Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai A

Pemanfaatan Limbah Bahan Padat Sebagai Agregat Kasar
Pada Pembuatan Beton Normal
ABSTRAK
Pengunaan material recycle untuk digunakan dalam campuran beton di Indonesia
masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk
pengurukan, lapisan pondasi jalan dll. Hal ini mungkin disebabkan bahan baku
seperti semen dan agregat kasar maupun halus mudah didapat. padahal cepat atau
lambat material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun ke
tahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir 78 %
menjadi bahan pengisi utama campuran beton Melihat dari fenomena di atas maka
disini perlu untuk melakukan pemanfaatan kembali atau daur ulang material bekas
bongkaran bangunan atau puing-puing. Maka dari itu perlu dilakukan suatu
penelitian dari berbagai jenis material seperti ubin, genteng, dan batu alam yang
sudah digunakan sebagai pengganti agregat kasar. Tujuan dari penulisan ini adalah
untuk mengetahui karakteristik kualitas beton yang dibuat dengan memanfaatkan
bahan-bahan recycle agregat yaitu; pecahan ubin, pecahan genteng, pecahan batu
alam andesit sebagai agregat kasar kemudian juga untuk memberikan pemahaman
dan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan limbah konstruksi yang
ternyata bisa digunakan lagi sebagai pengganti agregat kasar yang umum
digunakan yaitu kerikil untuk pembuatan beton normal. Beton campuran agregat
kerikil dan pecahan batu alam andesit mencapai kuat tekan karakteristik yang

diisyaratkan yaitu 225 kg/ cm2. Beton dengan campuran pecahan ubin dan pecahan
genteng tidak mencapai kuat tekan karakteristik yang telah di isyaratkan. Dari 2
(dua) perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan volume dan perbandingan
mix design, ternyata kuat tekan yang dihasilkan lebih besar perbandingan volume
untuk pembuatan beton normal.
Kata Kunci : recycle, beton, pecahan, kuat tekan, agregat,

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan dunia yang semakin maju dan serba canggih, teknologi
beton mempunyai potensi yang luas dalam bidang konstruksi. Hal ini
menyebabkan beton banyak digunakan untuk konstruksi bangunan gedung,
jembatan, dermaga dan lain-lain. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam
konstruksi tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan material beton,
sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton
secara besara-besaran yang menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang
tersedia untuk keperluan pembetonan. (Suharwanto, 2005)
Pengunaan material recycle untuk digunakan dalam campuran beton di Indonesia
masih belum umum namun sudah mulai banyak digunakan antara lain untuk
pengurukan, lapisan pondasi jalan dll. Hal ini mungkin disebabkan bahan baku
seperti semen dan agregat kasar maupun halus mudah didapat. padahal cepat atau

lambat material akan semakin habis sehingga menyebabkan material dari tahun ke
tahun akan semakin mahal. Terutama agregat kasar atau kerikil yang hampir 78 %
menjadi bahan pengisi utama campuran beton (Astanto, 2001).
Beton normal adalah beton yang mempunyai kuat tekan berkisar antara 200 – 500
kg/cm2, beton ini mempunyai porsi terbesar produksi beton di Indonesia dan sering
dijumpai misalkan, di pabrik beton precast dan balok-balok beton pratekan, serta
pembuatan gedung bertingkat (Hanafiah, 2003)
Fungsi penggunaan agregat dalam beton adalah;, menghasilkan kekuatan yang
besar pada beton, mengurangi susut pengerasan beton dan dengan gradasi yang
baik maka akan didapatkan beton yang baik. Agregat yang digunakan dalam beton
berfungsi sebagai bahan pengisi, namun karena prosentase agregat yang besar
dalam volume campuran, maka agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan
beton (Mulyono, 2003). Maka dari itu agregat kasar pada campuran beton
mempunyai peranan penting, walaupun hanya sebagai pengisi akan tetapi agregat
kasar sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/ beton. Sehingga pemilihan
agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/ beton
( Triwidati,2002).
Limbah secara umum didefenisikan sebagai substansi atau suatu objek dimana
pemilik punya keinginan untuk membuang. Sedangkan limbah konstruksi


didefenisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari
proses konstruksi, perbaikan atau perubahan (Franklin,1998).
Data dari Bappeda DKI Jakarta pada tahun 2004, limbah padat yang dihasilkan

setiap hari mencapai 10.220 ton. Limbah tersebut berupa limbah padat yang
dihasilkan dari aktifitas industri, perumahan dan pertanian dimana didalamnya
termasuk limbah hasil dari pelaksanaan pembangunan konstruksi.
Melihat dari fenomena di atas maka disini perlu untuk melakukan pemanfaatan
kembali atau daur ulang material bekas bongkaran bangunan atau puing-puing.
Maka dari itu perlu dilakukan suatu penelitian dari berbagai jenis material seperti
ubin, genteng, dan batu alam andesit yang sudah digunakan, sebagai pengganti
agregat kasar kerikil. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kuat
tekan karakteristik beton yang dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan recycle
agregat yaitu; pecahan ubin, pecahan genteng, pecahan batu alam andesit sebagai
campuran agregat kasar.
TINJAUAN PUSTAKA
Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen
Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang
bersama-sama dengan batang baja, sehingga disebut beton bertulang (batang baja
berada di dalam beton). Pada saat ini sebagian besar bangunan dibuat dari beton

bertulang, disamping kayu dan baja.
Beton mempunyai kelebihan daripada bahan yang lain, antara lain karena harganya
relatif lebih murah daripada baja, tidak memerlukan biaya perawatan seperti baja
(baja harus selalu dicat pada setiap jangka waktu tertentu untuk mencegah karat),
dan tahan lama karena tidak busuk atau berkarat. Akan tetapi, beton yang
tampaknya mudah dibuat bila tidak dikerjakan atau direncanakan dengan teliti
akan menghasilkan bahan yang kurang baik, atau kurang kuat. Oleh karena itu
cara-cara membuat beton harus dipelajari dengan baik (Astanto, 2001). Dalam
keadaan yang mengeras, beton memiliki kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar,
beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk membentuk
seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif . Beton juga akan
memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara
khusus, misalnya diekspose agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang
bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada
permukaan betonnya). Selain tahan terhadap serangan api, beton juga tahan
terhadap serangan korosi (Mulyono, 2003).

Beton mempunyai beberapa kelebihan, antara lain yaitu (Mulyono,2003) :
a.


Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

b.

Mampu memikul beban yang berat.

c.

Tahan terhadap temperatur yang tinggi.

d.

Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton adalah relatif tinggi.

e.

Biaya pemeliharaan yang kecil.

Selain kelebihan, beton juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain yaitu
(Mulyono, 2003) :

a.

Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah.

b.

Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.

c.

Kekuatan tarik beton relatif rendah.

d.

Daya pantul suara yang besar.

Material Penyusun Beton Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 78 %
volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi akan tetapi

agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya sehingga
pemilihan

agregat

merupakan

suatu

bagian

penting

dalam

pembuatan

mortar/beton. Seperti dengan alternatif pemanfaatan pecahan beton yang terbakar
sebagai agregat kasar, karena kondisi pada saat ini agregat mulai berkurang dan
harganya melambung tinggi. Hal semacam ini banyak dialami oleh beberapa

daerah yang kesulitan mendapatkan material untuk bangunan, karena beberapa ada
daerah sumber material yang terpaksa ditutup (Astanto, 2001).
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lainlain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat
mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik
penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu
musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan (Murdock
dkk., 1991).

Semen Portland
Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa
bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker ( bahan ini
tertuma terdiri dari silika-silika kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips
sebagai bahan tambahan (Samekto dan Candra, 2001).
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri
dari kalsiumsilikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya (Mulyono, 2003).
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-8 1

atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB. 1989:3.2-8)
Sifat Sifat Semen Portland
Menurut (Samekto dan Candra, 2001) semen portland memiliki beberapa sifat
yang diantaranya dijelaskan sebagai berikut:
1. Kehalusan Butir
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga kurang
lebih 80 % dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin halus
butiran semen, makin cepat pula persenyawaannya. Makin halus butiran semen,
maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen akan semakin
menjadi besar. Makin besar luas permukaan butir ini , makin banyak pula air
yang dibutuhkan bagi persenyawaannya. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menentukan kehalusan butir semen. Cara yang paling
sederhana dan mudah dilakukan ialah dengan mengayaknya.
2. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur semen yang
telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu bentuk
itu tidak berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah mengeras. Apabila

benda menunjukkan adanya cacat (retak, melengkung, membesar atau

menyusut), berarti semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.
3. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat yang perlu
diketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaran
mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekat/pengikat. Pada umumnya,
pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur,
kuat tarik atau kuat tekan (desak) dari campuran semen dengan pasir.
Klasifikasi Semen Portland
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen Portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe,
yaitu :
Tipe I

: Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus.

Tipe II

: Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan

Tipe III


ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan

Tipe IV

awal yang tinggi.
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

Tipe V

panas hidrasi rendah.
: Semen Portland

yang

dalam

penggunaannya

menuntut

persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Air
Air diperlukan pada pembuatan beton beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak,
gula atau bahan kimia lainnya , bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan (Mulyono, 2003).
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen air, maka bukan
perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru
perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai Faktor Air Semen
(water cement ratio). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya

gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi kekutan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu,
kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90 % jika
dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB
1989:9).
Menurut (Pramono dan Suryadi, 1998), dalam pemakaian air untuk beton itu
sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gram
c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter
Kandungan zat-zat tersebut apabila terlalu banyak dapat berpengaruh jelek
terhadap beton, antara lain:
a.

Mempengaruhi proses reaksi kimia dari semennya

b.

Mempengaruhi lekatan antara pasta semen dan butiran batuan

c.

Mengurangi kekuatan atau keawetan beton

d.

Dapat juga membuat beton mengembang, sehingga terjadi retak-retak

Secara umum air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton ialah air yang
bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90%
kekuatan beton yang memakai air suling.
Fungsi agregat terhadap beton
Dalam beton agregat (agregat kasar dan agregat halus) mengisi sebagian besar
volume beton yaitu berkisar antara 60% sampai 80% sehingga sifat-sifat dan mutu
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu beton (Samekto dan Candra,
2001). Adapun fungsi penggunaan agregat dalam beton adalah untuk :
a. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton.
b. Dengan gradasi yang baik maka akan didapatkan beton yang padat.
c. Mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton. Dengan gradasi
agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang mudah dikerjakan atau
memiliki workability yang baik.

