Perilaku Keuangan : Teori dan Implementasi

PERILAKU KEUANGAN:

  

Teori dan Implementasi

Isfenti Sadalia Novi Andrani Butar-Butar Pustaka Bangsa press

  Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Isfenti Sadalia

Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi/ Isfenti Sadalia [dan]

Novi Andrani Butar-Butar,-Medan: Pustaka Bangsa Press

ISBN 978-602-1183-32-8 I.

  Judul.

  Hlm. 68 Uk. 15,5 x 24 cm © Hak cipta dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin dari penulis Hak penerbitan pada Penerbit Pustaka Bangsa Press Anggota IKAPI

ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB PENERBIT

KATA PENGANTAR

  Kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkah dan rahmat Nya, sehingga buku Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi ini dapat diselesaikan. Berawal dari sebuah keinginan untuk dapat memberikan kemanfaatan lebih untuk khalayak, kami mencoba untuk berbagi ilmu pengetahuan yang telah dititipkan-Nya melalui media buku.

  Sebagian besar mahasiswa sulit untuk memperoleh buku terkait dengan Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi, oleh karena itu diharapkan buku ini mampu menjawab segala persoalan dan kebutuhan terkait dengan pemahaman teori tentang aplikasi analisis manajemen keuangan.

  Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan- rekan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut memberi kontribusi dalam proses penyelesaian buku ini. Akhir kata, dengan kerendahan hati, penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif dari para pembaca. Semoga buku ini bermanfaat.

  Medan, Nopember 2016 Penulis

  

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................... iii

Kata Sambutan Ketua Lembaga Penelitian

USU ..................................................................... iv

Daftar Isi .............................................................. v

  

BAB I. Perilaku Keuangan ............................... 1

A. Sejarah Perkembangan Perilaku Keuangan .................................................... 2 B. Pengertian Behaviour Finance ................... 5 C. Homo Economicus...................................... 7 D. Kontribusi Para Ahli ................................... 7 E. Penyimpangan ............................................ 8

BAB II. Anchoring Dan MentalAccounting ..... 10

A. Anchoring ................................................ 10 B. Mental Accounting (Akuntansi Mental) ..................................................... 11 BAB III. Bias Dan Gambler’s Fallacy ............... 14 A. Confirmation and Hindsight Bias ........... 14 B. Gambler’s Fallacy ..................................... 15 C. Herd Behavior ........................................... 17 BAB IV. Over Confidence Dan Ketersediaan Bias ................................................... 19 A. Terlalu Percaya (Over Confidence) .......... 19 B. Over Reaction dan Ketersediaan Bias ..... 20

BAB V. Theory Prospect................................. 21

BAB VI. Perilaku Penggunaan Uang ............... 26 BAB VII. Perilaku Pengelolahan Uang ............. 28

  BAB VIII. Financial Behavior and Financial Performance on Small and

Medium Enterprise in Medan

Coastal ............................................. 30 BAB IX. Financial Management Behavior and Financial Distress on Small Medium Enterprice in Seabord of Medan .............................................. 42

  BAB X. Financial Literacy dan Financial BehaviorMahasiswa Universitas Sumatera Utara ................................. 54

BAB XI. Kesimpulan .......................................63

Daftra Pustaka ..................................................... 65

BAB I PERILAKU KEUANGAN Menurut Teori Keuangan Konvensional memaksimumkan

  kekayaan merupakan hal yang rasional bagi seluruh dunia. Jika kita menggunakan teori keuangan ‘konvensional’ atau ‘modern’ untuk menggambarkan keuangan, kita akan berbicara mengenai jenis pembiayaan yang didasarkan pada teori-teori yang rasional dan logis, seperti Capital Aset Pricing Model (CAPM) dan

  

Efficient Market Hypothesis (EHM). Teori ini berasumsi bahwa

sebagian besar orang berperilaku secara rasional dan terduga.

  Namun, ada saatnya dimana ketika emosi dan psikologi seseorang mempengaruhinya dalam mengambil keputusan menyebabkan individu berperilaku tidak rasional. Para ahli dibidang keuangan dan ekonomi mulai menemukan adanya penyimpangan dan perilaku yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang telah ada pada saat itu. Peristiwa keuangan tersebut antara lain berupa anomali keuangan dalam bentuk volatilitas saham secara eksesif di pasar modal seprti kasus January Effect,

  

Day of the week effect, returns over trading dan non-trading

periods, stock return volatility dan the internet phenomenon.

  Pada saat itu pasar terbukti berperilaku dengan tidak terduga atau tidak rasional, sementara teori konvensional atau modern yang ada pada saat itu hanya bisa menjelaskan tentang keadaan yang ideal atau terduga saja. Oleh karena itu, muncullah teori yang disebut dengan teori perilaku keuangan yang membahas tentang perilaku yang tidak terduga.

  Hal tersebutlah yang tidak termasuk kedalam teori keuangan konvensional. Karena adanya faktor psikologi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusannya sedangkan teori pada saat itu tidak dapat menjelaskannya, maka dikenallah ilmu keuangan yang disebut dengan tingkah laku atau perilaku keuangan (behavior finance).

  Perilaku keuangan merupakan bidang ilmu yang relatif baru yang bertujuan untuk menggabungkan teori psikologi perilaku dan kognitif dengan ekonomi konvensional dan keuangan untuk memberikan penjelasan mengapa orang mengambil keputusan keungan yang tidak rasional. Perilaku keuangan berhubungan dengan tanggung jawab keuangan seseorang terkait dengan cara pengelolaan keuangannya. Tanggung jawab keuangan adalahbagaimana proses pengelolaan uang dan aset yang dilakukan secara produktif.

  Studi ini berpendapat bahwa masyarakat nyaris bersikap tidak rasional sebagaimana telah dibuat dalam teori keuangan tradisional. Ide bahwa psikologi mendorong pergerakan pasar saham mengusik teori-toeri yang ada yang menyatakan bahwa pasar adalah efisien.Penganut teori perilaku menjelaskan bahwa perilaku irasional adalah persoalan yang umum, bukan sebuah anomali (penyimpangan).

  Dalam buku ini akan dibahas tentang sejarah singkat perilaku keuangan, penyimpangan yang terjadi di dunia keuangan, teori prospek dan contoh penelitian yang membahas tentang perilaku keuangan.

A. Sejarah Perkembangan Perilaku Keuangan

  Pada awalnya kemunculan perilaku keuangan dimulai karena adanya penolakan terhadap teori pasar efisien. Robert J. Shiller seorang profesor dari Universitas Yale adalah orang yang mempunyai peran yang besar dalam perilaku keuangan karena dia mengungkapkan bahwa pasar tidak sepenuhnya efisien. Pada tahun 1981, dengan penelitian yang berjudul “Do Stock Price

  

Move too much to be Justified by Subsequent Changes in

Dividends

  ’ yang dipublikasikan di The American Economic

  

Review, Robert menunjukkan telah terjadi excess volatility

antara harga saham dengan fundamental yang mendasarinya.

  Penelitian ini akhirnya menimbulkan perdebatan yang luar biasa di kalangan para akademisi. Karena pada saat itu Shiller tidak mengetahui faktor apa yang menyebabkan pasar menjadi tidak efisien.

  Dalam membuktikan volatilitas itu, Shiller mendapatkan bantuan dari istrinya.Istri dari Shiller yang merupakan seorang mahasiswa doktoral bidang psikologi di Universitas Daleware mencoba membantu Shiller dengan menjelaskan ketidakefisienan pasar dengan pendekatan ilmu sosial dan pada makalah yang diberi judul “Stock Price and Social Dynamics’ pada pertemuan di Brooking Institute. Namun dia malah mendapat , ejekan tidak hanya datang secara lisan pasa saat konferensi. Ejekan secara tertulis pun ada, G. William Schwert seorang pendukung teori pasar efisien menjuluki Shiller dengan sebutan ‘sosiolog amatiran’. Hasil konferensi tersebut menyatakan bahwa setiap pergerakan pasar saham haruslah mempunyai landasan yang rasional. Namun Shiller memiliki pendapat lain mengenai hasil konferensi tersebut, Ia mengatakan bahawa kesimpulan itu merupakan sebuah kesalahan ‘satu dari kesalahan terbesar terbesar sejarah pemikiran ekonomi’.

  Orang yang berperan besar lainnya dalam perilaku keuangan adalah Richard H. Thaler, seorang profesor ekonomi dan ilmu keperilakuan dari Universitas Chicago. Thaler menulis disertasi doktoralnya berdasarkan paradigma pasar efisien, tetapi pada akhirnya ia berbalik arah dengan mengembangkan perilaku keuangan. Akhirnya Thaler menjadi sebuah anomali di universitasnya karena menyimpang dari pemikiran ekonomi neoklasik yang dikembangkan dari sekolah pemikir ekonomi (economic schools of thought).

  Dengan dukungan dana dari Russell Sage Foundation, sejak tahun 1991 Thaller bersama Shiller mengkoordinasikan sebuah workshop pada National Biro Economic Research (NBER). Sejak saat itulah penelitian dengan tema perilaku keuangan menjadi semakin berkembang pesat. Perkembangan ini ditandai dengan semakin bertambahnya working paper yang bertema perilaku keuangan. Jurnal ilmiah utama ilmu keuangan sudah menjadi media publikasi hasil penelitian tentang perilaku keuangan, seperti The Journal of Finance dan Journal of

  

Financial Economics. Perkembangan perilaku keuangan ini

  menjadi cara berpikir yang baru dalam memahami fenomena ekonomi keuangan dan hal ini menunjukkan bahwa kalangan akademisi keuangan telah menerima keberadaan teori perilaku keuangan.

  Daniel Kahneman, akibat dari pengintegrasian ilmu psikologi kedalam ilmu ekonomi keuangan membuat ia diberi hadiah nobel ekonomi pada tahun 2002. Hal inidikarenakan ia memodelkan perilaku manusia mengambil resiko dari ilmu psikologi kedalam ilmu ekonomi yang dikenal dengan nama teori prospek.

  Teori perilaku keuangan masih dianggap berusia muda, jika dibandingkan dengan ilmu keuangan pada periode sebelumnya. Namun, saat ini perilaku keuangan tidak hanya sebatas konsep tetapi sudah menjadi metode operasional untuk menganalisis dan menjelaskan tentang keberadaan dari

  

mispricing harga saham, menjelaskan mengapa individu tidak

  melakukan diversifikasi dan bagaimana noise trader menciptakan pasar yang tidak efisien.

  Saat ini dalam melakukan kegiatan investasi, investor tidak hanya menggunakan estimasi atas prospek instrumen investasi saja tetapi juga sudah memasukkan faktor psikologi. Bahkan, banyak pihak yang sudah menyatakan bahwa faktor psikologi investor memiliki peran yang paling besar dalam menentukan investor untuk berinvestasi. Contoh yang cukup menarik dalam berinvestasi adalah adanya rasio terikat (bounded

  

rationality). Di lain sisi juga terjadi, investor menjual saham

  dengan cepat pada saat harga saham tinggi (memberikan untung) dan bisa menahan saham dalam jangka waktu yang lama ketika harga saham tersebut turun (rugi). Faktor psikologi tersebut memberikan pengaruh dalam berinvestasi dan juga mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu, analisis berinvestasi yang menggunakan teori psikologi dan teori keuangan dikenal dengan perilaku keuangan (behavioural finance).

  Ciri-ciri manusia yang paling umum adalah takut, marah, serakah, mementingkan diri sendiri dalam menempatkan keputusan tentang uang. Perilaku manusia biasanya tidak bersifat proaktif, melainkan lebih bersifat reaktif. Perilaku keuangan relatif lebih mudah untuk menjelaskan mengapa individu membuat sebuah keputusan, tetapi malah mengalami kesulitan dalam mengukur apa akibat dari keputusan tersebut kepada dirinya. Perilaku keuangan mempelajari pengaruh dari faktor sosial, kognitif dan emosional pada keputusan ekonomi individu.

  Adapun perkembangan perilaku keuangan yang memasukkan faktor kekuatan emosi dan psikologi investor di pasar keuangan adalah: 1.

  Mackay (1841) menyajikan kronologis tentang kepanikan yang terjadi di pasar keuangan sebagai cerminan dari adanya aspek psikologis investor.

  2. Bon (1895) mengajukan gagasan tentang prean ‘crowds’ yang dapat diartikan sebagai investor di pasar, dan perilaku dari perilaku kelompok yang mencoba kemampuan di bidang keuangan, psikologi, sosial, sosiologi dan sejarah.

3. Selden (1912) menerapkan perilaku keuangan dalam konteks psikologi di pasar modal.

B. Pengertian Behaviour Finance

  Banyak ahli yang telah mendefinisikan perilaku keuangan, berikut adalah beberapa definisi perilaku keuangan : 1) Shefrin (2000), perilaku keuangan adalah studi yang mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku keuangannya. Tingkah laku dari para para pemain saham tersebut disebut tingkah laku para praktisi. 2) Nofsinger (2001), perilaku keuangan yaitu mempelajari bagaimana manusia secara actual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan (a financial setting). 3)

  Litner (1998), perilaku keuangan merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia menyikapi dan bereaksi atas informasi yang ada dalam upaya untuk mengambil keputusan yang dapat mengoptimalkan tingkat pengembalian dengan memperhatikan risiko yang melekat di dalamnya (unsur sikpa dan tindakan merupakan faktor penentu dalam berinvestasi). 4)

  Fuller (2000) mendefinisikan perilaku keuangan kedalam tiga poin cara, yaitu: a.

  Perilaku keuangan adalah penggabungan antara ekonomi klasik dan keuangan dengan psikologi dan ilmu pengambilan keputusan, dan perlu diketahui bahwa ilmu pengambilan keputusan juga berkembang mengikuti perkembangan zaman, sehingga penerapan teori ekonomi klasik yang relatif bersifat baku, berbeda-beda seiring dengan perkembangan zaman.

  b.

  Perilaku keuangan adalah suatu percobaan untuk menjelaskan apa penyebab beberapa anomali-anomali keuangan yang sudah terlihat dandibukukan dalam literasi keuangan. Banyaknya studi kasus dan observasi dari kejadian sebelumnya diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan teori perilaku keuangan dimasa depan. Diharapkan anomali-anomali keuangan tersebut dapat dijelaskan melalui teori-teori baru. c.

  Perilaku keuangan adalah suatu bidang studi yang menjelaskan bagaimana investor secara sistematis membuat judgement yang salah atau ‘mental mistakes

  Shefrin (2000) menyatakan ada tiga tema yang dibahas dalam perilaku keuangan, dimana tema tersebut dibuat dalam bentuk pertanyaan, yaitu: 1.

  Apakah praktisis keuangan mengakui adanya kesalahan karena selalu berpatokan kepada aturan yang telah ditentukan (rules of thumb). Bagi penganut perilaku keuangan mengakuinya sementara keuangan tradisional tidak mengakuinya. Penggunaan rules of thumb ini disebut dengan Heuristics to Process Data. Penganut keuangan tradisional selalu menggunakan alat statistik secara tepat dan benar untuk memperoleh data. Sementara penganut perilaku keuangan melaksanakan rules of thumb seperti ‘back-ofothe-

  envelope calculation’ dimana ini secara umum tidak

  sempurna. Akibatnya, praktisi memegang ‘biased beliefs’ yang mempengaruhi memenuhi janji terhadap kesalahan tersebut. Tema ini dikenal dengan Heuristics-driven bias.

  2. Apkah bentuk termsuk inti persoalan (subtance) mempengaruhi praktisi? Penganut perilaku keuangan menyatakan bahwa persepsi praktisi terhadap risiko dan tingkat pengembalian sangat dipengaruhi oleh bagaimana ‘decision problem’ dikerangkanya (framed). Sementara penganut keuangan tradisional memandang semua keputusan berdasarkan transparan dan objektif. Tema ini dikenal dengan frame dependence.

  3. Apakah kesalahan dan kerangka mengambil keputusan mempengaruhi harga yang dibangun pada pasar? Penganut perilaku keuangan menyatakan ‘heuristics-driven bias’ dan pengaruh framing menyebabkan harga jauh dari nilai fundamentalnya sehingga pasar tidak efisien. Sementara pengantu keuangan tradisional mengasumsikan pasar efisien seperti yang diuraikan Fama (1970). Tema ini dikenal dengan pasar tidak efisien (inefficient market).

  C. Homo Economicus

  Salah satu asumsi paling dasar adalah bahwa ekonomi konvensional dan keuangan dibuat untuk orang-orang yang rasional yang berusaha sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Menurut ekonomi konvensional, emosi dan faktor-faktor eksternal lainnya tidak mempengaruhi orang- orang ketika mengambil keputusan ekonomi mereka.

