya kurang biasanya menunjukkan sikap jarang seorang balita menderita kejang demam karena panic atau menganggap anaknya kesurupan. (Riyadi para orang tua lebih yakin bahwa anaknya langsung Sujono dan Suharsono, 2010) dibawa ke Rumah Sakit. Dari pengamatan yang di lakukan peneliti di dusun wonorenggo terdapat 5

  Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejang

44 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  Demam Dengan Sikap Ibu Terhadap Penanganan

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  

45

  balita yang mengalami kejang demam.Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang demam, retradasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar (Ngastiah, 2006). Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti di Dusun Wonorenggo Desa Pesing Kec Purwoasri diperoleh 10 Ibu kurang tahu tentang pengetahuan kejang demam dan sikap untuk mengatasi kejang demam pada anak.

  Penyebab kejang semacam ini adalah gangguan pada fungsi otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan),Penyebab lainnya biasanya yang bersangkutan sudah menderita kejang demam sebelumnya. Orang tua yang pernah pengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya beresiko tinggi mengalami kejang serupa.kejang demam selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua khususnya ibu ,banyak ibu yang berfikir bahwa anaknya sedang sekarat pada saat kejang.ibu biasanya mengalami ketakutan yang menetap bila anak mengalami kejang kembali.Maka dari itu hendaknya ibu memantau agar tidak terjadi kejang demam terulang.

  Pencegahan agar tidak panas berkelanjutan atau cepat turun sebaiknya identifikasi terhadap infeksi,kompres hangat dan meletakkan anak pada udara dingin dan sebaiknya memindahkan benda- benda keras atau tajam yang berada di dekat anak, memiringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernafasan, setelah itu jangan tunggu waktu lagi bawa segera ke dokter atau klinik terdekat. Berdasarkan pada masalah di atas maka peneliti terdorong untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan tentang kejang demam dengan sikap ibu terhadap penanaganan kejang demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri.

  Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan sikap ibu terhadap penanaganan kejang demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri?

  Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan sikap ibu terhadap penanganan kejang demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kejang demam di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  b. Mengidentifikasi sikap ibu terhadap penanganan kejang demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  c. Menganalisa hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan sikap ibu terhadap penanganan kejang demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik crosssectional yaitu setiap subyek penelitian yang hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat penelitian diamati pada waktu yang sama. (Notoatmodjo, 2005)

  Variabel penelitian ini adalah variabel independennya adalah Pengetahuan ibu tentang kejang demam dan variabel dependennya adalah Sikap ibu dalam mengatasi kejang demam pada Balita

  Penelitian diselenggarakan di Dusun Wonorenggo, wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri, adapun waktu penyelesaian penelitian selama bulan Mei 2011.

  Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai Balita di Dusun Wonorenggo wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri yang berjumlah 50 Orang. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian populasi sejumlah 44 orang, dimana jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus dengan tingkat kesalahan 0,05. Pada penelitian ini tekhnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling Analisis data dilakukan, melalui tahapan pemeriksaan data (editing), proses pemberian identitas data (coding), tabulating dan scoring. Analisis menggunakan uji statistik Spearman’s rank. Disini peneliti membuat taraf kesalahan = 0,05. Apabila didapatkan P Value >= 0,05 maka HO diterima yaitu tidak ada hubungan Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Sikap Ibu Terhadap Penanganan

  pengetahuan ibu dengan sikap ibu dalam mengatasinya pada balita. Apabila P Value ≤ = 0,05 maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam mengatasinya pada balita. Alat Bantu yang digunakan software computer program SPSS.

  No Tingkat Pengetahuan Sikap Ibu Dalam Mengatasi Kejang Demam Pada Balita

  (0,000) < α (0,05) hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak berarti ada hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan sikap ibu dalam mengatasinya pada balita. Correlation Coeffisien sebesar + 0,702 menunjukkan kuat hubungan antara kedua variabel.

  Spearman pada balita rh Skor pengetahuan ibu tentang kejang deman Correlation coofesion Sig(2 tailed0 N 1.000 . 44 .702** .000 44 Skor sikap ibu terhadap penanganan kejang demam pada balita Correlation coofesion Sig(2 tailed0 N .702** .000 44 1.000 . 44 Dari uji korelasi spearman diketahuai signifikan p

  2. Hasil Analisis korelasi Menggunakan Korelasi Spearman Skor pengetahuan ibu tentang kejang deman Skor sikap ibu terhadap penangana n kejang demam

  Berdasarkan tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa dari 44 responden di dapatkan 17 responden (38,6%) berpengetahuan baik dengan sikap dalam mengatasi kejang demam positif, 4 responden (9,1%) berpengetahuan cukup dengan sikap dalam mengatasi kejang demam positif, 3 responden (6,8%) berpengetahuan kurang dengan sikap dalam mengatasi kejang demam positif, 2 responden (4,5%) berpengetahuan baik dengan sikap dalam mengatasi kejang demam negatif, 5 responden (11,4%) berpengetahuan cukup dengan sikap dalam mengatasi kejang demam negatif, 13 responden (29,5%) berpengetahuan kurang dengan sikap dalam mengatasi kejang demam negatif.

  3 Kurang 3 6,8 13 29,5 16 36,4 Total 24 54,5 20 45,5 44 100

  2 Cukup 4 9,1 5 11,4 9 20,5

  1 Baik 17 38,6 2 4,5 19 43,2

  Jumlah Positif % Negatif % ∑ %

  1. Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam di Dusun Wonorejo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri 2011

  Hasil Penelitian

  C. Analisa Hubungan Pengetahuan ibu tentang Kejang Demam dengan Sikap Ibu terhadap Penanganan Kejang Demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  Berdasarkan Diagram 4.2 dapat diketahui separuh lebih dari ibu-ibu ibu sikap terhadap penanganan kejang demam pada balita adalah positif yaitu sebanyak 24 responden (54%).

  POSITIF NEGATIF

  54% 46% 0% 0%

  B. Mengidentifikasi Sikap Ibu terhadap Penanganan Kejang Demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  Berdasarkan Diagram 4.1 dapat diketahui hampir separuh pengetahuan ibu tentang kejang demam adalah berpengetahuan baik yaitu sebanyak 19 responden (43%).

  BAIK CUKUP KURANG

  43% 21% 36% 0%

  A. Identifikasi Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

46 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  A. Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  Dari data penelitian didapatkan pengetahuan baik 19 responden (43,2%) pengetahuan cukup 9 responden (20,5%) dan pengetahuan kurang 16 responden (36,4%).

  Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang dapat dikategorikan menjadi pengetahuan baik, cukup dan kurang (Nursalam, 2003). Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, intelligence, pemberian informasi dan sosial budaya.(Monks, FJ, 2002).

  Dari data di atas menunjukkan bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah adanya informasi dari orang lain maupun dari media massa. Tingkatan pendidikan mutlak mempengaruhi pengetahuan seseorang. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang pengetahuan ibu tentang kejang demam yang diberikan kepada responden dengan berbagai tingkat pendidikan. Responden dengan pendidikan SMA sebanyak 15 responden (34,1%) sebagian besar mendapat hasil skor pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 10 responden (22,7%). Kebanyakan pengetahuan yang paling baik diketahui mereka adalah tentang pengertian kejang demam dan pengetahuan yang kurang di ketahui adalah tentang faktor yang mempengarui terjadinya kejang demam berulang.

  B. Sikap Ibu Terhadap Penanganan Kejang Demam di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  Dari data penelitian didapatkan dari 44 responden diketahui bahwa sikap dalam mengatasi kejang demam pada balita yang positif sebanyak 24 responden (54,5%) sikap negatif sebanyak 20 responden (45,5%).

  Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. (Notoatmodjo, 2003).

  Dari data di atas menunjukkan bahwa sikap ibu dalam mengatasi kejang demam pada balita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain karena para ibu yang sebagian besar tidak bekerja (IRT) yaitu sebanyak 34 responden (77,3%), sebagian besar mendapat hasil skor sikap dalam mengatasi kejang demam pada balita yang positif yaitu sebanyak 17 responden (38,6%). IRT memiliki banyak waktu dirumah sehingga banyak pula waktu yang dimiliki untuk mengawasi dan memperhatikan balitanya, khususnya sikap dalam mengatasi kejang demam, sehingga ibu tidak akan panik jika terjadi kejang pada balitanya, dan sebagian besar balita di dusun wonorenggo tidak sering terserang batuk pilek sebanyak 28 responden (63,6%), jika anak terserang batuk pilek maka ibu akan membawanya ke bidan sebanyak 44 responden (100%).Batuk pilek akan disertai dengan demam, sedangkan demam adalah salah satu faktor penyebab kejang demam jadi jika demam sudah berlangsung lama maka ibu harus membawanya untuk berobat. Untuk proses persalinan ibu paling banyak adalah normal 39 responden (88,6%).

  C. Hubungan Pengetahuan ibu tentang Kejang Demam dengan Sikap Ibu terhadap Penanganan Kejang Demam pada Balita di Dusun Wonorenggo Wilayah Kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri

  Dari hasil Uji Spearman rank didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan sikap ibu dalam mengatasi kejang demam pada balita dengan P (Value) di bawah angka α = 0,05 (α atau tingkat kesalahan 5% : 0,05) atau istilah lain P (Value) < 0,05 ini berarti H0 ditolak, berarti ada hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan sikap ibu dalam mengatasinya pada balita. Correlation coefficient menunjukkan angka +0,702 artinya hubungan antara kedua variabel termasuk kategori kuat.

  Menurut Notoatmodjo tahun 2003 pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang. Faktor penyebab kejang demam : kuman, kuman dan virus terhadap otak, riwayat

47 Pembahasan

  Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Sikap Ibu Terhadap Penanganan

  2. Lakukan tindak lanjut hasil penelitian dengan melakukan penelitian lanjutan

  Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

  Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi

  Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodelogi penelitian Kesehatan, Ed. Revisi. Jakarta : Rineka

  Ngastiah. 2006. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran : EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi

  Com. (download 19 Desember 2010) Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta :Media Aesculaplus.

  Aziz. A (2007). Metode Penelitian dan teknik Analisa Data Penelitian . Jakarta : Salemba Medika Aninomous (2010). Skala Likert. www. Blogspot.

  Alimul, Aziz, H.(2007). Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya : Salemba Medika

  Arikuto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

  1. Lakukan sosialisasi penanganan kejang demam pada balita kepada masyarakat khususnya ibu oleh Puskesmas secara berkala sehingga tidak hanya akan meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap tetapi diharapkan adanya perubahan perilaku dalam upaya kesehatan preventif dan promotif terhadap kejadian kejang demam pada balita.

  keluarga dulunya pernah mengalami kejang demam.

  Saran

  3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan sikap ibu terhadap penanganan kejang demam pada balita di Dusun Wonorenggo Wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri. Didapatkan P (Value) 0,000 < α (0,05). Correlation Coefficient sebesar + 0,702 menunjukkan tingkat hubungan antara kedua variabel termasuk kategori kuat.

  2. Sikap ibu terhadap penanganan kejang demam pada balita di Dusun Wonorenggo di Dusun Wonorenggo Wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri, didapatkan dari 44 responden diketahui bahwa sikap ibu yang positif sebanyak 24 responden (54,5%), sikap ibu yang negatif sebanyak 20 responden (45,5%).

  1. Identifikasi tekanan Pengetahuan ibu tentang kejang demam di Dusun Wonorenggo Wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri didapatkan pengetahuan baik 19 responden (43,2%) pengetahuan cukup 9 responden (20,5%) dan pengetahuan kurang 16 responden (36,4%).

  Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dan hasil interpretasi dari seluruh data maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

  Kesimpulan

  Sebaiknya ibu dan masyarakat sekitar mencari informasi khususnya tentang kejang demam, sehingga bila anak mengalami kejang demam ibu tidak akan panik dan untuk tempat penelitian sebaiknya petugas kesehatan yang bertugas di tempat tersebut memberikan informasi tentang kejang demam.

  Menurut peneliti bahwa semakin baik pengetahuan ibu maka semakin positif sikap ibu. Tetapi pengetahuan ibu bukanlah sesuatu yang mutlak mempengaruhi sikap ibu. Faktor lingkungan, teman sebaya. Beberapa faktor di atas tidak di teliti dalam penelitian ini, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa faktor – faktor tersebut dapat mempengaruhi sikap ibu. Bisa dibuktikan pada saat penelitian hambatannya adalah ada seorang ibu yang pendidikannya SMA dengan skor pengetahuan tentang kejang demam kurang dan sikapnya dalam mengatasi kejang demam pada balita negatif.

  Dari data diatas menunjukkan bahwa jumlah pendidikan ibu yang paling banyak adalah pendidikan SMA yaitu sebanyak 15 responden (34,1%), dan yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 34 responden (77,3%). Pendidikan SMA merupakan pendidikan dasar oleh sebab itu untuk menyerap informasi cerdas.

DAFTAR PUSTAKA

48 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan Tamsuri, Anas. (2006). Buku Ajar Riset Keperawatan Metoddelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Ed . 1. Edisi Revisi I. Pare : Pamenang Press.

  Surabaya : Salemba Medika.

  Utaminingsih, Wahyu Rahayu. Februari 2010. Riyadi Sujono dan Suharsono. 2010. Asuhan Menjadi Dokter Bagi Anak Anda, Cakrawala Keperawatan Pada Anak Sakit. Gosyen Ilmu:Yogyakarta.

  Publishing : Yogyakarta Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alpha Beta

49 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal