BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Pengklasifikasian Utang - Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian dan Pengklasifikasian Utang

  Keputusan pendanaan perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Sumber pendanaan ini dapat diperoleh dari modal internal mapun modal eksternal. Sumber dana internal biasanya berasal dari laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari kreditur dan pemegang saham.

  Dana dari kreditur inilah yang disebut dengan utang. FASB mendefinisikan kewajiban atau utang sebagai kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang muncul dari kewajiban saat ini dari suatu entitas tertentu untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu. (Stice, 2004:769).

  Untuk tujuan pelaporan, utang diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu:

  1. Utang lancar merupakan kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dalam siklus operasi normal perusahaan. Selain itu, utang lancar biasanya dibayar dengan aktiva lancar. Jika utang yang telah diklasifikasikan sebagai tidak lancar akan jatuh tempo tahun depan, maka kewajiban tersebut harus dilaporkan sebagai utang lancar.

  2. Utang tidak lancar merupakan kewajiban yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Selain itu, utang tidak lancar akan dibayar dengan penyerahan aktiva tidak lancar yang telah diakumulasikan untuk tujuan pelunasan kewajiban.

2.1.2 Kebijakan Utang

  Kebijakan pendanaan suatu perusahaan ditentukan oleh tingkat kebutuhan investasi. Manajemen akan mencari dana untuk mendanai investasi tersebut. Higgins (2007:199) menyatakan bahwa kebijakan pendanaan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, apakah harus mengajukan pinjaman atau menerbitkan saham baru. Hal ini karena kebijakan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan.

  Menurut Pecking Order Theory, perusahaan akan menggunakan pendanaan internal jika tersedia (Brealey dan Myers, 2004:516). Namun, jika dana internal tidak mencukupi, maka manajemen akan mencari sumber dana eksternal. Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan terlebih dahulu akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dari utang kemudian sekuritas campuran seperti obligasi konvertibel, kemudian ekuitas sebagai langkah terakhir. Kebijakan utang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Menurut Brailsford dalam Bachtiar (2007:45), kebijakan utang dipandang sebagai mekanisme internal

  

control yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Chrurchley dan Hansen (1989) dalam Silvi et.al (2008:40) menyatakan bahwa penambahan utang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Selain itu, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajemen bekerja lebih keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajibam dari penggunaan utang Selain mengurangi konflik keagenan, utang dapat menguntungkan bagi perusahaan, terutama dalam hal pengurangan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Higgins (2007:211) menyatakan penurunan jumlah pajak yang harus dibayarkan dapat meningkatkan jumlah kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang saham dan kreditor.

  Manajemen harus mempertimbangkan nilai manfaat pengajuan utang dimana biaya utang berupa biaya bunga harus lebih rendah daripada manfaat yang akan diperoleh perusahaan. Selain itu, manajemen juga perlu memperhitungkan distress cost yang akan ditimbulkan dari utang yang semakin tinggi. Distress cost ini berkaitan dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan apabila terjadi kebangkrutan (bankruptcy costs), biaya tidak langsung (indirect cost) berupa biaya yang timbul akibat kehilangan penjualan atau pendapatan, serta konflik kepentingan yang akan terjadi dimana pihak kreditor dan pemegang saham akan mengkhawatirkan pengembalian atas dana mereka (Higgins, 2007:213). Kebijakan pendanaan suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Kasmir, 2009:151). Jenis rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER) dimana rasio ini membandingkan antara total utang, termasuk utang lancar dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan yang berkaitan dengan kebijakan pendanaan perusahaan.

  Bagi kreditor, semakin tinggi debt to equity ratio, akan semakin tidak menguntungkan karena risiko yang akan ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan akan semakin tinggi. Debt to equity ratio juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan.

2.1.3 Kepemilikan Institusional

  Komposisi kepemilikan saham dapat memiliki dampak penting dalam sistem pengendalian manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari sisi manajerial dan sisi institusional. Kepemilikan manajerial merupakan presentase kepemilikan saham oleh pihak manajerial yang mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil salah terutama pada pengambilan keputusan mengenai utang.

  Sedangkan kepemilikan institusional merupakan prosentase kepemilikan saham oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi bank, perusahaan asuransi, maupun berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan- perusahaan lain.

  Pendapat Rozeff yang dikutip dalam Manan (2004:18) menyatakan bahwa makin banyak pemegang saham, semakin tersebar kepemilikan, sehingga hubungan negatif atau tidak signifikan bisa diharapkan diantara banyaknya pemegang saham dan tingkat utang. Grier dan Zychowics (1994:33) dalam penelitian Kurniati (2007:36) juga menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusi dapat menggantikan peranan utang dalam memonitor manajemen perusahaan.