  Dalam kebanyakan kasus, asumsi ini tidak mencerminkan bagaimana orang berperilaku didunia nyata. Faktanya adalah individu sering berpikir tidak rasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang yang membeli tiket lotre dengan harapan memenangkan jackpot yang besar. Dari sudut pandang yang logis, hal ini tentu sangat tidak masuk akal. Membeli tiket lotre dengan peluang menang yang kecil dan harus bersaing dengan pemegang tiket yang lain (seperi 1 berbanding 100juta). Walaupun begitu, jutaan orang tetap menghabiskan uang mereka untuk kegiatan ini.

  Penyimpangan tersebut membuat para ahli untuk melihat kepada psikologi kognitif tentang perilaku yang tidak rasional dan tidak logis. Bahwa sebenarnya keuangan modern telah gagal untuk menjelaskan keadaan yang terjadi di pasar. Perilaku keuangan berusaha untuk menjelaskan tindakan, sedangkan keuangan modern berusaha untuk menjelaskan tindakan “manusia ekonomi”.

  D. Kontribusi Para Ahli

  Psikolog kognitif Daniel Kahneman dan Amos Tvesky dianggap sebagai ayah dari perilaku ekonomi atau keuangan. Kahneman dan Tvesky menyampaikan penilaian pada kondisi ketidakpastian yang bisa menghasilkan heuristik atau bias. Kahneman dan Tvesky pada tahun 1979 dengan teori prospek dan dilanjutkan dengan pada tahun 1992 tentang teori prospek lanjutan. Kahneman sebagia salah satu promotor teori ini mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 2002 yang memberikan alternatif analisis dalam bidang ekonomi dan keuangan. Kahneman dan Tvesky memperkenalkan teori prospek. Teori ini dimulai dengan mengkritik teori utilitas yang paling banyak dipergunakan dalam menganalisis investasi terutama dalam kondisi berisiko. Manusia dalam mengambil keputusan berperilaku menurut ilmu psikologi. Richard Thaler merupakan pengembang bidang perilaku keuangan, selama studinya Thaler menjadi lebih sadar akan kekurangan teori-teori ekonomi konvensional yang berkaitan dengan perilaku masyarakat. Thaler menyadari bahwa tidak seperti ekonomi konvensional, teori psikologi dapat menjelaskan ketidakrasionalan dalam berperilaku.

  Meskipun perilaku keuangan telah mendapat dukungan, namun hal ini tidak lepas dari adanya kritik. Kritikus yang paling menonjol dari perilaku keuangan adalah Eugene Fama, pendiri teori efisiensi pasar. Profesor Fama menunukkan bahwa meskipun ada beberapa penyimpangan yang tidak bisa dijelaskan dengan teori keuangan modern, efisiensi pasar tidak harus benar- benar ditinggalkan demi perilaku keuangan. Ia mencatat bahwa banyak penyimpangan yang ditemukan dalam teori konvensional bisa dianggap peristiwa kesempatan jangka pendek yang pada akhirnya diperbaiki dari waktu ke waktu. Fama berpendapat bahwa banyak dari temuan dibidang perilaku keuangan tampaknya bertentangan antara satu dengan yang lain, dan bahwa semua perilaku keuangan ini sendiri tamoaknya menjadi koleksi penyimapangan yang dapat dijelaskan oleh efisiensi pasar.

E. Penyimpangan

  Adanya penyimpangan yang terjadi dalam ekonomi konvensional menjadi kontribusi besar untuk pembentukan perilaku keuangan. Berikut ini beberapa penyimpangan yang ditemukan dalam literatur keuangan:

  1. Efek Januari yang diperdagangkan akan cenderung bergerak naik pada minggu-minggu awatersebut. Hal ini bertentangan dengan hipotesis pasar yang efisien yang mempredikasi bahwa saham harus bergerak pada “random walk”. Salah satu penjelasannya adalah bahwa lonjakan return Januari adalah hasil dari investor yang menjual saham yang turun pada Bulan Desember untuk menghindari kerugian pajak, mengakibatkan return bangkit kembali pada Bulan Januari ketika investor memiliki lebih sedikit intensif untuk menjual.

  2. Kutukan Sang Pemenang

  The Winner Curse atau Kutukan Sang Pemenang adalah sebuah istilah yang sering digunakan dalam dunia politik dan ekonomi. Wikipedia mengartikan sebagai: kejadian seakan- akan kemenangan telah diraih namun sebenarnya pihak yang dianggap kalah telah berada dalam keadaan untung, hal ini terjadi karena kurangnya informasi“. Menurut Thaler (1988) tentang kutukan sang pemenang, ada dua faktor utama yang melemahkan proses penawaran rasional yaitu jumlah penawaran dan agresivitas penawar. Sebagai contoh, banyaknya penawar yang terlibat dalam sebuah proses penawaran mengartikan bahwa Anda harus melakukan penawaran yang lebih agresif untuk mencegah orang lain mendapatkan barang yang ditawar itu. Sayangnya, meningkatkan agresivitas Anda juga akan meningkatkan kemungkinan bahwa tawaran yang Anda menangkan akan melebihi nilai yang seharusnya.

3. Equity Premium Puzzle

  Selama periode 70 tahun, saham menghasilkan return yang melebihi return obligasi pemerintah. Atau dengan kata lain return yang dihasilkan saham lebih besar daripada return obligasi pemerintah. Jawaban perilaku keuangan untuk equity premium puzzle adalah kecenderungan orang untuk memiliki “myopic loss aversion”, sebuah situasi dimana investor terlalu disibukkan oleh dampak negatif dari kerugian dibandingkan jumlah keuntungan yang didapat, dengan kata lain memandang investasi dalam jangka pendek.

BAB II ANCHORING DAN MENTAL ACCOUNTING A. Anchoring Anchor adalah suatu hal yang jika terjadi akan memicu

  suatu perasaan atau emosi tertentu. Dalam istilah psikologi klasik, anchor adalah suatu stimulus yang memicu reaksi khusus. Anchor dapat terjadi dengan sendirinya (alami), dapat pula di ciptakan secara sengaja. Ide-ide dan pendapat kita harus

  

berdasarkan fakta yang relevan dan benar agar dapat dianggap

sah. Namun hal ini tidak selamanya berlaku. Konsep anchoring

mengacu kepada kecenderungan untuk melampirkan atau

‘penahan’ pikiran kita ke titik referensi. Anchor adalah sesuatu

yang bisa mengingatkan kita tentang kejadian-kejadian yang

pernah kita alami sebelumnya.

  Salah satu contoh anchor alami adalah phobia. Phobia adalah reaksi takut yang berlebihan (tidak masuk akal) pada suatu stimulus (anchor) tertentu. Misalnya ketika melihat kecoa, langsung memicu takut dan tidak berani berjalan mendekatinya.

  Anchor yang diciptakan dengan sengaja misalnya adalah lampu merah lalu lintas. Karena melihat asosiasi berkali-kali antara warna merah dan berhenti, maka mata kita mejadi terlatih. Begitu melihat warna merah lampu lalu lintas, maka secara otomatis kita akan berhenti. Disiplin psikologi sudah meletakkan dasar-dasar teknik anchor dengan sangat baik.

  a) Diamond Anchor Kebijakan konvensional menyatakan bahwa cincing

berlian untuk pertunangan berharga gaji selama daua bulan.

  

Percaya atau tidak, standar ini merupakan contoh paling logis

dari anchoring. Sementara untuk menghabiskan gaji dua bulan

berfungsi sebagai patokan. Banyak pria yang tidak mampu

memberikan gaji dua bulannya untuk sebuah cincin karena dia

  

masih memiliki beban biaya hidup. Akibatnya, banyak yang

berhutang untuk memenuhi ‘standar’ tersebut.

  b) Investment Anchoring Anchoring juga dapat menjadi sumber frustasi dalam

  dunia keuangan, karena investor mendasarkan keputusan mereka pada angka yang tidak relevan dan statistik. Sebagai contoh, anggaplah saham ABC memiliki pendapatan yang sangat kuat tahun lalu, menyebabkan harga saham menanjak naik dari $25 sampai $80. Sayangnya, salah satu pelanggan utama perusahaan yang berkontribusi 50% dari pendapatan ABC telah memutuskan untuk tidak memperpanjang perjanjian pembelian dengan ABC. Perubahan peristiwa ini menyebabkan penurunan harga saham ABC dari $80 menjadi $40. Dengan penahanan di ketinggian $80 dan harga saat ini sebesar $40, investor keliru bahwa ABC berada pada under value. Perlu diingat bahwa ABC tidak dijual pada harga diskon, melainkan penurunan harga saham tersebut diberikan pada perubahan fundamental ABC (kehilangan pendapatan dari pelanggan besar).

  c) Menghindari Anchor

  Investor yang sukses tidak mendasarkan keputusan mereka hanya pada satu atau dua tolak ukur, mereka mengevaluasi setiap perusahaan dari berbagai perspektif dalam rangka untuk memperoleh gambaran sesungguhnya dari lahan investasi.

B. Mental Accounting (Akuntansi Mental)

  Akuntansi mental mengacu kepada kecenderungan orang untuk memisahkan uang mereka ke dalam rekening yang terpisah (berbeda) berdasarkan kriteria subjektif, seperti sumber uang dan niat untuk setiap akun. Menurut teori, individu menetapkan fungsi yang berbeda untuk masing-masing kelompok aset, yang sering memiliki efek yang tidak rasional dan merugikan pada keputusan mereka. Meskipun banyak orang yang menggunakan akuntansi mental, mereka mungkin tidak menyadari betapa betapa tidak logis pemikiran ini. Misalnya, orang sering memiliki ‘celengan’ atau dana yang disisihkan untuk liburan atau membeli rumah, namun mereka masih membaawa kartu kredit. Dalam hal ini, daripada menabung untuk liburan, tindakan yang paling logis adalah dengan menggunakan dana yang berada dicelengan (uang yang kemungkinan ada) untuk melunasi hutang daripada menggunakan kartu kredit. Hal ini tampak cukup sederhana tapi kenapa orang tidak berpikir seperti itu? Jawabannya terdapat pada nilai pribadi orang yang memiliki aset tersebut.

  a) Dilema Acount yang Berbeda

  Untuk menggambarkan pentingnya account yang berbeda yang berkaitan dengan akuntansi mental, perhatikan contoh berikut ini. Anda akan membeli sandwich seharga $6 untuk makan siang. Ketika anda sedang menunggu dalam antrian salah satu hal ini terjadi: (1) Anda menemukan bahwa saku anda bolong dan Anda kehilangan uang $6 anda; atau (2) anda telah membeli sandwich, namun ketika Anda sedang memakannya, Anda tersandung dan menjatuhkan sandwich tersebut ke lantai.

