BAB 2 PROFIL KABUPATEN PESISIR BARAT - DOCRPIJM 4a5b9d1987 BAB IIBAB 2 PROFIL Pesibar OK

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

  Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

BAB 2 PROFIL KABUPATEN PESISIR BARAT 2.1. WILAYAH ADMINISTRASI Secara administratif, Kabupaten Pesisir Barat dengan ibu kota Krui. Kabupaten Pesisir Barat

  adalah salah satu dari Lima belas kabupaten/kota di wilayah Provinsi Lampung. Kabupaten ini terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2012 (Lembaran Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364) tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tertanggal 16 November 2012 dan diundangkan pada tanggal 17 November, dengan batas :

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas, Desa Sukabanjar Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu Kecamatan Balik Bukit,Desa Kutabesi, Desa Sukabumi Kecamatan Batu Brak, Desa Sukamarga, Desa Ringinsari, Desa Sumber Agung,Desa Tuguratu, Desa Banding Agung Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa Tembelang, Desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat, Desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari, Desa Petekayu, Desa Sirnagalih Kecamatan Ulu Belu, Desa Datar Lebuay Kecamatan Naningan Kabupaten Tanggamus, Desa Way Beluah, dan Desa Melaya Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan;
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa, Desa Sedayu,Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus;
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan
  • Sebelah Barat berbatasan dengan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.
  • 2 Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas±2.907,23 Km atau 8,39% dari luas wilayah

      Provinsi Lampung, memiliki garis pantai 221,5 Km (daratan dan garis pulau-pulau) termasuk salah satu pulau yang ada di wilayah Kabupaten Pesisir Barat serta garis pantai daratan 210

      RPIJM Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      5 Pesisir Tengah 120,6 4,18

      2.907,23 100,00 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatn Sipil Kabupaten Pesisir Barat, Tahun 2015

      11 Pulau Pisang 43,6 1,51

      10 Lemong 455,0 15,76

      9 Pesisir Utara 84,5 2,92

      8 Krui Selatan 36,3 1,26

      7 Way Krui 40,9 1,42

      6 Karya Penggawa 211,1 7,31

      4 Ngambur 327,2 11,33

      Km dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani dan nelayan. Wilayah KabupatenPesisir Barat secara administrative terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 desa (di KabupatenPesisir Barat disebutPekon) dan 2 kelurahan,dengan jumlah penduduk sebesar ±136.370 jiwa. Secara geografis Kabupaten Pesisir BaratLetak Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4

      3 Bengkunat Belimbing 943,7 32,69

      2 Bengkunat 215,0 7,45

      1 Pesisir Selatan 409,2 14,17

      No Kecamatan Luas (km2) Presentase

      Kabupaten Pesisir Barat

    Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan

      , 40', 0" - 6º, 0', 0" Lintang Selatan dan 103º, 30', 0" - 104º , 50', 0" Bujur Timur.

    12 Jumlah / Total

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat Gambar 2.1

      Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Pesisir Barat Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat 2.2.

       Potensi Wilayah Kabupaten Pesisir Barat

      A. Kawasan Hutan Produksi

      Kawasan peruntukan hutan produksi, meliputihutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi.Saat ini hutan produksi yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat adalah hutan produksi terbatas (HPT). Kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Pesisir Barat ditetapkan dengan kriteria faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru.

      Secara keseluruhan, luas hutan produksi terbatas yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Pesisir Barat sebesar 5.606,78 Ha.Kecamatan Karya Penggawa merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas untuk pemanfaatan HPT, yaitu seluas 2.054,53 Ha. Sedangkan Kecamatan Ngambur dan Kecamatan Pesisir Tengah merupakan kecamatan yang memiliki luas pemanfaatan HPT terkecil, masing-masing adalah 17,81 Ha san 11,47 Ha. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

      

    Tabel 2.2

      Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kabupaten Pesisir Barat Kawasan Hutan

      No Nama Kecamatan Produksi Terbatas (Ha)

      1 Pesisir Selatan 516,18

      2 Bengkunat -

      3 Bengkunat Belimbing 1.200,86

      4 Ngambur 17,81

      5 Pesisir Tengah 11,47

      6 Karya Penggawa 2.054,53

      7 Way Krui 1.515,80

      8 Krui Selatan -

      9 Pesisir Utara 93,85

      10 Lemong 196,28

    • 11 Pulau Pisang

      Total 5.606,78 Sumber: Hasil Analisis, 2014

      B. Kawasan Hutan Rakyat

      Pengertian dari hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh dan dibangun serta dikelola oleh rakyat, pada umumnya berada di atas tanah milik atau tanah adat.Ada beberapa hutan rakyat

      RPIJM Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      6 Karya Penggawa 4.004,48

      Kawasan peruntukan pertanianmeliputi kawasan peruntukan: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura.Saat ini peruntukan lahan pertanian yang dapat diidentifikasi di Kabupaten Pesisir Barat adalah peruntukan pertanian lahan basah (sawah). Pertanian lahan basah tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Ngambur, Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Karya Penggawa, Kecamatan Krui Selatan dan Kecamatan Pesisir Utara. Kecamatan Pesisir Selatan memiliki lahan peruntukan terbesar, yaitu seluas 5.087,14 Ha.

      Total 24.498,00 Sumber: Hasil Analisis, 2014

      11 Pulau Pisang -

      10 Lemong 3.806,77

      9 Pesisir Utara 970,66

      8 Krui Selatan -

      7 Way Krui 866,89

      5 Pesisir Tengah 655,05

      berada di atas tanah negara, namun hal tersebut biasanya sudah ada campur tangan dari pemerintah.Hutan rakyat ini ditanami dengan jenis-jenis tanaman hutan, ada yang dikombinasikan dengan tanaman semusim.Salah satu unggulan hasil hutan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat adalah hutan damar atau lebih dikenal dengan istilah setempat yautu Repong Damar.Umumnya Repong Damar tersebar di sepanjang tepi barat TNBBS, memanjang dari barat laut ke tenggara.

      4 Ngambur 2.167,67

      3 Bengkunat Belimbing 4.052,78

      2 Bengkunat 3.453,27

      1 Pesisir Selatan 4.520,44

      Kawasan Hutan Produksi (Ha)

      Kawasan Hutan Tanaman Rakyat Kabupaten Pesisir Barat No Nama Kecamatan

      

    Tabel 2.3

    C. Kawasan Pertanian

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

    Tabel 2.4

      Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan Lahan Basah Kabupaten Pesisir Barat

      Kawasan Peruntukan

      No Nama Kecamatan Tanaman Pangan

      Lahan Basah (Ha)

      1 Pesisir Selatan 5.087,14

      2 Bengkunat -

      3

    • Bengkunat Belimbing

      4 Ngambur 1.275,52

      5 Pesisir Tengah 27,29

      6 Karya Penggawa 904,61

    • 7 Way Krui

      8 Krui Selatan 1.745,10

      9 Pesisir Utara 270,33

    • 10 Lemong

      11 Pulau Pisang -

      Total 9.309,99 Sumber: Hasil Analisis, 2014

    D. Kawasan Perkebunan

      Lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Pesisir Barat cukup luas jika dibandingkan dengan lahan pertanian.Luas lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Pesisir Barat sebesar 64.916,26 Ha dengan kecamatan terluas untuk pemanfaatannya adalah Kecamatan Bengkunat Belimbing sebesar 16.971, 17 Ha.Lahan perkebunan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat dimanfaatkan untuk tanaman komoditas perkebunan seperti, kopi, sawit, lada dan kelapa dalam.Namun, perkebunan kelapa sawit tidak terlau produktif dan bukan menjadi prioritas pengembangan karena tidak sesuai dengan kebijakan kabupaten sebagai wilayah konservasi.

      

    Tabel 2.5

      Kawasan Peruntukan Perkebunan Kabupaten Pesisir Barat Kawasan

      No Nama Kecamatan Peruntukan Perkebunan (Ha)

      1 Pesisir Selatan 8.904,25

      2 Bengkunat 5.536,98

      3 Bengkunat Belimbing 16.971,17 Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      Kawasan No Nama Kecamatan Peruntukan

      Perkebunan (Ha)

      4 Ngambur 7.674,22

      5 Pesisir Tengah 2.148,92

      6 Karya Penggawa 4.301,61

      7 Way Krui 1.223,02

      8 Krui Selatan 1.415,15

      9 Pesisir Utara 5.839,35

      10 Lemong 10.901,61

    • 11 Pulau Pisang

      Total 64.916,26 Sumber: Hasil Analisis, 2014

    E. Kawasan Perikanan

      Potensi perikanan terbesar di Kabupaten Pesisir Barat adalah perikanan tangkap karena letak Pesisir Barat yang berada di sepanjang garis pantai.Pembangunan perikanan tangkap diarahkan pada keterpaduan antara basis produksi dengan unit pengolahan dan pemasaran produk perikanan.Hingga saat ini pengolahan ikan atau industri perikanan terhadap hasil tangkapan/budidaya ikan masih belum berkembang di Pesisir Barat, sedangkan potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama laut).Pembangunan suatu kawasan minapolitan perikanan tangkap diharapkan bisa membantu pemecahan permasalahan pembangunan perikanan tangkap dan meningkatkan kesejahteraan nelayan dan penduduk wilayah pesisir yang berada dalam lingkup kawasan minapolitan.Lemong, Bengkunat Belimbing, Pesisir Selatan dan Krui dapat dijadikan sentra pengolahan ikan laut dengan pusat pengolahan di Bengkunat Belimbing.Pertimbangan Bengkunat Belimbing sebagai pusat pengolahan terkait dengan rencana pembangunan Pelabuhan Nasional di Teluk Bengkunat.

      Selain potensi perikanan tangkap, potensi perikanan lainnya yang dapat dikembangkan adalah perikanan budidaya.Perikananbudidaya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar. Kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :

    • Kelerengan lahan < 8 %
    • Persediaan air cukup • Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.
    • Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      Sedangkan kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya laut adalah

    • Terlindung dari gelombang dan angin. Menghindari terjadinya kerusakan pada kegiatan atau usaha budidaya yang berasal dari gelombang dan arus yang besar.
    • Jauh dari permukiman dan industri. Limbah atau pencemaran yang berasal dari rumah tangga dan industri dapat mengakibatkan kerusakan perairan dan kegagalan usaha budidaya.
    • Jauh dari muara sungai. Muara sungai juga sangat mempengaruhi budidaya laut dengan adanya proses sedimentasi akibat aktifitas di daerah atas ( Up-land ) seperti penebangan hutan, pertanian, permukiman dan industri yang dekat bantaran sungai. Kondisi ini menjadi kompleksi karena daerah muara sungai secara oseanografi sangat dipengaruhi oleh air laut. Akibatnya, kondisi perairan, biota dan ekosistemnya memiliki karakteristik yang khas. Dengan demikian kegiatan budidaya laut tidak mungkin dilakukan di daerah ini.
    • Jauh dari kawasan ekosistem penting laut, seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun.
    • Kualitas air baik. Kualitas ini mengidikasikan kelayakan kondisi perairan yang dapat dijadikan lokasi budidaya laut. Kelayakan kondisi perairan ini dapat diukur dari parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter Fisika ; Kecerahan; parameter kimia :

      Disolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD), kandungan organik (organic

      matter), Biological Oxygen Demand (BOD), kandungan klorofil dan parameter biologi : plankton.

    F. Kawasan Pertambangan

      Potensi sumber daya mineral atau bahan galian di Kabupaten Pesisir Barat sangat erat kaitannya dengan kondisi geologi wilayah. Kondisi geologi yang menentukan pembentukan endapan bahan galian antara lain adalah litologi, morfologi, tektonik, dan struktur geologi. Berdasarkan kondisi geologi, potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Pesisir Barat pada umumnya jenis yang merupakan mineral konstruksi seperti :

      1. Bahan Galian Strategis; yang termasuk kategori bahan galian strategis adalah emas, pasir besi dan bijih besi. Hingga saat ini masih belum diperoleh data yang rinci mengenai besaran potensi emas di Wilayah Pesisir Barat, tepatnya di Way Rilau (Bengkunat), namun dapat diperkirakan tersebar pada kisaran luas hingga 1.000 Ha. Sedangkan ketersediaan pasir besi dan bijih besi masing-masing diperikirakan sebesar 3,4 juta ton dan 600.000 ton. Sebagian besar pasir besi terdapat di sepanjang pantai mulai dari Pesisir Selatan sampai Lemong. Sebagian besar pasir besi terdapat di sepanjang pantai.

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat 2.

      Bahan Galian Konstruksi; merupakan jenis batuan yang kuat dan umum digunakan sebagai bahan dasar bangunan (konstruksi), seperti basalt, batu apung, pasir batu dan batu tembakak. Basalt dan Batu Apung banyak terdapat di kawasan perbukitan seperti Karya Penggawa, Pesisir Utara, Lemong dan Bengkunat. Sedangkan pasir batu (sirtu) umumnya terdapat pada wilayah hilir sungai, seperti Way Krui, Lemong, Ratu Ngaras dan Bandar Agung.

    2.3. Demografi dan Urbanisasi

      Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan didaerah adalah adalah problematika demografis yang menyangkut 3 (tiga) hal pokok yakni, a)

      Jumlah Penduduk

      b) Komposisi Pendudduk di suatu daerah, dan

    c) Penyebarannya di masing masing wilayah administratif.

      Besarnya jumlah pendudduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang mempunyai kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak merata akan menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya semua kegiatan baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya akan melibatkan penduduk. Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah.

      Kepadatan Penduduk

      Kepadatan penduduk di Kabupaten Pesisir Barat setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, dengan penyebaran jumlah penduduk yang relatif tidak merata. Kepadatan penduduk lebih terkonsentrasi pada beberapa kecamatan dimana kepadatan penduduk tertinggi berada pada wilayah Kecamatan Krui Selatan dengan kepadatan 244,41 jiwa/km2 dan kepadatan terendah berada pada wilayah Kecamatan Bengkunat Belimbing dengan kepadatan 27.17 jiwa/km2.

      RPIJM Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      7 Way Krui 8.286 2.399 202,59

       Isu-isu Strategis Sosial,Ekonomi dan lingkungan Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

      Total 148.412 38.468 1.003,62 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pesisir Barat, Tahun 2015 2.4.

      11 Pulau Pisang 1.349 517 30,94

      10 Lemong 14.353 2.470 31,55

      9 Pesisir Utara 8.059 2.323 95,37

      8 Krui Selatan 8.872 4.743 244,41

      6 Karya Penggawa 14.506 6.085 68,72

    Tabel 2.6 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

      5 Pesisir Tengah 18.898 3.080 156,70

      4 Ngambur 18.280 3.930 55,87

      3 Bengkunat Belimbing 25.639 2.064 27,17

      2 Bengkunat 7.507 4.569 34,92

      1 Pesisir Selatan 22.663 6.288 55,38

      No Kecamatan Jumlah 2014 (Jiwa) Jumlah 2014 (RumahTangga) Kepadatan (Jiwa/Km²)

      Kabupaten Pesisir Barat

      Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran potensi sekaligus kemampuan wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu proses produksi yang mencerminkan pendapatan masyarakat di Daerah. Berdasarkan data PDRB beberapa tahun terakhir, menunjukan PDRB Perkapita Kabupaten Pesisir Barat terus mengalami peningkatan. PDRB perkapita digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Oleh karena itu PDRB perkapita baik atas dasar harga berlaku maupun konstan tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat. Tetapi

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      ukuran ini dapat dipakai sebagai acuan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Strategi yang dilakukan untuk peningkatan perekonomian wilayah Kabupeten Pesisir Barat adalah:  Memperkuat basis perekonomian menurut sektor–sektor unggulan pada masing–masing wilayah pengembangan, termasuk memperluas keanekaragaman sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi.  Pengembangan sektor pertanian sebagai pendukung berkembangnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, seperti perikanan, pertanian lahan basah dan perkebunan (kopi, karet dan kelapa hibrida).  Pemanfaatan teknologi dan manajemen modern sebagai langkah untuk mengimbangi kebutuhan yang semakin lama semakin besar.

       Meningkatkan produksi sebagai tuntutan atas kebutuhan yang umumnya mengalami kenaikan setiap tahunnya, baik untuk konsumsi lokal maupun untuk keluar.  Meningkatkan peran sektor industri sebagai salah satu sektor yang memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian, dimana keberadaan sektor ini mampu menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi wilayah

      Data Pendapatan per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

      Pendapatan per kapita didapatkan dari hasilpembagian pendapatan daerah dibagi dengan jumlah penduduk daerah tersebut. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan suatu daerah. Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi, bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita pada KabupatenPesisir Barat bergerak sesuai perkembangan yang ada. Pada tahun 2012 PDRB per kapita riil per bulan Rp 314.977,- dan secara nominal mampu mencapai Rp 729.321,- per bulan. Sedangkan pada tahun 2013 PDRB per kapita riil per bulan adalah Rp 737.537,-berdasarkan RKPD KabupatenPesisir Barat tahun 2014.

      Data Kondisi Lingkungan Strategis GAMBARAN TOPOGRAFI

      Wilayah Kabupaten Pesisir Barat merupakan wilayah dengan kemiringan di atas 15 %, yang berpotensi besar terjadi bencana longsor. Secara topografi, Kabupaten Pesisir Barat dapat dibagi menjadi 3 (tiga) unit topografis, yaitu :

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      ➢ Daerah dataran rendah

      (ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut) ➢

      Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut) ➢ Daerah pegunungan. (Daerah ketinggian 1.000 sampaidengan 2.000 meter dari permukaanlaut) Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Dibagian Barat Laut KabupatenPesisir Barat terdapat gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan (1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).

      Dengan kondisi topografi tersebut maka kawasan permukiman pada umumnya di daerah yang relative datar tetapi dengan luas lokasi lahan yang terbatas. Maka kemungkinan arah pengembangan permukiman kedaerah-daerah yang bertopografi dan kolektorkontur tajam.

      GAMBARAN GEOHIDROLOGI

      Wilayah Pesisir Barat di bagian barat mempunyai sungai-sungai yang mengalir pendek dengan pola aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini ditandai dengan jarangnya banjir sebab pada saat musim hujan dating bersamaan air tidak terkonsentrasi dan timing lagnya menjadi lambat. Delta marine ditandai dengan agregat kasar hasil endapan alluvial vulkanik, hal ini menyebabkan bila air besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai-sungai yang berukuran pendek dan mengalir di lereng terjal seperti ini sukar dikembangkan untuk irigasi, kecuali yang sudah mengalir di daerah delta pantai, umumnya mudah dikembangkan walaupun masih terkena pengaruh pasang surut laut. Pada bagian timur wilayah Pesisir Barat merupakan daerah tangkapan air (catchment area) sungai-sungai besar yang mengalir kearah timur antara lain : Way Besai, Way Seputih dan sebagainya. Proses erosi yang sudah lanjut, besarnya material yang terangkut (sedimentload) menyebabkan makin cepatnya daerah ini mengalami kemiskinan unsure hara tanah.

      Dengan berkurangnya flora penutup tanah dan sifat drainase tanah yang baik (terdiri dari lempung pesiran bergeluh) praktis daya simpan air daerah ini sangatkecil, ini menyebabkan fluktuasi aliran permukaan (run off) makinbesar, sungai-sungai yang mengalir kesebelah timur menjadi terganggu kestabilannya. Umumnya sungai-sungai yang mengalir kesebelah

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      barat masih stabil karena didukung oleh banyaknya flora penutup tanah dan belum terganggunya air tanah dangkal sebagai sumber mata air.

      GAMBARAN GEOLOGI

      Berdasarkan jenisnya, batuan yang membentuk wilayah Pesisir Barat cukup kompleks menyebabkan keanekaragaman endapan mineral/bahan galian sebagai potensi alam yang sangat bermanfaat bagi pembangunan. Sebaran bahan galian golongan A (strategis) yang diperkirakan yaitu Batubara dan Radio aktif, tetapi masih perlu dilakukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut. Bahan galian golongan B yang ada yaitu Emas, Perak, Timbal, Tembaga, Seng, Belerang, Pasir Besi, Mangan dan sebagainya masih perlu penyelidikan secara mendetail. Bahan galian golongan C meliputi Batu apung, Tufa, Perlit, Tras, Batuan Beku, Batu Gamping, Marmer, Pasir, Krakas, Diatoxmi, Kaolin, Tanah Liat dan sebagainya. Daerah Pesisir Barat juga memiliki berbagai sumber daya energy seperti gas bumi/panasbumi, tenaga air (air terjun, air deras dan gelombang laut, tenaga angin dan sebagainya)

      GAMBARAN KLIMATOLOGI

      Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan Bukit Barisan, maka Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu:

      1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit Barisan Selatan Termasuk Krui dan Bintuhan.