  Moh’d, Perry, dan Rimbey (1998:121) menemukan bahwa kepemilikan saham oleh institusional mempunyai hubungan yang signifikan dan negatif terhadap kebijakan utang. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

  Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka diharapkan pengendalian internal terhadap perusahaan akan semakin kuat sehingga dapat mengurangi

  

agency cost pada perusahaan. Pengendalian ini akan membuat manajer

  menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Manan (2004:18) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang untuk perusahaan yang termasuk industri keuangan yang go public di BEJ tahun 1999-2002.

  2.1.4 Struktur Aset

  Aktiva menurut Warren (2005:18) adalah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva lancar yang lebih banyak dalam struktur aktivanya cenderung untuk menggunakan utang dalam pemenuhan kegiatan pendanaanya, sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah aktiva tetap yang lebih banyak cenderung menggunakan modal sendiri dalam memenuhi kegiatan pendanaanya.

  Menurut Brigham dan Houston (2001:39) perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan kredit. Aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Kreditor tentunya melakukan suatu analisis kredit yang mendalam untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya (likuiditas).

  2.1.5 Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kebijakan utang yang akan dilakukan perusahaan. Besar atau kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan, tingkat penjualan yang terjadi dalam suatu periode tertentu, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar jumlah aset yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang tertanam dalam perusahaan tesebut, semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang dapat mengklasifikasikan apakah suatu perusahaan termasuk kedalam ukuran perusahaan kecil, menengah, ataupun besar.

  Perusahaan kecil sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati dalam Pithaloka, 2009:22). Perusahaan-perusahaan dengan ukuran besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manan (2004:16) dan Pithaloka (2009:45) menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang yang mengindikasikan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih mudah dalam memperoleh dana dari kreditor dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya lebih kecil.

  Hasil penelitian tersebut ternyata bertentangan dengan Pecking Order

  

Theory yang dikutip oleh Pithaloka (2009:39) menyatakan bahwa semakin

  besar perusahaan maka kecenderungan menggunakan pendanaan eksternal juga semakin kecil, artinya perusahaan yang besar cenderung sedikit menggunakan utang. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar mempunyai resiko kebangkrutan yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung mendahulukan menggunakan dana internal untuk operasi perusahaannya dan berhati-hati dalam mengajukan pinjaman kepada pihak ketiga.

2.1.6 Profitabilitas

  Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegitan bisnis yang dilakukannya (Ghosh,et. al., 2000:225). Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai penggunaan aktiva dan pasiva dalam suatu periode.

  Investor menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar penggunaan nilai atas saham yang dimiliki. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total aset.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Setiawan (2008:120) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap kebijakan utang perusahaan pada perusahaan non manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Arimoerti (2003:23) juga meneliti mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang go public dibursa efek. Hasil penelitian menunjukkan insider ownership, institusional investor, firm size, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

  Fatmawati (2009:61) pengaruh kepemilikan manajerial, dividen, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, risiko dan struktur asset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Damayanti (2006:87) analisa pengaruh free cash flow dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian free

  

cash flow , rasio MVABVA, dividen yield mempunyai pengaruh signifikan

  terhadap kebijakan utang sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

  Manan (2004:19) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.1999-2002 sebuah pendekatan agency theory. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, dividen, stock

  

volatility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan

  kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

  Kurniati (2007) Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang perusahaan (studi pada perusahaan textile/garments di bursa efek Jakarta. Hasil penelitian Secara simultan, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, kepemilikan institusional, kepemilikan manjerial, dividen, struktur aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kepemilikan Institusional (X1) Struktur Aset (X2)

  Kebijakan Utang (Y) Ukuran Perusahaan (X3)

  Profitabilitas (X4)

Gambar 2.1 Kerangka konseptual Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah kebijakan utang. Sedangkan yang menjadi variabel independen adalah kepemilikan institusional, struktur asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

  Begitu juga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang, karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional maka diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi cost

  

agency pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer

  menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan.

  Menurut Houston (2001:39) Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang.

  Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan struktur aset, semakin banyak struktur aset suatu perusahaan semakin banyak suatu perusahaan tersebut menggunakan utangnya.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenaranya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

  Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: kepemilikan institusional, struktur aset, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan baik secara simultan maupun parsial.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 75 76

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Institusional Dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 71 76

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 24 74

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri D

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Ef

0 0 24

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Institusional Dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Institusional Dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Pengklasifikasian Utang - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Institusional Dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek In

0 0 12