Penggunaan Pembangkit Medan Listrik Frek
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
Efek Medan Listrik pada Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Melitus
1,2
Ibrahim bin Sa`id1, Dwi Winarni2, Suhariningsih3
Departemen Biologi, 3Departemem Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Email : [email protected]
Abstrak
Seseorang dinyatakan menderita diabetes melitus apabila kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl atau kadar gula
darah puasa > 126 mg / dl. Dari beberapa penelitian sebelumnya, pembangkit listrik frekuensi rendah yang
dihubungkan dengan matras curesonic dapat menghasilkan medan listrik yang dibuktikan dengan perubahan
nilai kapasitansi sekitar matras sehingga dapat memberikan efek positif pada hewan percobaan baik secara fisik,
seluler, atau fisiologi. Penelitian true experiment dengan desain randomized control-group pretest-postes ini
menggunakan tikus wistar jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok; kelompok k-15, k-30, dan k-60 yang masingmasing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan 60 kHz namun tanpa induksi STZ dan nicotinamide, dan 3
kelompok diabetes yaitu d-15, d-30, dan d-60 yang masing-masing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan 60 kHz
serta diinduksi STZ dan nicotinamide. Terapi dilakukan dengan menempatkan tikus di atas matras curesonic
yang dibangkitkan dengan beberapa variasi frekuensi (15, 30, dan 60 kHz) selama 1 jam per hari dalam 4
minggu. Hasil rerata kapasitansi adalah 53,39 + 0,18 pF ketika listrik off, 292,14 + 5,87 pF untuk frekuensi 15
kHz, 139,00 + 0,22 pF untuk frekuensi 30 kHz, dan 68,37 + 0,54 pF pada frekuensi 60 kHz. Dari rerata nilai
kapasitansi, ada perbedaan signifikan antara nilai kapasitansi saat matras dihubungkan dengan pembangkit
medan listrik (seluruh variasi frekuensi) dan saat listrik (off). Sedangkan dari pengamatan kadar gula darah
didapatkan nilai p untuk masing-masing pasangan kelompok < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (k-15 dengan d-15, k-30 dengan d30, dan k-60 dengan d-60), dan pada minggu ke-4 kelompok k-15 dengan d-15 dan k-30 dengan d-30
mempunyai nilai p > 0,05. Dari gambar grafik diketahui kadar gula darah tikus yang diterapi dengan frekuensi
15 kHz memiliki kadar gula darah akhir (minggu ke-4) terendah dibandingkan dengan tikus yang diterapi dengan
frekuensi 30 dan 60 kHz. Seluruh variasi frekuensi (15, 30, dan 60 kHz) dapat menurunkan kadar gula darah
tikus diabetes melitus. Diantara beberapa frekuensi yang digunakan, frekuensi 15 kHz adalah frekuensi yang
menunjukkan tingkat keberhasilan tertinggi dalam menurunkan kadar gula darah tikus diabetes mellitus.
Kata kunci : Medan listrik, diabetes mellitus, gula darah.
Menurut Department of Noncommunicable
Disease Surveillance WHO, DM adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia kronis
disebabkan adanya hambatan sekresi insulin,
kelainan fungsi insulin, atau keduanya (Berrens et
al., 1999; Riddle dan Genuth, 2007). Hal ini dapat
terjadi karena kerusakan sel beta pankreas atau
terganggunya fungsi sel beta pankreas, yang
disebabkan oleh kematian sel-sel beta (Arulmozhi et
al., 2004; Szkudelski, 2001). Ada beberapa
klasifikasi DM yang dipublikasi oleh WHO, namun
untuk saat ini terdapat 4 macam tipe DM, yaitu DM
tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain (3), dan DM
gestasional. Seseorang dinyatakan menderita DM
apabila kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl atau
kadar gula darah puasa > 126 mg/dl (Anonim, 2006;
Barik et al., 2008).
Matras curesonic adalah alas tidur yang 30%
bahannya tersusun dai serat tourmaline, tourmaline
adalah sejenis batu yang mempunyai sifat kelistrikan
yang jika diradiasi oleh pembangkit medan listrik
frekuensi rendah dapat memberikan efek kesehatan
melalui medan listrik yang terbentuk, keterangan ini
sesuai dengan laporan penelitian yang dilakukan
oleh Laboratorium Biofisika Universitas Airlangga
tahun 2008 (Kadir, 2009; Octavia, 2009).
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM), kini menjadi ancaman
serius bagi umat manusia. Pada tahun 2003, WHO
memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8
miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita
DM dan tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 333 juta jiwa. Pada tahun yang sama,
International
Diabetes
Foundation
(IDF)
memperkirakan prevalensi DM dunia adalah 1,9%
dan menjadikan DM sebagai penyebab kematian
urutan ke-7 di dunia(Anonim, 2008; Anonim 1,
2008; Anonim, 2006; Reinauer, et al., 2002)..
Sedangkan di Indonesia, diprediksi kenaikan
jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Angka ini
menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-4
dunia setelah Amerika Serikat, India, dan China,
untuk jumlah penderita DM. Mendukung angkaangka di atas, menurut Badan Pusat Statistik yang
berdasar pada pola pertambahan penduduk
diperkirakan pada tahun 2030 terdapat penderita DM
sebanyak 12 juta jiwa di daerah urban dan 8,1 juta
jiwa di daerah rural (Anonim, 2008; Anonim 1,
2008; Anonim, 2006; Reinauer, et al., 2002).
B18
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
hewan yang sering digunakan sebagai hewan coba
adalah mencit (Mus musculus) atau tikus (Rattus
novergicus) (Rees dan Alcolado, 2005). Hewan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus
novergicus) wistar jantan umur 8-12 minggu dengan
berat badan 150-200 gram yang diperoleh dari
Laboratorium Hewan Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga.
Bahan dan alat
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah pakan tikus berupa pelet PUR 521, air minum
tikus berupa air PDAM, sekam, PBS (phosphate
buffered saline), aquades steril, larutan normal
saline, buffer sitrat, xylazin, nicotinamide, dan
streptozotocin (STZ). Alat yang digunakan meliputi
low frequency transmitter (sumber gelombang
elektromagnetik 15, 30 dan 60 kHz) yang
dihubungkan dengan matras curesonic, kapasitansi
meter, glukometer (Accu-Check, Roche Diagnostic,
USA) menggunakan oxidase-peroxidase reactive
strips, timbangan digital, alat suntik (spuit) 1 ml dan
3 ml, jarum sundel, gelas pengaduk, gelas ukur,
pipet tetes, mikropipet 50, 100, dan 200 µl, bak
plastik dengan ukuran 40 × 20 cm beserta tutupnya
berupa anyaman kawat sebagai kandang tikus, botol
minum beserta selang sedot.
Mendukung keterangan di atas, Octavia (2009) dan
Kadir (2009) melaporkan bahwa pembangkit medan
listrik frekuensi rendah yang dihubungkan pada
matras curesonic dapat menimbulkan medan listrik
yang dibuktikan dengan adanya perubahan distribusi
muatan listrik udara, yang memberikan positif pada
hewan coba baik secara fisik, seluler, maupun
fisiologis. (Bonner et al., 2002; Brown et al., 1999;
Parson, 2006).
Pembangkit medan listrik pada penelitian ini
tidak lain adalah gelombang elektromagnetik (GEM)
frekuensi rendah. Gelombang elektromagnetik
adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak
ada medium. Energi elektromagnetik merambat
dalam gelombang dengan beberapa karakter yang
bisa diukur, yaitu panjang gelombang, frekuensi,
amplitudo, kecepatan. Amplitudo adalah tinggi
gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah
jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah
gelombang yang melalui suatu titik dalam satu
satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan
merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi
elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya),
panjang gelombang dan frekuensi berbanding
terbalik. Semakin panjang suatu gelombang,
semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek
suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya
(Alonso dan Finn, 1992; Hanafi, 2006; Swamardika,
2009). Suatu gelombang ditimbulkan dengan
mempercepat suatu partikel bermuatan. Bilamana
hal ini terjadi sebagian energi dari partikel
bermuatan, diradiasikan sebagai radiasi GEM.
Gelombang elektromagnetik terdiri dari komponen
medan listrik dan medan magnet, yang saling tegak
lurus (Alonso dan Finn, 1992; Hanafi, 2006;
Swamardika, 2009).
Berbagai metode telah digunakan sebagai terapi
DM diantaranya adalah injeksi insulin dan
antidiabetik oral seperti sulfonilurea, dan tiazolidin.
Disamping cara atau metode penggunaan yang harus
dibawah pengawasan dokter, ada beberapa efek
negatif yang dapat muncul dari metode-metode
tersebut,
diantaranya
adalah
hipoglikemia,
peningkatan berat badan, dan gangguan pada saluran
pencernaan (Syiariel, 2008).
