BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika Di Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

  Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari famili

  

Rubiaceae . Tanaman kopi, yang umumnya berasal dari benua Afrika, termasuk

  famili Rubiaceae dan jenis kelamin Coffea. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni :

  

coffea canephora , yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang

  robusta, coffea arabica menghasilkan kopi dagang arabika, coffea excelsa menghasilkan kopi dagang excelsa, coffea liberica menghasilkan kopi dagang

  

liberica . Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas

  adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70%. Jenis robusta yang mutunya berada di bawah arabika, mengambil bagian 24% produksi dunia, sedangkan liberica dan excelsa masing-masing 3%. Arabika dianggap lebih baik daripada robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafein lebih rendah.

  Maka arabika lebih mahal daripada robusta (Spillane,1990). Kopi arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara 1250-1850 m dari permukaan laut. Tanaman ini banyak terdapat di Ethiopia pada garis lintang belahan Utara 6-9 sampai daerah subtropis 24 pada garis lintang belahan Selatan, misalnya di Panama sebelah utara dan Brasilia. Sebenarnya jenis Arabika ini dapat hidup juga di dataran rendah sampai dataran lebih tinggi lagi, tetapi apabila ditanam di dataran lebih rendah atau lebih tinggi kurang produktif. Sebab jenis tersebut kalau ditanam di dataran rendah di bawah 1.000 m akan mudah terserang penyakit Hemileia vastatrix. Sebaliknya kalau kopi Arabika ini ditanam di dataran tinggi, yang lebih dari 1850 m, udara akan terlalu dingin sehingga akan banyak tumbuh vegetatif saja. Dan yang paling optimal bila tanaman ini di tanam pada ketinggian 1250-1850 dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 17-21

  C. Di Indonesia kopi Arabika ini bisa produktif dan tahan terhadap Hemileia vastatrix, bila ditanam pada ketinggian 1.000-1.750 m dari permukaan laut, dengan suhu sekitar 16-20 C (AAK, 2012).

  Kopi yang berasal dari Brazil dan Ethiopia ini memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan lain sebagainya. Antara kopi yang satu dan yang lain punya perbedaan rasa. Berikut ciri-ciri kopi arabika: Aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah, memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis robusta, memiliki rasa kental saat disesap dimulut, rasa kopi arabika lebih halus, kopi arabika juga terkenal pahit (Budiman, 2012).

  Jenis Arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut :

  a. Daun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun ± 12 sampai 15 cm, dan lebar ± 6 cm.

  b. Biji buah yang lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.

  c. Bila batang tidak dipangkas, tinggi pohom bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk pohon yang ramping. d. Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.000-1.750 m dari permukaan laut, sedang di daerah subtropis dapat ditanam di datran rendah karena suhu lebih rendah.

  e. Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena bila suhu terlalu tinggi pertumbuhan tanaman akan terlalu cepat, begitu pula masa berbunganya menjadi terlalu awal, akibatnya tanaman lekas mati, dan sangat mudah diserang Hemileia vastatrix. Bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, banyak tumbuh cabang-cabang sekunder dan tersier, yang sangat mengganggu pembentukan buah.

  f. Curah hujan yang optimal sekitar 1.500-2250 mm tiap tahun, tetapi harus ada musim kering yang tegas 2-3 bulan demi perkembangan bunga.

  g. Tidak menghendaki angin kencang, tetapi diperlukan angin yang tenang(AAK, 2012).

  Kopi-kopi Sumatera terkenal karena halus, manis, kekentalannya yang kuat dan seimbang. Rasanya sangat tergantung pada masing-masing daerah asal, atau

  

blending dari masing-masing daerah, perbedaan rasa akibat perbedaan lahan dan

  proses dapat sangat terasa. Memiliki ciri karakter rasa cokelat, tembakau, asap, tanah, dan kayu yang dapat dirasakan dengan baik dalam secangkir kopi.

  Adakalanya, kopi-kopi Sumatera menunjukkan kadar keasaman yang lebih tinggi, yang menyeimbangkan kekentalannya (Anonimus, 2012).

  Ada beberapa daerah di Sumatera Utara yang terkenal menghasilkan kopi kualitas ekspor diantaranya yaitu Mandheling, adalah suatu nama dagang yang digunakan untuk kopi arabika dari Sumatera Utara. Nama ini berasal dari nama orang-orang Mandailing, yang memproduksi kopi di Tapanuli - Sumatera. Kopi Mandheling berasal dari Sumatera Utara, dan juga Aceh. Selanjutnya daerah yang menghasilkan kopi lintong, tumbuh di distrik Lintongnihuta, arah barat-daya Danau Toba. Danau yang besar ini merupakan salah satu dari yang terdalam di dunia, 505 meter. Daerah produksi kopi merupakan suatu dataran tinggi, yang terkenal akan keanekaragaman jenis tanaman paku-pakuannya. Daerah ini menghasilkan 15.000 sampai 18.000 ton kopi arabika setiap tahun. Sebuah daerah yang berdekatan, dipanggil Sidikilang, juga menghasilkan kopi arabika (Anonimus, 2012).

  Mutu Kopi

  Indonesia telah menerapkan standar mutu kopi biji berdasarkan sistem nilai cacat kopi sejak tahun 1990. Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini adalah SNI

  .

  01-2907-2008 Kopi Biji hasil dari beberapa kali revisi Biji kopi sebagai komoditas ekspor telah memiliki standar nasional mutu biji kopi.

  Tujuannya untuk menjaga citra mutu kopi Indonesia yang konsisten berkualitas baik ( Rahardjo, 2012).

  Persyaratan umum biji kopi yang diolah secara basah maupun secara kering sebagai berikut.

  Tabel 4. Syarat Mutu Umum Kopi Kriteria Satuan Peryaratan

  1. Serangga hidup tidak ada

  2. Biji berbau busuk dan atau tidak ada atau berbau kapang

  3. Kadar air % fraksi massa maks 12,5

  4. Kadar kotoran % frkasi massa maks 0,5

  Sumber: AEKI 2013, Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008

  Mutu biji kopi dapat juga ditentukan dengan menggunakan nilai cacat (defect

  

system ). Adapun pemberian nilai cacat atas biji kopi didasarkan pada jenis cacat

  yang dikandung oleh biji itu sendiri. Penentuan besarnya nilai cacat dari setiap biji cacat sebagai berikut.

  Tabel 5. Klasifikasi Mutu Biji Kopi Berdasarkan Sistem Nilai Cacat Mutu Persyaratan

  Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11 Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25 Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44 Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80 Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150 Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

  Catatan : Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008

  Sumber: AEKI 2013,

  Tabel 6. Hubungan Jenia Cacat Dan Nilai Cacat Biji Kopi No Jenis Cacat Nilai Cacat

  1 1 (satu) biji hitam 1 (satu) 2 1 (satu) biji hitam sebagian ½ (setengah) 3 1 (satu) biji hitam pecah ½ (setengah) 4 1 (satu) kopi gelondong 1 (satu) 5 1 (satu) biji coklat ¼ (seperempat) 6 1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu) 7 1 (satu) kulit kopi ukuran sedang ½ (setengah) 8 1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima) 9 1 (satu) biji berkulit tanduk ½ (setengah) 10 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar ½ (setengah) 11 1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima) 12 1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh) 13 1 (stau) biji pecah 1/5 (seperlma) 14 1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima) 15 1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh) 16 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima) 17 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh)

  18 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar

  5 (lima)

  19 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang 2 (dua)

  20 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil

  1 (satu)

  Keterangan : Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. jika satu

  biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar.

  Sumber: AEKI 2013, Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perdagangan Internasional

  Menurut Waluya (1995), “International Busineess” atau perdagangan Internasional dapat didefenisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal (country of origin) yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan (country of destination) yang dilakukan oleh perusahaan

  

multinational coorporation (MNC) untuk melakukan perpindahan barang dan

  jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi (pabrik) dan perpindahan merek dagang.

  Menurut sangatlah rumit dan kompleks.

  Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budayadalam perdagangan. Manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.

  a. Menjalin persahabatan antar negara

  b. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisiingkat penguasaan iptek dan lain-lain. c. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatdapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

  d. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. Para tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnyaproduk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

  e. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara yang lebih modern. Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasonal, di antaranya sebagai berikut: a. Faktor alam/ potensi alam

  b. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

  c. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatka

  d. Adanya perbedaan kemampuan penguasaa e. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlbaru untuk menjual produk tersebut.

  f. Adanya perbedaan keadaan sepertiyang menyebabkan adanya perbedaan hasil

  g. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

  h. Keinginan membukahubungan politik dan dukungan dari negara lain. i. Terjadinya erdapat hidup sendiri.

  (Gambar a) (Gambar b) (Gambar c)

  Sb P P P Db Sa PW

  Da Pa ED Q Q Q

  Qp Qc Qc Qp Qe

  Negara A (Ekportir) Pasar Internasional Negara B (Importir)

  Gambar 1. Proses Perdagangan Antar Dua Negara Menurut Kindeleberger dan lidert, Houck, Tweeten dalam Lubis (2002), secara teoritis penawaran ekspor dan permintaan impor pada pasar internasional dapat dilakukan dengan konsep demand suply kasus dua negara. Gambar 1 menunjukan, dengan asumsi hanya ada dua negara, yaitu negara A dan negara B (atau gabungan negara-negara lainnya), satu jenis komoditi yang diperdagangkan, dan pasar dalam kondisi persaingan sempurna maka, Gambar a merupakan situasi di pasar di negara A (Eksportir), dimana Sa dan Da menggambarkan penawaran dan permintaan domestik di negara eksportir. Sedangkan Gambar c merupakan situasi pasar di negara B (Importir), dimana Sb dan Db menggambarkan penawaran dan permintaan domestik di negara B.

  Tanpa perdagangan, bila harga di atas Pa maka produsen di negara A akan menawarkan lebih banyak dibandingkan permintaan, sehingga fungsi penawaran Sa akan mencerminkan excess supply function, yaitu sebesar Qp-Qc. Sedangkan di negara B, bila harga dibawah Pb akan terjadi permintaan yang melebihi penawaran, sehingga excess demand, yaitu sebesar Qc-Qp. Sekiranya terjadi perdagangaan maka excess supply dari negara A akan ditawarkan di pasar internasional, sedangkan untuk menyeimbangkan excess demand, negara B akan mengimpor. Terjadinya ekspor oleh negara A dan impor oleh negara B akan menyebabkan keseimbangan di pasar dunia (Gambar b) yang di tunjukan oleh titik Ew dengan harga dunia sebesar Pw, dimana negara a akan mengekspor sebesar Qp-Qc atau sama dengan jumlah yang diimpor oleh negara B, yaitu sebesar Qc-Qp. Dengan demikian, besarnya jumlah ekspor dan impor di pasar internasional adalah sebesar Qe (Lubis, 2002).

2.2.2 Ekspor

  Menurut Amir (2004), Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalan valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing. Sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah setiap perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Berdasarkan Peraturan dan aturan komoditi ekspor Indonesia, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Untuk mengekspor barang yang bebas ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan yanhg telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan dari Deperindag atau Surat Izin Usaha dari Departeman Teknis/Lembaga Pemerintah Non-Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Ekspor akan mendorong kegiatan ekonomi karena orang asing yang membeli barang produksi dalam negeri. Pengaruh keseluruhan dari perdagangan ekspor tanpa memandang penyebab-penyebab adalah untuk memberikan keuntungan bagi negara-negara yang mengekspor. Transaksi ekspor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang terlibat di dalamnya. Bagi perkembangan perekonomian suatu negara, transaksi ekspor ini merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang penting. Dan suatu negara perlu menggalakkan ekspor untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

2.2.3 Nilai Tukar

  Menurut Krugman dan Obstfeld (1994), harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar (exchange rate). Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam suatu bahasa yang sama. Nilai tukar didasari dua konsep. Pertama, konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. Kedua, konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional (Halwani, 2002). Penurunan kurs antara Rupiah dan USD (misalnya, dari Rp.8000/USD menjadi Rp.9000/USD) berarti Dollar menjadi lebih mahal dalam nilai Rupiah. Ini mencerminkan bahwa nilai Dollar naik karena jumlah Rupiah yang diperlukan untuk membeli Dollar meningkat. Dengan kata lain, Dollar mengalami apresiasi terhadap Rupiah. Dari sisi lain, Rupiah menjadi lebih murah dinilai dalam Dollar, artinya Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar. Untuk menghindari kebingungan, harus diingat bahwa kurs antara mata uang domestik dan mata uang asing diartikan sebagai jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk membeli mata uang asing. Bila kurs meningkat berarti mata uang domestik mengalami depresiasi dan mata uang asing mengalami apresiasi. Sebaliknya penurunan kurs mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang domestik dan depresiasi mata uang asing (Kuncoro, 1996).

  Nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Penurunan nilai tukar dalam negeri merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan.

  Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah laju inflasi relatif, tingkat pendapatan relatif, suku bunga relatif, kontrol pemerintah, ekspektasi.

2.2.4 Harga Domestik dan Luar Negeri

  Menurut Krugman (1999), jika mengetahui kurs antara dua mata uang dari dua negara, kita dapat menghitung harga ekspor salah satu negara dalam uang negara lain. Bila mata uang suatu negara mengalami depresiasi, ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi makin murah, sedangkan impor bagi penduduk negara itu makin mahal. Apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya : harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah. Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor akan menjadi bertambah banyak. Naik turunnya harga disebabkan oleh keadaan perekonomian negara pengekspor dan harga di pasaran internasional semakin meningkat. Akibat dari kedua hal tersebut akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

2.2.5 Produk Domestik Bruto (PDB)

  Menurut Mankiw (2003), Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/ GDP) adalah nilai dari semua barang dan jasa yang di produksi di suatu Negara selama kurun waktu tertentu. Menurut Sukirno (1994), Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/ GDP) adalah nilai barang dan jasa suatu Negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara dan negara asing.

  Sedangkan PNB (Gross National Product/ GNP) adalah nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional adalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara tersebut baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

  Menurut Samuelson (1992), PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan paad suatu periode waktu tertentu. PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat meningkat, namun ketika dalam negeri

  supply barang lebih kecil daripada demand, maka untuk memenuhi kebutuhan

  dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang baik barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam negeri.

2.2.6 Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

  Menurut Simbolon (2007), surplus konsumen adalah keuntungan yang di peroleh konsumen karena membayar harga yang lebih rendah dari harga yang dapat mereka bayar. Misalkan titik equilibrium E (P A , Q A ) dari gambar 2 diketahui pada harga sebesar P dimana konsumen mampu membeli sebanyak Q , jika harga

  1

  2

  keseimbangan adalah P A , sehingga daerah yang diarsir bagian atas merupakan daerah surplus konsumen.

SK SP

  P 1 f(S) P 2 E P 3 P 4 F (D) P 5 Q Q 1 Q 2 Q A

  

Gambar 2. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen

  Surplus produsen merupakan keuntungan yang di peroleh produsen karena memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga produsen bersedia untuk menjual.

  Pada titik equilibrium E (P A , Q A ) dari gambar 2 dapat diketahui bila harga sebesar P

  5 , produsen mampu menjual sebanyak Q 1 , dan bila harga P 6 , maka mampu

  menjual sebanyal Q

  2 . Jika haga keseimbangan P A , berarti produsen mempunyai

  keuntungan sebesar P , P untuk jumlah Q sehingga daerah yang diarsir pada

  A

  5

  2 bagian bawah merupakan daerah surplus produsen (SP) (Simbolon, 2007).

2.3 Kerangka Pemikiran

  Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia adalah kopi. Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi kopi arabika. Usahatani Kopi arabika merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai prospek yang baik di pasar nasional dan internasional serta merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi produk ekspor unggulan. Pengembangan budidaya kopi arabika Sumatera Utara dipengaruhi oleh tingkat produksi kopi arabika. Ekspor kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga ekspor kopi arabika, GDP perkapita riil Amerika Serikat dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar. Disamping itu, menurut Santoso dan Syafa’at dalam Kustiari (2008) gejolak harga kopi arabika mempunyai peranan yang sangat dominan. Faktor lain yang cukup berpengaruh adalah tingkat nilai tukar yang ternyata mendorong peningkatan harga kopi petani dan volume ekspor kopi. Fluktuasi harga kopi arabika dan perubahan nilai ekspor serta volume ekspor dapat memberikan dampak terhadap besarnya surplus produsen dan surplus konsumen yaitu seberapa besar keuntungan yang dinikmati konsumen dan produsen dari kegiatan ekspor kopi arabika di Sumatera Utara.

  • Harga Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara • GDP Perkapita Riil Amerika Serikat • Nilai Tukar Nominal Rupiah Terhadap Dollar Nilai Ekspor Kopi Arabika di

  Keterangan : : Menyatakan pengaruh

  Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

  Faktor-faktor yang mempengaruhi berdasarkan negara tujuan ekspor:

  Sumatera Utara Surplus Produsen Surplus Konsumen

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis dari penelitian ini adalah

  1. Harga ekspor kopi arabika berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi arabika, GDP Perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kopi arabika, Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi arabika,

  2. Surplus konsumen lebih besar dari pada surplus produsen, berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para konsumen di banding produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika Sumatera Utara.