Semakin banyak bahan batuan yang digunakan dalam beton, maka semakin hemat
penggunaan semen Portland sehingga semakin murah harganya. Tentu saja dalam
penggunaan agregat tersebut ada batasnya, sebab pasta semen diperlukan untuk
pelekatan butir-butir dalam pengisian rongga-rongga halus dalam beton. Karena
bahan batuan tidak susut, maka susut pengerasan hanya disebabkan oleh adanya
pengerasan pasta semen. Semakin banyak agregat, semakin berkurang susut
pengerasan betonnya. Gradasi yang baik pada agregat dapat menghasilkan beton
yang padat sehingga volume rongga berkurang dan penggunaan semen Portland
berkurang pula. Susunan beton yang padat dapat menghasilkan beton dengan
kekuatan yang besar. Workability adukan beton plastis dapat diusahakan dengan
menggunakan gradasi agregat yang baik. Tetapi gradasi untuk mobilitas yang baik
memerlukan butir-butir berlapis pasta semen untuk dapat memudahkan gerak
adukan betonnya, sehingga butir-butir tidak dapat saling bersinggungan.
Pengaruh agregat kasar terhadap kualitas beton
Selain kekuatan pasta semen, hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah agregat.
Seperti yang telah dijelaskan, proporsi campuran agregat dalam beton 70-80 %,
sehingga pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi ekonomi maupun
dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang digunakan, secara linier dan
tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi baik, begitu juga
sebaliknya.
Agregat yang digunakan dalam beton berfungsi sebagai bahan pengisi, namun
karena prosentase agregat yang besar dalam volume campuran, maka agregat
memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton (Mulyono, 2003). Faktor-faktor
yang mempengaruhi kekuatan beton terhadap agregat adalah sebagai berikut
(Mulyono, 2003):
a. Perbandingan agregat dan semen campuran
b. Kekuatan agregat
c. Bentuk dan ukuran
d. Tekstur permukaan
e. Gradasi
f. Reaksi kimia

g. Ketahanan terhadap panas
Pemanfaatan Limbah Konstruksi Sebagai Agregat
Limbah logam berat berbahaya dalam banyak hal tidak dapat dimusnahkan dan
dimanfaatkan kembali, oleh karenanya pengurugan ke dalam landfill dibutuhkan.
Proses solidifikasi/stabilisasi (S/S) biasanya digunakan untuk merubah limbah cair
atau padat yang berpotensi berbahaya menjadi berkurang sifat bahayanya sebelum
diurug dalam sebuah landfill. Terbatasnya lahan untuk penimbunan, limbah
tersebut dapat menimbulkan masalah pencemaran. Kendala yang membatasi
penimbunan limbah, disertai dengan desakan untuk konservasi sumber daya alam,
menimbulkan upaya untuk mengkonversi limbah menjadi bahan yang bermanfaat.
Makalah ini menyajikan ringkasan sebuah penelitian yang dilaksanakan dalam
area pemanfaatan limbah dari sebuah industri baja untuk menggantikan sebagian
segmen Portland atau agregat dalam campuran beton. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa limbah Lumpur dapat menggantikan agregat halus sampai
50% berat, dan limbah debu dapat menggantikan semen Portland sampai 15%
berat. Terjadi penurunan kuat tekan bila proporsi yang digantikan berada di atas
nilai tersebut. Campuran beton meminimalkan pelindian logam berat dari limbah
yang diindikasikan dengan nilai TCLP dan uji durabilitas yang rendah
dibandingkan batasan standar. Penggunaan semen memainkan peran penting
dalam pengendalian pelindian jangka panjang dari struktur monolitik yang
terbentuk ( Damanhuri,2001)
Penggunaan sekam padi untuk pembuatan batu cetak dan papan semen, dengan
menggunakan bahan perekat yang terdiri dari campuran tras, kapur, dengan atau
tanpa semen Portland. Puslitbang Permukiman telah membuat rumah contoh pada
tahun1967( Amir,2002 )
Penggunaan ampas tebu, sisa-sisa industri kayu, ataupun kayu-kayu dari jenis “
lesser known species”, untuk diolah menjadi papan partikel, dengan menggunakan
bahan perekat seperti urea-formaldehid atau tanin formaldehid. ( Amir,2002).
Paving block pada saat ini sudah banyak dipergunakan sebagai bahan pelapis
permukaan jalan. Untuk memanfaatkan limbah genteng keramik dari pabrik
pembuatan genteng, sisa pembangunan suatu rumah, serta bongkaran rumah maka
digunakan agregat pecahan genteng keranik sebagai pengganti agregat penyusun

paving block. Penelitian ini bertujuan mengetahui kuat tekan paving block dan
membandingkan kekuatannya dengan paving block pasir alam yang ada dipasaran.
Perencanaan campuran paving block dilakukan dengan sistem perbandingan
volume. Perbandingan volume yang dilakukan adalah 1:6, 1:5, 1:4 serta
menggunakan agregat kasar pecahan genteng keramik 1:2:3. setelah dianalisis,
kuat tekan paving block yang menggunakan pecahan genteng keramik lebih baik
daripada paving block yang menggunakan agregat pasir alam (Handiyanto, 2004).
Tidak setiap daerah memiliki macam agregat yang sama baiknya dari segi
kekuatan, jenis dan ukurannya. Pecahan genteng menjadi bahan alternatif sebagai
agregat kasar untuk beton. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kuat tekan beton
dengan pecahan genteng sebagai agregat kasar dan mencari faktor air semen
optimum.
Perencanaan campuran beton menggunakan SK SNI T-15-1990-03. Benda uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah silinder beton dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm dengan mutu kuat tekan 200 kg/cm 2. nilai faktor air semen divariasi
0,5; 0,6 dan 0,7. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Benda uji yang dibuat 54 buah, yakni 27 buah untuk beton agregat kasar pecahan
genteng dan 27 buah untuk beton agregat kasar batu pecah biasa sebagai
perbandingan pada masing-masing pengujian hari dan faktor air semen. Hasil
penelitian ini memperlihatkan penggunaan pecahan genteng sebagai pengganti
agregat kasar dengan faktor air semen 0,5 pada umur 28 hari kuat tekan sebesar
192,84 kg/cm2 mendekati kuat tekan rencana beton. Nilai optimum faktor air
semen pada penelitian ini adalah 0,5 tetapi kuat tekan masih mempunyai
kecenderungan untuk meningkat jika nilai faktor air semen lebih kecil (Sutanto,
2001)

METODE PENELITIAN
Tahap Persiapan:
1. Identifikasi Masalah
Menentukan topik yang menarik untuk dibahas yaitu tentang pemanfaatan
limbah bahan padat sebagai agregat kasar pada pembuatan beton normal.
2. Landasan Teori
Pengumpulan literatur/ tinjauan serta jurnal-jurnal/ artikel dari internet yang
berkaitan dengan recycle agregat untuk dipakai sebagai bahan acuan.
3. Penentuan Agregat
Memilih jenis agregat yang diteliti, dilihat dari segi kemudahan pencarian
bahan material yaitu; puing-puing ubin, genteng dan batu alam andesit
kemudian dipecahkan untuk memenuhi syarat ukuran butiran agregat yaitu
maks. 40 mm.
Tahap Laboratorium:
1. Pengujian sample agregat dan pengujian di laboratorium
Pada tahap melakukan pengujian semua agregat yang akan digunakan dalam
campuran beton mengacu pada pedoman modul percobaan Teknologi Bahan
Konstruksi. karena tidak setiap agregat dapat langsung digunakan, perlu adanya
kontrol terhadap kualitas dan berbagai prilaku agar diperoleh beton dengan
mutu baik
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diambil dari pengujian beton baik pada saat proses
pengadukan/pengecoran maupun setelah beton mengeras yaitu:
Tahap Analisis
1. Analisa Kuat Tekan Beton
Analisa yang dilakukan dengan membandingkan hasil data kuat tekan beton
masing-masing jenis campuran melalui grafik sehingga kita dapat mengetahui

peningkatan yang dihasilkan pada tiap-tiap umur rencana. Dari analisa ini kita
dapat mengetahui karakteristik kualitas beton masing-masing jenis agregat
yang dipengaruhi oleh sifat dari bahan campuran agregat tersebut
2. Analisa Hubungan Penyusutan, Air Content dan Slump Test dengan Beton yang
dihasilkan
Analisa ini dilakukan dengan membandingkan nilai masing-masing data yang
didapat dengan umur rencana melalui grafik, untuk analisa Slump hanya
membandingkan nilai Slump yang didapat dengan workability. Dari analisa ini
kita dapat mengetahui pengaruh nilai masing-masing percobaan terhadap
kualitas beton yang dihasilkan.
3. Evaluasi Karakteristik Bahan
Evaluasi dilakukan terhadap bahan/material penyusun beton yaitu semen,
agregat kasar (ubin, genteng, batu alam dan kerikil), agregat halus (pasir) dan
air. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah bahanbahan yang digunakan untuk pembentuk beton dalam penelitian ini mempunyai
nilai-nilai yang sesuai dengan standar persyaratan yang sudah ditentukan.
Syarat susunan besar butir untuk agregat halus atau pasir menurut Peraturan
Beton Bertulang Indonesia (PBI) 197 1-NI-2 adalah jika agregat halus diayak
dengan ayakan standar ISO, bagian yang tertinggal di atas ayakan 4 mm tidak
kurang dari 2 persen berat, 1 mm tidak kurang dari 10 persen berat, 0,25 mm
antara 80 persen dan 95 persen, serta memiliki kandungan lumpur < 5 %.
Sedangkan syarat-syarat susunan besar butir untuk agregat kasar atau kerikil
menurut PBI 197 1-NI-2 adalah jika agregat kasar diayak dengan ayakan
standar ISO, bagian yang tertinggal di atas ayakan adalah 31,5 mm harus 0%
berat, 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat, serta memiliki
kandungan lumpur < 1 % dan kandungan klorida-nya < 0,15 % (Samekto dan
Candra, 2001).
Untuk semen persyaratan yang ditentukan menurut SNI adalah semen yang
diayak tertahan saringan No. 100 sama dengan 0.0% dan tertahan saringan No.
200 maks 22%. Sedangkan persyaratan yang ditentukan oleh SNI-03- xxxx2002 untuk air adalah pH air antara 4,5 sampai 8,5, untuk kadar bahan padat

dalam air maks. 2000 ppm, kadar tersuspensi dalam air maks. 2000 ppm, kadar
organik maks. 2000 ppm (Mindness and Young, 1981).
4. Analisa Keruntuhan
Analisa dilakukan dengan melihat secara visual jenis keruntuhan yang terjadi
pada saat pengujian kuat tekan. Dari analisa ini kita dapat mengetahui jenis
keruntuhan dan kualitas bahan campuran.
DATA HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan perhitungan mix design, lalu dilakukan pencampuran
bahanbahan penyusun beton dengan menggunakan concrete mixer, kemudian
sebelum beton mengeras dan dimasukkan kedalam cetakan juga dilakukan
pengujian. Pengujian yang dilakukan diantaranya air content test, slump test dan
setelah pembuatan benda uji dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian pada benda uji yang telah dibuat. Dalam hal ini pengujian
yang dilakukan adalah mencari nilai kuat tekannya dengan cara memberikan
tekanan (stress) pada beton keras sesuai dengan umur rencana yang telah
ditentukan kemudian dilakukan juga pengukuran terhadap penyusutan yang terjadi
akibat pembebanan pada permukaan benda uji beton.
Data Slump Test dan Air Content Test
Dalam penelitian ini dilakukan pula pengujian nilai slump test dan air content test,
pengujian nilai slump test dimaksudkan untuk mengetahui nilai kekentalan adukan
yang akan berpengaruh pada kemudahan dalam pengerjaan (workability) dan
pengujian air content test dimaksudkan untuk mengetahui nilai persentase
kandungan udara yang terdapat dalam beton segar. Adapun hasil dari kedua
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Nilai Slump Test dan Air Content Test
Jenis Agregat
Pecahan Ubin
Pecahan Genteng
Pecahan Batu
Alam
Andesit
Pecahan Kerikil

Mix Design
Slump Test Air Content Test

Slump Test

Volume
Air Content Test

35 mm
45 mm

2,3 %
2,0 %

45 mm
55 mm

2,0 %
1,9 %

40 mm

1,6 %

40 mm

1,4 %

40 mm

1,7 %

40 mm

1,7 %

Sumber: Hasil pengujian
Data Kuat Tekan Beton Kubus
Dalam penelitian ini digunakan benda uji berbentuk kubus 15x15x15 cm dengan
umur rencana 7, 14, dan 28 hari, setelah itu dicari berat kering dan nilai kuat tekan
dari masing-masing kubus beton. Hasil penelitian kuat tekan kubus beton dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 Data Kuat Tekan Campuran Volume
Benda

Berat beton (Gram)
Beban (KN)
7 hari 14 hari 21 hari 7 hari 14 hari 21 hari

Uji

7043 7129
7340
7105 7264
7260
Ubin
7118
7052
7334
6793 6856
6985
Pecahan
6687 6859
6940
Genteng
6890 6825
6840
Pecahan 7493 7973
8029
7853 8018
7901
Batu
7952 7866
7978
alam
7662 7596
7770
Pecahan
7729 7859
7718
Kerikil
7615 7729
7790
Sumber: Hasil pengujian
Pecahan

Kuat Tekan (Kg/cm2)
7 hari
14 hari 21 hari

250
270
275
290
285
275
415
330*
435

310
320
270*
350
345
375
495
510
480

330
335
320
300*
360
385
510
530
505

111,11
120
122,22
128,89
126,67
122,22
184,44
146,67*
193,33

137,78
142,22
120*
155,56
153,33
166,67
220
226,67
213,33

146,67
148,89
142,22
133,33*
160
171,11
226,67
235,56
224,44

370
380
370

505
480
475

495
490
505

164,44
168,88
164,44

224,44
213,33
211,11

220
217,78
224,44

Ket * : Dianggap sebagai invalid data

Tabel 3 Data Kuat Tekan Campuran Mix Design
Benda
Uji

Berat beton (Gram)
7 hari 14 hari

Beban (KN)

28 hari 7 hari 14 hari

28 hari

Kuat Tekan (Kg/cm2)
7 hari

14 hari

28 hari

7341

7383

7522

190

245

215*

84,44

108,89

95,56*

7410

7569

7496

182

400*

255

80,89

177,78*

113,33

7325

7432

7515

192

240

260

85,33

106,67

115,56

6953

6920

7155

210

325

350

93,33

144,44

155,56

6821

6895

7098

250

250

320

111,11

111,11

142,22

6750

6983

6976

260

290

270

115,56

128,89

120,00

Pecahan

8152

8074

8337

340

355

340*

151,11

157,78

151,11*

Batu

7875

8121

7981

373

265*

440

165,78

117,78*

195,56

alam

7967

7836

8240

365

360

415

144,44

160,00

184,44

Pecahan
Ubin
Pecahan
Genteng

Sumber: Hasil pengujian
Ket * : Dianggap sebagai invalid data
Tabel 4 Kuat Tekan Rata-Rata Campuran Volume
Umur

Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar (kg/cm2)
Pecahan
Pecahan
Pecahan
Batu
alam Kerikil

Ubin
7
117,78
14
140
21
145,93
Sumber: Perhitungan

Genteng
125,93
158,52
165,56

andesit
188,89
220
228,89

165,92
216,29
220,74

Tabel 5 Kuat Tekan Rata-Rata Campuran Mix Design
Umur

Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar (kg/cm2)
Pecahan Ubin Pecahan
Pecahan Batu alam
Kerikil

7
83,55
14
107,78
28
114,45
Sumber: Perhitungan

Genteng
106,67
128,15
139,26

andesit
153,78
158,89
190,00

165,92
216,29
232,44*

Ket* : hasil konversi pada umur 21 hari.
Tabel 6 Konversi Kuat Tekan Rata-Rata ke Umur 28 hari
Pecahan Ubin

Pecahan Genteng

Pecahan Batu

Kerikil

M
164,06
145,58
-

Alam
M
236,53
180,50
-

M/V
255,18
245,71
232,44

Umur
7→ 28
14→ 28
21→ 28

M
128,50
122,44
-

V
181,15
159,04
153,66

V
193,68
180,08
174,33

V
290,51
249,92
241,02

Sumber: Perhitungan
Ket* : untuk perbandingan mix design tidak dikonversi, karena sudah ada hasil
pengujian pada umur 28 hari.
M

: Mix Design

V

: Volume

Tabel 7 Faktor Pengali Nilai Konversi ke 28 Hari
Umur Beton
Ke Umur 28 Hari
Sumber: PBI 71

7 hari
1,538

14 hari
1,136

21 hari
1,053

Data Penyusutan
Dalam penelitian ini dilakukan juga pengukuran tinggi penurunan benda uji kubus
beton setelah melalui pengujian kuat tekan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong, hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
penyusutan yang terjadi pada beton keras. Adapun hasil pengujian tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 8 Data Penyusutan Campuran Volume
Benda Uji
Pecahan Ubin

Pecahan Genteng
Pecahan Batu
Alam Andesit
Kerikil

7 hari
0,9
1,1
0,8
0,5
1,7
1
0,5
0,5
0,6
0,9
0,7

Penyusutan (mm)
14 hari
1,1
1,4
1,4
1,2
1,5
0,9
1,1
0,7
1
1
0,9

21 hari
1,7
1,5
1,4
1,3
1,4
1,5
1,1
1
1,5
1,2
1,4

1

0,8

1,3

Sumber: Hasil pengujian
Tabel 9 Data Penyusutan Campuran Mix Design
Benda Uji

7 hari
1,1
Pecahan Ubin
1,9
1,4
0,5
Pecahan Genteng
0,5
1,5
0,9
Pecahan Batu
0,6
Alam Andesit
1,1
Sumber: Hasil pengujian

Penyusutan (mm)
14 hari
1,8
1,8
1,3
1,5
1,5
1,7
1,3
1,1
1,5

28 hari
1,7
1,5
2
2
1,5
1,3
1,2
1,5
1,7

Tabel 10 Data Penyusutan Rata-rata Campuran Volume
Benda Uji
Pecahan Ubin
Pecahan Genteng
Pecahan Batu alam andesit
Kerikil
Sumber: Perhitungan

Penyusutan Rata-Rata (mm)
7 Hari
14 Hari
21 Hari
0,93
1,3
1,53
1,07
1,2
1,4
0,53
0,93
1,2
0,87
0,9
1,3

Tabel 11 Data Penyusutan Rata-rata Campuran Mix Design
Benda Uji
Pecahan Ubin
Pecahan Genteng
Pecahan Batu alam
andesit
Sumber: Perhitungan
PEMBAHASAN

Penyusutan Rata-Rata (mm)
7 Hari
14 Hari
28 Hari
1,47
1,63
1,8
0,83
1,57
1,6
0,87
1,3
1,47

Analisa Kuat Tekan
Setelah melakukan pengujian beton masing-masing jenis agregat dan mendapatkan
hasil kuat tekan, maka kita dapat melakukan analisa.Dapat kita lihat kuat tekan
yang terjadi pada masing-masing jenis agregat kasar pada baik perbandingan
volume maupun perbandingan mix design terjadi peningkatan untuk semua jenis
agregat. Terlihat beton campuran kerikil memiliki kuat tekan paling besar untuk
perbandingan mix design, namun untuk perbandingan volume beton batu alam
andesit yang memiliki kuat tekan paling besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:
250
225

216,29

232,44

200
190

175

165,92
153,78

150

158,89

128,15

125
106,67

100

107,78

139,26
114,45

83 ,55

75
50
25
0

0
0

7

1

4

28

Umur (hari)

Pecahan Ubin
Pecahan Batu Alam Andesit

Pecahan Genteng
Kerikil

Grafik 1 Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar Perbandingan

250
220

225

216,29

200

228,89
220,74

188,89
175

165,92

158,52

165,56

150
125,93
125

140

145,93

117,78
100
75
50
25
0

00
0

7

1

Pecahan Ubin
Pecahan Batu Alam Andesit

4

21

Umur (hari)
Pecahan Genteng
Kerikil

Grafik 2 Kuat Tekan Rata-Rata Tiap Jenis Agregat Kasar Perbandingan
Volume
Konversi Kuat Tekan Rata-rata Beton Perbandingan Volume ke Umur 28 Hari
Untuk mendapatkan kuat tekan rencana pada umur 28 hari maka dilakukan
konversi kuat tekan rata-rata ke umur 28 hari. Fenomena yang terjadi adalah
semakin menurunnya nilai kuat tekan konversi yang dihasilkan. Hal ini
menunjukan bahwa peningkatan kuat tekan cukup besar pada umur 7 hari, namun
semakin lama semakin melambat atau menurun sampai pada umur 28 hari. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 3 Kuat Tekan Rata-Rata Beton Perbandingan Volume Konversi ke

28 hari Tiap Jenis Agregat Kasar
Pengaruh Jenis Agregat Kasar Untuk Masing-Masing Umur Rencana
terhadap Kuat Tekan Beton
Pengaruh kuat tekan dari masing-masing jenis agregat kasar untuk masing-masing
umur rencana dapat dilihat pada grafik 1, 2 dan 3 Bisa kita lihat pada agregat
pecahan ubin kuat tekan yang didapat relatif kecil dibanding dengan agregat
lainnya. Kuat tekan yang relatif kecil dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain
tekstur permukaan yang licin dapat mempengaruhi daya ikat dengan pasta semen
sehingga dapat mengurangi kuat tekan beton, karena faktor kekasaran permukaan
agregat dapat menambah kekuatan tarik maupun kekuatan lentur beton. Hal ini
disebabkan karena adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan

butir-butir agregat. Kemudian bentuknya yang pipih juga ikut mempengaruhi
gradasi sehingga mempengaruhi kepadatan beton.
Pada agregat pecahan genteng terlihat kuat tekan yang dihasilkan lebih besar
daripada agregat pecahan ubin namun lebih kecil dari agregat batu alam dan kerikil.
Kita lihat disini tekstur pecahan genteng lebih baik dari pada ubin walaupun ada
sisi yang halus dengan gradasi sudah baik dengan bentuk butiran yang bervariasi,
walaupun begitu kita lihat bahan dasar genteng adalah tanah sehingga jelas dapat
mengurangi kuat tekan beton.
Pada agregat pecahan batu alam andesit terlihat kuat tekan yang dihasilkan ternyata
dapat melebihi kerikil untuk perbandingan volume besar. Hal ini disebabkan dari
beberapa faktor antara lain dari tekstur permukaan yang kasar, kemudian pada saat
penimbanganan kubus beton lebih berat daripada kubus beton dengan campuran
agregat lainnya, terlihat bahwa beton dengan agregat pecahan batu alam andesit
lebih padat daripada yang lainnya karena susunan beton yang padat dapat
menghasilkan beton dengan kekuatan yang besar.
Secara umum dapat dilihat dari 2 perbandingan yang digunakan menghasilkan kuat
tekan yang bervariatif kemudian adanya perbedaan hasil kuat tekan pada masingmasing umur dari masing-masing jenis agregat kasar, hal ini membuktikan bahwa
setiap agregat kasar mempunyai karakteristik yang berbedabeda yang pastinya akan
berpengaruh terhadap kualitas, workability, keawetan dan yang terpenting adalah
daya dukung atau kuat tekan dari beton yang dihasilkan.
Hubungan Penyusutan Dengan Nilai Air Content Test.
Beton campuran pecahan ubin ternyata mempunyai penyusutan paling besar
diantara yang lainnya begitu juga dengan nilai air content. Fenomena ini
menunjukan semakin meningkatnya nilai air content maka penyusutan yang terjadi
semakin besar dan juga semakin besar kandungan udara dalam beton akan
menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini:

Grafik 4 Hubungan Penyusutan dengan Nilai Air Content Test Campuran
beton perbandingan Mix design
Grafik 5 Hubungan Penyusutan dengan Nilai Air Content Test Campuran
2
1,8
1 ,6

1,53
1 ,4

1 ,4

1,3

1,3
1 ,2

1,2
1,07

1

1 ,2
0,9

0 , 93
0 , 87

0 ,8

0 , 93
`

0 ,6
0 , 53

0,4
0 ,2
0

0

0

7

14

Umur (hari)

Pecahan Ubin (2,0%)
Pecahan Batu Alam Andesit (1,4%)

21

Pecahan Genteng (1,9%)
Kerikil (1, 7%)

beton perbandingan Volume
Hubungan Berat Beton Dengan Umur rencana
Untuk hubungan berat beton dan umur rencana dapat dilihat bahwa berat
beton semakin meningkat seiring dengan peningkatan umur beton.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 6 Hubungan Berat beton dengan Kuat Tekan Campuran Mix Design

8250
7952,33

8000
7750

7766
7 668,67

7728

71 78

71 48,33

7500

7969,33
7759,33
7311,33

7250
7000

6846,67

6790

6921,67

6750
6500
6250
6000
0

7

14

21

Umur (hari)

Kuat Tekan Pecahan Ubin

Genteng

batu alam

Kerikil

Grafik 7 Hubungan Berat beton dengan Kuat Tekan Campuran Volume
Evaluasi Bahan Penyusun Beton Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah puing-puing sisa bongkaran
bangunan atau yang biasa disebut dengan limbah konstruksi. Limbah konstruksi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubin, genteng dan batu alam andesit
kemudian digunakan kerikil sebagai perbandingan. ubin, genteng dan batu alam
ande sit pertama-tama dipecahkan untuk dapat digunakan sebagai campuran beton
dengan syarat ukuran maksimum 40 mm. Untuk kadar lumpur pecahan ubin

