Templat tugas akhir S 1

ANALISIS KUALITAS AIR BAKU SUNGAI DENGAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

Laporan Praktik Lapangan
di Laboratorium Petroleum Engineering
PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field

ANISA NURRAHMAWATI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ANALISIS KUALITAS AIR BAKU SUNGAI DENGAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA

ANISA NURRAHMAWATI

Laporan Praktik Lapangan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Praktik Lapangan
Nama
NIM

: Analisis Kualitas Air Baku Sungai dengan
Parameter Fisika dan Kimia
: Anisa Nurrahmawati
: G44120062


Disetujui oleh

Dr Sri Mulijani, MSi
Pembimbing I

Diah Kumala Sari, SSi
Pembimbing II

Rifqi Athoillah
Pembimbing III

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktik lapangan dengan
judul “Analisis Kualitas Air Baku Sungai dengan Parameter Fisika dan Kimia”
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Praktik lapangan dilaksanakan di
Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang,
Jalan Raya Mundu, Karangampel, Kabupaten Indramayu pada bulan Juli hingga
Agustus 2015.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Muljani, M.Si
selaku pemibimbing I, Ibu Diah Kumala Sari, S.Si sebagai pembimbing II dan
Bapak Rifqi Athoillah sebagai pembimbing III yang senantiasa memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan praktik lapangan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada analis dan staf laboratorium, yaitu
Ibu Ika, Pak Ade, Pak Arsiman, Ibu Rizqa, Pak Ahdi, Ibu Qisti, Ibu Yuyun, Pak
Supri, dan staf lain, serta rekan-rekan selama praktik lapang yakni Aisyah Z,
Melisa N F, dan Yudhi I atas bantuan serta kerja samanya selama praktik
lapangan berlangsung.
Terimakasih tak terhingga penulis ucapkan untuk orang tua dan seluruh
keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga
penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yakni kimia angkatan 49.
Semoga laporan praktik lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.


Bogor, November 2015

Anisa Nurrahmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN

ix

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Singkat PT Pertamina EP

1
1

Profil PT Pertamina EP

1


Profil Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field

2

PENDAHULUAN
Latar Belakang

4
4

Tujuan

5

Waktu Pelaksanaan

5

Lokasi Pelaksanaan


5

METODE
Bahan

5
5

Alat

5

Metode Percobaan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran


9
12
12
13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

13
155

DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field 155
2 Struktur Organisasi Laboratorium Petroleum Engineering PT. Pertamina EP
Asset 3 Field Jatibarang (Sistem Manajemen Mutu ISO/IEC 17025:2005)
155
3 Diagram alir penanganan sampel pada Laboratorium Petroleum Engineering PT
Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field
166

4 Contoh perhitungan
17

1

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Singkat PT Pertamina EP
PT (Perseroan Terbatas) Pertamina merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri minyak dan gas bumi di Indonesia. Sejarah terbentuknya
PT Pertamina diawali dari zaman Belanda pada tahun 1800-an. Pada tahun 1968
PT Perusahaan Minyak Nasional yang disingkat PERMINA bergabung dengan
PERTAMIN menjadi PERTAMINA. Pemerintah menerbitkan UU No. 8 pada
tahun 1971 yang menempatkan PERTAMINA sebagai perusahaan minyak dan
gas bumi milik negara serta menjalankan peran gandanya. Peran ganda tersebut
dimaksudkan dalam hal orientasi bisnis yang terdapat di dalam lingkup kerja PT
Pertamina.
Sejalan dengan dinamika industri migas dalam negeri, pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001.
Akibat dari penerbitan UU tersebut Pertamina melepas peran gandanya menjadi
PT Pertamina (Persero) yang berperan menjadi operator murni. Peran regulator