Berdasar manfaat-manfaat pembangkit medan
listrik frekuensi rendah yang dihubungkan pada
matras curesonic, sebagai terapi kesehatan pada
penelitian sebelumnya dan makin meningkatnya
penderita DM, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek medan listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit dengan frekuensi 15, 30, dan 60 kHz
pada hewan coba tikus (Rattus novergicus) kondisi
diabetes melitus.
Prosedur
Tikus jantan ditempatkan dalam bak plastik
ukuran 40 × 20 cm, dialasi sekam dan diberi tutup
berupa anyaman kawat yang di atasnya terdapat
pakan berupa PUR 521 dan minuman air PDAM
yang diberikan secara ad-libitum. Pemeliharaan
dilakukan di dalam rumah hewan. Rumah hewan
dilengkapi ventilasi serta rak tempat pemeliharaan.
Selama 1 minggu tikus diaklimasi dengan kondisi
kandang sebelum dibagi menjadi beberapa
kelompok.
Hewan coba dikelompokkan menjadi 6
kelompok yaitu kelompok k-15, k-30, dan k-60 yang
masing-masing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan
60 kHz namun tanpa induksi STZ dan nicotinamide,
dan 3 kelompok diabetes yaitu d-15, d-30, dan d-60
yang masing-masing diterapi dengan frekuensi 15,
30, dan 60 kHz serta diinduksi STZ dan
nicotinamide. Sebelum tikus dibagi secara acak
menjadi kelompok kontrol/normal dan diabetes,
seluruh tikus di cek kadar gula darah puasa (kadar
glukosa darah tanpa ada asupan kalori selama 12
jam) untuk memastikan bahwa seluruh tikus
mempunyai kadar gula darah normal yakni < 126
mg/dl dan dikonfirmasi dengan glucose tolerant test
dengan cara pemberian D-glukosa peroral sebanyak
5 kali (0, 30, 60, 90, dan 120 menit). (Barik et al.,
2008). Terapi dilakukan dengan meletakkan tikus
pada matras curesonic yang dihubungkan dengan
pembangkit medan listrik selama 1 jam per hari
dalam 4 minggu, dengan frekuensi 15 kHz (k-15 dan
d-15), 30 kHz (k-30 dan d-30) dan 60 kHz (k-60 dan
METODE PENELITIAN
Hewan coba
Penggunaan
hewan
coba
telah
lama
dimanfaatkan dalam penelitian DM. Kebanyakan
B19
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
d-60) dan selama terapi diukur perubahan distribusi
muatan listrik udara dengan kapasitansi meter.
Untuk mengkondisikan tikus menjadi DM
digunakan STZ dan nicotinamide. STZ mempunyai
kemampuan merusak sel beta pankreas sehingga
sekresi insulin terganggu. Agar kerusakan sel beta
pankreas tidak berujung pada kematian sering
digunakan nicotinamide pada beberapa menit
sebelum induksi STZ (Abeeleh et al., 2009; Barik et
al., 2008; Firdous et al., 2009; Nugroho, 2006;
Szkudelski, 2001).
Dosis nicotinamide yang digunakan untuk
induksi adalah sebesar 240 mg/kg berat badan yang
dilarutkan dalam larutan normal saline yang
diinjeksi secara intraperitoneal. Setelah 15 menit
dilanjutkan dengan induksi STZ (dosis 100 mg/kg
berat badan), yang sebelumnya telah dilarutkan
dalam buffer sitrat (pH 4,5). Konfirmasi kondisi DM
dilakukan pada hari ke-7 setelah induksi STZ dan
nicotinamide dengan mengukur kadar gula darah
puasa (kadar glukosa darah tanpa ada asupan kalori
selama 12 jam) > 126 mg/dl. dilanjutkan dengan
glucose tolerance test yakni pengukuran kadar
glukosa darah puasa selama 2 jam (menit ke-0, 30,
60, 90, dan 120) yang pada awal pengukuran
diberikan D-glukosa 2g/kg berat badan, peroral.
Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan
glukometer (Accu-Check, Roche Diagnostic, USA)
menggunakan oxidase-peroxidase reactive strips.
Kadar gula darah yang diukur pada tikus adalah
kadar gula darah puasa (kadar glukosa darah tanpa
ada asupan kalori selama 12 jam). Setiap 1 minggu
selama terapi masing – masing tikus diukur kadar
gula darah puasa (kadar glukosa darah tanpa ada
asupan kalori selama 12 jam). Darah diporoleh dari
vena ekor tikus (11µl) yang selanjutnya dianalisa
menggunakan menggunakan glukometer (AccuCheck, Roche Diagnostic, USA). Pada akhir terapi
(minggu ke-4) dilakukan glucose tolerant test
setelah pengukuran kadar gula darah puasa.
Untuk mengukur perubahan distribusi muatan
listrik udara dilakukan dengan menggunkan alat
kapasitansi sensor yaitu kapasitansi meter dengan
cara menempelkan 56 titik konstruksi jahitan yang
terletak ditengah matras curesonic. Pengukuran
dilakukan
saat
matras
dialiri
gelombang
elektromagnetik (GEM) frekuensi rendah atau saat
pembangkit medan listrik (saat listrik on) juga saat
matras tidak dialiri GEM frekuensi rendah atau saat
pembangkit medan listrik (saat listrik off).
Pengukuran pada saat listrik off dilakukan sebelum
tikus diterapi, sedangkan pengukuran pada saat
listrik on dilakukan saat tikus sedang diterapi.
Sama Subyek dilanjutkan dengan uji T berpasangan,
sedangkan data kadar gula darah dianalisa dengan
menggunakan ANOVA Faktorial dan dilanjutkan
dengan LSD post hoc test. Perbedaan antar
kelompok dianggap signifikan jika p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengukuran kapasitansi pada matras curesonic
saat dialiri (listrik on) atau tidak dialiri (listrik off)
GEM frekuensi rendah pembangkit medan listrik 15,
30, dan 60 kHz dilakukan pada 56 titk yang sama,
hasil rerata untuk tiap kelompok dapat dilihat pada
tabel 1.
TABEL I Rerata Kapasitansi Matras Curesonic
Pembangkit
Kapasitansi
Medan Listrik
Listrik off
53,39 + 0,18 pF
15 kHz
292,14 + 5,87
pF
30 kHz
139,00 + 0,22
pF
60 kHz
68,37 + 0,54 pF
Dari hasil uji ANOVA dilihat ada beda
signifikan antara nilai kapasitansi saat listrik off
dibandingkan nilai kapasitansi matras saat dialiri
GEM 15, 30, dan 60 kHz. Hal ini terlihat dari nilai p
(listrik off dengan 15 kHz, listrik off dengan 30 kHz,
dan listrik off dengan 60 kHz) = 0,00 atau p < α
(0,05).
Untuk perbedaan kadar gula darah 3 kelompok
kontrol/ normal (k-15, k-30, dan k-60 yang masingmasing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan 60
kHz) dan 3 kelompok perlakuan (DM) (d-15, d-30,
dan d-60 yang masing-masing diterapi dengan
frekuensi 15, 30, dan 60 kHz serta diinduksi dengan
STZ dan nicotinamide) yang diambil setiap minggu
dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel rerata kadar
gula darah per-minggu untuk tiap kelompok dapat
disimpulkan terjadi penurunan pada seluruh
kelompok DM. Namun pada kelompok kontrol tidak
terjadi perubahan yang signifikan. Hasil uji ANAVA
Faktorial yang dilanjutkan dengan LSD post hoc test
menunjukan ada beda signifikan (p < 0,05) antar
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
(diabetes melitus) pada masing-masing frekuensi (k15 dengan d-15, k-30 dengan d-30, dan k-60 dengan
d-60) dan dari perbandingan rerata kadar gula darah
minggu ke-4 pada masing-masing pasangan
kelompok kontrol dan perlakuan dengan frekuensi
yang sama menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata
Analisa statistik
Hasil ditampilkan dalam bentuk grafik atau
mean + standart error of the mean (SEM). Analisa
statistik menggunakan program SPSS versi 17. Data
kapasitansi dianalisa dengan menggunakan ANOVA
B20
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
antara kelompok k-15 dengan d-15 dan k-30 dengan
d-30, hal ini berbeda pada kelompok k-60 dengan d60 yang mempunyai nilai p > 0,05 atau masih
berbeda signifikan antara kadar gula darah
kelompok k-60 dengan d-60. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada akhir masa terapi matras
curesonic kadar gula darah tikus diabetes melitus
yang diterapi dengan frekuensi 60 kHz tidak turun
secara signifikan. Keterangan ini dapat dilihat pada
gambar 1.
TABEL II Rerata Rerata Kadar Gula Darah
Gambar 1. Grafik Rerata Kadar Gula darah Puasa per-minggu.