sebesar 0 %, pecahan genteng sebesar 0,49 %, pecahan batu alam andesit sebesar 0
%, kerikil 0,59 %, dari semua agregat sudah memenuhi syarat kadar lumpur
maksimum 1 % (data terlampir). Untuk keausan/pelapukan agregat akibat pengaruh
cuaca dan iklim dengan percobaan Soundness Test pecahan ubin sebesar 0,12 %,
pecahan genteng sebesar 0,19 %, pecahan batu alam andesit sebesar 0,67 %, kerikil
1,11 %, masing- masing agregat telah memenuhi syarat bagian yang hancur atau
hilang maksimum 12 % (data terlampir). Untuk Abration Test bagian yang hancur
masing-masing pecahan ubin sebesar 26,9 %, pecahan genteng 35,76 %, pecahan
batu alam andesit 22,92 % dan kerikil 20,1 % sudah memenuhi syarat mutu
kekuatan agregat untuk beton K 225 maksimal 40 % (data terlampir).
Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan dalam penelitian mempunyai bentuk butiran yang
berwarna agak kuning ini berasal dari daerah Cilengsi, Jawa Barat yang pada
umumnya banyak di jual di toko bahan bangunan. Untuk kadar lumpur sebesar 3,54
% telah memenuhi syarat maksimum 5% (data terlampir).
Semen
Evaluasi untuk penelitian semen yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai
berikut :
- Tertahan saringan No. 100 : 0,0 %
- Tertahan saringan No. 200 : 9,54 %
- Jenis semen : Portland Cement tipe I Tiga Roda
Sedangkan persyaratan yang ditentukan menurut SNI adalah :
- Tertahan saringan No. 100 : 0.0%
- Tertahan saringan No. 200 : Maks 22%
Dari evaluasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian semen ini, semen dinyatakan
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan dapat digunakan sebagai bahan
penyusun beton.
Air
Evaluasi hasil penelitian air yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai
berikut :

- pH air
- Kadar bahan padat dalam air
- Kadar tersuspensi dalam air
- Kadar organik
Sedangkan persyaratan yang ditentukan oleh SNI adalah :
- pH air

:8
: 1000 ppm
: 100 ppm
: 1500 ppm

: 4,5 – 8,5

- Kadar bahan padat dalam air

: Maks. 2000 ppm

- Kadar tersuspensi dalam air

: Maks. 2000 ppm

- Kadar organik

: Maks. 2000 ppm

Dari evaluasi hasil yang telah diperoleh dari penelitian air ini, air dinyatakan
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan dapat digunakan sebagai bahan
penyusun beton.
Analisa Keruntuhan
Jenis retakan atau runtuhan yang terjadi sama untuk semua jenis agregat pada saat
pengujian kuat tekan beton dengan mesin hidrolik. Jenis runtuhan yang terjadi
memanjang arah horizontal dari atas kebawah atau sebaliknya. Runtuhan yang
terjadi hanya menghancurkan pasta semen sebagai pengikat namun tidak
menghancurkan agregat kasar sebagai 70 % lebih pengisi campuran beton. Hal ini
menunjukan bahwa pecahan ubin, genteng dan batu alam andesit serta kerikil adalah
bahan material yang kuat, karena kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat
tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antara butir satu
dengan lainnya (Mulyono, 2003).

Gambar 1 Keruntuhan tekan kubus beton Gambar 2 Runtuhan kubus beton
Sumber: (Tumilaar, 1999)

Gambar 5 Runtuhan kubus beton Batu alam

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:
1.

Beton campuran agregat kerikil dan pecahan batu alam andesit mencapai kuat
tekan karakteristik yang diisyaratkan yaitu 225 kg! cm 2. Beton dengan
campuran pecahan ubin dan pecahan genteng tidak mencapai kuat tekan
karakteristik yang telah di isyaratkan. Untuk kontribusi ke masyarakat

pecahan ubin dan genteng dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi
bawah atau base course untuk pembangunan jalan lingkungan.
2.

Dari 2 (dua) perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan volume dan
perbandingan mix design, ternyata kuat tekan yang dihasilkan lebih besar
perbandingan volume untuk pembuatan beton normal.

3.

Hubungan air content dan penyusutan Nilai yang didapat rata-rata tidak
terlalu besar karena semakin meningkatnya nilai air content maka penyusutan
yang terjadi semakin besar dan juga semakin besar kandungan udara dalam
beton akan menciptakan pori-pori atau rongga udara yang besar pula sehingga
menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang.

4.

Untuk hubungan berat beton terhadap umur, semakin lama umur beton maka
berat beton semakin meningkat pula hal ini dipengaruhi oleh perawatan beton
setelah dicetak. Semakin lama beton tersebut direndam dalam air maka
semakin optimal penyerapan air oleh semen selama proses hidrasi!pengerasan
berlangsung.

5.

Dari analisa keruntuhan ke-4 jenis campuran beton sudah menunjukan
keruntuhan tekan kubus yang baik dan tidak menghancurkan agregat namun
hanya menghancurkan pasta sebagai bahan pengikat, maka jenis agregat
cukup aman untuk digunakan sebagai campuran beton.

Saran
1. Untuk mendapatkan hasil kuat tekan yang lebih besar lagi, pada penelitian
selanjutnya diharapkan menggunakan pasir yang lebih halus lagi kemudian
pecahan agregat diperhalus! diperkecil lagi untuk mendapatkan gradasi
butiran yang lebih baik lagi.
2. Dalam proses pemadatan agar diperhatikan lagi agar nilai air content yang
didapat semakin kecil sehingga mengurangi rongga udara pada beton yang
dapat menambah kekuatan beton.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Departemen Pekerjaan Umum., Tata Cara Pembuatan Beton Normal, SK SNI
T-15-1990-03

2.

Departemen Pekerjaan Umum., Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Laboratorium, SK SNI M-62- 1990-03

3.

Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.I – 2
- 1971

4.

Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi., Diktat Praktikum Beton Teknik
Sipil, Universitas Gunadarma 2003 Dipohusodo, Istimawan., Struktur Beton
Bertulang, SK SNI T-15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI