macam - macam Tari Kekuasaan

Pengertian Tari
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu
untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran.

Fungsi Tari
Sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki beberapa fungsi, yaitu seni tari sebagai sarana
upacara, seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pergaulan, seni tari sebagai
penyaluran terapi, seni tari sebagai media pendidikan, seni tari seabagai pertunjukan, dan
seni tari sebagai media katarsis (Wardhana, 1990: 21 - 36)
a. Seni tari sebagai sarana upacara
Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak macamnya, seperti tari
untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan manusia.
b. Seni tari sebagai hiburan
Tari sebagai hiburan bervariasi sehingga tidak menjemukan dan menjenuhkan. Oleh
karena itu, jenis ini menggunkan tema-tema yang sederhana tidak muluk-muluk, diiringi
lagu yang enak dan mengasyikkan. Kostum dari tata panggungnya dipersiapkan dengan
cara menarik.
c. Seni tari sebagai penyaluran terapi
Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau cacat mental.
Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau bagi
penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat

mental. Pada masyarakat timur, jenis tarian ini menjadi pantangan karena rasa tak sampai
hati.
d. Seni tari sebagai media pendidikan
Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, seperti mendidik anak untuk bersikap
dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang. Nilai-nilai keindahan dan
keluhuran pada seni tari dapat mengasah perasaan seseorang.
e. Seni tari sebagai media pergaulan
Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa orang. Oleh
karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana pergaulan. Kegiatan tari, seperti
latihan tari yang rutin atau pementasan tari bersama, adalah sarana pergaulan yang baik.
f. Seni tari sebagai pertunjukan
Tari bukan hanya sebagai sarana upacara atau hiburan, tari juga bisa berfungsi sebagai
pertunjukan yang sengaja digarap untuk dipertontonkan. Tari ini biasanya dipersiapkan
dengan baik, mulai dari latihan hingga pementasan, diteliti dengan penuh perhitungan.

Tari yang dipentaskan, lebih menitikberatkan pada segi artistiknya, penggarapan
koreografi yang mantap, mengandung ide-ide, interpretasi, konsepsional, dan memiliki
tema serta tujuan. Jenis tari ini bisa sengaja dibuat untuk pertunjukan, tari upacara atau
tari hiburan seperti tari Ngrema dari Jawa TImur, tari Pendet dari Bali, dan tari Tayuban
dari Jawa barat.

g. Seni tari sebagai katarsis
Katarsis berarti pembersihan jiwa. Seni tari sebagai media katarsis lebih mudah
dilaksanakan oleh orang telah mencapai taraf atas dalam penghayatan seni. Oleh karena
itu, biasanya jenis tari ini dilakukan oleh seniman yang hakiki. Namun, seorang gurupun
bisa melakukannya, asalkan ia mau berlatih dengan kesungguhan, konsentrasi yang
penuh, berani, dan memiliki kekayaan imajinasi.
Selain memiliki beberapa fungsi di atas, seni tari juga memiliki peranan yang sama
seperti seni-seni lainnya, yaitu: tari sebagai sekspresi; tari sebagai media komunikasi; tari
sebagai media berfikir kreatif; dan sebagai media mengambangkan bakat.
Unsur Tari
1. Gerakan
Gerak merupakan unsur utama dalam sebuah tarian. Gerak tari merupakan
serangkaian gerakan anggota tubuh yang memiliki nilai estetis sehingga dapat
dinikmati oleh orang lain yang melihatnya. Ada 2 jenis gerak dalam tarian, yaitu
gerak maknawi atau gerak yang memiliki sebuah arti atau filosofi (contohnya
gerakan pada Tari Serampang Dua Belas), serta gerak murni atau gerak yang
sekedar mementingkan nilai estetis (contohnya gerakan pada Tari Saman).
2. Tema

Sebuah tarian pasti memiliki suatu tema tertentu. Tema merupakan unsur tari yang

tidak bisa dipisahkan. Gerak tari umumnya ditentukan oleh tema tarian tersebut.
Begitu pun dengan iringan, tata busana, riasan, dan unsur-unsur tari yang lainnya.
3. Iringan
Unsur tari selanjutnya adalah iringan. Iringan dalam sebuah tari bisa berasal dari
gerakan tubuh penari lain, dan ada pula yang berasal dari permainan berbagai alat
musik atau benda. Iringan tari yang berasal dari gerakan tubuh manusia contohnya
hentakan kaki, tepukan tangan, dan suara-suara dari mulut, sedangkan iringan tari
berupa permainan alat musik contohnya dari permainan alat musik tradisional atau
alat musik modern.

4. Setting Panggung
Seni tari merupakan cabang dari seni pertunjukan yang pasti membutuhkan
ruangan atau tempat untuk pementasannya. Tempat pementasan untuk tarian
tradisional misalnya dapat berupa pendopo, panggung, atau di hamparan lapang.
5. Tata Busana dan Tata Rias
Nuansa atau rasa dari suatu tarian akan semakin kuat bila penari menggunakan
busana dan riasan khusus. Unsur tari yang satu ini dianggap sangat penting bagi
suatu pertunjukan tari, sehingga sangat jarang sekali, bahkan tidak ada satupun
tarian yang penarinya menggunakan kostum biasa atau tanpa dirias terlebih
dahulu.

6. Properti
Di antara unsur-unsur tari yang lainnya, properti merupakan bagian yang paling
sering dilupakan. Padahal unsur tari yang satu ini memegang peranan sangat besar
bagi terciptanya suatu nuansa dari sebuah tarian. Beberapa contoh properti dari
suatu tarian misalnya topeng pada tari topeng kelana, piring pada tari piring asal
Sumatera Barat, dan payung pada tari payung.
7. Lighting
Pada pertunjukan tari modern, lighting merupakan unsur yang tidak bisa
dilepaskan dalam sebuah pertunjukan tarian. Unsur ini mampu menguatkan nuansa
dan menciptakan rasa tertentu pada tarian yang dipentaskan. Nah, itulah beberapa
unsur-unsur tari yang pasti dimiliki oleh suatu pertunjukan tarian. Bila ada yang
memiliki pendapat lain mengenai beberapa unsur tari di atas, silakan gunakan
kolom komentar untuk memperbaiki artikel ini. (Modul XII SMK Seni Tari,
Erlangga)

Jenis Tari
Menurut jenisnya,tari digolongkan menjadi :
Tari Tradisional
 Rakyat
 Klasik

Tari Modern
 Kontemporer
 Kreasi Baru

Tari Klasik
1. Tari Bedaya
Tema
Pencipta
Asal
Sinopsis

: Kepahlawanan dan monumental
: Pangeran Purbaya,Tumenggung Alap alap,dan Ki Panjang
Mas.
: Kraton kasunanan Surakarta.
:_

Ragam Gerak :
a. kapang-kapang -dimana tangan berada disamping dan jari-jarinya
membentuk posisi ngiting.

b. Sembahan
c. Sembahan Jengkeng
d. Mendhak,ngleyek,trisik,kengser,ombak banyu
Kostum,tata rias :
busana dan tata rias yang dikenakan penari dalam pagelaran tari
Bedhaya Ketawang adalah layaknya pengantin putri Kraton Surakarta. Hal
tersebut dikarenakan tari Bedhaya Ketawang merupakan reaktualisasi
pernikahan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul, sehingga
busana yang dikenakan haruslah busana pengantin, yang lazim disebut
sebagai Basahan. Busana tersebut meliputi kain dodot, samparan, serta
sondher. Dodot merupakan kain yang memiliki ukuran 2 atau 2,5 kali kain
panjang biasa, hingga panjang dodot bisa mencapai 3,75 hingga 4 meter.
Pada masa lalu, kain ini hanya dikenakan oleh raja dan keluarga serta kaum
ningrat untuk upacara tertentu, sepasang pengantin keraton, serta penari
Bedhaya dan Serimpi.
Properti : Busana yang digunakan saat permikahan Senopati dan Ratu
kidul.

2. Tri Srimpi
Tema

Pencipta
Asal

: Kepahlawanan dan monumental
: Pakubuwono IV
: Jogjakarta

Sinopsis

: Komposisinya segi empat yang melambangkan tiang
Pendopo.

Ragam Gerak :
1. Gerak Maju Gawang
Gerak sikap jalan biasa dengan sikap tangan tertentu menuju tempat pentas
dengan cara berbelok kekanan dan kekiri, kemudian diakhiri dengan sikap duduk.

2. Gerak Pokok
Pada gerak pokok, penari menyajikan tentang tema tariannya. Kalau inti garapan
tariannya adalah berbentuk sajian perang, maka gerakan pokok yang akan ditampilkan

akan diakhiri dengan adegan perang.
3.

Gerak Mundur Gawang

Gerak mundur gawang kebalikan dari gerak maju gawang. Gerakan ini biasanya
dilakukan dengan berjalan.

Kostum,tata rias :
mereka menata rambutnya dengan cara digelung. Sebagai hiasan kepala,
mereka juga mengenakan hiasan berjumbai dari bulu burung kasuari.
Properti :
Kostum yang digunakan adalah kostum pengantin puteri Kraton
Yogyakarta yakni dengan dodotan dan gelung bokor sebagai motif hiasan kepala.
Namun seiring perkembangan jaman telah beralih menggunakan “kain seredan”
dan baju tanpa lengan.

3. Tari
Tema
: Kepahlawanan

Pencipta
: Sultan Hamengkubuwono I
Asal
: Jogjakarta
Sinopsis
: menceritakan tentang prajurit yang sedang berlatih perang
dengan menggunakan properti bernama lawung. Lawung adalah sebuah
tombak yang berujung tumpul.

Ragam Gerak:
(1) Empat penari jajar dengan gerak tari ragam bapang.
(2) Empat penari lurah dengan gerak tari ragam kalang kinantang.
(3) Empat penari ploncon ( pembawa lawung) dengan ragam gerak tari kalang kinantang.
(4) Dua penari botoh dengan ragam gerak kalang kinantang.
(5) Dua orang sebagai penari salaotho (pelayan/abdi/pembantu) memakai ragam gerak bebas
atau tidak kaku, sebab gerakannya mengikuti gerakan penari botoh. Selama menari, botoh
membawa tongkat pendek (teken) dan salaotho membawa ampilan yaitu kotak berisi uang
taruhan.

Kostum,tata rias,properti:

(1) Botoh mengenakan : songkok narendra memakai hiasan bludiran, sumping roni, kalung,
sungsuh tiga, kelat bahu, celana cindhe, kain parang rusak barong, bara, sampur teken, dhuwung
branggah, buntal, ditambah tongkat atau teken untuk memberi aba-aba kepada jajar atau lurah,
ikat kepala songkok.
(2) Lurah mengenakan : tepen kodhok bineset pareanom, kalung tanggalan kelat bahu
ngangrangan, kaweng cindhe, celana cindhe, kain parang gurdha, bara, kamus timang, dhuwung
gayaman, sampur cindhe.
(3) Jajar memakai : tepen kodhok bineset warna biru tua, kawng, kalung tanggalan, kelat bahu,
celana cindhe, kain kawung gurdha, bara, kamus timang, buntal, dhuwung gayaman, ditambah
klinthing.
(4) Ploncon memakai : tepen kodhok, bineset warna coklat, celana panji-panji bermotif cindhe,
kain parang rusak alit atau klithik dengan cara pakai supit urang, kaweng polos, bara, buntal,
kalung tanggalan sondher.
(5) Salaotho memakai celana panjang polos warna putih dan baju dengan panjang polos, kain
bermotif bangpangan, membawa sapu tangan disampirkan di pundak peti atau kotak kecil berisi
uang.

4. Tari Gatotkaca Gandrung
Tema
: Romantisme

Pencipta
: Mangkunegara V
Asal
: Kasultanan Surakarta
Sinopsis
: Gatotkaca yang terkenal sebagai kesatia mandra guna otot
kawat balung wesi ternyata juga memiliki sisi romantis dan merasakan
gandrung atau jatuh cinta pada lawan jenis.
Ragam gerak : _

Tata rias,property,busana :
a. Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias
dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol
yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan
terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai
penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan
bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarnawarni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

b. Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit
kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh
Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi
seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada
mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an,
ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang
ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat
wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk
mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi
kesan magis.
c. Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak
batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah
oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas
Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun
semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap
pertunjukannya.

5. Tari Topeng Klana

Tema
Pencipta
Asal

: Keburukan
:_
: Cirebon

Sinopsis

: menceritakan Prabu Minakjingga (Klana) yang tergila-gila pada

kecantikan Ratu Kencana Wungu, hingga kemudian berusaha mendapatkan pujaan
hatinya. Namun upaya pengejarannya tidak mendapat hasil.
Ragam gerak : _
Tata rias,property,busana :

1. Kedok / Topeng yang terbuat dari kayu dan cara memakainya dengan menggigit bantalan
karet pada bagian dalam nya.
2. Sobra sebagai penutup kepala yang dilengkapi dengan jamangan dan dua buah sumping.
3. Baju yang berlengan.
4. Dasi yang di lengkapi dengan peniti ukon (mata uang jaman dulu )
5. Mongkron yang terbuat dari batik lokoan.
6. Ikat pinggang stagen yang dilengkapi badong.
7. Celana sebatas bawah lutut.
8. Sampur / selendang
9. Gelang tangan
10. Keris
11. Kaos kaki putih sampai lutut
12. Kain batik
13. Kadang - kadang dilengkapi dengan boro (epek) Selain kelengkapan busana tersebut diatas.

Tari Kreasi Baru
1. Tari Kuntul
b. Asal

: Pemalang.

c.

: Keagamaan.

Tema

d. Latar belakang

: Tarian Kuntulan mulai dikenal masyarakat Pemalang pada sekitar

awal abad 20 yaitu pada saat di tanah air banyak muncul pergerakkan kebangsaan. Tokohtokoh masyarakat Pemalang pada saat itu tak mau ketinggalan ikut dalam kancah perjuangan
nasional, yaitu dengan dibentuknya perkumpulan bela diri, khusunya pencak silat.

e. Isi

: Kegiatan bela diri tersebut ketika saat itu selalu diiringi dengan

rebana dan pukulan bedug serta dikumandangkan pula doa-doa salawat nabi sehingga
terkesan sebagai kegiatan kesenian bertajuk keagamaan.
f.

Fungsi

: Sebagai hiburan, biasanya dipentaskan pada acara hajatan,

upacara hari besar nasional, dan lain-lain.
g.

Gerak

: Gerakannya seperti gerakan-gerakan dalam ilmu pencak silat.

Perpaduan jurus-jurus bela diri yang tampak sangat artistik.
h. Kostum
i.

: Sederhana dan menggunakan penutup kepala.

Iringan

: Iringannnya rebana dan bedug serta menimbulkan demontrasi

akrobatik menarik.

2. Tari Turonggo Sari
a. NamaTarian
b. Asal
c. SejarahPerkembangan

: Tari Turonggo Sari
: Temanggung, Jawa Tengah
: Tarian ini merupakan buah karya Tri Rosodan
Paramitha, dengan penata iringan Didik
Nuryanto. Tari ini terinspirasi oleh gerakangerakan dalam tarian kuda lumping
: Konflik batin remaja di masa puber
: Gerakan prajurit berperang menunggang kuda
: Menggunkan bunyi-bunyian ritmis atau bisa
dengan musik

d. Tema
e. Gerakan
f. Iringan/Instrumen

3. Tari Merak
Nama Tarian
b. Asal
c.

Latar belakang

d. Isi

: Tari Merak
: Yogyakarta
: Penggambaran kehidupan burung merak
:

Mengekspresikan kehidupan binatang, burung merak,
Tata cara dan gerakan gerakan dari kehidupan burung
merak ini diangkat ke atas pentas.

e. Pencipta

: R. Tjetje Somantri

f.

: Ciri bahwa burung merak tampak pada pakaian yang

kostum

digunakan oleh para penarinya yang bermotif seperti merak.
g.

Gerak

: Tarian ini biasa ditarikan secara rampak, tiga penari atau lebih
yang masing-masing berfungsi sebagai merak betina atau
merak jantan.

h.

Iringan

: lagu gendingnya adalah lagu Macan Ucul.

4. Tari Seblak Sondher
a. Nama Tarian
: Tari Seblak Sondher
b. Asal
: Temanggung, JawaTengah
c. Sejarah Perkembangan : Tarian ini merupakan karya Paramitha SY
dengan Nunik dan penata iringan Didik Nuryanto
dan terinspirasi oleh Tari Tradisional Lengger
d. Tema
: Kegembiraan para petani di lereng Gunung
Sumbing, setelah panen tembakaunya berhasil
e. Gerakan
: Gerakan petani yang sedang gembira dan bersemangat
5. Tari Tepak-Tepak Putri
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Nama Tarian
Asal
Pencipta
Tema
Gerakan
Iringan

: Tari Tepak-Tepak Putri
: Jawa Tengah
: Bagong Kusudiharjo
: Kegembiraan remaja putrid
: Gerakan-gerakan ceria
: Iringan pujian atau syair Islam

Tari Rakyat
Tari Dolalak
a. Nama Tarian
: Tari Dolalak
b. Asal
: Purworejo, Jawa Tengah
c. Sejarah Perkembangan : Kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang
Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas
d. Tema
: Menggambarkan prajurit Belanda
e. Gerakan
: Pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang
penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit
Belanda atau Perancis tempo dulu
f. Iringan/Instrumen
: Alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari kentrung,

rebana, kendang, kecer

Tari Patolan
a. Nama Tarian
: Tari Patolan atau Prisenan
b. Asal
: Rembang, Jawa Tengah
c. Sejarah Perkembangan : Tari ini berkembang di kalangan pelajar terutama di
pantai antara kecamatan Pandagan, Kragan, Bulu
sampai ke Tuban, Jawa Timur
d. Tema
: Sejenis olahraga gulat rakyat
e. Gerakan
: Dua orang pemuda sebagai penari yang bergulat di
atas pasir

Tari Ketek Ogleng
a. Nama Tarian
: Tari Ketek Ogleng
b. Asal
: Wonogiri, Jawa Tengah
c. Sejarah Perkembangan : Tarian ini diangkat dari cerita Panji, yang kemudian
oleh warga setempat diubah menjadi kesenian
pertunjukkan Ketek Ogleng.
d. Tema
: Percintaan antara Endang Roro Tompe dengan
Ketek Ogleng.
e. Gerakan
: Gerakan dalam tarian ini adalah gerakan akrobatis
dari seorang Ketek Ogleng (kera) yang diperankan
oleh seseorang dengan pakainan kera.
f. Iringan/Instrumen
: Gamelan Jawa

Tari Lengger
a. Nama Tarian
: Tari Lengger
b. Asal
: Wonosobo, Jawa Tengah
c. Sejarah Perkembangan : Tarian Topeng Lengger termasuk tarian tradisional
yang hampir satu abad diperkenalkan di Jawa
Tengah. Awalnya tarian ini dirintis di Dusun Giyanti
oleh tokoh kesenian tradisional dari Desa Kecis,
Kecamatan Selomerto, yaitu Bapak
Gondhowinangun pada 1910
d.
Tema
: Dewi Candra Kirana yang mencari
e. Gerakan
: Pencarian suami Dewi Candhakirana dan kemudian
diganggu raksasa yang memakai topeng, puncaknya
penari masuk dalam keadaan tidak sadar
f. Iringan/Instrumen
: Angklung bernada Jawa

Tari Kuda Lumping
a. Nama Tarian
: Tari Kuda Lumping
b. Asal
: Temanggung, Jawa Tengah
c. Sejarah Perkembangan : Tarian ini konon adalah bentuk dukungan untuk
pasukan berkuda Pangeran Diponegoro melawan
Belanda atau menggambarkan kisah perjuangan
Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga,

suaminya.

d. Tema
e. Gerakan
f.

Iringan/Istrumen

melawan penjajah Belanda
: Perjuangan ksatria berkuda melawan Belanda.
: Tarian dibawakan dengan energik, penari menaiki
kuda kepang
: Gamelan Jawa

Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PENOLAKAN WARISAN OLEH AHLI WARIS MENURUT KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PERDATA

7 73 16

EVALUASI TARIF ANGKUTAN ANTAR KOTA TRAYEK TERMINAL LEMPAKE / SAMARINDA - TERMINAL SANGATTA BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN

4 108 15

STUDI POTENSI JENIS - JENIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN PANTAI UTARA JAWA TIMUR (KPH PROBOLINGGO BKPH TAMAN BARAT)

0 37 1

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID - SPIRONOLAKTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

15 131 27

Pola Mikroba Penyebab Diare pada Balita (1 bulan - 5 tahun) dan Perbedaan Tingkat Kesembuhan Di RSU.Dr.Saiful Anwar Malang (Periode Januari - Desember 2007)

0 76 21

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2006 - 2011

1 35 26

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5