Gambar 2. Grafik Rerata Glucose Tolerant Test.
Pembahasan
Untuk mengetahui bahwa pembangkit medan
listrik 15, 30, dan 60 kHz (low frequency
transmitter) dapat menimbulkan medan listrik
disekitar matras curesonic dapat diukur dengan
perubahan muatan listrik udara disekitarnya dan
salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur muatan listrik adalah kapsitansi meter
atau lazim disebut sebagai kapasitor. Kapasitor
adalah suatu komponen elektronika yang terdiri dari
dua buah plat penghantar sejajar yang disekat satu
sama lain dengan suatu bahan elektrik, kedua plat
tersebut bersifat sebagai konduktor yang diberi
muatan sama besar tetapi jenisnya berlawanan yang
satu bermuatan positif (+), lainnya bermuatan
negatif (-). Kapasitor/ kapasitansi meter mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah dapat menyimpan
muatan listrik, dapat menahan arus searah, dan juga
dapat melewatkan arus bolak-balik. Banyaknya
muatan
yang
terrdapat
pada
kapasitansi
meter/kapasitor sebanding dengan tegangan yang
diberikan oleh sumber (Perangin-angin, 2003).
Kemampuan kapasitor untuk menyimpan
muatan listrik dinyatakan oleh besaran kapasitas
atau kapasitansi, Kapasitansi dari kapasitor
berbanding lurus dengan luas plat dan berbanding
terbalik dengan jarak antara plat-plat (Peranginangin, 2003; Yuliana, 2006). Satuan SI dari
kapasitas adalah farad (F) (Yuliana, 2006), dimana 1
Dari gambar grafik juga dapat dilihat pada
seluruh kelompok kontrol (k-15, 30, dan 60 kHz)
terjadi penurunan kadar gula darah pada minggu ke4 pada kisaran angka 90-an.
Dari untuk konfirmasi kondisi gula darah tikus pada
akhir masa terapi dilakukan glucose tolerant test.
Grafik rerata kadar gula darah saat glucose tolerant
test dapat dilihat pada gambar 2. Dari grafik pada
gambar 2. Ada perbedaan kadar gula glucose
tolerant test kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan (diabetes melitus), pada masing-masing
kelompok kontrol kadar gula darah tikus tidak
mengalami penurunan yang signifikan sedangkan
pada kelompok diabetes cukup fluktuatif namun
masih menunjukkan tren yang menurun meskipun
pada menit ke-120 hanya kelompok d-30 yang
mencapai angka dibawah 200 mg/dl.
B21
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
farad didefinisikan sebagai 1 coulomb per volt. Nilai
– nilai kapasitansi yang biasa dipakai untuk tujuan –
tujuan praktis bernilai jauh lebih kecil dari 1 farad,
tepatnya hingga satuan microfarad (µF), nanofarad
(nF), dan picofarad (pF) (Hayt dan Buck, 2006).
Dari hasil pengukuran di 56 titik matras curesonic
saat listrik off dan saat diialiri GEM pembangkit
medan listrik 15, 30, dan 60 kHz didapatkan rerata
kapasitansi yang paling tinggi adalah pada frekuensi
15 kHz sedangkan frekuensi 30 dan 60 kHz
mempunyai kapasitansi lebih rendah. Hal ini dapat
dipahami karena sesuai dengan persamaan 1. berikut
;
(1)
Dimana :
Xc : reaktan kapsitatif (Ω)
F : ferekuensi (Hz)
C : kapasitansi (F)
Dari persamaan diatas tampak bahwa makin
tinggi frekuensi makin rendah kapasitansinya.
Sedangkan nilai kapasitansi 56 titik pada matras
curesonic saat listrik off menghasilkan nilai
kapasitansi sebesar 53,39 + 0,18 pF atau dapat
dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dengan
saat dialiri pembangkit medan listrik 15, 30, dan 60
kHz. Hal ini disebabkan kapasitansi meter hanya
menyimpan/ mengukur muatan listrik udara yang
jika dilihat dari nilai konstanta kapasitansi, udara
mempunyai nilai konstanta kapasitansi paling rendah
dibanding konstanta kapasitansi bahan – bahan
dielektrik yang lain.
Untuk membuat tikus dengan kondisi DM
(kadar gula darah > 126 mg/dl) digunakan
Streptozotocin (STZ). Streptozotocin dipilih sebagai
diabetogen karena mempunyai jangka waktu yang
cukup lama (Firdous et al, 2009). Streptozotocin
merupakan donor NO (nitrit oxide) yang mempunyai
kontribusi terhadap kerusakan sel beta pankreas
melalui peningkatan aktivitas guanilil siklase dan
pembentukan cGMP. Nitrit Oksida dihasilkan
sewaktu STZ mengalami metabolisme dalam sel.
Selain itu, STZ juga mampu membangkitkan
oksigen reaktif yang mempunyai peran tinggi dalam
kerusakan sel beta pankreas. Dalam mitokondria,
STZ menghambat siklus krebs dan menurunkan
konsumsi oksigen mitokondria. Produksi ATP
mitokondria
yang
terbatas
selanjutnya
mengakibatkan
pengurangan
secara
drastis
nukleotida sel beta pankreas, secara garis besar
dapat dikatakan bahwa mekanisme STZ diperantarai
terutama oleh pembentukan NO dan pembangkitan
radikal bebas (Szkudelski, 2001). Selain itu
mekanisme STZ sebagai penginduksi DM dilihat
dari patofisiologi disebabkan karena tidak terjadinya
depolarisasi akibat terganggunya kerja GLUT-2
sehingga menghambat arus ion Ca2+ ke dalam sel
(Arulmozhi et al., 2004; Ito et al., 2006; Szkudelski,
2001). Khusus pada sel beta pankreas, terganggunya
arus ion Ca2+ dapat mengganggu proses eksositosis
insulin (Szkudelski, 2001; Xu et al., 2007).
Streptozotocin dapat digunakan untuk menginduksi
DM tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan uji (Nugroho,
2006; Szkudelski, 2001). Nicotinamide 240 mg/kg
berat badan yang diberikan 15 menit sebelum STZ
100 mg/kg berat badan berfungsi untuk mencegah
kerusakan parah dan kematian sel-sel beta pankreas
(Hu et al., 1996; Polo et al., 1998).
Penurunan kadar gula darah pada kelompok d15, d-30, dan d-60 secara umum, dimungkinkan
karena medan listrik frekuensi rendah dapat
mempengaruhi muatan listrik di jaringan tubuh,
perubahan muatan listrik tersebut mempengaruhi
arus listrik yang mengalir ke seluruh tubuh. Arus ini
dapat menstimulasi kerja sistem syaraf dan otot
akibat dari berubahnya beda potensial membran
(Brown et al., 1999; Gunawan, 2002; Bonner et al.,
2002). Metode ini dapat membantu penderita DM
yang fungsi kerja sel beta pankreas terganggu,
disebabkan karena tidak terjadinya depolarisasi
membran sehingga ion Ca2+ tidak dapat masuk ke
dalam sel sehingga tidak terjadi pengeluaran insulin
(Arulmozhi et al., 2004; Szkudelski, 2001).
Selain menstimulasi kerja syaraf dan otot,
penyerapan energi dari medan listrik frekuensi
rendah juga bermanfaat dalam pergerakan molekulmolekul dalam tubuh, juga bermanfaat untuk
memecah molekul-molekul yang bergerak cepat di
dalam tubuh (Bonner et al., 2002). Manfaat tersebut
dapat sangat membantu penderita DM yang
memiliki viskositas (kekentalan) darah yang tinggi,
dan velositas (kecepatan aliran) darah yang rendah.
Sedangkan untuk kelompok k-15, k-30, dan k-60
nilai p > α artinya pembangkit medan listrik 15 dan
30 kHz tidak menyebabkan penurunan kadar gula
darah secara signifikan, namun dari rerata kedua
kelompok kontrol tersebut terlihat penurunan kadar
gula darah sampai kisaran 90-an mg/dl. Hal ini
menunjukkan bahwa selain terapi ini tidak
berbahaya (memberikan efek negatif pada
kesehatan) bagi kondisi gula darah normal namun
juga dapat mengarahkan kadar gula darah puasa
pada kisaran normal sehat yakni kisaran 90 mg/dl
(Butler, 1995).
Penurunan kadar gula darah yang tidak
mencapai kadar normal yakni < 126 mg/dl dapat
dimungkinkan karena dosis tunggal STZ yang cukup
tinggi juga masa waktu terapi yang cukup singkat
yakni 1 jam perhari selama 48 jam. Sedangkan
konfirmasi dengan glucose tolerant test juga terjadi
fluktuasi dan tidak seluruh kelompok diabetes yang
mencapai kadar gula darah < 200 mg/dl. Hal ini
dapat disebabkan karena pola konsumsi yang
berbeda pada masing-masing tikus baik dalam
kelompok yang sama atau antar kelompok. Sehingga
dari kadar gula darah puasa minggu ke-4 dan
glucose tolerant test dapat disimpulkan perlunya
terapi diet atau pola konsumsi yang dijaga agar
B22
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
penurunan kadar gula darah penderita DM dapat
kontinyu dan signifikan.
Dari rerata kadar gula darah dan rerata
kapasitansi dapat disimpulkan bahwa terdapat
korelasi antara frekuensi yang digunakan dengan
kadar gula darah yang turun, dan penurunan kadar
gula darah yang paling signifikan adalah pada
kelompok d-15 yang diterapi dengan menggunakan
frekuensi 15 kHz. Dan untuk mengetahui frekuensi
optimal , selain perlu diadakan penelitian lanjutan
dengan frekunsi < 15 kHz juga perlu dianalisa secara
khusus efek tourmaline yang terdapat dalam matras
curesonic, pada kadar gula darah penderita diabetes
melitus.
and Classification of Diabetes Mellitus and
its
Complications,
Department
of
Noncommunicable Disease Surveillance,
WHO, Swiss.
Bonner, P., Kemp, R., Kheifets, L., Portier, C.,
Repacholi, M., Sahl, J., Deventer, E. V.,
Vogel, E., 2002. Establishing A Dialogue
On Risks From Electromagnetic Fields,
Department of Protection of The Human
Environment, WHO, Swiss.
Brown, B. H., Smallwood, R. H., Barber, D. C.,
Lawford, P. V., Hose, D. R., 1999. Medical
Physic and Biomedical Engineering,
Department of Medical Physics and Clinical
Engineering, University of Sheffield and
Central Sheffield University Hospitals,
Sheffield, UK, Institute of Physics
Publishing, Bristol and Philadelphia.
Butler, L. K., 1995. Regulation of Blood Glucose
Levels in Normal and Diabetic Rats,
Division of Biological Sciences, University
of Texas, Austin, Texas.
Firdous, M., Koneeri, R., Sarvaraidu, C.H., Harish,
M., Shubhapriya, K.H., 2009. NIDDM
Antidiabetic Activity of Saponins of
Momordica
Cymb
StreptozotocinNicotinamide NIDDM Mice, Journal of
Clinical and Diagnostic Research, ISSN0973-709X, Vol. 3, Issue 2; 1460-1465.
Gunawan, Adi, M. S., 2002. Mekanisme
Penghantaran
Dalam
Neuron
(Neurotransmisi), Integral, Vol. 7 No. 1; 3843.
Hanafi, D., 2006. Gelombang Elektromagnetik,
ORARI, Jakarta.
Hayt, W., H. dan Buck, J., A., 2006.
Elektromagnetika, Edisi VII, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Hu, Y., Wang, Y., Wang, L., Zhang, H., Zhang,
H., Zhao, B., Zhang, A., Li, Y., 1996.
Effects of Nicotinamide On Prevention and
Treatment
of
Streptozotocin-Induced
Diabetes Mellitus In Rats. China Medical
Journal (Engl), Vol. 109, No.11; 819-22
Ito, I., Hayashi, Y., Kawai, Y., Iwasaki, M., Takada,
K., Kamibayashi, T., Yamatodani, A.,
Mashimo, T., 2006. Diabetes Mellitus
Reduces the Antiarrhythmic Effect of Ion
Channel Blockers, International Anasthesia
Research Society, vol. 103, No. 3; 545-550.
Kadir, Sumayyah Binti Abdul., 2009. Pemanfaatan
Infra Merah Serat Tourmaline Pada
Kelainan Organ Ginjal Mencit, Skripsi,
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Nugroho, A.E., 2006. Review Hewan Percobaan
Diabetes Mellitus : Patologi dan
Mekanisme
Aksi
Diabetogenik,
Biodiversitas, Vol. 7, No. 4; 378-382.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada Fortune star
atas bantuan dana penelitian, dan kepada bapak Drs.
Muzakki, bapak Drs. Tri Anggono Prijo serta ibu
Ir.Welina Ratnayanti K. atas seluruh saran dan
masukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abeeleh, M.A., Ismail, Z.B., Alzaben, K.R., AbuHalaweh, S.A., Al-Essa, M.K., Abuabeeleh,
J., Alsmady, M.M., 2009. Induction of
Diabetes
Mellitus
in
Rats Using
Intraperitoneal
Streptozotocin:
A
Comparison between 2 Strains of Rats,
European Journal of Scientific Research,
ISSN 1450-216X.Vol.32.No.3; 398-402.
Alonso, M. dan Finn, E, B., 1992. Medan dan
Gelombang, Edisi Kedua, Penerjemah Lea
Prasetyo dan Khusnul Hadi, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Anonim, 2008. Waspadai Diabetes Mellitus,
Kesra, Sinar Harapan, No. 6046. Jumat, 14
Nopember 2008.
Anonim 1, 2008. Enam Persen Penduduk Terkena
DM,
Edisi
Ultah,
Jawa
Pos,
http://www.jawapos.co.id. akses tanggal 26
Januari 2010.
Anonim, 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabets Melitus Tipe 2 di
Indonesia, Jilid ke-3, PB PERKENI, Jakarta.
Arulmozhi, D. K., Veeranjaneyulu, A., Bodhankar,
S. L., 2004. Neonatal StreptozotocinInduced Rat Model of Type 2 Diabetes
Mellitus: A glance, Indian Journal
Pharmacol, Vol. 36, Issue 4, 217-221.
Barik, R., Jain, S., Qwatra, D., Joshi, A., Tripathi,
G.S., Goyal, R., 2008. Antidiabetic Activity
of Aqueous Root Extract of Ichnocarpus
frutescens in Strpetozotocin-Nicitinamide
Induced Type-II Diabetes in Rats, Indian
Journal of Pharmacology, ISSN 0253-7613,
Vol. 40, Issue 1; 19-22.
Berrens, M., Kahn, R., Nolan, J., Pramming, S.,
Rizza, R. A., 1999. Definition, Diagnosis
B23
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
Riddle, Matthew C., dan Genuth, Saul., 2007. Type
2 Diabetes Mellitus, ACP Medicine
Gastrointerology:VI; 1-15.
Swamardika, I. B. A., 2009. Pengaruh Radiasi
Gelombang Elektromagnetik Terhadap
Kesehatan Manusia (Suatu Kajian
Pustaka), Teknologi Elektro, Vol.8, No.1;
106-109.
Syiariel, G., 2008. Pengaruh Vanadil Sulfat
Terhadap Jaringan Otot dan Adipose
Mencit (Mus musculus) dengan Diabetes
Mellitus,
Skripsi,
Fakultas
Farmasi,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Szkudelski, T., 2001. The Mechanism Of Alloxan
And Streptozotocin Action In β Cells Of
The Rat Pancreas, Physiology Research,
Vol. 50; 536-546.
Xu, J., Zhang, L., Chou, A., Allaby, T., langer, G.
B., Radziuk, J., Jasmin, B. J., Miki, T., Seino,
S., Renaud, J. M., 2007. KATP ChannelDeficient
Pancreatic
β-Cells
are
Streptozotocin Resistant Because of Lower
GLUT2 Activity. AJP - Endocrinology and
Metabolism, Vol. 294; 326-335.
Yuliana, E., 2006. Rancang Bangun Alat Ukur
Induktansi dan Kapasitansi Meter. Tugas
Akhir, D3 Teknik Instrumentasi Kendali,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang.
Octavia, G.S., 2009. Pengaruh Gelombang
Elektromagnetik
Frekuensi
Rendah
Terhadap Kondisi Fisiologis Organ Liver
Mencit
(Mus
musculus),
Skripsi,
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Parson, W. W.. 2006. Modern Optical
Spectroscopy, Departement of Biochemistry,
University of Washington, Springer Berlin
Heidelberg, New York, USA.
Perangin-angin, B., 2003. Rancangan Kapasitansi
Meter Digital, Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatra Utara, USU Digital
Library, akses tanggal 10 Mei 2010.
Polo, V., Saibene, A., Pontiroli, A. E., 1998.
Nicotinamide Improves Insulin Secretion and
Metabolic Control In Lean Type 2 Diabetic
Patients With Secondary Failure To
Sulphonylureas. Acta Diabetologica, Vol.
35, No. 1;61-64.
Rees, D.A., dan Alcolado, J. C., 2005. Animal
Models of Diabetes Mellitus, Diabetic
Medicine, 22 ; 359-370.
Reinauer,
Hans.,
Home,
Philip
D.,
Kanagasabapathy, Ariyur S., Heuck, ClausChr., 2002. Laboratory Diagnosis and
Monitoring of Diabetes Mellitus, WHO,
Swiss.
B24
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
Efek Medan Listrik pada Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Melitus
1,2
Ibrahim bin Sa`id1, Dwi Winarni2, Suhariningsih3
Departemen Biologi, 3Departemem Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Email : [email protected]
Abstrak
Seseorang dinyatakan menderita diabetes melitus apabila kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl atau kadar gula
darah puasa > 126 mg / dl. Dari beberapa penelitian sebelumnya, pembangkit listrik frekuensi rendah yang
dihubungkan dengan matras curesonic dapat menghasilkan medan listrik yang dibuktikan dengan perubahan
nilai kapasitansi sekitar matras sehingga dapat memberikan efek positif pada hewan percobaan baik secara fisik,
seluler, atau fisiologi. Penelitian true experiment dengan desain randomized control-group pretest-postes ini
menggunakan tikus wistar jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok; kelompok k-15, k-30, dan k-60 yang masingmasing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan 60 kHz namun tanpa induksi STZ dan nicotinamide, dan 3
kelompok diabetes yaitu d-15, d-30, dan d-60 yang masing-masing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan 60 kHz
serta diinduksi STZ dan nicotinamide. Terapi dilakukan dengan menempatkan tikus di atas matras curesonic
yang dibangkitkan dengan beberapa variasi frekuensi (15, 30, dan 60 kHz) selama 1 jam per hari dalam 4
minggu. Hasil rerata kapasitansi adalah 53,39 + 0,18 pF ketika listrik off, 292,14 + 5,87 pF untuk frekuensi 15
kHz, 139,00 + 0,22 pF untuk frekuensi 30 kHz, dan 68,37 + 0,54 pF pada frekuensi 60 kHz. Dari rerata nilai
kapasitansi, ada perbedaan signifikan antara nilai kapasitansi saat matras dihubungkan dengan pembangkit
medan listrik (seluruh variasi frekuensi) dan saat listrik (off). Sedangkan dari pengamatan kadar gula darah
didapatkan nilai p untuk masing-masing pasangan kelompok < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (k-15 dengan d-15, k-30 dengan d30, dan k-60 dengan d-60), dan pada minggu ke-4 kelompok k-15 dengan d-15 dan k-30 dengan d-30
mempunyai nilai p > 0,05. Dari gambar grafik diketahui kadar gula darah tikus yang diterapi dengan frekuensi
15 kHz memiliki kadar gula darah akhir (minggu ke-4) terendah dibandingkan dengan tikus yang diterapi dengan
frekuensi 30 dan 60 kHz. Seluruh variasi frekuensi (15, 30, dan 60 kHz) dapat menurunkan kadar gula darah
tikus diabetes melitus. Diantara beberapa frekuensi yang digunakan, frekuensi 15 kHz adalah frekuensi yang
menunjukkan tingkat keberhasilan tertinggi dalam menurunkan kadar gula darah tikus diabetes mellitus.
Kata kunci : Medan listrik, diabetes mellitus, gula darah.
Menurut Department of Noncommunicable
Disease Surveillance WHO, DM adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia kronis
disebabkan adanya hambatan sekresi insulin,
kelainan fungsi insulin, atau keduanya (Berrens et
al., 1999; Riddle dan Genuth, 2007). Hal ini dapat
terjadi karena kerusakan sel beta pankreas atau
terganggunya fungsi sel beta pankreas, yang
disebabkan oleh kematian sel-sel beta (Arulmozhi et
al., 2004; Szkudelski, 2001). Ada beberapa
klasifikasi DM yang dipublikasi oleh WHO, namun
untuk saat ini terdapat 4 macam tipe DM, yaitu DM
tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain (3), dan DM
gestasional. Seseorang dinyatakan menderita DM
apabila kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl atau
kadar gula darah puasa > 126 mg/dl (Anonim, 2006;
Barik et al., 2008).
Matras curesonic adalah alas tidur yang 30%
bahannya tersusun dai serat tourmaline, tourmaline
adalah sejenis batu yang mempunyai sifat kelistrikan
yang jika diradiasi oleh pembangkit medan listrik
frekuensi rendah dapat memberikan efek kesehatan
melalui medan listrik yang terbentuk, keterangan ini
sesuai dengan laporan penelitian yang dilakukan
oleh Laboratorium Biofisika Universitas Airlangga
tahun 2008 (Kadir, 2009; Octavia, 2009).
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM), kini menjadi ancaman
serius bagi umat manusia. Pada tahun 2003, WHO
memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8
miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita
DM dan tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 333 juta jiwa. Pada tahun yang sama,
International
Diabetes
Foundation
(IDF)
memperkirakan prevalensi DM dunia adalah 1,9%
dan menjadikan DM sebagai penyebab kematian
urutan ke-7 di dunia(Anonim, 2008; Anonim 1,
2008; Anonim, 2006; Reinauer, et al., 2002)..
Sedangkan di Indonesia, diprediksi kenaikan
jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Angka ini
menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-4
dunia setelah Amerika Serikat, India, dan China,
untuk jumlah penderita DM. Mendukung angkaangka di atas, menurut Badan Pusat Statistik yang
berdasar pada pola pertambahan penduduk
diperkirakan pada tahun 2030 terdapat penderita DM
sebanyak 12 juta jiwa di daerah urban dan 8,1 juta
jiwa di daerah rural (Anonim, 2008; Anonim 1,
2008; Anonim, 2006; Reinauer, et al., 2002).
B18
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
hewan yang sering digunakan sebagai hewan coba
adalah mencit (Mus musculus) atau tikus (Rattus
novergicus) (Rees dan Alcolado, 2005). Hewan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus
novergicus) wistar jantan umur 8-12 minggu dengan
berat badan 150-200 gram yang diperoleh dari
Laboratorium Hewan Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga.
Bahan dan alat
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah pakan tikus berupa pelet PUR 521, air minum
tikus berupa air PDAM, sekam, PBS (phosphate
buffered saline), aquades steril, larutan normal
saline, buffer sitrat, xylazin, nicotinamide, dan
streptozotocin (STZ). Alat yang digunakan meliputi
low frequency transmitter (sumber gelombang
elektromagnetik 15, 30 dan 60 kHz) yang
dihubungkan dengan matras curesonic, kapasitansi
meter, glukometer (Accu-Check, Roche Diagnostic,
USA) menggunakan oxidase-peroxidase reactive
strips, timbangan digital, alat suntik (spuit) 1 ml dan
3 ml, jarum sundel, gelas pengaduk, gelas ukur,
pipet tetes, mikropipet 50, 100, dan 200 µl, bak
plastik dengan ukuran 40 × 20 cm beserta tutupnya
berupa anyaman kawat sebagai kandang tikus, botol
minum beserta selang sedot.
Mendukung keterangan di atas, Octavia (2009) dan
Kadir (2009) melaporkan bahwa pembangkit medan
listrik frekuensi rendah yang dihubungkan pada
matras curesonic dapat menimbulkan medan listrik
yang dibuktikan dengan adanya perubahan distribusi
muatan listrik udara, yang memberikan positif pada
hewan coba baik secara fisik, seluler, maupun
fisiologis. (Bonner et al., 2002; Brown et al., 1999;
Parson, 2006).
Pembangkit medan listrik pada penelitian ini
tidak lain adalah gelombang elektromagnetik (GEM)
frekuensi rendah. Gelombang elektromagnetik
adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak
ada medium. Energi elektromagnetik merambat
dalam gelombang dengan beberapa karakter yang
bisa diukur, yaitu panjang gelombang, frekuensi,
amplitudo, kecepatan. Amplitudo adalah tinggi
gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah
jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah
gelombang yang melalui suatu titik dalam satu
satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan
merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi
elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya),
panjang gelombang dan frekuensi berbanding
terbalik. Semakin panjang suatu gelombang,
semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek
suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya
(Alonso dan Finn, 1992; Hanafi, 2006; Swamardika,
2009). Suatu gelombang ditimbulkan dengan
mempercepat suatu partikel bermuatan. Bilamana
hal ini terjadi sebagian energi dari partikel
bermuatan, diradiasikan sebagai radiasi GEM.
Gelombang elektromagnetik terdiri dari komponen
medan listrik dan medan magnet, yang saling tegak
lurus (Alonso dan Finn, 1992; Hanafi, 2006;
Swamardika, 2009).
Berbagai metode telah digunakan sebagai terapi
DM diantaranya adalah injeksi insulin dan
antidiabetik oral seperti sulfonilurea, dan tiazolidin.
Disamping cara atau metode penggunaan yang harus
dibawah pengawasan dokter, ada beberapa efek
negatif yang dapat muncul dari metode-metode
tersebut,
diantaranya
adalah
hipoglikemia,
peningkatan berat badan, dan gangguan pada saluran
pencernaan (Syiariel, 2008).
Berdasar manfaat-manfaat pembangkit medan
listrik frekuensi rendah yang dihubungkan pada
matras curesonic, sebagai terapi kesehatan pada
penelitian sebelumnya dan makin meningkatnya
penderita DM, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek medan listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit dengan frekuensi 15, 30, dan 60 kHz
pada hewan coba tikus (Rattus novergicus) kondisi
diabetes melitus.
Prosedur
Tikus jantan ditempatkan dalam bak plastik
ukuran 40 × 20 cm, dialasi sekam dan diberi tutup
berupa anyaman kawat yang di atasnya terdapat
pakan berupa PUR 521 dan minuman air PDAM
yang diberikan secara ad-libitum. Pemeliharaan
dilakukan di dalam rumah hewan. Rumah hewan
dilengkapi ventilasi serta rak tempat pemeliharaan.
Selama 1 minggu tikus diaklimasi dengan kondisi
kandang sebelum dibagi menjadi beberapa
kelompok.
Hewan coba dikelompokkan menjadi 6
kelompok yaitu kelompok k-15, k-30, dan k-60 yang
masing-masing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan
60 kHz namun tanpa induksi STZ dan nicotinamide,
dan 3 kelompok diabetes yaitu d-15, d-30, dan d-60
yang masing-masing diterapi dengan frekuensi 15,
30, dan 60 kHz serta diinduksi STZ dan
nicotinamide. Sebelum tikus dibagi secara acak
menjadi kelompok kontrol/normal dan diabetes,
seluruh tikus di cek kadar gula darah puasa (kadar
glukosa darah tanpa ada asupan kalori selama 12
jam) untuk memastikan bahwa seluruh tikus
mempunyai kadar gula darah normal yakni < 126
mg/dl dan dikonfirmasi dengan glucose tolerant test
dengan cara pemberian D-glukosa peroral sebanyak
5 kali (0, 30, 60, 90, dan 120 menit). (Barik et al.,
2008). Terapi dilakukan dengan meletakkan tikus
pada matras curesonic yang dihubungkan dengan
pembangkit medan listrik selama 1 jam per hari
dalam 4 minggu, dengan frekuensi 15 kHz (k-15 dan
d-15), 30 kHz (k-30 dan d-30) dan 60 kHz (k-60 dan
METODE PENELITIAN
Hewan coba
Penggunaan
hewan
coba
telah
lama
dimanfaatkan dalam penelitian DM. Kebanyakan
B19
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
d-60) dan selama terapi diukur perubahan distribusi
muatan listrik udara dengan kapasitansi meter.
Untuk mengkondisikan tikus menjadi DM
digunakan STZ dan nicotinamide. STZ mempunyai
kemampuan merusak sel beta pankreas sehingga
sekresi insulin terganggu. Agar kerusakan sel beta
pankreas tidak berujung pada kematian sering
digunakan nicotinamide pada beberapa menit
sebelum induksi STZ (Abeeleh et al., 2009; Barik et
al., 2008; Firdous et al., 2009; Nugroho, 2006;
Szkudelski, 2001).
Dosis nicotinamide yang digunakan untuk
induksi adalah sebesar 240 mg/kg berat badan yang
dilarutkan dalam larutan normal saline yang
diinjeksi secara intraperitoneal. Setelah 15 menit
dilanjutkan dengan induksi STZ (dosis 100 mg/kg
berat badan), yang sebelumnya telah dilarutkan
dalam buffer sitrat (pH 4,5). Konfirmasi kondisi DM
dilakukan pada hari ke-7 setelah induksi STZ dan
nicotinamide dengan mengukur kadar gula darah
puasa (kadar glukosa darah tanpa ada asupan kalori
selama 12 jam) > 126 mg/dl. dilanjutkan dengan
glucose tolerance test yakni pengukuran kadar
glukosa darah puasa selama 2 jam (menit ke-0, 30,
60, 90, dan 120) yang pada awal pengukuran
diberikan D-glukosa 2g/kg berat badan, peroral.
Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan
glukometer (Accu-Check, Roche Diagnostic, USA)
menggunakan oxidase-peroxidase reactive strips.
Kadar gula darah yang diukur pada tikus adalah
kadar gula darah puasa (kadar glukosa darah tanpa
ada asupan kalori selama 12 jam). Setiap 1 minggu
selama terapi masing – masing tikus diukur kadar
gula darah puasa (kadar glukosa darah tanpa ada
asupan kalori selama 12 jam). Darah diporoleh dari
vena ekor tikus (11µl) yang selanjutnya dianalisa
menggunakan menggunakan glukometer (AccuCheck, Roche Diagnostic, USA). Pada akhir terapi
(minggu ke-4) dilakukan glucose tolerant test
setelah pengukuran kadar gula darah puasa.
Untuk mengukur perubahan distribusi muatan
listrik udara dilakukan dengan menggunkan alat
kapasitansi sensor yaitu kapasitansi meter dengan
cara menempelkan 56 titik konstruksi jahitan yang
terletak ditengah matras curesonic. Pengukuran
dilakukan
saat
matras
dialiri
gelombang
elektromagnetik (GEM) frekuensi rendah atau saat
pembangkit medan listrik (saat listrik on) juga saat
matras tidak dialiri GEM frekuensi rendah atau saat
pembangkit medan listrik (saat listrik off).
Pengukuran pada saat listrik off dilakukan sebelum
tikus diterapi, sedangkan pengukuran pada saat
listrik on dilakukan saat tikus sedang diterapi.
Sama Subyek dilanjutkan dengan uji T berpasangan,
sedangkan data kadar gula darah dianalisa dengan
menggunakan ANOVA Faktorial dan dilanjutkan
dengan LSD post hoc test. Perbedaan antar
kelompok dianggap signifikan jika p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengukuran kapasitansi pada matras curesonic
saat dialiri (listrik on) atau tidak dialiri (listrik off)
GEM frekuensi rendah pembangkit medan listrik 15,
30, dan 60 kHz dilakukan pada 56 titk yang sama,
hasil rerata untuk tiap kelompok dapat dilihat pada
tabel 1.
TABEL I Rerata Kapasitansi Matras Curesonic
Pembangkit
Kapasitansi
Medan Listrik
Listrik off
53,39 + 0,18 pF
15 kHz
292,14 + 5,87
pF
30 kHz
139,00 + 0,22
pF
60 kHz
68,37 + 0,54 pF
Dari hasil uji ANOVA dilihat ada beda
signifikan antara nilai kapasitansi saat listrik off
dibandingkan nilai kapasitansi matras saat dialiri
GEM 15, 30, dan 60 kHz. Hal ini terlihat dari nilai p
(listrik off dengan 15 kHz, listrik off dengan 30 kHz,
dan listrik off dengan 60 kHz) = 0,00 atau p < α
(0,05).
Untuk perbedaan kadar gula darah 3 kelompok
kontrol/ normal (k-15, k-30, dan k-60 yang masingmasing diterapi dengan frekuensi 15, 30, dan 60
kHz) dan 3 kelompok perlakuan (DM) (d-15, d-30,
dan d-60 yang masing-masing diterapi dengan
frekuensi 15, 30, dan 60 kHz serta diinduksi dengan
STZ dan nicotinamide) yang diambil setiap minggu
dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel rerata kadar
gula darah per-minggu untuk tiap kelompok dapat
disimpulkan terjadi penurunan pada seluruh
kelompok DM. Namun pada kelompok kontrol tidak
terjadi perubahan yang signifikan. Hasil uji ANAVA
Faktorial yang dilanjutkan dengan LSD post hoc test
menunjukan ada beda signifikan (p < 0,05) antar
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
(diabetes melitus) pada masing-masing frekuensi (k15 dengan d-15, k-30 dengan d-30, dan k-60 dengan
d-60) dan dari perbandingan rerata kadar gula darah
minggu ke-4 pada masing-masing pasangan
kelompok kontrol dan perlakuan dengan frekuensi
yang sama menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata
Analisa statistik
Hasil ditampilkan dalam bentuk grafik atau
mean + standart error of the mean (SEM). Analisa
statistik menggunakan program SPSS versi 17. Data
kapasitansi dianalisa dengan menggunakan ANOVA
B20
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
antara kelompok k-15 dengan d-15 dan k-30 dengan
d-30, hal ini berbeda pada kelompok k-60 dengan d60 yang mempunyai nilai p > 0,05 atau masih
berbeda signifikan antara kadar gula darah
kelompok k-60 dengan d-60. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada akhir masa terapi matras
curesonic kadar gula darah tikus diabetes melitus
yang diterapi dengan frekuensi 60 kHz tidak turun
secara signifikan. Keterangan ini dapat dilihat pada
gambar 1.
TABEL II Rerata Rerata Kadar Gula Darah
Gambar 1. Grafik Rerata Kadar Gula darah Puasa per-minggu.
Gambar 2. Grafik Rerata Glucose Tolerant Test.
Pembahasan
Untuk mengetahui bahwa pembangkit medan
listrik 15, 30, dan 60 kHz (low frequency
transmitter) dapat menimbulkan medan listrik
disekitar matras curesonic dapat diukur dengan
perubahan muatan listrik udara disekitarnya dan
salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur muatan listrik adalah kapsitansi meter
atau lazim disebut sebagai kapasitor. Kapasitor
adalah suatu komponen elektronika yang terdiri dari
dua buah plat penghantar sejajar yang disekat satu
sama lain dengan suatu bahan elektrik, kedua plat
tersebut bersifat sebagai konduktor yang diberi
muatan sama besar tetapi jenisnya berlawanan yang
satu bermuatan positif (+), lainnya bermuatan
negatif (-). Kapasitor/ kapasitansi meter mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah dapat menyimpan
muatan listrik, dapat menahan arus searah, dan juga
dapat melewatkan arus bolak-balik. Banyaknya
muatan
yang
terrdapat
pada
kapasitansi
meter/kapasitor sebanding dengan tegangan yang
diberikan oleh sumber (Perangin-angin, 2003).
Kemampuan kapasitor untuk menyimpan
muatan listrik dinyatakan oleh besaran kapasitas
atau kapasitansi, Kapasitansi dari kapasitor
berbanding lurus dengan luas plat dan berbanding
terbalik dengan jarak antara plat-plat (Peranginangin, 2003; Yuliana, 2006). Satuan SI dari
kapasitas adalah farad (F) (Yuliana, 2006), dimana 1
Dari gambar grafik juga dapat dilihat pada
seluruh kelompok kontrol (k-15, 30, dan 60 kHz)
terjadi penurunan kadar gula darah pada minggu ke4 pada kisaran angka 90-an.
Dari untuk konfirmasi kondisi gula darah tikus pada
akhir masa terapi dilakukan glucose tolerant test.
Grafik rerata kadar gula darah saat glucose tolerant
test dapat dilihat pada gambar 2. Dari grafik pada
gambar 2. Ada perbedaan kadar gula glucose
tolerant test kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan (diabetes melitus), pada masing-masing
kelompok kontrol kadar gula darah tikus tidak
mengalami penurunan yang signifikan sedangkan
pada kelompok diabetes cukup fluktuatif namun
masih menunjukkan tren yang menurun meskipun
pada menit ke-120 hanya kelompok d-30 yang
mencapai angka dibawah 200 mg/dl.
B21
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
farad didefinisikan sebagai 1 coulomb per volt. Nilai
– nilai kapasitansi yang biasa dipakai untuk tujuan –
tujuan praktis bernilai jauh lebih kecil dari 1 farad,
tepatnya hingga satuan microfarad (µF), nanofarad
(nF), dan picofarad (pF) (Hayt dan Buck, 2006).
Dari hasil pengukuran di 56 titik matras curesonic
saat listrik off dan saat diialiri GEM pembangkit
medan listrik 15, 30, dan 60 kHz didapatkan rerata
kapasitansi yang paling tinggi adalah pada frekuensi
15 kHz sedangkan frekuensi 30 dan 60 kHz
mempunyai kapasitansi lebih rendah. Hal ini dapat
dipahami karena sesuai dengan persamaan 1. berikut
;
(1)
Dimana :
Xc : reaktan kapsitatif (Ω)
F : ferekuensi (Hz)
C : kapasitansi (F)
Dari persamaan diatas tampak bahwa makin
tinggi frekuensi makin rendah kapasitansinya.
Sedangkan nilai kapasitansi 56 titik pada matras
curesonic saat listrik off menghasilkan nilai
kapasitansi sebesar 53,39 + 0,18 pF atau dapat
dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dengan
saat dialiri pembangkit medan listrik 15, 30, dan 60
kHz. Hal ini disebabkan kapasitansi meter hanya
menyimpan/ mengukur muatan listrik udara yang
jika dilihat dari nilai konstanta kapasitansi, udara
mempunyai nilai konstanta kapasitansi paling rendah
dibanding konstanta kapasitansi bahan – bahan
dielektrik yang lain.
Untuk membuat tikus dengan kondisi DM
(kadar gula darah > 126 mg/dl) digunakan
Streptozotocin (STZ). Streptozotocin dipilih sebagai
diabetogen karena mempunyai jangka waktu yang
cukup lama (Firdous et al, 2009). Streptozotocin
merupakan donor NO (nitrit oxide) yang mempunyai
kontribusi terhadap kerusakan sel beta pankreas
melalui peningkatan aktivitas guanilil siklase dan
pembentukan cGMP. Nitrit Oksida dihasilkan
sewaktu STZ mengalami metabolisme dalam sel.
Selain itu, STZ juga mampu membangkitkan
oksigen reaktif yang mempunyai peran tinggi dalam
kerusakan sel beta pankreas. Dalam mitokondria,
STZ menghambat siklus krebs dan menurunkan
konsumsi oksigen mitokondria. Produksi ATP
mitokondria
yang
terbatas
selanjutnya
mengakibatkan
pengurangan
secara
drastis
nukleotida sel beta pankreas, secara garis besar
dapat dikatakan bahwa mekanisme STZ diperantarai
terutama oleh pembentukan NO dan pembangkitan
radikal bebas (Szkudelski, 2001). Selain itu
mekanisme STZ sebagai penginduksi DM dilihat
dari patofisiologi disebabkan karena tidak terjadinya
depolarisasi akibat terganggunya kerja GLUT-2
sehingga menghambat arus ion Ca2+ ke dalam sel
(Arulmozhi et al., 2004; Ito et al., 2006; Szkudelski,
2001). Khusus pada sel beta pankreas, terganggunya
arus ion Ca2+ dapat mengganggu proses eksositosis
insulin (Szkudelski, 2001; Xu et al., 2007).
Streptozotocin dapat digunakan untuk menginduksi
DM tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan uji (Nugroho,
2006; Szkudelski, 2001). Nicotinamide 240 mg/kg
berat badan yang diberikan 15 menit sebelum STZ
100 mg/kg berat badan berfungsi untuk mencegah
kerusakan parah dan kematian sel-sel beta pankreas
(Hu et al., 1996; Polo et al., 1998).
Penurunan kadar gula darah pada kelompok d15, d-30, dan d-60 secara umum, dimungkinkan
karena medan listrik frekuensi rendah dapat
mempengaruhi muatan listrik di jaringan tubuh,
perubahan muatan listrik tersebut mempengaruhi
arus listrik yang mengalir ke seluruh tubuh. Arus ini
dapat menstimulasi kerja sistem syaraf dan otot
akibat dari berubahnya beda potensial membran
(Brown et al., 1999; Gunawan, 2002; Bonner et al.,
2002). Metode ini dapat membantu penderita DM
yang fungsi kerja sel beta pankreas terganggu,
disebabkan karena tidak terjadinya depolarisasi
membran sehingga ion Ca2+ tidak dapat masuk ke
dalam sel sehingga tidak terjadi pengeluaran insulin
(Arulmozhi et al., 2004; Szkudelski, 2001).
Selain menstimulasi kerja syaraf dan otot,
penyerapan energi dari medan listrik frekuensi
rendah juga bermanfaat dalam pergerakan molekulmolekul dalam tubuh, juga bermanfaat untuk
memecah molekul-molekul yang bergerak cepat di
dalam tubuh (Bonner et al., 2002). Manfaat tersebut
dapat sangat membantu penderita DM yang
memiliki viskositas (kekentalan) darah yang tinggi,
dan velositas (kecepatan aliran) darah yang rendah.
Sedangkan untuk kelompok k-15, k-30, dan k-60
nilai p > α artinya pembangkit medan listrik 15 dan
30 kHz tidak menyebabkan penurunan kadar gula
darah secara signifikan, namun dari rerata kedua
kelompok kontrol tersebut terlihat penurunan kadar
gula darah sampai kisaran 90-an mg/dl. Hal ini
menunjukkan bahwa selain terapi ini tidak
berbahaya (memberikan efek negatif pada
kesehatan) bagi kondisi gula darah normal namun
juga dapat mengarahkan kadar gula darah puasa
pada kisaran normal sehat yakni kisaran 90 mg/dl
(Butler, 1995).
Penurunan kadar gula darah yang tidak
mencapai kadar normal yakni < 126 mg/dl dapat
dimungkinkan karena dosis tunggal STZ yang cukup
tinggi juga masa waktu terapi yang cukup singkat
yakni 1 jam perhari selama 48 jam. Sedangkan
konfirmasi dengan glucose tolerant test juga terjadi
fluktuasi dan tidak seluruh kelompok diabetes yang
mencapai kadar gula darah < 200 mg/dl. Hal ini
dapat disebabkan karena pola konsumsi yang
berbeda pada masing-masing tikus baik dalam
kelompok yang sama atau antar kelompok. Sehingga
dari kadar gula darah puasa minggu ke-4 dan
glucose tolerant test dapat disimpulkan perlunya
terapi diet atau pola konsumsi yang dijaga agar
B22
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
penurunan kadar gula darah penderita DM dapat
kontinyu dan signifikan.