  Dalam kedua kasus ini (dengan asumsi Anda masih memiliki uang yang cukup), akankah Anda membeli sandwich lain? Secara logis, jawaban Anda untuk kedua skenario tersebut memiliki nilai yang sama; dilemanya adalah apakah Anda harus menghabiskan $6 untuk sandwich. Namun, karena bias akuntansi mentak hal ini tidak terjadi. Karena bias akuntansi mental, kebanyakan orang di skenario pertama tidak akan mempertimbangkan uang yang hilang untuk membeli makan siang mereka karena uang tersebut belum terhaiskan atau dialokasikan untuk hal tersebut. Akibatnya, mereka akan cenderung membeli sandwich lagi, sedangkan pada skenario kedua uang yang mereka miliki telah digunakan untuk membeli.

  b) Berbeda Sumber, Berbeda Tujuan

  Aspek lain dari akuntansi mental adalah bahwa orang- orang juga memperlakukan uang secara berbeda tergantung kepada sumbernya. Misalnya, orang akan cenderung menghabiskan lebih banyak uang yang ‘ditemukan’, seperti bonus kerja dan hadiah, dibandingkan dengan sejumlah uang yang biasanya diharapkan seperti gaji mereka. Ini merupakan contoh lain bagaimana akuntansi mental dapat menyebabkan penggunaan tidak logis terhadap uang.

  Secara logis, uang harus dipergunakan, terlepas dari manapun asal-usulnya. Memperlakukan uang secara berbeda karena berasal dari sumber yang berbeda merupakan pelanggaran terhadap premi logis. Dari mana uang itu berasal seharusnya menjadi faktor dalam berapa banyak Anda menghabiskannya. Bagaimanapu menghabiskan uang tersebut akan menurunkan kekayaan Anda secara keseluruhan.

c) Akuntansi Mental dalam Investasi Bias akuntansi mental juga masuk kedalam investasi.

  Sebagai contoh, beberapa investor membagi membagi investasi mereka menjadi portofolio investasi yang aman dan portofoliospekulatif untuk mencegah return yang negatif yang dimiliki oleh portofolio spekulatif yang mungkin akan berpengaruh terhadap seluruh portofolio. Masalahnya dalam praktek ini adalah bahwa meskipun semua pekerjaan dan semua uang yang investor habiskan untuk memisahkan portofolionya, kekayan bersihnya tidak akan berbeda jika dibandingkan dengan ia telah menggabungkan semuanya menjadi portofolio yang besar.

d) Menghindari Akuntansi Mental

  Kunci penting yang perlu dipertimbangkan untuk akuntansi mental adalah bahwa uang itu sepadan, terlepas dari mana asal-usulnya atau penggunaan yang dimaksudkan, semua uang itu sama. Anda dapat mengurangi pengeluaran yang sembarangan, dengan menyadari bahwa menemukan uang tidak ada bedanya dengan menghasilkannya dari bekerja.

  Sebagai perpanjangan dari persepsi uang itu sama, individu menyadari bahwa menabung dengan bunga yang rendah atau tanpa bunga akan sia-sia jika Anda memiliki hutang (dalam hal ini kartu kredit). Dalam banyak kasus, bunga atas hutang Anda akan mengikis keuntungan yang dapat Anda peroleh dari rekening tabungan. Walaupun memiliki tabungan itu penting, tapi adakalanya lebih masuk akal untuk menarik tabungan Anda untuk melunasi hutang.

BAB III BIAS DAN GAMBLER’S FALLACY A. Confirmation and Hindsight Bias Sering dikatakan bahwa

  “apa yang dilihat itulah yang dipercaya”. Sementara ini sering terjadi, dalam situasi tertentu apa yang Anda anggap benar belum tentu benar berdasarkan representasi dari realitas. Ini bukan untuk mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan indra Anda, melainkan bahwa perkiraan kita memiliki kecenderungan untuk memperkenalkan bias dalam pengolahan jenis informasi tertentu.

a) Konfirmasi Bias

  Dalam berinvestasi, bias konfirmasi menunjukkan bahwa investor akan lebih mungkin untuk mencari informasi yang mendukung idenya yang asli tentang investasi dan bukan mencari informasi yang bertentangan dengan hal itu. Akibatnya bias ini sering mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah karena satu sisi informasi cenderung condong membingkai investor untuk referensi, meninggalkan mereka dengan gambaran yang tidak lengkap.

  Misalnya, seorang investor yang mendengar tentang saham panas dari sumber yang tidak jelas dan tertarik dengan potensi keuntungannya. Investor tersebut mungkin memilih untuk meneliti saham untuk ‘membuktikan’ potensi disebut- sebut adalah nyata.

  Apa yang akhirnya terjadi adalah bahwa investor menemukan segala macam bendera hijau tentang investasi, sambil mengulas bendera merah terhadap bencana finansial, seperti kehilangan pelanggan yang kritis atau pasar yang berkurang.

  b) Hindsight Bias

  Persepsi umum lain tentang bias adalah ‘hindsight bias’, yang cenderung terjadi dalam situasi dimana seseorang percaya bahwa timbulnya beberapa peristiwa masa lalu sudah bisa ditebak dan benar-benar terjadi, padahal nyatanya tidak mungkin cukup untuk diprediksi.

  Banyak kejadian yang tampak jelas di hindsight. Psikolog atribut bias meninjau balik dengan kebutuhan bawaan kita untuk menemukan ketertiban di dunia dengan menciptakan penjelasan yang memungkinkan kita untuk percaya bahwa peristiwa- peristiwa dapat diprediksi. Sementara rasa ingin tahun berguna dalam banyak kasus untuk menemukan hubungan yang salah antara sebab dan akibat dari suatu peristiwa dapat mengakibatkan penyederhanaan yang salah.

  Misalnya, banyak orang sekarang mengklaim bahwa tanda-tanda gelembung teknologi dari akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an yang sangat jelas. Ini adalah contoh yang jelas dari

  

hindsight bias: Jika pembentukan gelembung telah jelas pada

  waktu itu, kemungkinan tidak akan terjadi peningkatan dan akhirnya meledak.

  Untuk investor dan yang liannya di dunia keuangan,

  

hindsight merupakan salah satu penyebab yang paling berpotensi

  membahayakan pola pikir bahwa investor atau trader dapat memiliki: kelebihan percayadiri. Dalam hal ini, terlalu percaya mengacu pada investor dan trader ‘keyakinan tidak berdasar bahwa mereka memiliki kemampuan saham’.

c) Menghindari Konfirmasi Bias

  Konfirmasi bias merupakan kecenderungan bagi kita untuk fokus pada informasi yang menegaskan beberapa pemikiran yang sudah ada. Bagian dari masalah dengan bias konfirmasi adalah bahwa menyadari itu tidak cukup baik untuk mencegah Anda melakukan hal itu. Salah satu solusi untuk mengatasi bias ini akan menemjukan seseorang untuk bertindak sebagai ‘pengatur alasan’. Dengan cara itu Anda akan dihadapkan dengan sudut pandang yang bertentangan untuk memeriksa.

  B.

   Gambler’s Fallacy

  Ketika hal ini menyangkut tentang masalah profitalitas, kurangnya pemahaman dapat menyebabkan asumsi yang salah dan prediksi terjadinya sebuah peristiwa. Salah satu asumsi yang salah disebut dengan kesalahan penjudi. Disebut kekeliruan (fallacy), tapi ini lebih merupakan sebuah gangguan dalam pikiran kita. Kita cenderung menumpukan berat yang luar biasa pada peristiwa-peristiwa yang telah lalu, dengan mempercayai bahwa peristiwa-peristiwa tersebut suatu saat nanti akan mempunyai pengaruh terhadap penghasilan kita di masa depan. Faktanya hal itu belum tentu terjadi, karena prediksi terjadinya kejadian dimasa depan belum tentu 100%.

  Contoh klasik adalah coin-tossing (mengundi dengan koin). Kalau yang muncul selalu bagian kepala, misalkan, lima kali berturut-turut, maka kita cenderung memprediksi akan ada peningkatan peluang berikutnya pada ekor

  —peluang sisanya tentu adalah kepala. Namun realitasnya, peluangnya masih tetap 50/50. Seperti yang dikatakan ahli statistik, hasil yang muncul pada toss yang berbeda adalah independen secara statistik dan kemungkinan hasil yang akan muncul tetap 50%.

  a) Gambler’s Fallacy In Investing Tidak sulit membayangkan bahwa dalam keadaan tertentu

investor atau trader dapat dengan mudah menjadi mangsa

gambler’s fallacy. Investor bertendensi berkeyakinan akan

terjadi koreksi secara alami dalam suatu perjudian yang adil

(negative recency effect). Lanjut bahwa bias ini mengakibatkan

investor berkeyakinan bahwa harga saham yang sedang menurun

atau trend menurun pada waktu tertentu akan kembali berbalik

arah alias meningkat lagi. Dan hal ini menyebabkan investor

terus menahan sahamnya sambil berharap bahwa saham yang

dipegang akan meningkat lagi harganya. Alhasil, investor pun

tidak memperhatikan kondisi perusahaan, karena mungkin

sajaperusahaan tersebut memang sedang menghadapi masalah

serius. Lainnya yaitu bias ini mengakibatkan perilaku investor

untuk terus-menerus melakukan hal yang sama di masa

mendatang.

b) Menghindari Gambler’s Fallacy

  Cara untuk menghindari

  gambler’s fallacy adalah

  investor harus mendasarkan keputusan investasi mereka berdasarkan analisis fundamental dan/atau analisis teknis sebelum menentukan apa yang akan terjadi. Bukan hanya sekedar melihat pada peristiwa yang telah terjadi dan berasumsi bahwa peristiwa itu juga yang terjadi di masa depan.

C. Herd Behavior

  Salah satu peristiwa keuangan yang paling terkenal adalah perilaku kawanan (herd behavior). Perilaku kawanan merupakan kecenderungan individu untuk meniru tindakan (rasional atau tidak rasional) dari kelompok yang besar. Perilaku kawanan menggambarkan bagaimana individu dalam kelompok dapat bertindak secara kolektif tanpa arah terpusat.

  Ada beberapa alasan mengapa perilaku kawanan terjadi, yang pertama adalah tekanan sosial. Semua orang mungkin tahu dari pengalaman mereka bahwa ini bisa menjadi kekuatan yang besar. Hal ini karena kebanyakan orang memiliki keinginan untuk diterima di dalam kelompok daripada dicap sebagai orang buangan. Oleh karena itu, mereka mengikuti perilaku kelompok yang merupakan cara yang ideal untuk menjadi anggota atau bagian dari kelompok tersebut. Alasan kedua adalah bahwa tidak mungkin sebuah kelompok yang besar bisa salah. hal ini bisa terjadi kepada individu yang memiliki sedikit pengalaman.

  a) The Cost of Being Led Astray

  Investor yang menggunakan strategi perilaku kawanan terus menjual dan membeli aset investasi mereka dalam mengejar tren investasi terbaru dan terpanas. Contohnya, jika seorang investor-kawanan mendengar bahwa saham A adalah investasi terbaik saat ini, ia akan mencairkan modal investasinya dan kemudian menanamkannya kepada saham A. jika saham B menjadi tren di beberapa saat kemudian, maka kemungkinan ia akan memindahkan dananya kesaham B.

  Perlu diingat bahwa setiap transaksi yang dilakukan menimbulkan sejumlah biaya transaksi, yang bisa mengikis keuntungan. Selain itu, sangat sulit untuk mengukur waktu perdagangan dengan benar, untuk memastikan bahwa Anda telah memasuki posisi yang tepat saat tren tersebut dimulai. Pada saat investor kawanan tahu tentang tren terbaru, sebagian besar investor lainnya telah mengalami keuntungan dari berita ini, dan potensi kekayaan memaksimalkan strategi ini sudah mencapai puncaknya. Ini berarti bahwa kawanan-investor-berikutnya mungkin akan masuk kedalam permainan dengan terlambat dan kecenderungan kehilangan uang, sedangkan kawanan yang didepan telah bergerak ke strategi yang lain.

b) Menghindari Herd Mentality

  Cara untuk menghindari perilaku kawanan ini adalah investor umumnya lebih baik untuk bebas dari kawanan. Hanya karena semua orang melompat ‘ikut-ikutan’ investasi pada sesuatu tertentu belum berarti bahwa strategi itu benar. Oleh karena itu, saran yang bisa diberikan adalah selalu pelajari hal- hal yang belum Anda ketahui sebelum Anda memutuskan untuk memilih hal itu.

BAB IV OVER CONFIDENCE DAN KETERSEDIAAN BIAS A. Terlalu Percaya (Over Confidence) Terlalu percaya bukanlah sifat yang hanya berlaku untuk

  mendasari manajer. Mempertimbangkan jumlah waktu yang telah Anda berikan dalam sebuah kompetisi dengan sikap Anda merupakan apa yang diperlukan untuk menang, terlepas dari jumlah pesaing atau fakta bahwa hanya ada satu pemenang.

  Perlu diingat bahwa ada garis tipis antara percaya diri dan terlalu percaya diri. Percaya diri menyiratkan realitis percaya pada kemampuan seseorang, sedangkan terlalu percaya diri biasanya menyiratkan penilaian terlalu optimis terhadap pengetahuan atau kontrol seseorang terhadap situasi.

  a) Investasi yang Terlalu Percaya

  Dalam dunia investasi, terlalu percaya dapat merusak kemampuan saham (investasi saham dalam jangka panjang). Seorang peneliti bernamaTerrence Odean menyatakan bahwa investor yang memiliki percaya diri umumnya melakukan lebih banyak perdagangan daripada merkea yang kurang percaya diri. Odean menemukan bahwa investor yang percaya diri percaya bahwa mereka lebih baik daripada yang lain dalam hal memilih saham terbaik dan waktu terbaik untuk masuk/keluar dari posisinya. Sayangnya, Odean juga menemukan bahwa investor yang melakukan perdagangan yang lebih sering tersebut rata-rata menerima return yang lebih rendah dari pasar.

  b) Menghindari Terlalu Percaya

  Manajer dana tahu bahwa setiap hari investasi menyajikan tantangan baru dan bahwa teknik investasi secara terus-menerus perlu pemurnian. Hampir kebanyakan investor yang terlalu percaya diri mendapatkan hasil yang rendah. Investor cukup percaya namun tidak terlalu percaya diri dan selalu berhati-hari dalam berinvestasi.

B. Over Reaction dan Ketersediaan Bias

  Salah satu konsekuensi memiliki emosi di pasar saham adalah reaksi berlebihan terhadap informasi baru. Menurut teori efisiensi pasar, informasi baru harus kurang lebih tercermin dalam keamanan harga. Contohnya, kabar baik harus meningkatkan bisnis. Namun kenyataannya cenderung bertentangan dengan teori ini. Sering kali investor dipasar saham diperkirakan bereaksi berlebihan terhadap informasi baru, menciptakan efek yang lebih besar dari yang sesuai pada harga aman. Selain itu, lonjakan harga bukan merupakan tren permanen

  • – meskipun perubahan harga biasanya mendadak dan cukup besar.

  a) Winners and Losers

  Dalam kasus saham loser, investor beraksi terlalu berlebihan terhadap berita buruk, sehingga mendorong harga saham ‘turun secara tidak proporsional’. Setelah beberapa waktu investor menyadari bahwa pesimisme mereka tidak sepenuhnya benar, dan saham yang kalah ini mulai bangkit kembali karena investor sampai pada kesimpulan bahwa saham itu underpriced. Yang sebaliknya berlaku pada saham portofolio pemenang, investor akhirnya menyadari bahwa kegembiraan mereka tidak benar-benar nyata.

  Menurut ketersediaan bias, orang cenderung memberatkan keputusan mereka terhadap informasi yang lebih baru, membuat setiap opini baru yang condong ke berita terbaru.

  b) Menghindari Ketersediaan Bias

  Mungkin pelajaran yang paling penting yang harus dipelajari disini adalah untuk mempertahankan rasa perspektif. Meskipun mudah untuk terjebak pada berita baru, namun pendekatan jangka pendek biasanya tidak menghasilkan hasil investasi terbaik. Jika Anda mempelajari secara menyeluruh tentang investasi Anda, maka Anda akan memahami makna sebenarnya dari berita terbaru dan akan dapat bertindak sesuai dengan berita tersebut. Ingatlah untuk fokus pada investasi jangka panjang.

BAB V THEORY PROSPECT Diyakini bahwa efek bersih dari keuntungan dan kerugian

  yang terlibat dengan masing-masing pilihan digabungakn untuk menyajikan evaluasi keseluruhan terhadap pilihan yang diinginkan. Para ahli cenderung menggunakan ‘utilitas’ untuk menggambarkan kenikmatan dan berpendapat bahwa kita lebih suka contoh yang memaksimalkan utilitas kita.