      2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7 - 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan Kabupaten Pesisir Barat berkisar antara 2.500 - 3.000 milimeter setahun.

      Arus Angin

      Kabupaten Pesisir Barat terletak dibawah katulistiwayaitu 5 LS, beriklimtropis humid dengan angin laut lembah yang bertiup dariSamudera Indonesia. Setiap tahun ada dua musim, yaitu : 1.

      November sampaidengan Maret bertiup dari barat dan barat laut 2. Juli sampai dengan Agustus bertiup dari arah timur dan tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,83 Km/Jam.

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat Temperatur

      Pada daerah dengan ketinggian 30 m

    • – 60 m, temeperatur udara rata-rata berkisar Antara 26 C – 28° C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialamiadalah 33,4° C dan temperature minimum 21,7° C.

      KelembabanUdara

      Rata-rata kelembaban udara berkisar rantara 75 % sampai dengan 87 % dan bahkan lebih tinggi di tempat dengan topografi tinggi.

      Data Resiko Bencana Alam

      Melihat Gambaran Topografi wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang wilayah kemiringannya diatas 15% dan sebagian besar wilayahnya dipesisir pantai, ini mengakibatkan di wilayah Kabupaten Pesisir Barat sangat berpotensi besar dengan bencana tanah longsor, banjir, gempa bumi dan Tsunami. Selain itu Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa daerah bahaya, yaitu bahaya beraspek hidrometerologi, berupa banjir (terutama di sepanjang aliran sungai) dan gelombang pasang (ROB) (di daerah dekat pantai) serta bahaya yang beraspek geologi berupa longsor dan gempa bumi. Kawasan bahaya tersebut menjadikannya memiliki resiko bencana serta dapat dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana.Kabupaten Pesisir Barat memiliki4 jenis bencana yang mengancam. Ancaman tersebut antara lain adalah bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi serta tsunami.

      Ancaman bencana di Kabupaten Pesisir Barat disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kebencanaan yang pernah terjadi di Kabupaten Lampung Barat serta komponen kemungkinan terjadinya suatu ancaman dan komponen besarnya dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Indeks ancaman dapat disesuaikan dengan standar parameter yang telah ditentukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan merujuk kepada peta ancaman setiap bencana di Kabupaten Lampung Barat.Berikut dijelaskan ancaman setiap bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Lampung Barat yang beresiko besar terjadi di Kabupaten Pesisir Barat.

    1. Banjir

      Untuk negara tropis seperti Indonesia, banjir disebabkan beberapa hal, diantaranya disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan, meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai, kegagalan bangunan air buatan seperti bendungan dan tanggul serta banjir yang disebabkan penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai.

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      Selain itu, Pesisir Barat yang wilayahnya didominasi oleh hutan, penggundulan hutan di daerah resapan air menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) menyebabkan debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya.Secara keseluruhan, desa-desa yang potensial terkena bahaya banjir di Kabupaten Pesisir Barat terdapat di Wilayah Kecamatan Pesisir Tengah dan Bengkunat.

      2. Tanah Longsor

      Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa gangguan kestabilan lerengdan adanyapemicu longsoran.Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi untuk longsor, karena kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan longsor atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu. Wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang memiliki potensi terjadinya longsor adalah Kecamatan Ngambur, Kecamatan Bengkunat serta Kecamatan Way Krui.Dari hasil analisa kajian risiko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks ancaman bencana tanah longsor di Kabupaten Pesisir Barat adalah sedang, yang artinya apabila 2 jumlah penduduk terpapar sejumlah 500-1.000 jiwa/Km dan jumlah penduduk yang rentan sebesar 20%-40%.

      3. Gempa Bumi

      Berdasarkan Peta Seismotektonik Indonesia, secara regional Wilayah Kabupaten Pesisir Barat terletak pada Zona Sumber Gempabumi Samudera Indonesia.Lajur penunjaman (Palung Samudera Indonesia) yang terletak di sebelah barat wilayah Pesisir Barat menjadikan wilayah ini rawan bencana gempabumi.Kemungkinan akumulasi energi yang terjadi pada jalur penunjaman dapat menjadi pemicu terjadinya gempa bumi akibat pelepasan energi akumulatif tersebut. Selanjutnya energi ini akan merambat lebih cepat melalui patahan-patahan yang terletak pada satu sistem dengan episentrum. Pola struktur di wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang berarah tenggara-baratlaut dan timurlaut-baratdaya sangat berpotensi menjadi zona lemah.Untuk itu zona sepanjang patahan-patahan dalam sistem ini harus diwaspadai sebagai daerah bahaya gempabumi merusak.Kondisi geologi wilayah Kabupaten Pesisir Barat merupakan salahsatu variabel utama dalam menentukan tingkat kerawanan bencana di wilayah ini.Sistem patahan dan

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

      kondisi litologi merupakan media yang mampu menghantarkan gelombang gempa ke wilayah-wilayah di sekitar titik episentrum.Daerah-daerah yang harus diwaspadai terkait dengan bencana gempa bumi adalah daerah-daerah pada sisten patahan terutama pada daerah yang ditutupi oleh batuan yang bersifat lepas (unconsolidated), yang pada umumnya berumur Kuarter.

    4. Tsunami

      Letak Kabupaten Pesisir Barat yang berada di sepanjang garis pantai sejauh 210 Km dari utara ke selatan serta adanya sistem palung yang memanjang sejajar Pulau Sumatera di Samudera Indonesia yang terletak di sebelah baratWilayah Kabupaten Pesisir Barat merupakan zona lemah yang berpotensi terjadinya runtuhan material di dasar laut. Apabila terjadi perpindahan/longsoran material di palung atau sistem patahan yang sejajar dengan palung di Samudera Indonesia akibat proses tektonik, maka terdapat kemungkinan akan terjadi gelombang tsunami yang mengarah kurang lebih ke arah timur laut atau barat daya. Kawasan rawan bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat hampir terdapat di setiap kecamatan.Kecamatan yang memiliki wilayah garis pantai yang panjang memiliki resiko yang cukup besar.Jika dilihat berdasarkan luasan kawasan rawan bencana, maka Kecamatan Bengkunat Belimbing memiliki luasan paling besar terhadap resiko rawan bencana tsunami.Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

      

    Tabel 2.7

      Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat

      Luas Kawasan Persentase Luas Nama Rawan Terhadap Luas No Wilayah Kecamatan Bencana Wilayah (Ha) Tsunami (Ha) Kecamatan (Ha)

      1 Pesisir Selatan 4.919,61 40.917 12,02%

      2 Bengkunat 1.335,22 21.503 6,21% Bengkunat 3 7.986,97 94.370 8,46% Belimbing

      4 Ngambur 3.838,21 32.717 11,73%

      5 Pesisir Tengah 516,12 12.064 4,28%

      6 Karya Penggawa 850,75 21.113 4,03%

      7 Way Krui 175,25 4.092 4,28%

      8 Krui Selatan 1.371,34 3.625 37,83%

      9 Pesisir Utara 813,12 8.427 9,65%

      10 Lemong 991,34 45.499 2,18%

      11 Pulau Pisang 160,99 4.361 3,69%

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat Luas Kawasan Persentase Luas Nama Rawan Terhadap Luas No

      Wilayah Kecamatan Bencana Wilayah (Ha) Tsunami (Ha) Kecamatan (Ha) Total 22.958,91 288.688 7,95%

       Sumber: Hasil Analisis, 2014 Isu-isu Strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya

      Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut: a.

      Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

      b.

      Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.

      c.

      Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

      d.

      Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.

      e.

      Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

      . . . . . . . . . . . . . .

      Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) RPIJM

      Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat