Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem Raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan

  TINJAUAN PUSTAKA Botani Palem

  Menurut Steenis (1975), adapun klasifikasi dari tanaman palem raja (Roystonea elata Bartr.) adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Magnoliophyta Class : Liliopsida Ordo : Arecales Family : Arecaceae Genus : Roystonea Species : Roystonea elata (Bartram) F. Harper (syn. R. regia) Kunth

  Palem merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu) yang berbatang tunggal maupun berumpun. Tinggi batangnya sangat bervariasi dan ada yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi batang, palem dapat digolongkan sebagai palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang (2-10 meter) maupun semak kurang dari 2 meter (Gambar 1). Batang palem ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain sebagai liana bentuk yang demikian terutama dari spesies-spesies Hyphaena dan Dypsis (Witono, et al., 2000).

  Gambar 1. Tanaman Palem Raja Sumber

  Palem memiliki akar serabut yang pendek dan tumbuh menyebar tidak jauh dari tanamatumbuh dari pangkal batang, berbentuk silinder, kurang bercabang tetapi biasanya tumbuh banyak dan masif (padat). Meskipun pendek, akar palem ini mampu menyangga dengan kuatnya batang yang tumbuh tegak (Nazaruddin, 1997).

  Daun palem menyirip (palem menyirip) dengan pelepah daun atau pangkal tangkai daun yang melebar. Karangan bunga (tongkol bunga) kerap kali pada ketiak daun, kadang-kadang terminal, yang muda kerap kali keseluruhannya dikelilingi oleh satu seludang atau lebih. Bunga duduk pada cabang yang berdaging tebal atau kerap kali tenggelam didalamnya, berkelamin 1, jarang berkelamin 2, kerapkali banyak menghasilkan madu. Buah buni atau buah batu, kadang-kadang tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji. (Steenis,1975).

  Genus Roystonea memiliki empat spesies, yaitu : R. elata (Florida), R. regia (Kuba), R. borinquena (Puerto Rico) dan R. oleracea (Karibia). Pada R. elata panjang batang mencapai 30 meter, bentuk hampir bulat, tandan bunga lebih panjang daripada R. regia, dan tumbuh didataran rendah. Batang R. regia berkisar antara 15 – 25 meter, tandan bunga lebih pendek, buah berbentuk lonjong dan biasanya tumbuh di dataran tinggi. Palem yang banyak tumbuh di dataran Puerto Rico hampir sama dengan R. regia, namun batang lebih pendek dan daun serta anak daun lebih pendek. Pada R. borinquena, benih bewarna coklat kekuningan (Currach, 1970 dalam Nurmailah 1999).

  Syarat Tumbuh

  Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 25-17°C, curah hujan 2000 mm – 2500 mm pertahun dengan rata-rata hujan turun 120 – 140 hari dalam setahun dan kelembaban relatif 80%. Untuk pertumbuhan palem juga memerlukan cahaya, dan cahaya yang sampai kedasar hutan berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri untuk menentukan pertumbuhan suatu spesies palem (Siregar, 2005).

  Palem dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanaha kapur, dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit, dan belereng terjal (Witono, et al., 2000).

  Jamur penyebab penyakit pada tanaman palem Penyakit-Penyakit Tanaman Palem

  Seperti halnya pada tanaman lain, tanaman palem tidak lepas dari serangan penyakit. Adanya penyakit pada tanaman tersebut akan bersifat merugikan karena dapat mengurangi nilai estetika dari tanaman sehingga perlu adanya pengendalian (Siagian, 2002).

  Bercak Daun

  Penyebab bercak daun adalah jamur Fusarium sp., Pestalotia sp.,

  Gloesporium sp. dan lain-lain.Gejala serangan pada daun tua atau muda terdapat bercak berbagai bentuk berwarna kuning atau hijau yang akan menghilang.

  Bercak ini meninggalkan bekas terang berwarna hitam, abu-abu dan coklat. Bagian tersebut kemudian kering. Serangan berat seluruh tajuk kering dan daun menutup. Buah akan rontok (Deptan, 2010).

  Layu pucuk

  Layu pucuk dapat disebabkan oleh jamur Thielaviopsis sp.,

  

Botrydiploidia sp., Fusarium sp., Chlaraopsis sp., Erwinia sp., dan

Pseudomonas sp.. Gejala pada tanaman palem yang mengalami layu pucuk

  adalah daun mahkota layu secara tiba-tiba, daun menjadi kusam, pelepah daun bergantungan dan gugur. Kematian terjadi dengan cepat (1-3 bulan) (Bappenas, 2012).

  Penyakit Akar

  Penyebab jamur parasit dan nematoda. Perubahan yang terjadi pada daun, ujung daun mengkerut dan kering. Gejalanya dapat menyebar ke pangkal daun.

  (Bappenas, 2012).

  Patogen Penyebab Penyakit

1. Bercak Cokelat Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot Biologi Patogen

  Penyakit bercak cokelat pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata) disebabkan oleh jamur Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot. Adapun taksonomi dari jamur Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot menurut Alexopoulos dan Charles (1979) adalah sebagai berikut, Kingdom : Mycetea Divisio : Myxomiceta Sub-divisio : Deutromycotina Class : Hyphomycetes Ordo : Moniliales Family : Dematiaceae Genus : Helminthosporium Species :Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot (Bipolaris spicifera)

  Genus Bipolaris terdiri dari 45 spesies yang sebagian besar di daerah subtropis dan menjadi parasit tanaman di daerah tropis. Namun beberapa spesies, terutama B. australiensis, B. hawaiiensis, dan B. spicifera menjadi patogen bagi manusia (Ellis, et al., 2007).

  Koloni yang sedang berkembang pesat, yang akan mengeluarkan warna abu-abu sampai coklat kehitaman. Morfologi mikroskopis menunjukkan perkembangan pucuk dari konidia berpigmen coklat pucat, mempunyai pseudoseptate pada genicula. Konidia diproduksi melalui pori-pori pada dinding konidiofor (poroconidia), fusiform ellipsoid, pada kedua ujungnya bulat, halus kasar, berkecambah hanya dari ujung-ujung (bipolar) (Ellis, et al., 2007).

  Soliter atau dalam kelompok kecil, lurus atau bergelombang, pucat untuk cahaya coklat, panjang konidiofor 105 – 500 µm, dan lebar 4 – 6 µm (Gambar 2).

  Gambar 2. Bipolaris sp. Sumber. http://www.ijpmonline.org/viewimage.asp

  Konidia lurus atau melengkung, lonjong dengan ujung bulat, kecoklatan, lembut, 20 – 35 x 7 – 13 µm. Konidia kadang berkecambah oleh bibit dari satu ujung dan dari ujung konidiaspora yang lain. Pada medium kultur konidia bervariasi dalam ukuran dan warna.(National Plant Quarantine Service, 2004).

  Konidia dari jamur Bipolaris sp. ini memiliki viabilitas yang tinggi, dapat berkecambah dalam jangka panjang. Menurut Fagan (1987), 43% konidia berkecambah 90 hari setelah produksi, 62% berkecambah 59 hari dan 90% berkecambah 24 hari, perkecambahan tinggi dapat diekstrapolasi dengan kondisi dilapangan, dimana dari konidia dapat berkecambah pada daun tanaman dari pohon sampai tiga bulan, memberikan kerusakan kecil pada daun tua (Brown, 1975 dalam Modesto dan Fenille, 2004).

  Di Panama, pengamatan lapangan menunjukkan bahwa spesies pohon palem hias Roystonea regia, Washington robusta, Washington dan Pritc Hardia sangat rentan terhadap serangan B. incurvata, terutama pada tanaman muda dibawah 3 tahun. Spesies ini telah telah menghancurkan pembibitan palem di musim hujan (Eduardo, 2009).

  Gejala Serangan

  B. spicifera menyebabkan bintik-bintik pada daun dan daun membusuk

  besar disebut dengan hawar. Penyakit ini dimulai dari adanya noda bintik-bintik kecil. Jamur terus tumbuh dan membesar di dalam jaringan daun. Setelah dua minggu rata-rata diameter bintik-bintik 9,5-3,5 mm, bentuknya oval atau tidak teratur dan menguning. Bintik-bintik coklat muda dengan tepi yang lebih gelap (Gambar 3). Sebagai jaringan yang sakit, lubang terbentuk, daun melepuh merupakan gejala yang tidak biasa juga terbentuk pada permukaan bawah daun dalam cuaca basah. Tangkai selubung dan daun pelindung bunga juga terlihat dengan warna coklat redup untuk bintik keunguan-merah. Pada daun muda menghasilkan daun yang cacat dan untuk daun dewasa kelihatan suram. Pada tahap lanjut, penyakit ini akan membuat daun menjadi tidak beraturan dan berwarna coklat (Sewake dan Uchida, 2012).

  Gambar 3. Gejala serangan B. spicifera Sumber

  Jamur B. spicifera menyebabkan lesi daun bulat atau oval. Awalnya bewarna coklat gelap kemuadian dengan pusat lebih ringan dan pinggiran gelap. Untuk gabungan yang menjadi satu tempat akan menyebabkan daun menjadi kering dapat membunuh bibit (Pitta, et al., 1990).

  Dalam pembibitan merekomendasikan penghapusan dan penghancuran tanaman yang terserang, untuk menghilangkan sumber inokulum di tanaman dewasa, pemangkasan daun yang terkena, diikuti oleh penarikan dari lokasi tanam yang sama, juga menghilangkan sumber inokulum dan menginfestasikan tanaman yang sehat (Russomanno dan Kruppa, 2007).

  Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

  Jamur B. spicifera ini menghasilkan spora di permukaan daun tanaman palem. Produksi ratusan konidiofor yang muncul dari kulit daun kelapa. Disertai dengan kelembaban tinggi atau kelembaban yang berkesinambungan dalam pembentukan spora oleh konidiofor. Suhu yang lebih rendah (20°C) mendukung pembentukan spora sementara pada suhu yang lebih tinggi (31°C) meyebabkan pertumbuhan spora yang tidak optimal atau tidak kondusif (Uchida, 2012).

  Kelembaban terus-menerus selama minimal 24 jam, spora jamur ini diproduksi pada permukaan jaringan yang sakit. Angin dan percikan spora bergerak pada air di daun permukaan yang sehat. Gerakan daun dan kontak dengan daun yang sakit selama operasi lapangan juga mengganggu tanaman, menyebabkan pemencaran spora. Mengingat kelembaban spora berkecambah menembus permukaan daun, dan memulai bercak baru. Spora bipolaris bewarna gelap dengan memiliki dinding yang menebal, menjadi karakteristik yang membantu kelangsungan hidup jamur. Hewan dapat membawa sporangia, baik internal maupun eksternal (Sewake dan Uchida, 2012).

2. Bercak Cokelat Curvularia spp. Biologi Patogen

  Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit bercak cokelat adalah : Kingdom : Mycetea Divisio : Myxomiceta Sub-divisio : Deutromycotina Class : Deutromycetes Ordo : Pleosporales Family : Pleosporaceae Genus : Curvularia Species : Curvularia spp.

  Didalam laboratorium koloni Curvularia spp. tumbuh bewarna kecoklatan sampai dengan kehitaman dan berfilamen. Konidia bewarna gelap, berdinding tipis, dan mempunyai ukuran (lebar sampai 14 µm dan panjang sampai 35 µm), dengan sejumlah septa yang berbeda sesuai dengan spesiesnya. Sebagai sel pusat konidia lebih besar dan lebih gelap daripada yang lainnya (Gambar 4). Konidia mempunyai karakteristik seperti kurva atau tikungan yang jelas dengan usia yang lebih tua (Liu, 2011).

  Gambar 4. Curvularia spp. Sumber

  Jumlah septa di konidia, bentuk konidia (lurus atau melengkung), warna dari konidia (gelap atau coklat pucat), keberadaan tengah septa gelap, dan keunggulan pola pertumbuhan geniculate adalah fitur mikroskopis utama yang membantu dalam diferensiasi Curvularia spp. antara satu sama lain. Misalnya, konidia Curvularia lunata memiliki 3 septa dan 4 sel, sedangkan yang Curvularia geniculata kebanyakan memiliki 4 septa dan 5 sel (Boedijn, 1933).

  Gejala Serangan

  Mula-mula pada daun yang baru saja membuka terjadi bercak kecil bulat, bewarna kuning (Gambar 5). Bercak membesar dan warnanya berubah menjadi cokelat tua. Pada waktu ini bercak berbentuk jorong atau memanjang. Bercak-bercak dapat bersatu membentuk bercak besar yang bentuknya tidak teratur, dengan pusat nekrotik (mati) bewarna cokelat tua atau cokelat kelabu (Semangun, 2008).

  Bercak cokelat yang disebabkan oleh masing-masing jamur ini sulit dibedakan tanpa mempergunakan mikroskop. Tetapi pada umumnya bercak cokelat karena Curvularia warnanya lebih muda (cokelat muda), cenderung lebih lebar, kurang memanjang dan dikelilingi oleh halo yang jelas. Dalam banyak kejadian banyak penyakit bercak cokelat timbul bersama-sama dengan penyakit bercak kelabu (Pestalotipsis palmarum) (Tey dan Chan, 1978 dalam Semangun, 2008).

  Gambar 5. Gejala serangan Curvularia pada daun kelapa

  

Sumber

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

  Penyakit lebih banyak terdapat pada tanaman yang kurang baik pertumbuhannya, misalnya karena tanah yang kurus, kekurangan atau kelebihan air dan kekurangan hara tanaman. Di Sumatera Utara pada varietas yang rentan penyakit dapat timbul dengan berat di kebun yang terletak di tanah hidromorfik yang miskin, strukturnya jelek (lempung berat), dan air tanahnya tinggi, sehingga kebun terendam air yang mengakibatkan kurangnya berkembang akar (Suyoto, 1983 dalam Semangun, 2008).

3. Bercak Kelabu (Pestalotiopsis palmarum) (Cooke) Steyaert Biologi Patogen

  Penyakit bercak kelabu pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata) disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert. Adapun taksonomi dari jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert menurut Alexopoulos dan Mims, (1979) adalah sebagai berikut, Kingdom : Mycetea Divisio : Myxomiceta Sub-divisio : Deutromycotina Class : Deutromycetes Ordo : Melanconiales Family : Melanconiae Genus : Pestalotiopsis Species : Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert Pestalotiopsis sp. merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur.

  Penyakit ini menyerang dedaunan yang telah terluka atau melemah karena cuaca yang kurang baik. Biasanya dedaunan yang akan mati adalah daun yang dekat dengan pangkal tanaman dan daun yang paling rimbun. Penyakit ini biasanya menyerang dimulai dari ujung daun dan berkembang kearah pangkal daun. Warna daun berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, kemudian ke coklat gelap atau hampir hitam ( Schuster, 2012).

  Jamur ini memiliki konidium berbentuk kumparan, bersekat 4, mempunyai 3 seta apical, berukuran 25-28 x 6-7,5 µm (Gambar 6). Merupakan parasit lemah yang menginfeksi luka-luka. Spora jamur (konidium) dipencarkan oleh angin. Untuk jarak dekat spora dapat terbawa oleh percikan air dan serangga (Sumardiyono dan Triharso (1985) dalam Semangun, 2008).

  Gambar 6. Pestalotiopsis palmarum Sumber Konidia berukuran 84.6-96.8 µm x 26.7-33.5 µm dan terdiri atas lima sel yang berjajar. Biasanya jajaran sel lurus, kadang-kadang agak membentuk lengkungan dengan salah satu ujungnya terbentuk setula. Tiga sel tengah (sel urutan kedua sampai keempat yang dihitung mulai dari sel tempat setula berpangkal) berwarna amber dengan dua sel (sel kedua dan ketiga) berwarna lebih gelap dari sel keempat. Sel tengah (sel ketiga) berukuran \paling lebar dibandingkan sel-sel lainnya. Sel terujung atau sel apikal (sel kesatu) hialin agak memanjang atau menyempit ke ujung; sedang sel pangkal atau sel basal (sel kelima) hialin agak silindrik. Setula hialin yang terletak di ujung sel apikal berjumlah 2-3 dengan panjang 92,3-107,1 µm, posisinya agak melengkung; setula tampaknya mudah lepas dari pangkalnya. Pedisel hialin terletak di ujung sel basal (tampak seperti ekor konidia) dengan panjang 18,1-22,7 µm. Semua bagian konidiospora yang hialin yaitu sel apikal, sel basal, dan setula mudah berubah bentuk yaitu agak kisut bila disimpan lama (lebih dari 6 bulan) (Sutarman, et al., 2001).

  Gejala Serangan Pada daun yang terserang timbul bintik kecil berwarna cokelat muda.

  Bercak-bercak dapat bersatu, sehingga terjadi bercak cokelat besar. Apabila terjadi serangan berat daun menjadi kering seperti terbakar. Pada bercak terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan badan buah (aservulus) dari cendawan (Gambar 7) (Deptan, 2012).

  Gambar 7. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum pada daun kelapa Sumber. http://www.biodiversidadvirtual. Pestalotiopsis-palmarum.html

  Timbul bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai kelabu. Bagian yang kelabu ini dikelilingi oleh tepi coklat tua. Bercak-bercak bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-bintik yang terdiri dari acervuli cendawan. Berbeda dengan bercak daun yang disebabkan oleh jamur lain, bercak karena Pestalotiopsis pada umumnya tidak dikelilingi oleh jamur klorotik (halo).

  Bercak-bercak dapat bersatu sehingga terjadi bercak yang besar (Sunanto, 2002).

  Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

  Penyakit ini lebih banyak terdapat pada tanaman yang kurang baik pertumbuhannya, misalnya yang tumbuh di tanah yang kurus , kekurangan air dan miskin unsur hara khususnya kalium. Sebaliknya kelebihan nitrogen pun menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan (Sunanto, 2002).

4. Penyakit layu (Fusarium oxysporum Schlecht.) Biologi Patogen

  Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen penyebab penyakit layu adalah : Kingdom : Fungi Filum : Deuteromycota Kelas : Deuteromycetes Ordo : Moniliales Famili : Tuberculariaceae Genus : Fusarium Spesies : Fusarium oxysporum Schlecht.

  Umumnya mikrokonidia tidak mempunyai sekat, tetapi ada diantaranya yang bersekat 2, mempunyai ragam bentuk dan ukuran. Umumnya mikrokonidia berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan berukuran (5,0-12,0)×(2,2-3,5) µm dan terdapat dalam jumlah yang banyak (Gambar 8). Konidiofor tidak bercabang atau fialid. Pada konidiofor ini terdapat mikrokonidia dengan jumlah yang banyak dam membentuk pola melingkar (Gandjar et al., 1999).

  Pada beberapa strain jarang terdapat makrokonidia. Makrokonidia terbentuk pada phialid, yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam sporodokhia. Makrokonidia bersepta 3-5, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, meruncing pada kedua ujungnya. Klamidospora terdapat dalam hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar, berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0-15 µm (Gandjar et al., 1999).

  Gambar 8. Fusarium sp.. Sumber. http://www.insectimages.org/browse/

  Gejala Serangan Fusarium sp. menyebabkan layu pada pohon palem. Tanda-tanda layu

  adalah daun layu. Kehilangan kilau hijau daun dan akhirnya mati. Setelah pohon terinfeksi, tidak ada obat yang dapat diberikan sehingga dianjurkan untuk menebang tanaman yang telah terserang oleh penyakit ini (Toptropicals, 2013).

  Gambar 9. Gejala Serangan Fusarium sp. pada pohon kelapa sawit Sumber. Toptropicals.com/html/img/disease.htm

  Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) miselium mula-mula berwarna putih, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu. Semua Fusarium yang menyebabkan layu dan berada dalam pembuluh (vascular disease) dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu F. oxysporum Sclecht. Jenis ini mempunyai banyak bentuk (forma) yang mengkhususkan diri pada jenis tumbuhan tertentu (Djaenuddin, 2011)

  Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit

  Penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium yang jenisnya belum dapat ditentukan. Jamur membentuk banyak konidium pada jaringan yang terserang jika udara sangat lembab. Spora disebarkan oleh percikan air, baik air hujan maupun air siraman, khususnya jika bibit diatur terlalu rapat (Semangun, 2008).

  Jamur saprofit

  Sebagai organisme saprofit, jamur hidup dari benda-benda atau bahan- bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah (Kusnadi,2013).

  Keanekaragaman hayati secara tidak langsung berarti keanekaragaman senyawa kimia. Kemampuan bertahan hidup dengan tingkat kompetisi yang tinggi menyebabkan tanaman beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini menyebabkan tanaman menghasilkan senyawa-senyawa yang unik secara biologi dan strukturnya. Keanekaragaman yang tinggi menyebabkan saprofit juga menghasilkan produk alami aktif yang lebih banyak. Saprofit di daerah tropis dengan jumlah yang tinggi menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang aktif dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan saprofit tanaman-tanaman yang ada di daerah subtropis. Jadi tanaman inang mempengaruhi metabolisme saprofitnya (Siadari, 2010).

  Jamur saprofit yang dihasilkan dari tumbuhan inang dapat menghasilkan jenis isolat yang berbeda-beda dan jumlah bervariasi. Isolasi jamur saprofit dari bagian tanaman yang berbeda dari satu tumbuhan inang, mengandung jenis isolat yang berbeda pula. Hal ini merupakan mekanisme adaptasi dari saprofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis yang spesifik dari masing-masing tumbuhan inang. Bahkan dari satu jaringan hidup suatu tumbuhan dapat diisolasi lebih dari 1 jenis jamur saprofit (Wahyudi (2008) dalam Noverita et al., 2009).

  Kehadiran jenis saprofit dihubungkan dengan kondisi mikrohabitat tanaman inang dan kecocokan genotip antara tanaman inang dan saprofit, sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan dalam komposisi koloni saprofit dan tingkat infeksi tanaman inang yang di tempati oleh jamur saprofit pada lokasi yang sama (Petrini et al, (2009) dalam Noverita et al., 2009).