BAB III Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana 3.1 Gambaran umum Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Manekat: Studi Sosiologis terhadap Perubahan Sosial dalam Manekat di Jemaat GMIT

BAB III
Tradisi Manekat di Jemaat Immanuel Kesetnana
3.1 Gambaran umum Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana
3.1.1 Letak Geografis dan Demografis
Jemaat Immanuel Kesetnana berada pada wilayah Desa Kesetnana kabupaten Timor
Tengah Selatan yang letak geografisnya pada daerah pegunungan. Kondisi iklim sangat dingin
dengan suhu rata-rata berkisar antara 15-25 derajat celcius. Sebagian wilayah desa Kesetnana
berada pada dataran dan ada sebagian yang berada pada daerah berbukit. Walaupun desa ini
berada pada daerah pegunungan dan beriklim dingin, namun desa ini masih dikategorikan
sebagai daerah yang kering dan tandus. Hal tersebut dapat terlihat kondisi tanah yang tidak
memungkinkan untuk bercocok tanam pada musim kemarau dan musim panas, juga dikarenakan
ketersediaan sumber air yang terbatas. Wilayah desa kesetnana dapat dikatakan sebagai daerah
pinggiran kota karena sebagian wilayahnya berada di pinggiran jalan raya utama.1
Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Desa Kesetnana secara keseluruhan adalah ±
4700 jiwa. Terdiri dari 2420 laki-laki dan 2280 Perempuan.2 Mayoritas penduduknya berasal dari
latar belakang suku Timor sub Mollo, serta sebagian kecilnya merupakan orang-orang pendatang
yang juga berasal dari suku Timor sub Amarasi, Amanatun dan Amanuban, serta suku Sabu,
Rote, Alor, Flores dan juga Bugis yang sudah lama menetap di sana karena proses kawin mawin
dan juga karena kepentingan berdagang atau karena tugas kedinasan. Masyarakat Timor sub

1

2

Data Statistik Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana Tahun 2015
Data Statistik Desa Kesetnana Tahun 2015

32 | P a g e

Mollo yang mendiami desa Kesetnana ini berasal dari rumpun keluarga kerajaan Bijoba3 yang
merupakan salah satu kerajaan Timor wilayah Mollo. Mereka adalah keluarga bermarga Mella,
Neken, Ufi, Tasekeb, Opat, dan Sanam. Marga-marga ini berperan sebagai tuan tanah di desa
kesetnana dan mereka adalah tokoh adat sekaligus tokoh masyarakat yang dihormati.
Pola pemukiman di desa kesetnana dari dulu hingga sekarang ini pada umumnya baik,
karena rumah-rumah masyarakat berada di pinggir jalan raya desa. Tipe-tipe rumah masyarakat
ini hampir semuanya berbentuk permanen, tetapi ada juga yang semi permanen dan beratap
rumput alang-alang. Jarak antara rumah yang satu dan rumah yang lain tidak terlalu berjauahan.
Di desa ini terdapat rumah adat yang masih dipertahankan hingga saat ini, yaitu ume kbubu.
Secara harafiah, ume kbubu berarti rumah bulat seperti kubah dan merupakan tempat untuk
mengumpulkan, menata dan merapihkan panen jagung sebagai makanan pokok orang Timor.4
Untuk percakapan sehari-hari, masyarakat desa Kesetnana menggunakan bahasa Timor atau
yang disebut bahasa Dawan5. Sedangkan untuk pakaian, sebagian masyarakat, khsususnya

mereka yang tinggal jauh dari pinggiran jalan raya utama masih menggunakan kain dan selimut
sebagai pakaian sehari-hari.
3.1.2 Kepercayaan, Ekonomi dan Mata Pencaharian
Jauh sebelum agama Kristen masuk, jemaat Kesetnana sudah memiliki kepercayaan
kepada sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan ilahi. orang Timor atau yang disebut atoni
meto menyebutnya dengan Uis Neno (Tuhan Langit), yakni Allah yang menciptakan dan
3

Kerajaan Bijoba merupakan salah satu kerajaan Timor yang berpusat di Bijeli kecamatan Polen. Raja yang
memimpin kerajaan Bijoba adalah raja Mella. Nama Bijoba sendiri adalah nama orang yang adalah nenek moyang
dari raja Mella.
4
Hasil wawancara dengan Bapak Agustinus Liunokas, pada tanggal 1 September 2017
5
Pada dasarnya kata Dawan adalah nama pemberian orang lain, termasuk nama orang Timor Barat. Nama
Dawan diambil dari sebutan Atoni yang lazim dipakai di antara anggota kelompok etnis ini. Nama itu merupakan
penggalan dari sebutan khas untuk timor, yakni Atoin Pah Meto, yang berarti penduduk tanah kering atau
penduduk pulau.

33 | P a g e


memelihara kehidupan. Selain Uis Neno, masyarakat juga mengadakan penyembahan kepada
binatang-binatang tertentu seperti ular sebagai Uis Pah (Tuhan Bumi) dan buaya sebagai Uis Oel
(Tuhan air), dan juga penyembahan pohon-pohon dan batu-batu besar yang dianggap sebagai
tempat bersemayam kekuatan atau kuasa ilahi.
Namun, setelah agama Kristen masuk penyembahan kepada binatang-binatang dan
pohon-pohon tidak dilakukan lagi. Masyarakat hanya menyembah dan beribadah kepada kepada
satu Allah yaitu Uis Neno. Mereka berusaha agar berada dekat dengan penciptanya itu agar
selalu mendapatkan berkat, kesejahteraan dan keselamatan.
Mayoritas masyarakat desa Kesetnana beragama Kristen Protestan, bahkan hampir 90%
masyarakat desa Kesetnana beragama Kristen Protestan, sedangkan 10% beragama Kristen
Katolik. Karena itu satu-satunya tempat ibadah yang ada di desa Kesetnana ini ialah Gereja
GMIT Immanuel Kesetnana. Oleh sebab itu, ketika seseorang mengatakan bahwa dia adalah
masyarakat desa Kesetnana, orang lain pasti akan langsung mengetahui bahwa dia juga adalah
anggota jemaat Immanuel Kesetnana.
Berbicara tentang keadaan ekonomi masyarakat, maka hal tersebut sangat bergantung
pada mata pencaharian masyarakat setempat, sebab mata pencaharian adalah usaha-usaha untuk
memperoleh kebutuhan hidup dengan mempergunakan cara-cara baik tradisional maupun
modern. Karena jemaat Immanuel Kesetnana berada pada wilayah pegunungan, maka hampir
sebagian besar anggota jemaatnya bekerja sebagai petani, hasil pertanian adalah jagung, pisang,

tanaman umbi-umbian dan sayuran. Dari hasil pertanian tersebut, masyarakat lebih
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan makan minum sehari-hari daripada menjualnya,
dikarenakan jumlah hasil bertani yang sedikit, selain lahan yang sempit, juga karena keadaan
tanah yang kering. Selain bertani, anggota jemaat juga memelihara hewan ternak seperti sapi,
34 | P a g e

babi, kambing dan ayam. Hasil-hasil beternak tersebut ada sebagian yang dijual di pasar dan
sebagian digunakan untuk keperluan pribadi, dalam hal ini sebagai persiapan jika suatu saat ada
acara pesta maupun kedukaan, karena bagi orang Timor, hewan ternak adalah persiapan utama
yang harus dimiliki oleh seseorang ketika ia hendak mengadakan suatu acara pernikahan maupun
ketika mengalami kedukaan. Sebagian kecil anggota jemaat juga ada yang bekerja sebagai PNS,
tukang kayu dan bangunan, ojek serta berdagang buah-buahan. Mereka yang bekerja sebagai
tukang kayu dan bangunan, tidak memiliki usaha meubel ataupun usaha properti sendiri tetapi
mereka ikut bekerja pada orang lain, ketika ada proyek mereka diikutkan sebagai tukang
bangunan yang gajinya diberikan setelah pembangunan selesai dikerjakan. Bagi mereka yang
bekerja sebagai tukang ojek, keuntungan yang diperoleh dalam sehari hanya berkisar antara Rp.
20.000-30.000.6 Sementara untuk berdagang buah-buahan seperti alpukat, apel, jeruk dan pisang,
anggota-anggota jemaat tersebut menggunakan sistem operan atau jual beli. Mereka membelinya
dari para supplier dan menjualnya kembali dengan keuntungan yang kecil. Sebagai contoh,
mereka membeli buah jeruk dari supplier dengan harga per karungnya Rp. 300.000, di mana

berat satu karung berkisar antara 40-50 kg. Mereka menjual kembali buah jeruk tersebut dengan
harga Rp. 10.000/kg, berarti keuntungan yang di peroleh hanya sebesar Rp. 100.000-200.000 dan
dikarenakan banyaknya para pedagang buah, 1 karung buah jeruk biasanya habis terjual dalam
waktu 2-3 hari.7
Para anggota jemaat memiliki mata pencaharian seperti yang disebutkan di atas juga
karena dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang bisa dikatakan masih rendah. Kebanyakan
mereka hanya berijasah SMP dan SMA, bahkan ada yang hanya berijasah SD. Walaupun
sekarang ini ada sebagian anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun
6
7

Hasil wawancara dengan Yustus Misa, pada tanggal 28 Agustus 2017
Hasil Wawancara dengan ibu Elisabeth Misa, pada tanggal 28 Agustus 2017

35 | P a g e

mereka lebih memilih untuk merantau dan bekerja di kota Kupang atau kota-kota besar lainnya
daripada kembali ke daerah. Rendahnya tingkat pendidikan berdampak pada rendahnya kualitas
sumber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Banyak diantara
anggota jemaat yang memilih untuk merantau ke kota-kota besar dan bekerja sebagai pelayan

toko maupun pembantu rumah tangga bahkan ada yang merantau keluar negeri sebagai TKI.
Jika kita melihat dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan rata-rata penghasilan yang
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi jemaat GMIT Imannuel Kesetnana
berada pada masyarakat ekonomi kelas bawah.
3.1.3 Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
untuk saling berinteraksi. Dengan demikian, hubungan sosial membentuk hubungan timbal balik
antar individu, antar kelompok, serta antara individu dan kelompok. Hubungan sosial dapat
terbentuk karena keinginan individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hubungan sosial dapat dikategorikan sebagai salah satu realitas sosial atau fenomena sosial.
Jemaat Imannuel Kesetnana mayoritas adalah masyarakat Timor dari sub Mollo, dimana
keluarga yang menjadi tuan tanah di desa Kesetnana adalah keluarga Mella, Sanam, Neken, Ufi,
Opat, dan Tasekeb. Keluarga-keluarga ini memiliki ikatan darah karena berasal dari satu rumpun
keluarga kerajaan Bijoba.8 Karena itu segala harta benda, baik itu benda mati dan benda hidup
yang ada dalam wilayah Kesetnana adalah milik bersama keenam marga ini, segala urusan dan
pengambilan keputusan akan melibatkan keluarga-keluarga tersebut. Namun, seiring
perkembangan dan pertumbuhan kependudukan, desa Kesetnana sekarang ini juga didiami

8


Hasil Wawancara dengan Bapak. Albertus Fay, pada tanggal 20 Agustus 2017

36 | P a g e

beberapa suku yang ada di dalamnya seperti Alor, Rote, sabu, Flores dan Sumba. Keenam marga
di atas tadi masih tetap memiliki peranan penting dalam desa Kesetnana. Sebagai tokoh adat dan
tokoh masyarakat. Walaupun mayoritas warganya adalah suku Timor, namun mereka terbuka
dan tidak memaksakan warga suku lain untuk mengikuti semua tradisi dan adat kebiasaan suku
Timor. Salah satu contohnya dalam pesta pernikahan, setiap suku tetap melaksanakan pesta adat
sesuai tradisi dan budayanya masing-masing, bahkan masyarakat Timor turut diundang dan
berpartisipasi dalam rangkaian adat tersebut, begitupun sebaliknya, para anggota jemaat dari
suku lain akan diundang dan turut berpartisipasi dalam rangkaian acara adat orang Timor.
Secara umum hubungan sosial dalam struktur sosial masyarakat desa Kesetnana dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Golongan Usif (yang dipertuan/Raja), yaitu tokoh adat yang memiliki kuasa untuk
memerintah, golongan bangsawan yang dipandang sebagai orang yang berpengetahuan,
ekonominya maju, dan harus dihargai oleh masyarakat.
b. Golongan Amaf (para tua-tua), mereka dijuluki sebagai Apaot ma Apanat (penunggu dan
penjaga).
c. Golongan Mafefa (juru bicara adat), yaitu seseorang yang memiliki kemampuan untuk

menuturkan sebuah asal usul atau Uab Meto. Istilah uab meto di sini berarti kemampuan
seseorang manusia untuk berbicara hingga sampai pada sebuah keputusan yang benarbenar memuaskan.9 Peran dari tokoh ini hampir sama dengan peranan dari tokoh amaf,
tetapi ia lebih pada menuturkan bahasa-bahasa adat.
d. Golongan Meo (Panglima), merupakan kaum kerabat dan tokoh yang pernah berjuang
mempertahankan marga dan kampung dari serangan musuh.
9

Gregor Neonbasu, Kebudayaan Sebuah Agenda: dalam bingkai pulau Timor dan sekitarnya (Jakarta:
Gramedia, 2010), 25.

37 | P a g e

e. Golongan Tob (Rakyat biasa), yaitu masyarakat biasa atau rakyat jelata.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari, semua masyarakat saling bekerja sama dan
menghargai. Masyarakat hidup berdampingan, hanya dalam acara-acara adat saja pembagian
golongan-golongan ini nampak. Namun, bukan untuk pamer kedudukan atau status sosial
melainkan sebagai bentuk penghargaan kepada nenek moyang.
Dalam kehidupan bersama, masyarakat Timor di Jemaat Imannuel Kesetnana masih sangat
menjunjung nilai gotong royong. Kita tentu tidak asing dengan istilah gotong royong, di mana
istilah ini diamini oleh para pendiri bangsa kita sebagai salah satu semboyan bangsa Indonesia.

Gotong royong sendiri dapat diartikan sebagai keadaan saling bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan dalam kehidupan sosial suatu masyarakat tertentu. Masyarakat Timor pada
umumnya melekat dengan sistem bahu membahu dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini bisa
dilihat dari aspek kehidupan masyarakat yang selalu mengidentikkan segala hal dengan saling
membantu sesama anggota keluarga. Dalam bahasa Timor dikenal dengan Istilah “tok tabuah,
tamolok tabuah” yang berarti "duduk dan bicara bersama kita saling membuka diri dan saling
membantu". Dalam filosofi orang Timor, istilah ini memberi makna bahwa segala sesuatu bisa
dicapai ketika masyarakat berkumpul bersama dan saling bahu membahu untuk mencapai tujuan
tertentu. Segala sesuatu yang dikerjakan misalnya pembangunan rumah, pembuatan kebun dan
acara-acara event sosial lainnya, masyarakat akan bahu membahu saling mendukung untuk
terlaksana dan suksesnya kegiatan dimaksud. Ada sikap saling menghargai dan menghormati
dalam kehidupan bersama.10
Sikap saling menghormati dan menghargai ini juga tercermin dalam budaya orang timor
yang disebut budaya oko mama atau budaya tempat sirih pinang sebagai sarana komunikasi
10

Hasil Wawancara dengan Bapak Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017

38 | P a g e


untuk memulai suatu pembicaraan, seperti: pada saat tamu berkunjung ke rumah, pada saat
memulai pembicaraan adat dan ritual adat, maupun aktivitas lainnya. Oko mama juga
dipergunakan dalam menyelesaikan berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang terjadi, antara
lain dalam menyelesaikan masalah tanah, masalah-masalah perkawinan dan ritual adat
perkawinan, konflik antar warga masyarakat maupun konflik antar desa, dan masalah sosial
lainnya. Masalah-masalah sosial yang dikemukakan di atas diselesaikan menggunakan
pendekatan budaya yang selalu disimbolkan dalam wujud Oko mama. Hampir setiap rumah di
Timor memiliki oko mama yang tentunya berisi sirih pinang. Bagi orang Timor sirih pinang juga
melambangkan sikap penerimaan dan simbol dimulainya sebuah relasi. Ketika seseorang
diberikan sirih pinang, menunjukan bahwa orang tersebut diterima untuk menjalin sebuah relasi
baik itu pertemanan maupun persaudaraan.11
Sikap gotong royong orang Timor sangat tercermin ketika ada acara-acara pesta maupun
kedukaan. Seperti yang sudah disebutkan di atas, ketika ada pesta ataupun kedukaan, masyarakat
akan bahu membahu, bekerja sama dan saling menolong dalam segala proses acara tersebut,
dimulai dari tahap pertemuan atau kumpul keluarga hingga waktu terlaksananya acara dimaksud.
Salah satu kebiasaan yang sekarang ini sudah menjadi budaya dalam kehidupan orang timor
adalah budaya pesta pora.12 Hampir dalam setiap acara hajatan baik itu acara seperti pernikahan,
ulang tahun, syukuran baptisan, sidi baru, syukuran wisuda bahkan syukuran kematian pun selalu
ada pesta pora. Yang dimaksud dengan pesta pora disini karena acara-acara tersebut memakan
biaya yang sangat besar, bahkan pelaksanaannya pun memakan waktu berhari-berhari.

Contohnya ketika ada pesta pernikahan, ada beberapa tahapan acara yang dilaksanakan yang
membutuhkan biaya sangat besar. Tahapan pertama adalah acara kumpul keluarga yang
11
12

Hasil wawancara dengan Bapak Nikolas Fallo, pada tanggal 1 September 2017
Hasil Pengamatan langsung penulis Selama 3 tahun magang di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

39 | P a g e

biasanya dilakukan beberapa bulan sebelum tiba hari besar tersebut. Dalam acara kumpul
keluarga, sang pemilik pesta akan menyediakan makanan dan minuman yang bisa dikatakan
mewah untuk menjamu para tamu yang hadir. Tidak hanya itu saja, pemilik pesta juga harus
mengeluarkan biaya untuk penyewaan tenda dan kursi. Tahapan kedua adalah acara peminangan
yang bagi orang Timor disebut nikah adat. Acara peminangan biasanya dilakukan sehari sebelum
pernikahan dilaksanakan, bahkan ada yang melakukannya sebulan sebelum hari pernikahan.
Kemeriahan acara peminangan ini tidak berbeda jauh dengan kemeriahan pesta pernikahan, yang
membedakannya hanya pada jumlah tamu yang hadir, di mana mereka yang biasanya menghadiri
acara peminangan hanyalah keluarga dan kerabat dekat. Tahapan ketiga adalah acara pernikahan
atau acara inti. Tahapan ini adalah yang paling memakan biaya karena selain banyaknya tamu
undangan yang hadir, bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan maupun daerah pinggiran
kota, sekarang ini pesta pernikahan dilakukan di dua tempat berbeda, yaitu di hotel atau gedung
penyewaan pesta dan di rumah pengantin perempuan. Untuk pernikahan orang Timor,
pelaksanaan acara baik itu peminangan maupun pernikahan harus dilakukan di rumah pengantin
perempuan. Tahapan keempat adalah ritus Kaus Nono13 yang dilanjutkan dengan acara Tutat
Bifel14. Di mana pengantin perempuan diantar oleh keluarga besarnya dan dibawa masuk ke
dalam rumah keluarga suaminya. Acara ini juga tergolong acara yang mewah karena keluarga
laki-laki akan menyambut sang pengantin perempuan dengan tari-tarian dan pesta yang sama
mewahnya dengan pesta pernikahan di rumah pengantin perempuan.
13

Di dalam perkawinan orang Timor, ritus Kaus Nono merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan.
Kaus Nono sendiri dipahami secara umum oleh orang Timor sebagai suatu ritus penurun marga. Orang Timor yang
menganut budaya patriakhal mengharuskan perempuan untuk menggunakan nama marga suami. Oleh karena itu,
Kaus Nono di dalam perkawinan Timor ditetapkan menjadi suatu keharusan agar perempuan dapat menggunakan
nama marga suami sebagai identitas diri baik secara hukum adat maupun pemerintah.
14
Tutat Bifel adalah tradisi orang Timor untuk mengantar pengantin perempuan ke rumah sang suami.
Setelah dilakukan ritus Kaus Nono, pengantin perempuan diantaroleh keluarga besarnyauntuk masuk ke dalam
rumah keluarga suami. Keluarga suami menyambut sang pengantin perempuan dengan tari-tarian,
menggendongnya dan dibawa masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan orangtua sang suami.

40 | P a g e

Pesta pora juga dilakukan ketika ada syukuran-syukuran lainnya seperti syukuran ulang
tahun, syukuran wisuda, syukuran babtisan, syukuran sidi baru bahkan syukuran kematian.
Sekarang ini, acara syukuran seperti yang disebutkan di atas dilaksankan dengan mewah dan
meriah. Mewah dan meriah karena selain banyaknya tamu undangan yang hadir, jamuan makan
minum yang mewah, juga karena dilakukan seharian penuh dari pagi sampai kembali pagi. Sisi
positif dari pelaksanaan pesta pora ini adalah semua keluarga dapat berkumpul baik yang jauh
maupun yang dekat, bersatu dan bekerja sama untuk terlaksananya acara-acara dimaksud. Di sini
juga terlihat sikap gotong royong dari para tetangga sekitar, di mana mereka ikut terlibat dalam
semua proses dan rangkaian acara. Para kaum lelaki, membersihkan area rumah yang akan
dijadikan tempat pesta, membantu membangun tenda dan membantu dalam memotong hewan.
Sedangkan kaum perempuan membantu dalam urusan dapur seperti membersihkan bumbubumbu dapur dan ikut memasak jamuan makan pesta.
3.1.4 Latar Belakang Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana15
Keberadaan jemaat Imanuel Kesetnana diawali pada tahun 1964 ketika desa kesetnana
ditetapkan sebagai ibukota kecamatan Mollo Selatan. Jemaat Imanuel Kesetnana dibuka sebagai
pos pelayanan dari jemaat induk Biloto, di Bikium. Pos pelayanan ini dibuka mengingat
keberadaan desa Kesetnana yang telah dimekarkan, sehingga pegawai-pegawai kecamatan yang
ada dapat masuk sebagai anggota jemaat setempat. Sebagai pos pelayanan, jemaat Imanuel
Kesetnana mula-mula menempati sebuah rumah milik keluarga bapak Leonard Mella karena
jumlah jemaat yang waktu itu hanya berjumlah 25 KK. Ada 3 penatua yang bertanggung jawab
dalam pos pelayanan ini, yaitu bapak Leonard Mella (alm), bapak Thomas Tamelab (alm), dan

15

Berdasarkan data Tulisan Sejarah berdirinya Gereja GMIT Immanuel Kesetnana

41 | P a g e

bapak Yusuf Leo. Di mana ketua majelis adalah ketua majelis jemaat induk Biloto, Pdt. M.O.
Leimany.
Pada tahun 1965, tempat kebaktian jemaat Imanuel Kesetnana berpindah ke ruang SDN
Kesetnana. Tahun 1967 berpindah lagi ke tempat dan bangunan sederhana yang merupakan hasil
swadaya jemaat yang pada waktu itu jumlahnya bertambah banyak. Pada tahun 1984 berdirilah
bangunan permanen yang dibuat secara bertahap. Pertambahan pun terus bergulir dalam tubuh
jemaat Imanuel Kesetnana, mulai dari pertambahan jumlah anggota jemaat maupun anggota
majelis jemaat.
Mengingat perkembangan yang terjadi, maka pada tahun 1983 pos pelayanan jemaat
Imanuel Kesetnana diputuskan untuk menjadi jemaat induk dengan satu mata jemaat rehobot di
Fatuenon. Pdt. M.O. Leymani sendiri menjadi Pendeta wilayah di jemaat Imanuel Kesetnana dari
tahun 1964-1998. Sejak tahun 1998 sampai tahun 2016, Pdt. J.M.A. Telnoni-Kuhurima, SmTh
menjadi ketua majelis jemaat Imanuel Kesetnana. Perkembangan jemaat semakin pesat, maka
pada tanggal 17 april 2005, dibuatlah pos pelayanan di Bisuaf untuk menjangkau jemaat-jemaat
yang rumahnya jauh dari gedung kebaktian utama. Pada tanggal 20 oktober 2010, Pdt. Elmodan
H. Naimasus dipindahkan dari jemaat Fatukoko 1 ke jemaat Imanuel Kesetnana sesuai dengan
SK.MS.GMIT.No.529/SK/MS-GMIT/G/2011.
Pada Tahun 2015, dalam sidang pemilihan ketua klasis Mollo Barat, Pdt. Elmodan H.
Naimasus terpilih sebagai ketua klasis dan sesuai peraturan bahwa ketua klasis tidak boleh
memimpin suatu jemaat tertentu, maka Pdt. Elmodan tidak lagi menjabat sebagai Pdt Jemaat.
Pada tahun 2016 sesuai dengan SK Sinode GMIT, Pdt. J.M.A. Telnoni-Kuhurima dipindah
tugaskan ke Jemaat GMIT Efata Soe, sedangkan Jemaat Imanuel Kesetnana diisi oleh 3 orang
Pdt baru, yaitu Pdt. Benjamin Naralulu, M.Th sekaligus sebagai ketua majelis jemaat, Pdt.
42 | P a g e

Welmince Toto, S.Th dan Pdt. Nepe Baitanu-Djara, Sm.Th. Adapun jumlah rayon di Jemaat
Imanuel Kesetnana saat ini berjumlah 36 rayon dengan setiap rayon diisi oleh kurang lebih 25
KK.

Rincian Jumlah Jemaat
Jumlah

Jumlah

Rayon

KK

36

900

Jumlah

Anggota Jemaat

Status Jemaat

L

P

Babtis

Sidi

Nikah

2221

2233

3958

3560

785

4454
Sumber: data statistik jemaat imannuel Kesetnana tahun 2015

Jumlah anggota jemaat Imanuel Kesetnana saat ini ± 4454 jiwa, terdiri dari 2221 orang
laki-laki dan 2233 orang perempuan. Jemaat ini dilayani oleh 3 0rang Pendeta, 192 orang Majelis
yang terdiri dari 100 orang penatua dan 92 orang diaken serta 20 pengajar. Walaupun
berdasarkan data, jemaat laki-laki hampir sebanding dengan jemaat perempuan, namun dalam
ibadah-ibadah baik itu kebaktian utama minggu maupun ibadah-ibadah kategorial, lebih banyak
dihadiri oleh kaum perempuan. Alasan yang sering dikatakan oleh kaum lelaki ketika ditanya
tentang kehadiran dalam ibadah-ibadah, mereka mengatakan bahwa pada jam-jam ibadah
tersebut yang adalah pada sore hari antara jam 4-5 sore mereka masih bekerja, para PNS bekerja
hingga jam 5 sore sedangkan para petani masih berada di kebun.16

16

Hasil pengamatan langsung penulis selama 3 tahun magang di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana

43 | P a g e

Berdasarkan rincian jumlah jemaat di atas, kita bisa melihat bahwa ada perbedaan antara
jumlah Kepala Keluarga (KK) dan pasangan nikah. Ini berarti bahwa ada 115 pasangan nikah
yang tidak berstatus sebagai kepala keluarga. Sebanyak 115 pasangan nikah ini hidup bersama
dalam satu atap bersama orangtua mereka karena itu mereka tidak dihitung sebagai kepala
keluarga. Ada dua alasan mengapa pasangan nikah ini tinggal seatap bersama orangtua mereka,
yang pertama karena permintaan dari orangtua itu sendiri agar anak mereka tetap tinggal
bersama mereka, yang kedua karena pasangan nikah tersebut belum bahkan tidak memiliki
rumah sendiri.
Jemaat Immanuel Kesetnana tidak terlepas dari masalah dan tantangan hidup bergereja.
Salah satunya adalah masalah kemiskinan yang menjadi tantangan bagi jemaat Imanuel
Kesetnana. Karena masalah ekonomi banyak warga kesetnana yang merantau ke luar negeri
sebagai TKI. Karena masalah ekonomi banyak remaja putus sekolah dan harus bekerja banting
tulang membantu orangtua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena masalah ekonomi pula
banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga dan human traficking.
3.2 Latar Belakang Tradisi Manekat
3.2.1 Arti dan Makna Manekat
Manekat berasal dari istilah bahasa Dawan yang berarti kasih/mengasihi. Bagi orang
Timor, kasih adalah hal yang utama di atas segalanya. Hidup akan terasa indah bila kasih
menjadi dasar utama kehidupan manusia, baik itu dalam berpikir, bertutur kata maupun
berperilaku. Karena itu, orang Timor sangat menjunjung tinggi nilai kasih.17 Salah satu wujud
dari kasih dinyatakan dalam pelaksanaan kumpul keluarga, di mana dalam acara kumpul

17

Hasil wawancara dengan Bapak. Soleman Kulis Tamelab, pada tanggal 6 September 2017

44 | P a g e

keluarga tersebut ada tradisi yang dilakukan yaitu pemberian manekat. Tradisi manekat ini lahir
atas kesadaran akan hidup sosial.18 Tujuan dari adanya manekat adalah saling menolong dalam
menanggung beban. Orang Timor menyadari bahwa sebagai makhluk sosial, mereka tidak bisa
hidup tanpa orang lain. Bagi orang Timor, yang dimaksud dengan orang lain memiliki arti sangat
mendalam. Dalam bahasa Dawan, orang lain disebut dengan istilah Aok Bian yang berarti badan
sebelah, jadi orang lain di sini dipahami sebagai bagian dari dirinya sendiri. Selain itu, aok bian
atau orang lain juga dipahami sebagai mereka yang hidup dalam ume mese, lopo mese (satu
tempat tinggal, satu rumah), yang secara asosiatif berarti satu keluarga, satu suku.19 Karena itu,
sedapat mungkin segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama agar pekerjaan yang terasa berat
menjadi ringan dan dapat terselesaikan dengan baik. Adapun Ume atau rumah bagi orang Timor
bukan semata-mata sebagai tempat tinggal, melainkan simbol tata dunia dan tata sosial. Penataan
rumah tidak hanya ditentungan oleh pertimbangan estetis dan fungsional tetapi sekaligus
ketentuan bentuk, letak, arah, jumlah, dan lain-lain, semuanya merupakan simbol yang berkaitan
dengan pandangan hidup orang Timor.20 Ume sebagai entitas sosial merupakan bagian dari kanuf (marga). Beberapa kan-uf merupakan satu nonot (komunitas keluarga). setiap orang Timor
menjadi warga dari satu ume yang mengakui dirinya sebagai keturunan dari satu leluhur.
Masyarakat Timor atau Atoni Meto adalah masyarakat yang masih mempunyai sistem
kekerabatan yang tinggi, di mana kebiasaan tolong-menolong sesama sangat mempererat
hubungan kekeluargaan diantara mereka. Salah satu media untuk saling menolong sesama
mereka inilah yang disebut sebagai manekat. Kemunculan tradisi manekat ini juga
dilatarbelakangi oleh adanya hubungan kekeluargaan secara genealogi dan teritorial. Seperti
18

Hasil wawancara dengan Bapak. Albertus Fay, pada tanggal 20 Agustus 2017
Eben Nuban Timo, Pemberita Firman Pencinta Budaya: Mendengar dan Melihat Karya Allah dalam
Tradisi (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2005), 58.
20
Eben Nuban Timo, Pemberita Firman...., 57.
19

45 | P a g e

yang penulis jelaskan pada bagian awal bahwa masyarakat Timor yang mendiami suatu wilayah
berasal dari satu keluarga yang sama atau memiliki hubungan darah, dan karena berasal dari
rumpun keluarga yang satu dan memiliki hubungan darah, maka segala harta benda yang ada
dalam wilayah tersebut baik itu benda hidup maupun mati adalah milik bersama atau yang
dikenal dengan istilah le i hite (kita punya). Oleh sebab itu, segala bentuk pemberian manekat,
akan diberikan dan diterima dengan sukacita tanpa melihat jenis, jumlah dan besar kecilnya
manekat yang diberikan. Contohnya masyarakat Desa Kesetnana awalnya didiami oleh 6 marga
yang berasal dari satu rumpun keluarga kerajaan Bijoba. Ke-enam marga ini memiliki hubungan
darah karena itu segala harta benda yang ada dalam wilayah desa Kesetnana adalah milik
bersama. Berikut penulis gambarkan pola hubungan keluarga desa Kesetnana:
Ume Mese / Desa Kesetnana

Mella
Neken

Sanam
Harta
Benda

Tasekep

Ufi
Opat

aok bian
46 | P a g e

Le i hite

Keterangan gambar:


Lingkaran besar hitam adalah ume mese atau desa Kesetnana



Lingkaran kecil warna warni adalah 6 marga sub Mollo yang mendiami ume
mese yang memiliki hubungan darah



Lingkaran Biru di tengah menunjukan harta yang ada dalam ume mese, di mana
harta tersebut adalah le i hite atau milik bersama dari keenam marga tersebut

Dalam hubungannya dengan acara kumpul keluarga, manekat diartikan sebagai
pemberian tanda kasih atau pemberian ungkapan hati. Ketika ada anggota keluarga yang hendak
mengadakan suatu acara, maka anggota keluarga yang lain akan hadir dalam acara kumpul
keluarga untuk turut berpartisipasi mensukseskan kegiatan dimaksud, salah satunya dengan
membawa dan menyerahkan manekat atau pemberian tanda kasih tersebut, begitupun sebaliknya
jika ada anggota keluarga yang berduka. Manekat yang diberikan untuk keluarga yang berduka
seperti Kain, selimut dan perhiasan, memiliki makna sebagai titipan untuk diberikan kepada para
leluhur atau nenek moyang, manekat diberikan sebagai ole-ole untuk ke dunia orang mati.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat, tidak diketahui jelas sejak
kapan tradisi manekat ini dilakukan, namun tradisi ini telah berlangsung sangat lama dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan tradisi manekat ini, hendak menunjukan bahwa
nilai gotong royong sebagai salah satu falsafah hidup berbangsa dan bernegara, telah
diaplikasikan dalam kehidupan orang Timor.
Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa manekat terdiri dari 3 jenis yaitu:
1. Manekat yang diberikan sebagai pemberian tanda kasih untuk saling membantu dalam
pelaksanaan acara sukacita maupun dukacita, serta event-event sosial lainnya seperti
perayaan 17 agustus maupun hari-hari raya keagamaan.

47 | P a g e

2. Manekat sebagai penyambutan warga baru. Ketika ada warga baru yang masuk atau
pindah dalam suatu wilayah, maka para tetangga terdekat akan menyambut warga baru
tersebut dengan berbagai makanan, khususnya jagung. Hal ini menandakan bahwa warga
baru tersebut diterima dalam lingkungannya.21
3. Manekat sebagai simbol cinta kasih. Ketika seseorang berkunjung atau bertamu ke rumah
tetangga ataupun saudara, tuan rumah akan menyajikan makanan dan minuman seperti
kopi dan jagung atau ubi. Pada saat tuan rumah mempersilahkan tamunya untuk
mencicipi hidangan yang disediakan, maka si tamu akan berkata “ Haim Sium Manekat “
yang berarti kami menerima cinta kasih. Hal ini berarti bahwa hidangan yang disediakan
oleh tuan rumah dianggap sebagai tanda cinta kasih bagi si tamu.
3.2.2 Bentuk dan Tahapan Pelaksanaan Manekat
Pada zaman dahulu, ketika ada salah satu anggota keluarga hendak mengadakan suatu
acara pernikahan maupun sedang mengalami kedukaan, maka anggota keluarga yang mendengar
tentang rencana tersebut baik yang tinggal berdekatan maupun yang jauh akan datang beberapa
hari sebelum acara tersebut diadakan, dengan tujuan untuk bahu membahu, bekerja sama dan
bertolong-tolongan demi terlaksananya acara dimaksud. Para anggota keluarga yang datang
biasanya tidak dengan tangan kosong, tetapi dengan membawa sesuatu yang dirasa sangat
diperlukan pada acara tersebut. Barang bawaan yang dibawa berupa binatang ternak “ayam, babi,
sapi”, sayur-sayuran dan buah-buahan serta kain tenunan yang disebut tais dan sofi.22 Pada saat
anggota keluarga datang dan memberikan barang bawaan, mereka akan berkata “ hai aima mes
hai mek manekat ka mahuma, mes npoi nako hai nekam “ yang artinya “kami sudah datang, kami
membawa sedikit pemberian yang bisa digunakan, pemberian kami sedikit tapi ini dari hati kami
21
22

Hasil wawancara dengan Bapak. Agustinus Liunokas, pada tanggal 1 September 2017
Hasil wawancara dengan Bapak. Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017

48 | P a g e

“ atau “ maun se tuk-tuka, puah he pis-pise, mes npoi hai nekam “ yang berarti “ini sepotong siri,
dan ini sepotong pinang, tapi ini dari hati kami”. Yang secara harafiah bermakna bahwa
pemberian yang diberikan dalam tempat sirih pinang ini sangat sedikit tapi diberikan dengan
tulus hati. Namun, pola ini telah mengalami perubahan.
Di zaman sekarang ini, ketika seseorang hendak mengadakan sebuah acara/perhelatan,
maka orang tersebut akan mengirim seorang utusan untuk memberitahukan kepada para sanak
saudara bahwa akan diadakan acara dalam keluarga tersebut dan keluarga diundang untuk hadir
dalam acara kumpul keluarga. Sang utusan akan mengunjungi semua anggota keluarga tersebut
dengan membawa oko mama atau tempat sirih pinang. Bagi orang Timor oko mama merupakan
penghormatan tertinggi. Jika dibandingkan dengan undangan tertulis, undangan dengan memakai
oko mama jauh lebih berharga, terhormat dan bernilai tinggi.23 Di dalam oko mama berisikan
sirih pinang. Sang utusan akan memberitahukan maksud dan tujuan oko mama tersebut diberikan
dan si tuan rumah akan menerima serta mengambil isi dalam oko mama tersebut dan berkata
bahwa “ya kami akan datang pada acara tersebut”.
Manekat diberikan secara sukarela tanpa ada paksaan dan tanpa ada penentuan besar
kecilnya jenis manekat yang dibawa. Si pemberi manekat menyediakan, membawa dan
menyerahkan pemberiannya sebagai bentuk dukungan kepada keluarga yang akan bersukacita
maupun yang sedang berduka. Kesediaan untuk membawa manekat didasari atas rasa memiliki
dan mengasihi. Si pemberi manekat merasa bahwa dia adalah bagian dari keluarga yang akan
mengadakan pesta maupun yang sedang berduka, karena itu pemberiannya pun tulus dan tanpa
mengharapkan imbalan.24

23
24

Hasil wawancara dengan Bapak. Nikolas Fallo, pada tanggal 1 September 2017
Hasil wawancara dengan Bapak. Eliazher Selan, pada tanggal 1 September 2017

49 | P a g e

3.3 Pelaksanaan Tradisi Manekat di Jemaat GMIT Immanuel Kesetnana
3.3.1 Perubahan Bentuk dan jenis Manekat
Jika dahulu bentuk dan jenis dari manekat adalah pemberian berupa hewan ternak, sayursayuran maupun kain tenunan. Namun sekarang ini, pemberian manekat sebagian besar dalam
bentuk uang tunai. Sebagian kecil masyarakat berpendapat bahwa manekat dalam bentuk uang
lebih efektif daripada pemberian lainnya. Mengapa demikian? Karena segala keperluan dan
kebutuhan sebuah acara, hanya diketahui oleh sang pemilik acara tersebut, karena itu manekat
dalam bentuk uang akan memudahkan sang pemilik acara untuk menyediakan segala kebutuhan
yang diperlukan.25 Jika semua anggota keluarga datang dengan membawa hewan dan kain
tenunan, maka kebutuhan lain yang hanya dapat tersedia jika dibeli dengan uang seperti
perlengkapan dan aksesoris pesta tidak dapat terpenuhi. Begitu juga ketika ada peristiwa
dukacita, dalam hal ini kematian, selain membawa kain, selimut dan berbagai perhiasan,
keluarga yang datang juga membawa amplop berisikan uang. Pemberian dalam bentuk uang
dianggap sebagai yang paling efektif, karena keluarga yang berduka dapat mempergunakan uang
tersebut untuk melengkapi segala keperluan baik itu pemakaman maupun syukuran kematian
yang belum tersedia. Selain perubahan dalam jenis manekat yang dahulu hanya berbentuk barang
dan makanan, perubahan yang juga sangat jelas terlihat adalah sistem catat buku. Jika dahulu
keluarga yang datang berkumpul membawa dan memberikan dengan sukarela, lalu diterima oleh
keluarga yang akan mengadakan pesta dengan sukacita, maka sekarang hampir setiap manekat
yang diberikan akan dicatat dalam sebuah buku.

25

Hasil wawancara dengan Ibu. Nelchy Tunliu, pada tanggal 1 September 2017

50 | P a g e

3.3.2 Perubahan dalam Pelaksanaan Manekat
Perubahan juga terjadi dalam pelaksanaan manekat. Zaman dahulu jika ada salah satu
keluarga yang hendak mengadakan sebuah acara, maka anggota keluarga lain yang mengetahui
dan mendengar kabar acara tersebut akan datang dengan sendirinya. Mereka datang dengan
membawa manekat sebagai bentuk dukungan serta mereka merasa bahwa mereka juga menjadi
bagian dari acara tersebut. Namun sekarang ini, para anggota keluarga akan menunggu
datangnya seseorang yang membawa oko mama dan menyampaikan undangan bahwa akan
diadakan acara kumpul keluarga, barulah mereka akan menghadiri acara kumpul keluarga
tersebut. Walaupun mereka telah mendengar bahwa salah satu keluarga mereka akan
mengadakan sebuah acara, mereka tetap akan menunggu datangnya sang pembawa undangan
tersebut. Jika tidak ada yang menyampaikan undangan, mereka tidak akan menghadiri acara
tersebut. 26
Waktu pelaksanaan acara kumpul keluarga telah ditentukan, karena itu anggota keluarga
yang telah mendapat undangan akan hadir pada waktu tersebut. Keluarga yang mengadakan
acara akan membuka tenda untuk menunggu para anggota keluarga baik yang dekat maupun
yang jauh datang berkumpul. Ketika semua anggota keluarga dalam hal ini tamu undangan telah
hadir, maka acarapun dimulai. Si tuan pesta akan menyampaikan maksud dan tujuan acara
tersebut diadakan serta akan berterima kasih atas kehadiran para anggota keluarga. Setelah itu
para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati makanan dan minuman yang telah
disediakan. Setelah acara makan usai, buku catatan manekat diedarkan diantara para tamu
undangan. Buku itu berisikan nama pemberi manekat serta jumlah manekat “uang” yang dibawa.
Jika anggota keluarga tersebut pernah diberikan manekat oleh si pemilik acara dengan jumlah
26

Hasil wawancara dengan Bapak. Nikolas Fallo, pada tanggal 1 September 2017

51 | P a g e

Rp.1.000.000, maka anggota keluarga tersebut pun harus memberikan manekat sejumlah lima
Rp.1.000.000 atau lebih dan tidak boleh kurang dari lima ratus ribu rupiah. 27
Dalam penelitian ini, penulis menemukan sebuah hal yang dilakukan oleh warga jemaat
Imanuel Kesetnana yang menurut penulis tidak sesuai bahkan bertentangan dengan makna serta
maksud dan tujuan manekat. Pada beberapa rayon ada kesepakatan bersama tentang jumlah
manekat yang harus diberikan ketika ada salah satu anggota jemaat dalam rayon tersebut yang
akan mengadakan pesta pernikahan maupun yang sedang berdukacita. Pada rayon 4, ada
kesepakatan bahwa jika ada anggota rayon yang mengalami kedukaan, maka diwajibkan
memberikan manekat sebesar Rp. 500.000, di mana uang itu diperoleh/dikumpulkan dari
sumbangan setiap KK dalam rayon tersebut. Namun, tidak ada penentuan berapa jumlah yang
harus diberikan oleh setiap kepala keluarga. Jika manekat yang terkumpul lebih dari Rp.
500.000, maka kelebihannya akan dimasukkan dalam kas rayon, sedangkan jika manekat yang
terkumpul kurang dari Rp.500.000, maka kekurangan tersebut akan diambil dari kas rayon yang
telah tersedia. Untuk acara pernikahan, tidak ada kesepakatan jumlah manekat yang harus
diberikan. Hal ini berarti bahwa manekat wajib diberikan dalam bentuk uang tunai tapi secara
sukarela dan hanya berlaku untuk mereka yang mengalami kedukaan, dalam arti mengalami
kesusahan. Berbeda dengan jemaat rayon 4, pada jemaat rayon 26, 27 dan 28 ada kesepakatan
yang dibuat antara warga jemaat, majelis rayon bersama dengan para tokoh masyarakat bahwa
jika ada anggota rayon yang akan mengadakan pesta pernikahan dan yang sedang mengalami
kedukaan, maka setiap kepala keluarga wajib dan harus memberikan manekat sebesar Rp.50.000.
Hal berbeda terjadi dalam rayon 8, manekat yang harus diberikan oleh setiap kepala keluarga
ketika ada anggota jemaat yang akan mengadakan pesta pernikahan sebesar Rp.50.000,

27

Hasil wawancara dengan Bapak. Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017

52 | P a g e

sedangkan bagi jemaat yang mengalami kedukaan akan diberikan manekat sebesar Rp.25.000
per kepala keluarga. Manekat yang ditentukan dalam rayon ini adalah manekat sebagai bagian
dari anggota rayon, tidak termasuk manekat secara pribadi. Artinya bahwa ketika ada anggota
rayon yang mengadakan pesta atau sedang berduka, memiliki keluarga atau kerabat dekat dalam
rayon itu juga, maka anggota rayon yang memiliki hubungan keluarga akan memberikan
manekatnya dua kali. Yang pertama adalah manekat bersama anggota rayon sesuai kesepakatan,
dan yang kedua adalah manekat pribadi sebagai bagian dari keluarga inti.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis juga menemukan fakta bahwa ada sebagian kecil
masyarakat yang menganggap bahwa perubahan yang terjadi dalam manekat sebagai hal yang
wajar dan biasa saja, bahkan mengangap bahwa perubahan tersebut memang harus dilakukan.
Alasan yang diberikan bahwa dengan adanya catat buku akan menjadi pengingat bahwa si A
pernah memberikan manekat sejumlah demikian kepada si B. Selain itu, dengan sistem catat
buku akan berdampak pada jumlah manekat yang diberikan. Ketika penulis mengikuti acara
kumpul keluarga di salah satu rumah jemaat, setelah para tamu undangan selesai menikmati
makan siang, tuan rumah mulai mengedarkan buku kepada para tamu undangan. Orang pertama
yang menerima buku tersebut menulis nama beserta jumlah manekatnya yaitu sebesar Rp.
100.000, kemudian diikuti oleh orang berikutnya sampai dengan orang terakhir yang duduk di
bagian belakang. Hampir sebagian besar keluarga dan tamu undangan yang hadir menulis jumlah
manekat yang diberikan sebesar Rp. 100.000 juga, ada yang melebihi tapi tidak ada yang
menulis di bawah standar tersebut. Bahkan beberapa warga menyebutkan bahwa dengan adanya
sistem catat buku, masyarakat akan semakin didorong untuk memberikan manekatnya.

53 | P a g e

3.4 Tanggapan Masyarakat
Sehubungan dengan penentuan jumlah manekat yang telah ditentukan dan wajib
diberikan oleh setiap kepala keluarga dalam rayon, salah seorang jemaat berkata bahwa jika ada
anggota jemaat yang tidak memberikan manekat pada saat ada anggota rayon yang mengadakan
pesta pernikahan atau yang sedang berdukacita, maka ketika yang bersangkutan mengadakan
pesta pernikahan atau mengalami kedukaan, maka anggota rayon lain pun tidak akan
memberikan manekatnya, dan tindakan ini justru didukung oleh orang yang paling dihormati
dalam wilayah rayon tersebut dalam hal ini tua adat.28 Penulis melihat kondisi tersebut tentulah
sangat bertolak belakang dengan makna manekat yang memberikan dengan sukarela tanpa
mengharapkan imbalan serta pemberian yang tulus sebagai tanda kasih atau ungkapan hati.
Di lain pihak, sebagian besar masyarakat justru menolak perubahan yang terjadi dalam
pelaksanaan manekat. Masyarakat beranggapan bahwa perubahan yang terjadi khususunya
dengan adanya sistem catat buku sangat tidak sesuai dengan makna manekat yang sebenarnya,
bahkan sistem catat buku dengan penentuan besar kecilnya manekat dapat merusak hubungan
kekeluargaan. Salah seorang tokoh masyarakat menceritakan pengalamannya ketika ia mengikuti
acara kumpul keluarga dan diberikan buku catatan untuk menulis nama dan jumlah manekat
yang diberikan. Beliau mengaku sangat kaget ketika diberikan buku tersebut, dengan spontan ia
marah dan menolak untuk menuliskan manekatnya. Beliau sangat menyesalkan kejadian
tersebut, bahkan beliau mengaku bahwa sebagai orang Timor ia merasa sangat malu dan merasa
harga dirinya diremehkan. Akibat dari penolakan tersebut, timbul perpecahan dalam keluarga.
Anggota keluarga yang lain merasa tersinggung dengan penolakan tersebut sehingga berdampak

28

Hasil wawancara dengan Ibu. Ribka Tamelan, pada tanggal 28 Agustus 2017

54 | P a g e

pada ketidakhadiran keluarga tersebut dalam acara pernikahan.29 Beliau juga sangat menyesalkan
bahwa justru hal tersebut dilakukan oleh orang Timor sendiri. Hal yang sama juga disampaikan
oleh bapak Soleman Tamelab ketika menceritakan pengalamannya saat mengikuti acara kumpul
keluarga dan ia diberikan buku catatan manekat.
Sebagian jemaat rayon merasa bahwa penentuan jumlah manekat yang harus diberikan
oleh setiap kepala keluarga sangat memberatkan. Salah seorang janda mengatakan bahwa ia
merasa berat jika harus memberikan manekat sebesar lima puluh ribu rupiah. Ia mengatakan
bahwa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, mendapatkan uang lima pulu ribu rupiah
sangatlah susah. Bahkan dalam sebulan dia hanya mendapatkan penghasilan sebesar lima puluh
ribu rupiah dari hasil berjualan sayuran.30 Jemaat lain mengatakan bahwa seharusnya jumlah
manekat yang akan diberikan tidak ditentukan, karena pendapatan setiap orang tentulah berbedabeda. Bagi mereka yang bekerja sebagai PNS atau karyawan swasta yang berpenghasilan tinggi,
mungkin jumlah lima puluh ribu sangatlah kecil, tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap, tentulah hal tersebut akan sangat
memberatkan dan hanya membawa beban bagi yang bersangkutan. Apalagi jika dalam seminggu
atau sebulan, ada anggota rayon yang mengadakan pesta pernikahan lebih dari satu orang atau
ada yang mengalami kedukaan dalam waktu yang bersamaan, tentulah pengeluaran untuk
manekat akan melebihi penghasilan yang mereka peroleh.31
Penulis mencoba menanyakan bahwa penentuan jumlah manekat dalam rayon ini
tentunya atas kesepakatan bersama, mengapa pada saat proses kesepakatan terjadi, mereka tidak
mengungkapkan keberatan dan penolakan mereka? Salah seorang warga berkata bahwa mereka
29

Hasil wawancara dengan Bapak. Ayub Tunliu, pada tanggal 28 Agustus 2017
Hasil wawancara dengan Ibu. Yublina Tamelan, pada tanggal 6 September 2017
31
Hasil wawancara dengan Bapak. Markus Tampani, pada tanggal 6 September 2017
30

55 | P a g e

hanyalah orang kecil, ketika para tokoh masyarakat dan mereka yang mempunyai peranan
penting serta dianggap sebagai orang berada dalam rayon tersebut berbicara serta membuat
keputusan, mereka yang hanyalah orang-orang kecil tidak berkesempatan untuk berbicara dan
kalaupun mereka berbicara, pendapat mereka tidak akan didengarkan.32
3.5 Sikap Gereja
Ketika penulis berdiskusi dengan pihak gereja, dalam hal ini Pendeta tentang sistem tulis
buku dan penentuan jumlah manekat yang harus diberikan oleh tiap anggota jemaat dalam rayon,
gereja dengan tegas menolak pelaksanaan manekat dengan sistem catat buku. Menurut Pendeta
Benyamin Naralulu, manekat adalah salah satu bukti dari kasih, di mana kasih itu tidak menuntut
balasan dan kasih diberikan secara cuma-cuma.33 Beliau sangat menyesalkan sistem manekat
yang harus catat buku tersebut. Menurut beliau manekat dengan sistem catat buku hanya akan
berdampak pada hilangnya rasa saling mengasihi dan saling memiliki sebagai anggota keluarga.
Manekat dengan sistem catat buku juga berdampak pada hubungan sosial diantara sesama warga
jemaat. Masyarakat akan semakin invidualis dan materialisis. Untuk menyadarkan dan
mengingatkan kembali masyarakat akan pentingnya nilai kasih dalam manekat, dalam kebaktian
utama minggu, dikhotbahkan tentang nila-nilai dari kasih. Warga jemaat terus diingatkan untuk
terus membangun dan menjalin hubungan baik diantara sesama tanpa mengharapkan imbalan
ataupun dengan maksud tertentu. Namun, penulis melihat bahwa hal ini belum diaplikasikan oleh
gereja sepenuhnya dalam kehidupan masyarakat. Mengapa? karena pihak gereja selain Pendeta,
dalam hal ini majelis jemaat, justru mereka lah yang ikut terlibat aktif dalam pelaksanaan
manekat dengan sistem catat buku tersebut.

32
33

Hasil wawancara dengan Ibu. Yublina Tamelan, pada tanggal 6 September 2017
Hasil wawancara dengan Pdt. Benyamin Naralulu, pada tanggal 13 September 2017

56 | P a g e

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20