Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertanian d

MATA KULIAH PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL, SEKTOR PERTANIAN &
SUBSEKTOR PERTANIAN
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Semester VI

Disusun Oleh :
Risyad M. Ikhsan

150610120042

M. Fadllan Putranto 150610120052
Anisa Aprilia Fajar 150610120057
Annisa Desryana P. 150610120065
Fauziana Hilda

150610120066

Kelas B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr, wb.
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat ridho-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah untuk Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ini
dengan maksimal dan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjautan yang telah
membimbing kami mahasiswa-mahasiswinya dalam menyusun dan
menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa juga kami berterimakasih
kepada orangtua dan keluarga kami yang selalu setia mendukung kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami selaku penyusun laporan ini menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran-saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sehingga

makalah ini dapat tersaji menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang
diharapkan.
Atas perhatian dan waktu yang diluangkan untuk sekedar membaca
makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum, wr, wb
Jatinangor, Maret 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

2

DAFTAR ISI

3


DAFTAR TABEL

4

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

5

1.2. Rumusan Masalah

6

1.3. Tujuan Penulisan
6
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pertumbuhan Ekonomi Nasional
7
2.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor Pertanian Indonesia


13

2.3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Subsektor Pertanian Komoditas Padi

15

2.4. Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Pertanian terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Nasional

18

BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan

24

3.2. Saran

24


DAFTAR PUSTAKA
25

3

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1998-2013

7

Tabel 2. PDB Indonesia tahun 2006-2013

8

Tabel 3. Komposisi PDB Indonesia

11

Tabel 4. PDB Indonesia per Kapita & PDB Riil


12

Tabel 5. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Pada Sektor
Pertanian Indonesia 2001-2012

14

Tabel 6. Produksi Padi Nasional Periode 2010-2014

15

Tabel 7. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi

16

Tabel 8. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Berlaku dan Kontribusinya Terhadap
PDB Indonesia, Tahun 2010-2012

19


Tabel 9. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan, Tahun
2010-2012

20

Tabel 10. Capaian Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Tahun 2013

21

Tabel 11. Trend Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Tahun
2008-2013

23

Grafik 1. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2011 (persen)

14

4


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu indikator yang sangat penting daam menganalisis
pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adaah pertumbuhan
ekonomi. Pada dasarnya pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
mengandung makna yang berbeda. Pembangunan ekonomi pada umumnya
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan
riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
sistem kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar
atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan
struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad,1999 : 11,13).
Perkembangan perekonomian secara nasional ditinjau dari tingkat
pertumbuhan

ekonomi.

Jenis


penelitian

deskriftif

kualitatif,

untuk

mengetahui perkembangan perekonomian nasional masa pemerintahan orde
lama, orde baru, dan setelah krisis ekonomi tahun 1997 - 1998. Data yang
digunakan adalah data sekunder melalui penelusuran kepustakaan dan
dianalis

dengan

menggunakan analisa pertumbuhan. Hasil

analisis


menunjukan bahwa masa pemerintahan orde lama perekonomian nasional
diperhadapkan dengan inflasi yang sangat tinggi yang disebut Hiper
Inflation yang mencapai 500% – 650%.
Pemerintahan orde baru proses pembangunan dilakukan melalui PJP
TAHAP I dan II, pelaksanaannya perpelita.Pertumbuhan ekonomi cukup
menggembirakan dan Indonesia termasuk salah satu negara ASEAN (Negara
di Asia Tenggara) dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi yaitu
8,2%. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi setelah krisis tahun 1997-1998 atau
lima tahun ke belakang (2010-2014) akan dibahas dalam makalah ini secara
lebih rinci.

5

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi nasional?
2. Bagaimana pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia lima tahun
terkahir?
3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dan subsektor
komoditas padi selama lima tahun terakhir?
4. Bagaimana peran sektor pertanian dan komoditas padi terhadap

pertumbuhan ekonomi nasional selama lima tahun terkahir?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Mengetahui pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia lima tahun
terakhir.
3. Mnegetahui pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dan subsektor
komoditas padi selama lima tahun terkahir.
4. Menganalisis peran sektor pertanian dan komoditas padi terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional selama lima tahun terkahir.