Dari rerata kadar gula darah dan rerata
kapasitansi dapat disimpulkan bahwa terdapat
korelasi antara frekuensi yang digunakan dengan
kadar gula darah yang turun, dan penurunan kadar
gula darah yang paling signifikan adalah pada
kelompok d-15 yang diterapi dengan menggunakan
frekuensi 15 kHz. Dan untuk mengetahui frekuensi
optimal , selain perlu diadakan penelitian lanjutan
dengan frekunsi < 15 kHz juga perlu dianalisa secara
khusus efek tourmaline yang terdapat dalam matras
curesonic, pada kadar gula darah penderita diabetes
melitus.
and Classification of Diabetes Mellitus and
its
Complications,
Department
of
Noncommunicable Disease Surveillance,
WHO, Swiss.
Bonner, P., Kemp, R., Kheifets, L., Portier, C.,
Repacholi, M., Sahl, J., Deventer, E. V.,
Vogel, E., 2002. Establishing A Dialogue
On Risks From Electromagnetic Fields,
Department of Protection of The Human
Environment, WHO, Swiss.
Brown, B. H., Smallwood, R. H., Barber, D. C.,
Lawford, P. V., Hose, D. R., 1999. Medical
Physic and Biomedical Engineering,
Department of Medical Physics and Clinical
Engineering, University of Sheffield and
Central Sheffield University Hospitals,
Sheffield, UK, Institute of Physics
Publishing, Bristol and Philadelphia.
Butler, L. K., 1995. Regulation of Blood Glucose
Levels in Normal and Diabetic Rats,
Division of Biological Sciences, University
of Texas, Austin, Texas.
Firdous, M., Koneeri, R., Sarvaraidu, C.H., Harish,
M., Shubhapriya, K.H., 2009. NIDDM
Antidiabetic Activity of Saponins of
Momordica
Cymb
StreptozotocinNicotinamide NIDDM Mice, Journal of
Clinical and Diagnostic Research, ISSN0973-709X, Vol. 3, Issue 2; 1460-1465.
Gunawan, Adi, M. S., 2002. Mekanisme
Penghantaran
Dalam
Neuron
(Neurotransmisi), Integral, Vol. 7 No. 1; 3843.
Hanafi, D., 2006. Gelombang Elektromagnetik,
ORARI, Jakarta.
Hayt, W., H. dan Buck, J., A., 2006.
Elektromagnetika, Edisi VII, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Hu, Y., Wang, Y., Wang, L., Zhang, H., Zhang,
H., Zhao, B., Zhang, A., Li, Y., 1996.
Effects of Nicotinamide On Prevention and
Treatment
of
Streptozotocin-Induced
Diabetes Mellitus In Rats. China Medical
Journal (Engl), Vol. 109, No.11; 819-22
Ito, I., Hayashi, Y., Kawai, Y., Iwasaki, M., Takada,
K., Kamibayashi, T., Yamatodani, A.,
Mashimo, T., 2006. Diabetes Mellitus
Reduces the Antiarrhythmic Effect of Ion
Channel Blockers, International Anasthesia
Research Society, vol. 103, No. 3; 545-550.
Kadir, Sumayyah Binti Abdul., 2009. Pemanfaatan
Infra Merah Serat Tourmaline Pada
Kelainan Organ Ginjal Mencit, Skripsi,
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Nugroho, A.E., 2006. Review Hewan Percobaan
Diabetes Mellitus : Patologi dan
Mekanisme
Aksi
Diabetogenik,
Biodiversitas, Vol. 7, No. 4; 378-382.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada Fortune star
atas bantuan dana penelitian, dan kepada bapak Drs.
Muzakki, bapak Drs. Tri Anggono Prijo serta ibu
Ir.Welina Ratnayanti K. atas seluruh saran dan
masukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abeeleh, M.A., Ismail, Z.B., Alzaben, K.R., AbuHalaweh, S.A., Al-Essa, M.K., Abuabeeleh,
J., Alsmady, M.M., 2009. Induction of
Diabetes
Mellitus
in
Rats Using
Intraperitoneal
Streptozotocin:
A
Comparison between 2 Strains of Rats,
European Journal of Scientific Research,
ISSN 1450-216X.Vol.32.No.3; 398-402.
Alonso, M. dan Finn, E, B., 1992. Medan dan
Gelombang, Edisi Kedua, Penerjemah Lea
Prasetyo dan Khusnul Hadi, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Anonim, 2008. Waspadai Diabetes Mellitus,
Kesra, Sinar Harapan, No. 6046. Jumat, 14
Nopember 2008.
Anonim 1, 2008. Enam Persen Penduduk Terkena
DM,
Edisi
Ultah,
Jawa
Pos,
http://www.jawapos.co.id. akses tanggal 26
Januari 2010.
Anonim, 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabets Melitus Tipe 2 di
Indonesia, Jilid ke-3, PB PERKENI, Jakarta.
Arulmozhi, D. K., Veeranjaneyulu, A., Bodhankar,
S. L., 2004. Neonatal StreptozotocinInduced Rat Model of Type 2 Diabetes
Mellitus: A glance, Indian Journal
Pharmacol, Vol. 36, Issue 4, 217-221.
Barik, R., Jain, S., Qwatra, D., Joshi, A., Tripathi,
G.S., Goyal, R., 2008. Antidiabetic Activity
of Aqueous Root Extract of Ichnocarpus
frutescens in Strpetozotocin-Nicitinamide
Induced Type-II Diabetes in Rats, Indian
Journal of Pharmacology, ISSN 0253-7613,
Vol. 40, Issue 1; 19-22.
Berrens, M., Kahn, R., Nolan, J., Pramming, S.,
Rizza, R. A., 1999. Definition, Diagnosis
B23
Pro siding Se m ina r Na sio na l Fisika II (2010)
Sura b a ya , 17 Juli 2010
ISBN : 978- 979- 17494- 1- 1
Riddle, Matthew C., dan Genuth, Saul., 2007. Type
2 Diabetes Mellitus, ACP Medicine
Gastrointerology:VI; 1-15.
Swamardika, I. B. A., 2009. Pengaruh Radiasi
Gelombang Elektromagnetik Terhadap
Kesehatan Manusia (Suatu Kajian
Pustaka), Teknologi Elektro, Vol.8, No.1;
106-109.
Syiariel, G., 2008. Pengaruh Vanadil Sulfat
Terhadap Jaringan Otot dan Adipose
Mencit (Mus musculus) dengan Diabetes
Mellitus,
Skripsi,
Fakultas
Farmasi,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Szkudelski, T., 2001. The Mechanism Of Alloxan
And Streptozotocin Action In β Cells Of
The Rat Pancreas, Physiology Research,
Vol. 50; 536-546.
Xu, J., Zhang, L., Chou, A., Allaby, T., langer, G.
B., Radziuk, J., Jasmin, B. J., Miki, T., Seino,
S., Renaud, J. M., 2007. KATP ChannelDeficient
Pancreatic
β-Cells
are
Streptozotocin Resistant Because of Lower
GLUT2 Activity. AJP - Endocrinology and
Metabolism, Vol. 294; 326-335.
Yuliana, E., 2006. Rancang Bangun Alat Ukur
Induktansi dan Kapasitansi Meter. Tugas
Akhir, D3 Teknik Instrumentasi Kendali,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang.
Octavia, G.S., 2009. Pengaruh Gelombang
Elektromagnetik
Frekuensi
Rendah
Terhadap Kondisi Fisiologis Organ Liver
Mencit
(Mus
musculus),
Skripsi,
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Parson, W. W.. 2006. Modern Optical
Spectroscopy, Departement of Biochemistry,
University of Washington, Springer Berlin
Heidelberg, New York, USA.
Perangin-angin, B., 2003. Rancangan Kapasitansi
Meter Digital, Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatra Utara, USU Digital
Library, akses tanggal 10 Mei 2010.
Polo, V., Saibene, A., Pontiroli, A. E., 1998.
Nicotinamide Improves Insulin Secretion and
Metabolic Control In Lean Type 2 Diabetic
Patients With Secondary Failure To
Sulphonylureas. Acta Diabetologica, Vol.
35, No. 1;61-64.
Rees, D.A., dan Alcolado, J. C., 2005. Animal
Models of Diabetes Mellitus, Diabetic
Medicine, 22 ; 359-370.
Reinauer,
Hans.,
Home,
Philip
D.,
Kanagasabapathy, Ariyur S., Heuck, ClausChr., 2002. Laboratory Diagnosis and
Monitoring of Diabetes Mellitus, WHO,
Swiss.
B24