di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS pada tahun 2002,
sedangkan peran regulator di sektor hilir dijalankan BPH MIGAS pada tahun
2004. Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 yang
mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna
mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan
hilir. Pada sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai
entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, panas bumi, pengelolaan transportasi
pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Atas dasar
itulah, PT Pertamina EP didirikan pada tanggal 13 September 2005.
Profil PT Pertamina EP
PT Pertamina EP adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan
usaha di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi meliputi eksplorasi dan
eksploitasi. PT Pertamina EP memiliki semboyan “Merajut Nusantara,
Melestarikan Indonesia” yang tercantum dalam web Pertamina EP. Aktivitas
eksplorasi berperan penting untuk menjaga tingkat cadangan minyak dan gas
serta mencegah penurunan produksi. Wilayah Kerja Pertamina EP seluas
113613.90 km2 merupakan limpahan dari sebagian besar Wilayah Kuasa
Pertambangan Migas PT Pertamina (Persero). Pola pengelolaan usaha wilayah
kerja seluas itu dilakukan dengan cara pengoperasian sendiri (own operation)

dan kerja sama dalam bentuk kemitraan, yakni 4 proyek pengembangan migas, 7
area unitisasi, dan 39 area kontrak kerja sama kemitraan.
Wilayah Kerja Pertamina EP terbagi ke dalam lima asset. Operasi kelima
asset terbagi ke dalam 19 field, yakni Rantau, Pangkalan, Susu, Lirik, Jambi, dan
Ramba di Asset 1. Asset 2 terdiri atas Prabumulih, Pendopo, Limau, dan Adera.
Asset 3 terdiri atas Subang, Jatibarang, dan Tambun. Asset 4 terdiri atas Cepu
dan Poleng. Asset 5 terdiri atas Sangatta, Bunyu, Tanjung, Sangasanga, Tarakan,
dan Papua.

2
Pertamina EP memiliki visi (2014-2025) menjadi perusahaan eksplorasi
dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia. Visi tersebut akan tercapai
dengan melakukan misi yaitu melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak
dan gas dengan penekanan pada aspek komersial dan operasi yang baik serta
tumbuh dan berkembang bersama lingkungan hidup. Selain itu, Pertamina EP
memiliki tata nilai/value dengan sebutan 6C yaitu Clean (bersih), Competitive
(kompetitif), Confident (percaya diri), Customer Focused (fokus pada
pelanggan), Commercial (komersial), dan Capable (berkemampuan).
Struktur Organisasi PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field dipimpin
oleh seorang manajer yang memimpin beberapa fungsi, seperti Rencana Operasi,

Produksi Onshore, Produksi Offshore, Petroleum Engineer (PE), Work Over and
Well Service (WO & WS), Reliability, Availibility, and Maintenance (RAM),
Legal and Relation (L & R), dan Health, Safety, Security, and Environment
(HSSE). Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Profil Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field
Laboratorium Petroleum Engineering berfungsi sebagai penunjang dalam
kegiatan pemboran produksi Asset 3 Jatibarang Field dibawah naungan
Petroleum Engineer (PE). Laboratorium ini merupakan tempat menguji dan
menganalisis baik dalam bentuk batuan maupun fluida. Selain itu, laboratorium
menyediakan atau menyajikan data yang diperlukan untuk kelancaran operasi
lapangan dan menyediakan beberapa percobaan penelitian serta pengujian daya
guna bahan kimia yang digunakan untuk operasi lapangan. Laboratorium
Petroleum Engineering merupakan laboratorium yang telah terakreditasi
ISO/IEC 17025:2005. ISO merupakan kode akreditasi yang telah diterbitkan
oleh International Standard of Organization.
Aktifitas yang dilakukan dalam Laboratorium Petroleum Engineering
terbagi menjadi 2, yaitu aktifitas utama dan aktifitas penunjang yang lain.
Aktifitas utama yang dilakukan adalah analisis air, gas, dan minyak. Analisis
penunjang seperti analisis semen, lumpur pemboran, kimia produksi dan umum.
Analisis air yang dilakukan dalam laboratorium meliputi analisis air formasi, air
injeksi, air limbah, air bersih, dan air baku yang didapatkan dari beberapa sumur
pada Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field. Analisis air dilakukan dengan
metode yang sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan dengan parameter
tertentu.
Analisis gas yang dilakukan dalam laboratorium ini meliputi kandungan
gas yang terbawa dari dalam sumur seperti kandungan gas C1 hingga C6.
Analisis gas dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas (Gas
Chromatography) sehingga dari hasil pengukuran dapat langsung diketahui
kandungan C1 hingga C6 dari tabung gas tersebut. Komposisi tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui kegunaan gas dalam kedepannya seperti LPG.
Analisis gas juga dilakukan untuk mengetahui kandungan H2S yang terdapat
dalam sampel tabung gas. Karena kandungan gas H2S yang terlalu tinggi tidak
baik untuk kesehatan pekerja yang berada di lingkungan sekitar.
Analisis minyak yang dilakukan meliputi minyak mentah yang didapatkan
dari sumuran kandungan yang dianalisis sesuai dengan peraturan yang
menetapkan beberapa parameter. Analisis minyak menggunakan metode ASTM

3
(American Society for Testing and Materials). Beberapa parameter yang diukur
dalam analisis minyak seperti pour point, flash point, spesific gravity (SG), salt
content, sulfur content, viskositas kinematik, dan sebagainya.
Analisis batuan dilakukan untuk memberikan data sifat petrofisik batuan
reservoir yang dibutuhkan dalam perhitungan dan analisis dalam bidang
reservoir. Batuan yang dianalisis dapat berasal dari batuan inti (core) dari hasil
pengeboran inti, serbuk bor, dan pasir hasil dari perawatan sumur atau sewaktu
sumur produksi. Analisis semen dilakukan untuk memenuhi kriteria kualitas
semen sesuai spesifikasi API 10A. Analisis semen meliputi uji kekuatan semen,
uji daya tekan semen, dan lain-lain.
Selain beberapa analisis tersebut, laboratorium Petroleum Engineering
melakukan analisis produk yang akan digunakan dalam laboratorium, seperti
additive lumpur, pemecah emulsi (demulsifier, emulsion breaker), pour point
dispersant, paraffin solvent, corrosion inhibitor, scale inhibitor, dan sebagainya.
Visi dan Misi
Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field memiliki visi
menjadi laboratorium migas rujukan di Pertamina. Visi tersebut akan tercapai
jika dilakukan misi yaitu menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium
sesuai ISO/IEC 17025:2005.
Struktur Organisasi Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang Field
Struktur Organisasi Laboratorium Petroleum Engineering Jatibarang
Field mengikuti sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025:2005 yang dapat
dilihat pada Lampiran 2. Laboratorium ini dipimpin oleh Asisten Manajer
Petroleum Engineering yang bertanggung jawab dalam menjamin konsistensi
pelaksanaan sistem manajemen mutu laboratorium bagi seluruh personil terkait
dan memimpin aktif dalam pelaksanaan kaji ulang manajemen laboratorium.
Asisten Manajer Petroleum Engineering memimpin beberapa fungsi di
Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field,
yaitu:
a. Manajer puncak bertanggung jawab dalam menjamin konsistensi
pelaksanaan sistem manajemen mutu laboratorium bagi seluruh personil
terkait
b. Penanggung jawab teknik bertanggung jawab terhadap pengkajian atau
penelitian konflik kepentingan yang potensial dan bertanggungjawab atas
diterapkannya sistem manajemen mutu pada laboratorium
c. Penanggung jawab mutu bertanggung jawab terhadap persiapan dan data
yang diperlukan bagi kegiatan kaji ulang manajemen
d. Penyelia melakukan pengkajian dan penelitian serta memahami metode
standar pengambilan sampel dan pengujian
e. Penanggung jawab administrasi bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
semua pekerjaan administrasi dan keuangan laboratorium dilaksanakan
dengan persyaratan yang ditetapkan
f. Analis bertanggung jawab terhadap perbaikan, ketelitian, dan kecermatan
yang harus dilakukan dalam pengujian
g. Petugas pencatat dan pengambil contoh (PPPC) bertanggung jawab
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel sesuai dengan

4
waktu yang tersedia dan mengatur sistem penyimpanan sampel sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
PT Pertamina EP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang sektor
hulu minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi dan eksploitasi. Aktivitas
eksplorasi Pertamina EP memainkan peran penting untuk menjaga tingkat
cadangan minyak dan gas serta mencegah penurunan produksi. Laboratorium
Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field memiliki tiga
aktivitas utama yaitu analisis air, analisis minyak, dan analisis gas. Masingmasing analisis sudah memiliki metode yang telah ditetapkan oleh standarnya,
seperti minyak menggunakan metode dari ASTM (American Standard for
Testing and Materials).
Laboratorium Petroleum Engineering PT Pertamina EP Asset 3
Jatibarang Field berlokasi di Jalan Raya Mundu, Karangampel, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat 45823. Laboratorium ini sudah terakreditasi secara
nasional oleh badan KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan
mengimplementasikan sistem manajemen mutu laboratorium pada tanggal 7
September 2010. Diagram alir penanganan sampel dalam laboratorium dapat
dilihat pada Lampiran 3 yang menjelaskan dari sampel datang hingga proses
penanganan sampel oleh masing-masing bagian yang terdapat di dalam
laboratorium tersebut.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya
air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
serta makhluk hidup yang lain. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh
sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang
semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak
negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas
air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air
secara saksama (Effendi 2003).
Karena air sangat dibutuhkan makhluk hidup, oleh sebab itu hal-hal yang
berkaitan dengan air patut dicermati lebih lanjut. Dalam merencanakan suatu
sistem penyediaan air minum maka diperlukan peninjauan terhadap kondisi air
baku. Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air
minum yang memenuhi baku mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air
minum salah satunya dapat berasal dari air sungai. Kualitas air sungai
merupakan kondisi kualitatif yang diukur berdasarkan parameter tertentu dan
dengan metode tertentu sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Kualitas air
sungai dapat dinyatakan dengan parameter yang menggambarkan kualitas air
tersebut. Parameter tersebut meliputi parameter fisika, kimia dan biologi (Asdak
2010).

5
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhuk hidup, zat, energi
atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air (PP Nomor 82 Tahun 2001). Klasifikasi
mutu air yang digunakan adalah golongan kelas I: air yang peruntukkannya
dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berikut beberapa parameter yang digunakan beserta standar kelas I:
temperatur deviasi 3, TDS 1000 mg/L, TSS 50 mg/L, pH 6.0-9.0, COD 10 mg/L,
DO min 6 mg/L, besi (Fe) 0.3 mg/L, nitrat sebagai N 10 mg/L, chromium (Cr6+)
0.05 mg/L, arsen (As) 0.05 mg/L, flourida (F) 0.5 mg/L, nitrit sebagai N 0.06
mg/L, belerang sebagai H2S 0.002 mg/L, chloride (Cl-) 600 mg/L, phenol 0.001
mg/L, bau, rasa, dan kekeruhan tidak ada batas standar kelasnya.
Tujuan
Praktik lapangan ini bertujuan melakukan analisis terhadap air baku sungai
dengan beberapa parameter fisika dan kimia.
Waktu Pelaksanaan
Praktik lapangan dilaksanakan di Laboratorium Petroleum Engineering PT
Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field selama kurang lebih 2 bulan yang
terhitung dari tanggal 1 Juli hingga 31 Agustus 2015 dengan waktu kerja Senin
hingga Jumat mulai pukul 07.00-16.00 WIB, sedangkan saat bulan puasa mulai
pada pukul 07.00-15.00 WIB.
Lokasi Pelaksanaan
Praktik lapangan dilaksanakan di Laboratorium Petroleum Engineering PT
Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang yang berlokasi di Jalan Raya Mundu
Karangampel, Kabupaten Indaramayu, Provinsi Jawa Barat 45823.

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan antara lain aquades tipe 1, aquades
tipe 3, air baku sungai X, larutan standard AgNO3 0.2837 N, indikator Kalium
Chromat (K2CrO4), kertas saring Whatman Grade 934 AH dengan ukuran pori
(Particle Retention) 1.5 µm, kertas saring Whatman No.1, kertas saring
Whatman 0.45 µm, reagen Fe-1, reagen As-1, reagen As-2, reagen Cr-3K,
reagen NO2- -1, reagen Fe-1, reagen F-1, reagen Ph-1K, reagen Ph-2K.
Alat
Alat yang digunakan adalah gelas kimia, labu erlenmeyer (125 mL, 250
mL), corong pisah, gelas piala (100 mL, 250 mL), pH meter, buret semi digital,

6
pipet mohr (5 mL, 10 mL), pipet volumetrik (5 mL, 10 mL), magnetic stirrer,
kertas indikator pH, cawan porselen, neraca analitik, penjepit cawan, desikator
yang berisi silika gel, separator, oven 105°C, oven 180°C, pompa vakum, TSS
meter, sudip, gelas ukur 100 mL, Spectroquant Pharo 300, stopwatch, iron test,
tabung reaksi, labu semprot, turbidimeter, thermoreaktor, Cyberscan DO 110,
nitrate test, flourida test, nitrite test, sulfide test, chloride test, phenol test.
Metode Percobaan
Preparasi sampel
Sampel air baku disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 dan
corong 250 mL. Sampel air setelah penyaringan siap digunakan.
Penentuan Kekeruhan (Turbidity) Air (Metoda SNI 06-6989.25-2005)
Siapkan alat turbidimeter (turbiquant) dan bersihkan kuvet. Siapkan
sampel air yang akan diukur, kemudian nyalakan alat turbidimeter dengan
menekan tombol On/Off. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan
Standard 1000 NTU, 10 NTU & 0.02 NTU. Isi kuvet dengan sampel yang akan
diukur, bersihkan bagian luar kuvet dengan tisu. Kuvet dimasukkan ke dalam
alat turbidimeter lalu tekan enter, baca & catat hasil pengujian lalu bilas kuvet
dengan aquades. Setelah dicatat hasilnya kemudian matikan alat turbidimeter
dengan menekan tombol On/Off.
Pengukuran pH (Metoda SNI 06-6989.11-2004)
Alat pH meter disiapkan terlebih dahulu beserta buffer 4, 7, dan 10.
Tombol ON pada alat dinyalakan. Elektroda dibilas dengan aquades. Buffer pH 7
disiapkan. Tombol Cal ditekan hingga muncul “Cal 1”. Elektroda dibilas
kembali dengan aquades. Buffer pH 4 disiapkan dan elektroda dimasukkan ke
dalam buffer pH 4. Tombol Cal ditekan hingga muncul “Cal 2”. Elektroda
dibilas kembali dengan aquades. Buffer pH 10 disiapkan dan elektroda
dimasukkan ke dalam buffer pH 10. Tombol Cal ditekan hingga muncul “Cal 3”
dan dibarengi dengan menekan tombol measurement “Meas”. Alat sudah siap
untuk digunakan.
Sampel air yang telah disaring disiapkan. Bilas elektroda dengan aquades.
Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala kecil. Elektroda dimasukkan ke dalam
sampel. Pembacaan hasil ditunggu hingga stabil (Ar & pH berhenti berkedip)
dan hasil dicatat.
Penentuan kadar Cl- atau titrasi argentometri (Metoda SNI 06-6989.192004)
Sampel air baku yang telah disaring, ditambahkan indikator K2CrO4 dan
dititrasi dengan larutan AgNO3 0.2837 N hingga terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah bata. Volume AgNO3 yang digunakan dicatat. Contoh
perhitungan metode ini terdapat pada lampiran 4.

7
Pengukuran Padatan Terlarut (TDS/ Total Dissolved Solid) (Metoda SNI 066989.27-2005)
Cawan porselen dipanaskan dalam oven 105°C selama ± 1 jam. Cawan
ditimbang sebanyak 3 kali ulangan hingga berat cawan tetap dan dicatat sebagai
bobot A. Cawan yang telah diisi air baku dimasukkan kembali ke dalam oven
180°C selama minimal 1 jam. Sampel tersebut dibiarkan hingga uapnya
mengering dan hanya tersisa residu. Jika telah hanya tersisa residu, cawan
ditimbang sebanyak 3 kali ulangan dan dicatat sebagai bobot B. Contoh
perhitungan metode ini terdapat pada lampiran 4.
Pengukuran Padatan Tersuspensi (TSS/ Total Suspended Solid) (Metoda
SNI 06-6989.3-2004)
Kertas saring dipanaskan dalam oven 105°C selama ± 1 jam. Kertas
saring ditimbang sebanyak 3 kali ulangan hingga bobot kertas saring tetap dan
dicatat sebagai bobot A. Kertas saring diletakkan pada peralatan filtrasi vakum
yang telah dinyalakan. Kemudian, sampel air baku divakum. Kertas saring
dimasukkan kembali ke dalam oven 105°C selama minimal 1 jam. Sampel
tersebut dibiarkan hingga uapnya mengering dan hanya tersisa residu. Jika telah
hanya tersisa residu, kertas saring ditimbang sebanyak 3 kali ulangan dan dicatat
sebagai bobot B. Contoh perhitungan pada metode ini terdapat pada lampiran 4.
Penentuan Kadar Fe (MERCK – Application Note Spectroquant Iron Test)
Sampel air dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan reagen Fe-1 yang berisi fenantrolin
sebanyak 6 tetes dan dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan
selama 3 menit. Kuvet 50 mm cell dibilas dengan aquades dan dibilas dengan
sampel yang sudah tercampur reagen. Sampel dimasukkan ke dalam kuvet dan
barcode standard reagent dimasukkan ke dalam alat spectroquant. Lalu, sampel
dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 dengan tanda putih pada
kuvet terletak/menghadap sebelah kiri serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat
dalam satuan mg/L.
Penentuan Kadar As (MERCK – Application Note Spectroquant Arsen
Test)
Sampel air dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan reagen As-1 sebanyak ±0.1500 gram dan
dicampurkan hingga semua reagen larut. Kemudian reagen As-2 ditambahkan
sebanyak ±0.3000 gram. Sampel dibiarkan selama 20 menit. Kemudian diukur
menggunakan Test Strips.
Penentuan Kadar Cr (MERCK – Application Note Spectroquant
Chromium Test)
Reagen Cr-3K sebanyak 6 tetes ditambahkan kedalam cell test, diamkan
1 menit. Kemudian sampel air dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke
dalam cell test yang telah berisi reagen Cr-3K. Kocok dan diamkan selama 1

8
menit. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 dengan
tanda putih pada kuvet terletak/menghadap sebelah kiri serta nilai yang terukur
dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.
Penentuan Kadar COD (MERCK – Application Note Spectroquant COD
Test)
Sampel air dipipet sebanyak 3 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell
test. Setelah itu, kocok dan dimasukkan ke dalam thermoreaktor untuk
dipanaskan selama 2 jam. Setelah 2 jam dipanaskan, diamkan sampai dingin lalu
sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang
terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.
Penentuan Kadar F- (MERCK – Application Note Spectroquant Flourida
Test)
Sampel air dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu, ditambahkan reagen F-1 sebanyak ±0.1500 gram dan
dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 15 menit.
Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang
terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.
Penentuan Kadar Phenol (MERCK – Application Note Spectroquant
Phenol Test)
Sampel air dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell
test. Setelah itu, ditambahkan reagen Ph-1K sebanyak ±0.1500 gram dan
ditambahkan jugar reagen Ph-2K sebanyak ±0.1500 gram dicampurkan hingga
semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 1 menit. Lalu, sampel dimasukkan
ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat
dalam satuan mg/L.
Penentuan Kadar NO2- (MERCK – Application Note Spectroquant Nitrite
Test)
Sampel air dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell
test. Setelah itu, ditambahkan reagen NO2--1K sebanyak ±0.1500 gram dan
dicampurkan hingga semua reagen larut. Sampel dibiarkan selama 10 menit.
Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang
terukur dibaca dan dicatat dalam satuan mg/L.
Penentuan Kadar NO3- (MERCK – Application Note Spectroquant Nitrate
Test)
Siapkan reagen NO3-1K sebanyak ±0.1500 gram dan ditambahkan
sampel sebanyak 1.5 mL kemudian dicampurkan hingga semua reagen larut.
Sampel dibiarkan selama 10 menit. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam alat
Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat dalam satuan
mg/L.

9
Penentuan Kadar S2- (MERCK – Application Note Spectroquant Sulfide
Test)
Sampel air dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam cell
test. Setelah itu, ditambahkan reagen S-1 sebanyak 1 tetes, reagen S-2 sebanyak
5 tetes dan reagen S-3 sebanyak 5 tetes kemudian dicampurkan hingga semua
reagen larut. Sampel dibiarkan selama 1 menit. Lalu, sampel dimasukkan ke
dalam alat Spectroquant Pharo 300 serta nilai yang terukur dibaca dan dicatat
dalam satuan mg/L.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Air baku sungai X menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tergolong kelas I yaitu air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku
air minum dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut. Hasil uji analisis kualitas air baku sungai X terlampir
pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji analisis kualitas air baku sungai X
No. Parameter
Satuan
U95
Hasil
Standar
Kelas 1
1
Temperatur
˚C
25.1
Deviasi 3
2
TDS
mg/L
310
1000
3
TSS
mg/L
40.5
50
4
Bau
Tdk
5
Rasa
Tdk
6
Kekeruhan
NTU
15.59
7
pH
8.01
6.0 – 9.0
8
COD
mg/L
24
10
9
DO
mg/L
6.3
Min 6
10 Besi (Fe)
mg/L
± 0.0217
0.096
0.3
11 Nitrat sebagai N
mg/L
± 0.1186
< 0.5
10
12 Chromium (Cr6+) mg/L
± 0.0217
< 0.05
0.05
13 Arsen (As)
mg/L
< 0.02
0.05
14 Fluorida (F)
mg/L
± 0.0564
0.13
0.5
15 Nitrit sebagai N
mg/L
± 0.0721
0.018
0.06
16 Belerang sebagai mg/L
< 0.050
0.002
H2S
17 Chloride (Cl-)
mg/L
25.18
600
18 Phenol
mg/L
0.07
0.001
Uji kualitas air baku yang pertama dianalisis adalah temperatur dan pH.
Alat yang digunakan untuk mengukur pH dan temperatur adalah pH meter.
Temperatur (suhu) adalah suatu keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.
Berdasarkan hasil pengukuran, temperatur air baku sungai X adalah 25.1 ˚C.
Kondisi temperatur tersebut masih berada dalam ambang batas baku mutu air

10
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, dimana baku mutu air
kelas I mensyaratkan bahwa temperatur air sungai memiliki beda deviasi 3˚C
dari kondisi temperatur alamiah lingkungan sekitarnya.
Derajat keasaman (pH) air menunjukkan keberadaan ion hidrogen di
dalam air. Hal ini dikarenakan ion hidrogen bersifat asam. Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8.5
(Effendi 2003). Berdasarkan hasil pengukuran, pH air sungai X menunjukkan
8.01. Parameter derajat keasaman tersebut masih berada dalam ambang batas
baku mutu air sungai kelas I menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 yang mensyaratkan pH air berkisar antara 6 – 9. Tinggi rendahnya pH pada
air tidak berpengaruh pada kesehatan, akan tetapi untuk air dengan pH lebih
kecil dari 6.5 akan menyebabkan korosi pada metal (misalnya pipa saluran air
minum) yang melarutkan unsur-unsur timbal, tembaga, cadmium, dan lain-lain.
Hal ini akan bersifat racun. Demikian pula jika pH lebih besar dari 8.5 dapat
membentuk endapan (kerak) pada pipa air yang kemudian menghasilkan yang
bersifat racun.
Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa tawar.
Bau dan rasa air merupakan dua hal yang memengaruhi kualitas air. Bau dan
rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan pengecap. Biasanya,
bau dan rasa air yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil yang diperoleh
bahwa air baku sungai X ini tidak memiliki rasa dan bau, sehingga dapat
dikatakan air baku sungai X memiliki kualitas yang baik.
Padatan tersuspensi merupakan padatan yang dapat menyebabkan
kekeruhan dalam air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya
lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, selsel mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan
mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai
berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain,
sehingga mengakibatkan terjadinya penggumpalan yang kemudian diikuti
dengan pengendapan (Fardiaz 1992). Hasil pengukuran padatan tersuspensi
(TSS) air sungai X menunjukkan nilai TSS 40.5 mg/l. Parameter padatan
tersuspensi tersebut masih berada dalam ambang batas baku mutu air menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, dimana baku mutu air kelas I
mensyaratkan bahwa padatan tersuspensi dalam air sungai maksimal 50 mg/l.
Zat padatan terlarut (TDS) adalah padatan ukuran yang lebih kecil dari
pada padatan tersuspensi atau konsentrasi unsur mineral terlarut dalam air,
artinya bahwa besarnya harga TDS menandakan adanya unsur mineral terlarut.
Padatan ini terdiri dari senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air,
mineral, dan garam (Fardiaz 1992). Salah satu cara yang umum untuk penentuan
TDS adalah dengan cara menguapkan atau mengeringkan volume air yang
diketahui dan kemudian menimbang sisa penguapan. Berdasarkan hasil
pengukuran, TDS air baku sungai X diperoleh sebesar 310 mg/L. Ini
membuktikan bahwa air baku sungai X memenuhi kriteria baku mutu air kelas I.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan
organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Eaton et
al. 1995 in Supartiwi 2000). Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan

11
kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga
semakin tinggi. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti
dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit
usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses
penjernihan. Kekeruhan di suatu sungai tidak sama sepanjang tahun. Air akan
sangat keruh pada musim penghujan karena aliran air maksimum dan adanya
erosi dari daratan. Hasil pengukuran kekeruhan pada air baku sungai X diperoleh
sebesar 15.59 NTU, hasil ini menunjukkan air baku sungai X tidak terlalu keruh.
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting yang digunakan
untuk mengetahui kualitas suatu perairan. Karena oksigen terlarut berperan
dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik (Salmin 2005).
Berdasarkan hasil pengukuran, oksigen terlarut pada air baku sungai X adalah
6.30 mg/L. Konsentrasi oksigen terlarut tersebut masih memenuhi kriteria mutu
air sungai kelas I. Baku mutu kadar oksigen terlarut yang dicantumkan
merupakan angka batas minimum.
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang
dijumpai dalam bentuk bebas. Unsur halogen pada perairan terdapat bentuk ion
monovalen, seperti ion klorida (Cl-) yang merupakan ion halogen dalam jumlah
besar dibandingkan dengan ion halogen lainnya (Hasan A 2006). Klorida tidak
bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan
osmotik sel. Perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik, termasuk air
minum, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari baku mutu air kelas I.
Berdasarkan hasil pengukuran air baku sungai X memiliki kadar klorida sebesar
25.18 mg/L, hal ini membuktikan bahwa kadar klorida dibawah baku mutu air
kelas I.
COD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis
(biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (non
biodegradable) (Ginting 2007). Hasil pengukuran dan pengamatan COD air
baku sungai X adalah 24 mg/L. Konsentrasi COD ini telah melebihi baku mutu
air sungai Kelas I. Hal ini menunjukkan bahwa air baku sungai X telah tercemar.
Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient bagi pertumbuhan tanaman dan algae (Effendi 2003). Hasil
pengamatan dan pengukuran parameter NO3-N dalam air baku sungai X adalah
< 0.5 mg/L. Konsentrasi nitrat tersebut masih memenuhi kriteria mutu air sungai
kelas I. Hasil pengukuran kadar nitrit (NO2-N) dalam air baku sungai X
menunjukkan bahwa konsentrasi nitrit sebesar 0.018 mg/L. Konsentrasi
nitrit
tersebut masih memenuhi kriteria mutu air sungai kelas I. Menurut Effendi
(2003) kadar nitrit pada perairan relatif kecil, lebih kecil daripada nitrat, karena
segera dioksidasi menjadi nitrat.
Phenol merupakan salah satu dari polutan beracun yang utama.
Keberadaan phenol di perairan mengakibatkan perubahan sifat organoleptik air,
sehingga kadar phenol yang diperkenankan terdapat dalam air minum adalah
0,001 mg/liter (Sasongko 2006). Tetapi berdasarkan hasil pengukuran, kadar
phenol sebesar 0.07 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar phenol melebihi
baku mutu air sungai kelas I.
Kandungan besi (Fe) dalam air yang teroksidasi berwarna kecoklatan dan
tidak larut mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat lagi

12
dipergunakan untuk air rumah tangga, cucian dan air industri. Kandungan besi
dalam air dapat berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa Fe
seperti Pyrite (FeS2) (Ginting 2007). Berdasarkan hasil pengukuran pada air
baku sungai X kadar Fe sebesar 0.096, kadar Fe tersebut memenuhi baku mutu
air kelas I. Jika kadar besi di dalam air melebihi baku mutu air akan
menimbulkan bau, rasa, warna kuning, pengendapan pada pipa, kekeruhan,
merusak dinding usus dan dapat menyebabkan kematian (Slamet 2000).
Kromium merupakan unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami.
Kromium yang ditemukan di perairan adalah kromium trivalen (Cr3+) dan
kromium heksavalen (Cr6+). Namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5,
kromium trivalen tidak ditemukan. Apabila masuk ke perairan, kromium trivalen
akan dioksidasi menjadi kromium heksavalen yang lebih toksik. Kadar kromium
pada baku mutu air kelas I sebesar 0.05 mg/L, sedangkan hasil pengukuran yang
diperoleh