KERJASAMA INTERNASIONAL teorisme jaringtan (2)

Hubungan Indonesia dengan Singapura
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hubungan Indonesia–Singapura

Indonesia

Singapura

Hubungan Indonesia dengan Singapura adalah hubungan bilateral antara Republik
Indonesia dengan Republik Singapura. Dari tahun ke tahun, Indonesia dan Singapura membina
hubungan kunjungan kenegaraan tingkat tinggi. Hubungan ini ditandai dengan kerja sama ekonomi
yang kuat. Dalam beberapa tahun terakhit, Singapura secara konsisten menjadi investor asing
terbesar di Indonesia. Kerja sama antara Indonesia dan Singapura juga meliputi beberapa bidang,
termasuk kesehatan, pertahanan, dan lingkungan hidup.
Hubungan antara Indonesia dan Singapura kebanyakan didorong karena kedekatan geografis.
Singapura merupakan salah satu negara tetangga terdekat Indonesia. Wilayah negara kota ini
dikepung wilayah Indonesia di bagian barat, selatan, dan timur, terjepit di antara Malaysia dan
Indonesia. Kedua negara adalah pendiri ASEAN, dan negara anggota Gerakan NonBlok dan APEC.

Perdagangan dan ekonomi

Terletak di jalur perdagangan bahari tersibuk di Selat Malaka, menjabat sebagai salah satu pusat
utama perdagangan dunia, perdagangan dengan dan melalui Singapura menjadi penting bagi
Indonesia untuk menyediakan jalur perdagangan ke seluruh dunia. Begitu juga sebaliknya,
pengusaha Indonesia juga penting bagi Singapura. Perdagangan adalah motivasi umum utama
kedua negara hubungan luar negeri, masing-masing mitra adalah mitra dagang utama satu sama
lain.
Volume perdagangan Indonesia-Singapura mencapai $36 miliar AS ($29,32 miliar AS). Singapura
merupakan investor luar negeri teratas bagi Indonesia, dengan total kumulatif dari US $ 1,14 miliar
pada 142 proyek. Perdagangan antara kedua negara juga mencapai sekitar $68 miliar AS pada
tahun 2010. Pada saat yang sama, ekspor non-migas Indonesia ke Singapura adalah yang tertinggi
di kawasan.[2]

BIMP-EAGA: Brunei Darussalam-IndonesiaMalaysia-The Philippines East ASEAN
Growth Area (Brunei Darussalam-IndonesiaMalaysia-The Philippines East ASEAN
Growth Area)
Prakarsa Wilayah Pertumbuhan ASEAN Timur, Brunei Darussalam-Indonesia-MalaysiaFilipina (BIMP-EAGA) diluncurkan pada tahun 1994 sebagai suatu inisiatif kerjasama
empat negara, yang bertujuan untuk menutup kesenjangan pembangunan antara
negara anggota ASEAN-Timur dan negara anggota ASEAN-6.
Kerjasama BIMP-EAGA bertujuan untuk meningkatkan perdagangan, pariwisata, dan
investasi di dalam dan di luar subwilayah dengan cara:



Memfasilitasi pergerakan orang, barang, dan jasa secara bebas



Menggunakan sebaik mungkin infrastruktur dan sumber daya alam bersama-sama; dan



Mengambil manfaat sepenuhnya dari ekonomi yang saling melengkapi

Inisiatif BIMP-EAGA diharapkan dapat berjalan dengan panduan oleh sektor privat dan
didorong oleh kebutuhan pasar. Tujuan kerjasama ini adalah mempercepat
pembangunan ekonomi di wilayah-wilayah yang menjadi fokus, yang meskipun jauh
dari ibukota negara, namun memiliki kedekatan strategis satu sama lain, dan berada di
wilayah di dunia yang paling kaya dengan sumberdaya alam, termasuk Jantung Hutan
Kalimantan (Heart of Borneo, HoB) dan kawasan Ekoregion Kelautan Sulu-Sulawesi
(Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion, SSME).


Segitiga Pertumbuhan Indonesia-MalaysiaThailand (IMT-Growth Triangle)
Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) adalah suatu segitiga
pertumbuhan tiga negara yang terbentuk oleh kekuatan ekonomi yang saling
melengkapi, kedekatan geografis, kedekatan historis, serta ikatan budaya dan bahasa.
Kerjasama subregional IMT-GT diprakarsai oleh pemerintah negara-negara peserta
untuk mempercepat pembangunan ekonomi di berbagai provinsi yang relatif tertinggal.
Kerjasama tersebut dimulai pada 1993, dan sejak saat itu berkembang hingga
mencakup 32 provinsi dan negara bagian, dengan populasi sekitar 78 juta penduduk
pada 2012.
ADB adalah Mitra Pembangunan bagi IMT-GT sejak 2007. IMT-GT berbeda dari
prakarsa kerjasama regional lain yang didukung oleh ADB, karena: (i) Merupakan suatu
kelompok entitas di tingkat sub-nasional; (ii) Sektor swasta berpartisipasi sebagai mitra
yang setara; (iii) Memiliki sekretariat permanen, yaitu Center for IMT-GT Subregional
Cooperation (CIMT); dan (iv) Meliputi transportasi multimoda, dengan satu dari tiga
perbatasan negara yang merupakan daratan, yang sisanya adalah perbatasan laut.

Kamis, 21 Februari 2013

Kerjasama Multilateral Indonesia dengan
negara-negara WTO


Kerjasama Multilateral Indonesia dengan negara-negara WTO

Negara-negara yang termasuk WTO adalah Afrika Selatan, Republik Afrika
Tengah, Albania, Amerika
Serikat, Angola, Antigua
dan
Barbuda, Arab
Saudi, Argentina, Armenia, Australia, Bahrain, Bangladesh, Barbados, Belize, Be
nin, Bolivia, Botswana, Brasil, Brunei, Burkina
Faso, Burma,Burundi, Tanjung
Verde, Chad, Chili, Republik
Rakyat
Cina, Djibouti, Dominika, Republik
Dominika,Ekuador, El
Salvador, Fiji, Filipina, Gabon, Gambia, Georgia, Ghana, Grenada, Guatemala, Gu
inea, Guinea-Bissau, Guyana, Haiti, Honduras, Hong
Kong, India, Indonesia, Islandia, Israel, Jamaika, Jepang, Kamboja, Kamerun,
Kanada, Kenya, Kolombia, Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Korea
Selatan, Kosta

Rika, Kroasia, Kuba, Kirgizstan, Kuwait, Lesotho, Liechtenstein,Madagaskar, M
akau, Republik
Makedonia, Maladewa, Malawi, Malaysia, Mali, Maroko, Mauritania, Mauritius,
Meksiko, Mesir, Moldova, Mongolia, Mozambik, Namibia, Nepal, Nikaragua, Ni
ger, Nigeria, Norwegia, Oman, Pakistan, Panama, Pantai
Gading, Papua
Nugini, Paraguay, Peru, Qatar, Rusia, Rwanda, Saint Kitts dan Nevis, Saint
Lucia, Saint
Vincent
dan
Grenadines, Selandia
Baru, Senegal, Sierra
Leone, Singapura, Kepulauan
Solomon, Sri
Lanka, Suriname, Swaziland, Swiss, Wilayah Bea Cukai Terpisah Taiwan,
Penghu, Kinmen dan Matsu, Tanzania, Thailand , Togo, Tonga, Trinidad dan
Tobago, Tunisia, Turki, Uganda, Ukraina, Uni
Emirat
Arab, Uni
Eropa, Uruguay, Venezuela, Vietnam, Yordania, Zambia, dan Zimbabwe.

Tujuan pokok UNWTO adalah untuk meningkatkan dan membangun
pariwisata sebagai kontributor bagi pembangunan ekonomi, saling pengertian
internasional, perdamaian, kemakmuran universal, HAM dan kebebasan dasar
untuk semua tanpa memandang perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa dan
agama. UNWTO telah membantu para anggotanya dalam industri pariwisata
dunia, yang diyakini merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, menyediakan insentif untuk
melindungi lingkungan dan warisan sejarah, serta mempromosikan perdamaian
dan saling pengertian antar-negara. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut,

UNWTO melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk mengurangi
kemiskinan, memperjuangkan kesetaraan gender, dan mendukung pembangunan
yang berkelanjutan.
Saat ini, UNWTO sedang mempromosikan ekoturisme sebagai salah satu
obyek penarik wisatawan, sekaligus sebagai program untuk melestarikan alam.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan termasuk seminar, lokakarya, dan publikasi.
Mengingat Indonesia memiliki banyak obyek wisata alam, ekoturisme dapat
menjadi salah satu bidang kerja sama dengan UNWTO. UNWTO juga
memfokuskan diri pada pemanfaatan situs-situs budaya untuk mendukung
pariwisata. Untuk itu UNWTO melakukan serangkaian kegiatan seperti penelitian

di situs-situs budaya, seminar dan publikasi untuk mempromosikan situs
budaya, serta penelitian lapangan untuk membantu pemerintah setempat
memanfaatkan situs budayanya.
Mengingat pariwisata merupakan salah satu andalan Indonesia sebagai
penghasil devisa, kerja sama di forum internasional dan regional seperti UNWTO
dan Pacific Asia Travel Assiociation (PATA) sangatlah penting, terutama untuk
menjalin kerja sama pelatihan, penanaman modal, dan tukar-menukar
pengalaman. UNWTO memiliki Business Council yang beranggotakan badanbadan pariwisata non-pemerintah.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai focal point UNWTO di
Indonesia, berperan aktif dalam berbagai program yang diselenggarakan UNWTO
antara lain dengan duduk sebagai anggota World Committee on Tourism
Ethics (WCTE) pada periode 2003-2007 dan 2007-2013. WCTE sendiri merupakan
badan independen yang terdiri dari tokoh-tokoh yang diakui kompetensinya
dalam bidang pariwisata, yang bertugas untuk memberikan masukan-masukan
kepada anggota UNWTO terkait dengan perlindungan pariwisata sesuai dengan
kode etik kepariwisataan. Selaku anggota komite, Indonesia telah berkontribusi
dan mendukung pelaksanaan kode etik dimaksud. Di samping itu, pada Sidang
Umum UNWTO yang ke-19 di Gyeongju, Republik Korea, tanggal 8-14 Oktober
2011, Indonesia terpilih sebagai anggota Executive Council UNWTO untuk
periode 2011-2013.

Salah satu contoh kerja sama antara Indonesia dengan UNWTO dalam
bidang pariwisata yang mendukung pembangunan berkelanjutan adalah proyek
“Sustainable Tourism through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation
Measures in Pangandaran” yang dimaksudkan untuk menjadi model langkahlangkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di daerah-daerah tujuan wisata di
Indonesia khususnya, dan Asia Tenggara pada umumnya.

Kamis, 21 Februari 2013

HUBUNGAN REGIONAL INDONESIA
DENGAN NEGARA ASEAN
HUBUNGAN REGIONAL INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN

Jumlah anggota ASEAN sekarang ini ada sepuluh negara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina,
Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.

Kerja sama ASEAN
Negara-negara anggota ASEAN saat ini menjalin kerja sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan latihan militer bersama.

a. Politik

Di bidang politik, ASEAN sepakat untuk menyelesaikan segala permasalahan melalui meja
perundingan. ASEAN sepakat untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas
senjata nuklir.

b. Ekonomi
Di bidang ekonomi, ASEAN berupaya menciptakan kerja sama perdagangan yang saling
menguntungkan. Bentuk kerja sama ekonomi dapat direalisasikan, antara lain sebagai berikut:

1) membuka pusat promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi, dan pariwisata di Tokyo;
2) menyediakan cadangan pangan (terutama beras);
3) membangun proyek-proyek industri ASEAN, seperti proyek pabrik pupuk urea amonia di
Indonesia dan Malaysia, proyek industri tembaga di Singapura, proyek pabrik mesin diesel di
Singapura, dan proyek pabrik
superfosfor di Thailand;
4) menciptakan preference trading arrangement (PTA) yang bertugas menentukan
tarif rendah untuk beberapa jenis barang komoditas ASEAN.

c. Sosial
Di bidang sosial, ASEAN melakukannya kerja sama, antara lain sebagai berikut:


1) pencegahan narkoba dan penanggulangannya;
2) penanggulangan bencana alam;
3) perlindungan terhadap anak cacat;
4) pemerataan kesejahteraan sosial masyarakat.

d. Budaya
Di bidang budaya, ASEAN melakukan kerja sama, seperti berikut:

1) tukar menukar pelajaran dan mahasiswa;
2) pemberantasan buta huruf;
3) program tukar menukar acara televisi ASEAN;
4) temu karya pemuda ASEAN;
5) festival lagu ASEAN.

e. Latihan Militer Bersama
Negara-negara anggota ASEAN tetap menghindari pembentukan pakta atau persekutuan militer.
Namun, untuk meningkatkan keamanan wilayah mereka sering menggelar latihan militer bersama.
Misalnya, latihan militer dengan sandi Elang Malindo merupakan latihan militer Angkatan Udara
Indonesia dan Malaysia.


Kamis, 21 Februari 2013

HUBUNGAN REGIONAL INDONESIA DAN
SINGAPURA
HUBUNGAN REGIONAL INDONESIA DAN SINGAPURA
Hubungan regional antara Indonesia dan Singapura selama ini berjalan dengan baik. Kedua negara
berusaha meningkatkan saling pengertian, mempererat hubungan dan mengembangkan kerjasama
di berbagai bidang.
Hal tersebut ditindaklanjuti dengan kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Singapura Mr.
Edward Lee kepada Menteri Pertahanan RI H. Matori Abdul Djalil, Jum’at(25/1) di Departemen
Pertahanan Jl. Merdeka Barat 13-14 Jakarta.
Pada pertemuan kedua pejabat yang berlangsung selama tiga puluh menit dan sangat akrab
tersebut, dibahas berbagai hal dalam meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Indonesia dan
Singapura . Selain membicarakan situasi aktual saat ini, juga disinggung masaalah kasus Aceh,
Sampit, Poso dan Papua yang sampai saat ini perlu mendapat perhatian bersama.
Kepada Menhan RI H. Matori Abdul Djalil, Dubes Singapura berharap agar Pemerintah Indonesia
segera dapat menyelesaikan persoalan dalam negeri dengan baik, sehingga tidak lama lagi situasi
politik di Indonesia segera pulih kembali serta mendukung sepenuhnya keutuhan Wilayah Negara
Kesatuan RI.
Dubes Singapura Mr. Edward Lee, minta agar kerjasama dibidang Hankam yang pernah
dilaksanakan seperti, latihan bersama angkatan bersenjata kedua negara, saling kunjung antar
pejabat militer serta berbagai kerjasama yang telah disepakati dapat diteruskan .
Menhan RI H. Matori Abdul Djalil yang didampingi Karo Humas Setjen Dephan Marsma TNI Kamto
Soetirto, SE, S.IP dan Karo TU/Ses Menhan Brigjen TNI Prasetyo, MSc mengucapkan terima kasih
atas kunjungannya semoga kerjasama yang sudah terjalin dengan baik selama ini dapat
ditingkatkan dimasa mendatang.
Kerjasama di bidang Hankam antara Indonesia dan Singapura dirintis sejak berakhirnya
komprontasi, dan mulai berjalan tahun 1974 dalam suatu latihan bersama Angkatan Laut kedua
negara. Perkembangan kerjasama tersebut, ditandai dengan diselenggaranya Sidang tahunan JTC
(Joint Training Committee) antara TNI dan RSAF (Royal Singapura Air Force). Latma tahunan
“SAFKAR INDOPURA” dan JATWG (Joint Army Training Working Group) antara AD kedua negara.
Latma tahunan “EAGLE” dan JNTWG (Joint Navy Training Working Group) antara AL kedua negara.
Latma tahunan “ ELANG INDOPURA” kemudian diganti “CAMAR INDOPURA” dan JAFTWG (Joint Air
Force Training Working Group) antara AU kedua negara.