6

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Antara tahun 1965 sampai 1997 perekonomian Indonesia tumbuh
dengan persentase rata-rata per tahunnya tujuh persen. Dengan pencapaian
ini Indonesia tidak lagi berada di tingkatan “negara-negara berpendapatan
rendah” melainkan masuk ke tingkatan “negara-negara berpendapatan
menengah”. Meskipun demikian, Krisis Keuangan Asia yang terjadi di akhir
tahun 1990an telah memberikan efek negatif bagi perekenomian nasional,
akibatnya produk domestik bruto (PDB) Indonesia turun 13.6 persen di tahun
1998 dan naik sedikit di tahun 1999 sebanyak 0.3 persen. Antara tahun 2000
sampai 2004 perekenomian mulai memulih dengan rata-rata pertumbuhan
PDB sebanyak 4.6 persen per tahun. Setelah itu PDB Indonesia meningkat
dengan nilai rata- rata per tahun sekitar enam persen, kecuali tahun 2009 dan
2013, ketika gejolak krisis keuangan global dan ketidakpastian terjadi. Meski
masih cukup mengagumkan, PDB Indonesia turun ke nilai 4.6 persen dan 5.8
persen pada kedua tahun tersebut.

Rata-rata Pertumbuhan PDB (%)
1998 – 1999

- 6.65

2000 – 2004

4.60

2005 – 2009

5.64

2010 – 2013

6.15

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1998-2013.

7

PD(dalam milyar
USD)

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

285.9

364.6

432.1

510.2

539.4

706.6

846.8

878.0

5.5

6.3

6.1

4.6

6.1

6.5

6.2

5.8

1,643

1,923

2,244

2,345

2,984

3,467

3,546

3,468

PDB
(perubahan %
tahunan)
PDB per Kapita
(dalam USD)

Tabel 2. PDB Indonesia tahun 2006-2013.
Sumber: Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Badan Pusat
Statistik (BPS)
Seperti yang terlihat dari tabel di atas, penurunan perekonomian global
akibat krisis ekenomi yang terjadi di akhir tahun 2000an berdampak kecil
bagi perekonomian Indonesia jika dibandingkan dengan dampak yang
dialami negara lain. Tahun 2009 PDB Indonesia turun ke 4.6 persen. Ini
berarti Indonesia adalah salah satu negara dengan performa pertumbuhan
PDB tertinggi di seluruh dunia pada tahun itu (dan berada di posisi tiga di
antara

kelompok

negara-negara

G-20).

Meskipun

harga-

harga komoditas menurun drastis, bursa saham pun nilainya turun, imbal
hasil obligasi domestik dan internasional cukup tinggi dan nilai tukar valuta
yang melemah, Indonesia masih mampu tumbuh secara signifikan.
Keberhasilan ini terutama dikarenakan oleh ekspor Indonesia yang
kepentingannya

relatif

terbatas

terhadap

perekonomian

nasional,

kepercayaan pasar yang terus tinggi, dan konsumsi domestik berkelanjutan
yang kuat. Konsumsi domestik di Indonesia (khususnya konsumsi swasta)
berkontribusi sekitar dua pertiga bagian dari pertumbuhan perekonomian
nasional. Dengan sekitar tujuh juta penduduk masuk ke kelas menengah tiap
tahunnya, Indonesia sebenarnya menyimpan kekuatan konsumen yang secara
signifikan dapat mendorong perekonomian dan memicu peningkatan
investasi dalam dan luar negeri dari tahun 2010 dan seterusnya. Lambannya

8

pertumbuhan ekonomi tahun 2013 (5.78 persen) terjadi karena kombinasi
ketidakpastian global yang parah disebabkan oleh perancangan ulang
program pembelian aset per bulan Federal Reserve sebesar USD $85 milyar
(pelonggaran kuantitatif) yang mengakibatkan arus keluar modal secara
signifikan dari negara-negara berkembang, dan kelemahan isu finansial
internal: defisit transaksi berjalan dengan rekor tertinggi, inflasi tinggi
(setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan Juni 2013)
dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi tajam. Untuk menanggulangi
masalah-masalah ini dan menjaga stabilitas keuangan negara, Bank
Indonesia menaikkan suku bunga acuan secara signifikan, walau ini berarti
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dikorbankan.
Perkiraan perkembangan perekonomian Indonesia di masa depan
masih cukup positif tetapi telah direvisi oleh organisasi-organisasi
internasional dan pemerintah Indonesia karena ketidakpastian global yang
berkepanjangan. Masterplan

Percepatan

dan

Perluasan

Pembangunan

Ekonomi Indonesia (disingkat MP3EI) yang baru-baru ini dikeluarkan,
mencakup tahun 2011 sampai 2025, menunjuk enam sektor sebagai koridor
utama perekonomian dengan tujuan menempatkan Indonesia dalam sepuluh
besar perekonomian global pada tahun 2025. Rencana ini mengimplikasikan
investasi besar pada

sektor infrastruktur - sektor

yang selama

ini

menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia - dan tujuan akhirnya adalah
PDB akan naik per tahunnya sebanyak delapan sampai sembilan persen.
Namun, target tersebut sepertinya terlalu ambisius jika ingin dicapai dalam
waktu dekat (2014-2017). Institusi-Institusi otoritas internasional (Bank
Dunia, IMF dan Bank Pembangunan Asia) memproyeksikan pertumbuhan
PDB tahunan Indonesia dalam kisaran 5.3 sampai 6.0 persen untuk periode
2014 sampai 2017. Organisasi-organisasi ini menekankan bahwa reformasi
politik dan ekonomi praktis dikombinasikan dengan investasi besar dalam
sektor infrasktruktur akan menambahkan satu atau dua persen dari perkiraan
pertumbuhan PDB saat ini.
Yang juga menarik untuk dianalisa adalah seberapa jauh faktor-faktor
yang ada dalam kebudayaan Indonesia (salah satu contohnya budaya Jawa

9

yang

dominan)

perbandingan,

dapat

mempengaruhi

misalnya

saja,

pengaruh

pertumbuhan

PDB

(sebagai

kebudayaan

Cina

terhadap

pertumbuhan PDB Cina). Informasi lebih lanjut tentang topik ini, silakan
lihat bagian Budaya Berbisnis di Indonesia.
2.1.1. PDB Indonesia per Kapita dan Distribusi
Pendapatan Tak Merata PDB per kapita baru-baru ini mencapai
level

tertinggi

dalam

sejarah

perekonomian

Indonesia

dan

diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi lagi. Namun, apakah PDB per
kapita adalah tolak ukur yang cocok untuk Indonesia di mana
masyarakat Indonesia dicirikan oleh tingkat perbedaan yang cukup
tinggi terutama dalam distribusi pendapatan, masih menjadi tanda
tanya. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan antara stastistik dan
realitas sebagaimana kekayaan 43 ribu orang terkaya Indonesia (yang
hanya berkisar 0.02 persen dari total penduduk Indonesia) adalah
setara dengan 25 persen PDB Indonesia. Kekayaan empat puluh orang
terkaya Indonesia mecakup 10.3 persen dari PDB (jumlah ini
berbanding sama dengan jumlah kekayaan 60 juta orang Indonesia
termiskin). Angka-angka ini mengindikasikan konsentrasi kekayaan
yang besar dalam kalangan elit yang kecil. Apalagi kesenjangan
distribusi pendapatan ini diprediksi akan semakin meluas ke depan.
2.1.2. Komposisi PDB Indonesia: Pertanian, Industri dan Jasa
Tabel di bawah ini menunjukkan perkembangan luar biasa
komposisi PDB Indonesia. Indonesia berubah dari negara yang
perekonomiannya sangat bergantung pada pertanian menjadi negara
yang perekonomiannya lebih seimbang, di mana sektor manufaktur
(sejenis industri) kini lebih dominan daripada sektor pertanian. Hal ini
juga menyiratkan bahwa Indonesia mengurangi ketergantungan
tradisionalnya pada sektor ekspor primer. Penting juga untuk dicatat,
bahwa bagaimanapun juga ketiga sektor utama tersebut mengalami
ekspansi selama periode yang disebut dibawah ini.

10

1965

1980

1996

2010

Pertanian

51%

24%

16%

15%

Industri

13%

42%

43%

47%

Jasa

36%

34%

41%

38%

Tabel 3. Komposisi PDB Indonesia.
Sumber: Bank Duna dan CIA World Factbook.
Ada asumsi bahwa peran sektor industri akan menguat terhadap
PDB Indonesia sementara sektor pertanian dan jasa akan melemah,
karena saat ini sektor manufaktur adalah sektor yang paling popular di
Indonesia untuk investasi asing langsung. Selain itu, untuk industriindustri inovatif tertentu pemerintah Indonesia memberikan tax
holiday (membebaskan atau mengurangi pajak penghasilan sementara
untuk investor asing) dan dalam waktu yang bersamaan akan
menyiapkan insentif-insentif guna merangsang industri nasional
dengan melarang ekspor bahan baku di tahun 2014 (untuk industri
pertambangan). Langkah ini memaksa dunia perindustrian untuk
membangun pabrik dan fasilitas pengolahan untuk menghasilkan
produk nilai tambah.
Salah satu ciri khas Indonesia yang cukup menonjol adalah
bahwa bagian barat negeri ini secara signifikan mendapatkan porsi
lebih besar berkaitan dengan kontribusinya terhadap pertumbuhan
PDB. Pulau Jawa (terutama Jakarta dan sekitarnya) dan Sumatra
berkontribusi lebih dari delapan puluh persen total PDB Indonesia.
Alasan utama situasi ini adalah karena bagian barat Indonesia
posisinya lebih dekat dengan Singapura dan Malaysia. Ketiga wilayah
ini dilihat secara historis dulunya sama-sama berfungsi sebagai pusat
kegiatan ekonomi di Asia Tenggara. Sementara itu, bagian timur
Indonesia terletaknya di vakumekonom dan populasi penduduknya
cukup rendah.

11

2.1.3. PDB Indonesia dalam Perspektif Global
Tabel di bawah ini menunjukkan PDB Indonesia per kapita dan
PDB riil dan membandingkannya dengan dua kekuatan ekonomi
penting dunia: Amerika Serikat (AS) dan Cina.

PDB per Kapita (USD)

Pertumbuhan PDB Riil (%)

2010

2011

2012

2013

2010

2011

2012

2013

AS

48,358

49,854

51,749

-

2.9

1.5

2.8

1.9

Cina

4,433

5,447

6,091

-

10.3

9.2

7.4

7.7

Indonesia

3,010

3,540

3,592

-

6.1

6.5

6.2

5.8

Tabel 4. PDB Indonesia per Kapita & PDB Riil.
Sumber: Bank Dunia
Melihat PDB per kapita di atas, dapat disimpulkan langsung
bahwa Indonesia masih harus berusaha lebih lama lagi jika
dibandingkan dengan negara-negara yang lebih maju. Kenyataannya
adalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan PDB terendah
di dunia. Melalui beberapa rencana pembangunan, pemerintah
Indonesia mencoba untuk merubah angka tersebut menjadi sekitar
USD $14,250 - $15,500 pada tahun 2025, tetapi apakah tujuan
ambisius ini akan tercapai, cukup meragukan - dan seperti disebut di
atas - angka ini tidak merefleksikan distribusi pendapatan atau
kesejahteraan (yg tidak adil) dalam masyarakat Indonesia. Kebijakan
pemerintah yang efektif sangat diperlukan demi menyokong
pendidikan anak-anak Indonesia serta menstimulasi pasar kerja
sehingga pertumbuhan tenaga kerja dapat disalurkan.
PDB per kapita Indonesia terus meningkat sejak tahun 2000an
dan seterusnya. Awalnya Bank Dunia memperkirakan Indonesia akan
mencapai angka USD $3,000 sekitar tahun 2020 tetapi Indonesia
berhasil mencapai angka tersebut satu dekade lebih awal. Pencapaian

12

level USD $3,000 ini dianggap sebagai langkah penting karena
imbasnya adalah percepatan pembangunan di berbagai sektor (seperti
ritel, otomotif dan properti) oleh karena peningkatan permintaan
konsumen sehingga menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai level
USD $5,000 pada tahun 2015.
Pertumbuhan PDB riil menunjukkan perspektif yang
menjanjikan. Sementara negara-negara maju di Eropa dan Amerika
Serikat - digalaukan oleh hutang publik - akan tumbuh secara lamban
dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan, negara-negara ekonomi
berkembang di Amerika Selatan dan Asia akan menunjukkan
pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat. Negara-negara ini memiliki
karakteristik yang mirip, seperti persediaan sumber daya alam yang
melimpah, populasi yang terus berkembang pesat, upah buruh dan
biaya produksi rendah dan yang tidak kalah penting ranah politik yang
cukup stabil. Salah satu negara ini adalah Indonesia. Tetapi untuk
mencapai tingkat pertumbuhan yang memukau seperti apa yang telah
dilakukan Cina dalam dua dekade terakhir, perlu adanya investasi
besar dalam infrastruktur dan memfokuskan diri pada reformasi
politik, ekonomi dan sosial.
2.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor Pertanian Indonesia
Sektor pertanian sepertinya masih menjadi primadona perekonomian
di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana
perekonomian negara lebih ditopang pada sektor industri dan jasa. Sektor
pertanian dibutuhkan sebagai penyedia pangan nasional. Hingga saat ini
sebagian besar masyarakat masih menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian juga.
Tabel 5. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Pada
Sektor Pertanian Indonesia 2001-2012.

13

Sumber: BPS, diolah
Selama 2001-2012, pertumbuhan PDB pertanian memperlihatkan naik
turunnya angka pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Pada tabel tersebut
memperlihatkan bagaimana naik turunnya pertumbuhan ekonomi yang tetapi
tidak terlalu signifikan dibandingkan sektor lain. Tabel diatas menunjukkan
bagaimana resistensi sektor pertanian yang masih bisa tumbuh di tengah
melemahnya permintaan global (barang ekspor) akibat krisis yang sedang
melanda.
Grafik 1. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2011 (persen)
Source : BPS

Jika dilihat pada Grafik diatas, dibandingkan dengan besar pangsa
sektor pertanian sebagai penyumbang PDB di Indonesia, ternyata tidak
begitu signifikan. Padahal peluang yang dihadapi Indonesia adalah
keunggulan dalam bentuk kekayaan sumberdaya alam dan air, aneka ragam
komoditas dan iklim yang mendukung, dan juga jika dikembalikan kepada

14

tabel tersebut sektor pertanian memiliki peluang yang cukup dilihat dari
resistensi pertumbuhan ekonominya. Dengan melalui swasembada
pengembangan sektor pertanian dilihat dapat menjadi dasar pembangunan
nasional. Sangatlah beralasan jika pertanian dijadikan sektor andalan dalam
pembangunan nasional.
Peluang lain yang dimiliki Indonesia adalah permintaan yang besar
dalam negeri yakni jumlah penduduk sekitar 200 juta orang. Kebangkitan
perekonomian nasional akan memacu permintaan akan komoditas pertaniaan
khusunya pada tanaman pangan. Kebangkitan sektor riil di dalam negeri
akan meningkatkan permintaan bahan baku hasil pertanian bagi agroindustri
di dalam negeri.
2.3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Subsektor Pertanian Komoditas
Padi
Tabel 6. Produksi Padi Nasional Periode 2010-2014
Tahun

Luas Panen(Ha)

Produktivitas(Ku/Ha

Produksi(Ton)

2010
2011
2012
2013
2014

13253450
13203643
13445524
13835252
13768319

)
50.15
49.8
51.36
51.52
51.28

66469394
65756904
69056126
71279709
70607231

Data di atas menunjukan produktivitas padi nasional sepanjang 5
tahun terakhir (2010-2014) secara keseluruhan yang cendurung meningkat
dengan kenaikan produktivitas sebesar satu persen per tahunnya.
Tabel 7. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi
Provinsi
Indonesia
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera barat
Riau

Luas
Panen(Ha)
13835252
419183
742968
487820
118518

Produktivitas(Ku/Ha)

Produksi(Ton)

51.52
46.68
50.17
49.82
36.63

71279709
1956940
3727249
2430384
434144
15

Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

153243
800036
147680
638090
10232
379
1744
2029891
1845447
159266
2037021
393704
150380

43.36
45.96
42.17
50.26
27.83
36.15
58.88
59.53
56.06
57.88
59.15
52.92
58.66

664535
3676723
622832
3207002
28480
1370
10268
12083162
10344816
921824
12049342
2083608
882092

438057

50.08

2193698

222469

32.8

729666

464898
247473
479721
102912
35926
127413
224326
983107
132945
56894
91195
24399
19281
7523
41111

31.01
32.84
42.34
42.7
34.72
50.1
45.98
51.22
42.23
52.01
48.8
41.74
37.57
39.76
41.3

1441876
812652
2031029
439439
124724
638373
1031364
5035830
561361
295913
445030
101835
72445
29912
169791

Produksi padi nasional pada tahun 2013 telah mencapai angka sebesar
71,3 juta ton gabah kering yang berasal dari 32 provinsi. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), peningkatan produksi padi pada tahun 2013 sebesar
2,24 juta ton atau 3,24 persen dibandingkan tahun 2012. Kenaikan produksi
padi pada tahun 2013 terjadi pada subround Januari−April dan subround
September−Desember masing-masing sebesar 0,27 juta ton (0,83 persen) dan
2,54 juta ton (19,00 persen), sedangkan pada subround Mei−Agustus terjadi

16

penurunan sebesar 0,57 juta ton (2,43 persen) dibandingkan dengan produksi
pada subround yang sama di tahun 2012 (year-on-year).
Dari data di atas dapat dilihat bahwa sumbangsih padi terbesar berasal
dari Provinsi Jawa Barat dengan produktivitas sebesar 59,53 kw/ha dengan
jumlah produksi sebesar 12.083.162 ton. Selanjutnya diikuti dengan Provinsi
Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan produksi berturut-turut sebesar
12.049.342 ton dan 10.344.816 ton. Sedangkan luas lahan panen terluas
berada di Provinsi Jawa Timur yaitu seluas 2.037.021 ha. Dapat dilihat
bahwa Pulau Jawa merupakan penyumbang produksi padi tertinggi nasional.
Di sisi lain dapat dilihat kenaikan produksi padi yang terjadi di Jawa sebesar
0,97 juta ton dan di luar Jawa 1,27 juta ton. Kenaikan ini terjadi karena
kenaikan luas panen seluas 391,69 ribu hektar atau 2,91 persen dan kenaikan
produktivitas sebesar 0,16 kwintal per hektar atau sebesar 0,31 persen.
Tiga provinsi dengan produktivitas tertinggi diduduki oleh Jawa Barat,
Jawa Timur, dan DKI Jakarta. DKI Jakarta sebagia ibukota memiliki
produktivitas padi yang terbilang tinggi yaitu sebesar 58,88 persen walau
dengan luas lahan panen yang dimiliki yang terbilang kecil hanya seluas
1.1744 ha dengan produksi padi sejumlah 10.268 ton.
Sumbangsih produksi padi terbanyak setelah Pulau Jawa kemudian
diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan diikuti dengan Pulau Sumatra.
Dalam upaya membangun kemandirian dan ketahanan pangan, maka
pemerintah diusahakan dapat lebih mengutamakan untuk mendorong
program peningkatan produksi padi/beras di dalam negeri daripada harus
mengimpor. Peningkatan produksi beras di dalam negeri selain memberi
manfaat pada penghematan devisa nasional, juga dapat membuka
kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah bahwa peningkatan produksi beras sebaiknya memberi
dampak terhadap peningkatan kesejahteraan petani produsen, karena selama
ini kesejahteraan petani cenderung menurun sebagaimana diindikasikan
dengan penurunan nilai tukar petani.

17

2.4. Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Pertanian Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Nasional
2.4.1. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Nasional
Selama tahun 2010 sampai tahun 2012 terlihat terjadi
peningkatan PDB Indonesia, yang diikuti pula peningkatan PDB sektor
pertanian. PDB sektor pertanian luas (termasuk kehutanan dan
perikanan) atas dasar harga berlaku tahun 2010 sebesar 985,5 triliun
rupiah meningkat menjadi 1.190,4 triliun rupiah pada tahun 2012.
Kondisi demikian juga terjadi di sektor pertanian sempit, yaitu tahun
2010 sebesar 737,8 triliun rupiah menjadi 880,2 triliun rupiah di tahun
2012. Sementara di sektor industri pengolahan yaitu tahun 2010
sebesar 1.599,1 triliun rupiah menjadi 1.972,8 triliun rupiah di tahun
2012, begitu juga di sektor perdagangan tahun 2010 sebesar 882,5
triliun rupiah menjadi 1.145,6 triliun rupiah pada tahun 2012.
Kontribusi terbesar pada tahun 2012 terjadi pada sektor industri
pengolahan sebesar 23,94%, peringkat kedua diduduki oleh sektor
pertanian secara luas mencapai 14,44%, sedangkan peringkat ketiga
diduduki oleh sektor perdagangan sebesar 13,90%.
Tabel 8. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Berlaku dan
Kontribusinya Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2010-2012

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2012 meningkat
dibandingkan tahun 2011, hal ini dapat dilihat berdasarkan PDB atas
harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010
18

sebesar 6,22%, sementara tahun 2011 meningkat sebesar 6,49%. Pada
tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi meningkat lambat sebesar
6,23%.
Seiring dengan kondisi tersebut, laju pertumbuhan sektor
pertanian secara luas tahun 2010 meningkat sebesar 3,01%, kembali
meningkat pada tahun 2011 sebesar 3,37%, begitu juga di tahun 2012
meningkat sebesar 3,97% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara
pertanian secara sempit memiliki pertumbuhan yang fluktuatif, yaitu
tahun 2010 meningkat sebesar 2,40%, kemudian tahun 2011 meningkat
sebesar 2,31% dan tahun 2012 meningkat sebesar 4,18%.
Jika dilihat dari PDB atas dasar harga konstan tahun 2000, PDB
sektor pertanian sempit (tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan dan peternakan) tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
masing-masing sebesar 236,8 triliun rupiah tahun 2010, pada tahun
2011 sebesar 242,3 triliun rupiah dan tahun 2012 meningkat hingga
mampu menyumbangkan PDB Indonesia sebesar 252,4 triliun rupiah.
Tabel 9. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Konstan dan Laju
Pertumbuhan, Tahun 2010-2012.

Analisis
PDB sektor pertanian luas (termasuk kehutanan dan perikanan)
pada tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan secara
terus-menerus yang menunjukan bahwa terdapat kontribusi yang
semakin meningkat pula terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
19

Hal tersebut terjadi karena adanya kondisi iklim yang relatif basah
sepanjang tahun, banyaknya kegiatan penyuluhan pertanian yang
dilakukan terhadap para petani padi Indonesia, terlaksananya kegaitan
pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, adanya jaminan
pemasaran dan harga jual hasil padi yang relatif tinggi, serta adanya
perluasan penerapan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu
(PTT). Sektor pertanian khususnya pada subsektor tanaman bahan
makanan merupakan subsektor pertanian yang kontribusi PDB-nya
tertinggi dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya.

2.4.2. Kontribusi Subsektor Pertanian (Padi) Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Nasional
Berdasarkan Angka Sementara BPS, produksi padi tahun 2013
mencapai 71,29 juta ton GKG. Bila dibandingkan dengan produksi
tahun 2012 sebesar 69,06 juta ton, terjadi peningkatan 2,235 juta ton
(3,24%). Peningkatan produksi tahun 2013 terhadap 2012 terjadi di
Pulau Jawa sebesar 0,966 juta ton GKG (2,65%), di luar Pulau Jawa
sebesar 1,269 juta ton GKG (3,90%).
Tabel 10. Capaian Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi
Tahun 2013.

Laporan Kementerian Pertanian 2013 terhadap 2012 terjadi di
Pulau Jawa sebesar 0,966 juta ton GKG (2,65%), di luar Pulau Jawa
sebesar 1,269 juta ton GKG (3,90%). Capaian produksi padi tahun
2103 (ASEM), bila dibandingkan terhadap target tahun 2013 (sebesar
72,06 juta ton), mencapai 98,93% atau masih terdapat kekurangan 773
ribu ton. Sedangkan bila dibandingkan terhadap target tahun 2014

20

(sebesar 76,57 juta ton), capaian produksi padi tahun 2013 (ASEM)
mencapai 93,11%.
Walaupun produksi padi tahun 2013 (ASEM) belum mencapai
100% terhadap target, namun bila dibandingkan dengan kebutuhan
beras untuk konsumsi dalam negeri menunjukkan surplus 5,656 juta
ton beras dengan indeks swasembada 116,43%. Dengan demikian
swasembada dan surplus beras yang dicapai pada tahun 2013 dapat
dipertahankan secara berkelanjutan sejak tahun 2010 awal periode
kabinet Indonesia Bersatu II.
Angka swasembada dan surplus beras tahun 2013 tersebut
diperoleh dengan cara penghitungan produksi padi sebesar 71,29 juta
ton GKG setara dengan 40,08 juta ton beras tersedia untuk konsumsi
manusia (konversi dari 71,291 juta ton GKG x 0,562), sementara total
kebutuhan beras nasional (untuk konsumsi penduduk) sebesar 34,424
juta ton beras (247,388 juta jiwa x konsumsi per kapita 139,15 kg per
tahun).
Menurut Laporan Kementerian Pertanian 2013 peningkatan
produksi padi tahun 2013 (ASEM) secara nasional terutama
disebabkan oleh meningkatnya luas panen 391 ribu ha (2,91%) dan
produktivitas 0,16 ku/ha (0,31%). Faktor penyebab meningkatnya luas
panen padi tahun 2013 karena kondisi iklim yang relatif basah
sepanjang tahun, serta jaminan pemasaran dan harga jual hasil padi
yang relatif tinggi (selama tahun 2013 harga gabah kering giling di
tingkat petani berkisar antara Rp.4.232 – Rp.4.806 rata-rata Rp.
4.574/kg (di atas HPP GKG di penggilingan Rp.4.150/kg). Sedangkan
faktor penyebab peningkatan produktivitas antara lain didorong karena
perluasan penerapan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu
(PTT).
Namun jika dibandingkan dengan target produksi tahun 2013,
produksi padi belum mencapai target disebabkan karena belum
optimalnya peningkatan produktivitas dari target 52 ku/ha baru

21

mencapai 51,52 ku/ha, serta belum tercapainya target luas panen
13,858 juta ha, yang baru terealisasi 13,837 juta ha (kurang 21.000 ha).
Belum optimalnya peningkatan produktivitas disebabkan oleh
terganggunya penyerbukan malai serta efisiensi serapan unsur hara
pupuk akibat tingginya curah hujan sepanjang tahun. Sedangkan belum
tercapainya target luas panen disebabkan pemanfaatan lahan rawa
lebak yang tidak optimal karena tingginya genangan air terutama di
Kalimantan Selatan dan Riau, meningkatnya pertanaman yang terkena
OPT dan banjir dan puso mencapai 96.754 ha (meningkat 6.089 ha)
dibanding tahun 2012 yang hanya seluas 90.665 ha, dan terjadinya
konversi lahan ke non pangan (kelapa sawit) yang terjadi di Sumatera
dan Kalimantan.
Perkembangan produksi padi selama periode tahun 2008-2013
menunjukkan trend pertumbuhan yang positif, meningkat dari 60,325
juta ton pada tahun 2008 menjadi 71,291 juta ton GKG tahun 2013
atau rata-rata tumbuh 3,43% atau sebesar 2,193 juta ton per tahun.
Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh kenaikan produktivitas dari
48,94 ku/ha tahun 2008 menjadi 51,52 ku/ha tahun 2013, serta luas
panen 12,327 juta ha tahun 2008 menjadi 13,837 juta ha tahun 2013.
Tabel 11. Trend Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan
Produktivitas Padi Tahun 2008-2013.

Analisis
Kontribusi subsektor pertanian khususnya pada komoditas padi
terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 meningkat
dibandingkan pada tahun 2012 walaupun masih dibawah target yang
direncanakan. Hal tersebut terjadi karena masih belum optimalnya
22

peningkatan produktivitas yang disebabkan oleh terganggunya
penyerbukan malai serta efisiensi serapan unsur hara pupuk akibat
tingginya curah hujan sepanjang tahun serta belum tercapainya target
luas panen padi yang disebabkan pemanfaatan lahan rawa lebak yang
tidak optimal karena tingginya genangan air.
Walaupun begitu, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2013 terjadi karena kondisi iklim yang relatif basah sepanjang
tahun, serta jaminan pemasaran dan harga jual hasil padi yang relatif
tinggi dan adanya perluasan penerapan pengelolaan tanaman dan
sumber daya terpadu (PTT). Dengan mengetahui faktor penyebab
peningkatan hasil panen tanaman padi tersebut, seharusnya petani
maupun pemerintah dapat mengatasi segala permasalah yang akan
muncul di tahun-tahun berikutnya agar pertumbuhan ekonomi pada
subsektor padi terus-menerus meningkat.

23

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
PDB Indonesia meningkat dengan nilai rata- rata per tahun sekitar
enam persen, kecuali tahun 2009 dan 2013, ketika gejolak krisis keuangan
global. Meski masih cukup mengagumkan, PDB Indonesia turun ke nilai 4.6
persen dan 5.8 persen pada kedua tahun tersebut. Indonesia berubah dari
negara yang perekonomiannya sangat bergantung pada pertanian menjadi
negara yang perekonomiannya lebih seimbang, di mana sektor manufaktur
(sejenis industri) kini lebih dominan daripada sektor pertanian.
Dibandingkan dengan besar pangsa sektor pertanian sebagai
penyumbang PDB di Indonesia, ternyata tidak begitu signifikan. Padahal
peluang yang dihadapi Indonesia adalah keunggulan dalam bentuk kekayaan
sumberdaya alam dan air, aneka ragam komoditas dan iklim yang
mendukung, dan juga memiliki peluang yang cukup dilihat dari resistensi
pertumbuhan ekonominya.
Sumbangsih produksi padi terbanyak setelah Pulau Jawa kemudian
diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan diikuti dengan Pulau Sumatra.
Kontribusi subsektor pertanian khususnya pada komoditas padi terhadap
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 meningkat dibandingkan pada tahun
2012 walaupun masih dibawah target yang direncanakan. Namun
peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 terjadi karena kondisi
iklim yang relatif basah sepanjang tahun, serta jaminan pemasaran dan harga
jual hasil padi yang relatif tinggi dan adanya perluasan penerapan
pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT).
3.2. Saran
Pemerintah seharusnya bisa memahami peran sektor dan subsektor
pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang kemudian dapat
dievaluasi sebagai bahan pertimbangan pembentuk kebijakan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

24

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Data Produktivitas Padi Nasional Tahun 2013. Dalam:
http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53¬ab=0.
Diakses pada 6

Maret 2015 pukul 14.00 WIB.

Deptan. “Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011”.
http://www.deptan.go.id/sakip/admin/data2/LAKIP_%20KEMENTAN
%20_2011.pdf. Diakses pada 06 Maret 2015
Bappenas. 2012. “Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian Dalam Rangka
Peningkatan Kesejahteraan
Petani”.http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/14418/3970/.
Diakses pada 06 Maret 2015
BPS. 2012. “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2012
“.http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05nov12.pdf. Diakses pada 06 Maret 2015
BPS. 2011. “Berita Resmi Statistik : Pertumbuhan PDB Indonesia Mencapai
6,5%”. http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner1.pdf. Diakses pada 06 Maret
2015
Kementrian Pertanian. 2014. Laporan Evaluasi Program Kegiatan dan
Anggaran Kementrian Pertanian Tahun 2013. Dalam:
http://setjen.pertanian.go.id/filebank/setjen/Laporan%20Tahunan%20Kementan
%202013%20LENGKAP%20FINAL%20OK.pdf. Diakses pada tanggal 06 Maret
2015 pukul 14.45.
Nugroho, Sae. 2009. Jurnal (Landasan Teori): Pertumbuhan dan
Perkembangan Ekonomi. Dalam: http://ejournal.uajy.ac.id/2760/3/2EP13658.pdf. Diakses pada 6 Maret 2015 pukul 11.02.

25

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian. 2013.
Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013. Dalam:
http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Analisis_PDB_2013.
pdf. Diakses pada tanggal 06 Maret 2015 pukul 14.40.
Rumbia, Wali Aya. 2009. Perekonomian Nasional; ditinjau dari Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi. Dalam: http://118.97.35.230/pustaka/download/wali-ayarumbia/perekonomian%20nasional%20ditinjau%20dari%20tingkat
%20pertumbuhan%20ekonomi.pdf. Diakses pada 6 Maret 2015 pukul 11.16

26

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

Analisis Konsentrasi Geografis Sektor Ekonomi di Kabupaten Situbondo

9 121 186

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Lembaga Kantor Berita Nasional Antar Biro Jawa Barat

0 59 1

Sistem Informasi Pengolahan Data Pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP4K Kabupaten Sukabumi

10 84 1

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu

18 128 61

Pengaruh Perbedaan Lama Kontak Sabun Ekstrak Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 5