HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (2)

BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang
Salah satu aspek hukum bisnis yang perlu mendapat perhatian adalah apa yang
dinamakan dengan hak milik intelektual (intellectual property right). Karena hak milik
intelektual ini berkaitan erat dengan aspek teknologi, ekonomi maupun seni. Seiring laju
globalisasi sisi kepedulian terhadap hak-hak kekayaan intelektual juga makin tinggi dan ini
tentunya sangat menggembirakan. Sayangnya kepedulian itu masih belum diimbangi dengan
wujud nyata dalam bentuk pengajuan hak-hak kekayaan intelektual dari masyarakat paling
tidak identifikasi ini dapat terlihat dari masih awamnya masyarakat terhadap prosedur
pengajuan patennya. Karena itu sangatlah beralasan jika kementerian ristek sangat gencar
mengkampanyekan kesadaran masyarakat untuk lebih menghargai hak cipta karya
intelektual.

Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar manusia dan
antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri. HKI juga merupakan sesuatu
yang given dan inheren dalam sebuah masyarakat industri atau yang sedang mengarah ke
sana. Keberadaannya senantiasa mengikuti dinamika perkembangan masyarakat itu sendiri.
Begitu pula halnya dengan masyarakat dan bangsa Indonesia yang mau tidak mau
bersinggungan dan terlibat langsung dengan masalah HKI.

Banyak karya-karya yang lahir atau dihasilkan oleh manusia melalui kemampuan
intelektualitanya, baik melalui daya cipta, rasa maupun karsanya. Perlindungan hukum
terhadap hasil intelektualita manusia seperti di bidang teknologi, ilmu pengetahuan , seni,
sastra, dan lain-lain, perlu diperhatikan dengan serius. Sebab, karya manusia ini telah
1

dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga, pikiran, waktu, bahkan biaya yang tidak sedikit.
Pengorbanan demikian tentunya menjadikan karya yang dihasilkan memiliki nilai yang patut
dihargai. Ditambah lagi dengan adanya manfaat yang dapat dinikmati yang dari sudut
ekonomi karya-karya seperti itu tentunya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan adanya
konsepsi berpikir seperti di atas, timbul kepentingan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan sistem perlindungan hukum atas kekayaan (hak intelektualita) tersebut.
Sebagai karya yang dihasilkan dari intelektua manusia, HMI (hak milik intelektual) hanya
dapat diberikan kepada penciptanya atau penemunya untuk menikmati atau memetik manfaat
sendiri selama jangka waktu tertentu, atau memberi izin kepada orang lain guna
melakukannya.
Jika diliat dari sisi ekonominya dalam dasawarsa terakhir ini, telah semakin nyata
bahwa pembangunan harus bersandarkan pada industri yang menghasilkan nilai tambah yang
tinggi. Kesepakatan Indonesia untuk merealisasikan gagasan mengenai ASEAN Free Trade
Area (AFTA) serta keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade Organization

(WTO) dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), telah menunjukan keseriusan
pemerintah dalam mendukung sistem perekonomian yang bebas/terbuka, dan secara tidak
langsung memacu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk lebih meningkatkan daya
saingnya. Semakin derasnya arus perdagangan bebas, yang menuntut makin tingginya
kualitas produk yang dihasilkan terbuti semakin memacu pekembangan teknologi yang
mendukung kebutuhan tersebut. Seiring dengan hal tersebut, pentingnya peranan hak
kekayaan intelektual dalam mendukung perkembangan teknologi kiranya telah semakin
disadari. Hal ini tercermin dari tingginya jumlah permohonan hak cipta, paten, dan merek,
serta cukup banyaknya permohonan desain industri yang diajukan kepada Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual serta departemen yang bersangkutan lainnya.

2

Dengan keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO dengan konsekuensi
melaksanakan ketentuan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
(Persetujuan TRIPS), sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1994 tentang
Pengesahan

Agreement


Establishing

the

World

Trade

Organization

(Persetujuan

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Berdasarkan pengalaman selama ini, peran
serta berbagai instansi dan lembaga, baik dari bidang pemerintahan maupun dari bidang
swasta, serta koordinasi yang baik di antara senua pihak merupakan hal yang mutlak
diperlukan guna mencapai hasil pelaksanaan sistem hak kekayaan intelektual yang efektif.
Pelaksanaan sistem hak kekayaan intelektual yang baik bukan saja memerlukan peraturan
perundang-undangan di bidang hak kekayaan intelektual yang tepat, tetapi perlu pula
didukung oleh administrasi, penegakan hukum serta program sosialisasi yang optimal tentang
hak kekayaan intelektual.


3

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas,maka secara umum rumusan
masalahpada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.

Apa yang dimaksud dengan HAKI serta Prinsip Dasar HAKI ?

2. Apa Dasar hukum dan Klasifikasi HAKI ?
3. Apa fungsi dan tujuan HAKI?
4. Apa manfaat dan Bagaimana cara penyelesaian atau solusi masalah apabila terjadi HAKI?

Tujuan
Tujuan dalam pembahasan makalah ini yaitu:
1.

Untuk mengetahui pengertian dan prinsip dasar HaKI atau H.K.I


2.

Untuk mengetahui dasar hukum dan klasifikasi/macam-macam HaKI

3.

Untuk mengetahui apa saja fungsi dan tujuan HaKI

4.

Dan untuk mengetahui manfaat serta solusi dalam penyelesaiaan masalah dalam HaKI

4

BAB II
Pembahasan
Pengertian
Hak kekayaan intelektual adalah hak yang timbul dari kemampuan berfikir atau olah
pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Dalam ilmu
hukum, hak kekayaan intelektual merupakan harta kekayaan khususnya hukum benda

(zakenrecht) yang mempunyai objek benda inteletual, yaitu benda yang tidak berwujud yang
bersifat immaterial maka pemilik hak atas kekayaan intelektual pada prinsipnya dapat berbuat
apa saja sesuai dengan kehendaknya. Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) atau Hak Milik Intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk
Intellectual Property Rights (IPR) atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya.Istilah
atau terminologi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk pertama kalinya pada
tahun 1790 Adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si
pencipta ada pada bukunya.Yang dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai
benda, tetapi buku dalam pengertian isinya.Istilah HKI terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak,
Kekayaan, dan Intelektual.Hak adalah pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, dsb), Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan,
dibeli, maupun dijual.Intelektual yang dimaksud dalam HAKI adalah kecerdasan,
kemampuan berpikir, berimajinasi, atau hasil dari proses berpikir manusia atau the creation of
human mind.
Dalam Pasal 1 Undang Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2014 tentang Hak
cipta dijelaskan bahwasannya Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
5

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam


bentuk

nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Ciptaan adalah setiap hasil karya
cipta di bidang Ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan,
pikiran, imajinasi, kecekatan,keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalambentuk
nyata. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut
hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.
Prinsip Dasar Hak Kekayaan Intelektual
Salah satu aturan hukum selalu berisi kaidah hukum dan asas asas hukum. Kaidah
hukum merupakan pedoman perilaku dan asas asas hukum adalah ukuran penilaian yang
bersifat fundamental (prinsip prinsip yang mendasar) dalam suatu aturan hukum. Menurut
Paul Scholten, asas asas hukum berperan sebagai pikiran pikiran dasar yang terdapat di dalam
suatu peraturan perundang undangan (hukum positif) dan putusan hakim. Pengaturan
terhadap HKI berlandaskan pada prinsip prinsip dasar atau asas asas yang menjiwai suatu
sistem hukum yang ingin dibentuk dan diterapkan. Asas asas tersebut berisi nilai nilai
fundamental yang masuk ke dalam pasal pasal dalam undang undang HKI dan dalam

mengarahkan tujuan yang hendak dicapai oleh undang undang tersebut.
Menurut Wu. H, prinsip prinsip hukum universal dari perlindungan hak kekayaan
intelektual dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


Prinsip dasar yang diterapkan pada apa, mengapa dan bagaimana suatu sistem hukum
HKI akan dibangun. Termasuk dalam kelompok ini adalah prinsip kedaulatan, prinsip
6

kesetaraan dan saling menguntungkan, prinsip pengembangan bersama, prinsip
kerjasama internasional dan prinsip keadilan.


Prinsip prinsip terkait eksistensi sistem hukum dan kemampuan penegakannya.
Termasuk dalam kelompok ini antara lain, prinsip perlakuan nasional, prinsip standar
minimum, prinsip kebebasan (hak kekayaan industri), prinsip perlindungan
independen (hak cipta), prinsip yang melaksanakan paten.

Prinsip-Prinsip Hak Kekayaan Intelektual
·


Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)
Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa

suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak. Pencipta yang
menghasilkan suatu karya bedasarkan kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil
karyanya.
·

Prinsip Ekonomi (The Economic Argument)
Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna

bagi kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi
pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap karyanya seperti
dalam bentuk pembayaran royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptanya.
·

Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument)
Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia


diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan
ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan,
seni dan sastra sangat berguna bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat
7

manusia. Selain itu, HAKI juga akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat, bangsa
maupun negara.
·

Prinsip Sosial (The Social Argument)
Berdasarkan prinsip ini, sistem HAKI memberikan perlindungan kepada pensipta

tidak hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan atau kesatuan itu saja
melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan masyarakat. Bentuk keseimbangan ini
dapat dilihat pada ketentuan fungsi sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak cipta
Indonesia.
TRIPs Agreement menyatakan ada 6 prinsip dasar hak kekayaan intelektual, yaitu:
prinsip standar minimum, national treetment, most favoured national treatment, teritorialitas
alih teknologi dan kesehatan masyarakat dan kepentingan publik lain. Berangkat dari
pendapat tersebut, beberapa prinsip universal perlindungan HKI dapat dikemukakan sebagai

berikut :
1. Prinsip Perlindungan Hukum Karya Intelektual
Hukum hanya memberi perlindungan kepada pencipta, pendesain atau inventor yang
dengan daya intelektualnya menghasilkan suatu ciptaan, desain atau invansi orisinil (baru,
karya asli bukan tiruan) yang sebelumnya belum ada. Orisinilitas menjadi persyaratan
terpenting dari hukum kekayaan intelektual. Hukum memberi perlindungan kepada pencipta
atau inventor tidak dimaksud untuk selama lamanya, tetapi berlangsung dalam jangka waktu
tertentu yang dianggap wajar. Jangka waktu perlindungan hukum dimaksudkan agar si
pencipta, pendesain ataupun inventor memperoleh hasil atau kompensasi yang layak secara
sosial maupun secara ekonomi.

8

2. Prinsip Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Hukum mengatur berbagai kepentingan yang berkaitan dengan HKI secara adil dan
proporsional, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan kepentingannya. Pihak yang
berkepentingan dalam hal ini adalah pemerintah, pencipta, inventor atau pemegang atau
penerima hak kekayaan intelektual dan masyarakat. HKI yang berbasis pada individualisme
harus diimbangi dengan keberpihakan pada kepentingan umum (komunialisme).
3. Prinsip Keadilan
Pengaturan hukum hak kekayaan intelektual atau HKI harus mampu melindungi
kepentingan si pencipta atau inventor. Di sisi lain jangan sampai kepentingan pencipta atau
inventor mengakibatkan timbulnya kerugian bagi masyarakat luas. Hak kekayaan intelektual
juga tidak boleh digunakan untuk menekan suatu negara agar mengikuti keinginan negara
lain, apalagi dimaksudkan untuk membatasi terjadinya alih teknologi dari negara maju
kepada negara berkembang.
4. Prinsip Perlindungan Ekonomi dan Moral
Lahirnya karya intelektual membutuhkan waktu, kreativitas intelektual, fasilitas,
biaya yang tidak sedikit dan dedikasi. Karya intelektual juga memiliki nilai ekonomi yang
sangat tinggi. Oleh karena itu pencipta atau inventor harus dijamin oleh hukum untuk
memperoleh manfaat ekonomi dari karyannya. Selain itu, pencipta atau inventor juga
dilindungi hak moralnya, yaitu berhak untuk diakui keberadaanya sebagai pencipta atau
inventor dari suatu karya intelektual.

9

5. Prinsip Teritorialitas
Walaupun prinsip national treatment dan MFN merupakan dua prinsip pokok,
perlindungan hak kekayaan intelektual diberikan oleh negara berdasarkan prinsip kedaulatan
dn yurisdiksi masing masing negara. Disepakatinya WTO/TRIPs Agreement dan keinginan
untuk mewujudkan standarisasi pengaturan Hak kekayaan intelektual secara internasional
tidak memupus prinsip teritorialitas.
6. Prinsip Kemanfaatan.
Karya intelektual yang dilindungi hukum adalah yang memiliki manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta dapat digunakan untuk
kesejahteraan dan pengembangan kehidupan masyarakat. Karya intelektual yang tidak
memiliki manfaat bagi manusia banyak tidak layak diberi perlindungan hukum.
Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
Dalam penetapan HaKI tentu berdasarkan hukum-hukum yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain adalah :


Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta



Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis



Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten



Undang – undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman.



Undang – undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

10



Undang – undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.



Undang – undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.



Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the
World Trade Organization (WTO)



Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang World Intellectual Property Organization
Pengesahan Paris Convention for the Protection of

Industrial Property dan

Convention Establishing the


Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty



Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the
Protection of Literary and Artistic Works



Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
dapat dilaksanakan. Maka setiap individu/kelompok/organisasi yang memiliki hak atas
pemikiran-pemikiran kreatif mereka atas suatu karya atau produk dapat diperoleh dengan
mendaftarkannya ke pihak yang melaksanakan, dalam hal ini merupakan tugas dari
Direktorat Jenderal Hak-hak Atas Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Perundangundangan Republik Indonesia.
Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
Secara umum Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) terbagi dalam dua kategori,
yaitu:

11

1. Hak Cipta
2. Hak Kekayaan Industri, yang meliputi :
1. Hak Paten
2. Hak Merek
3. Varietas Tanaman
4. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
5. Hak Rahasia Dagang
6. Hak Desain Industri
 Hak Cipta

Pengertian hak cipta menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 : Hak Cipta
adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Kedudukan Hak Cipta

Kedudukan Hak pencipta terdiri dari hak moral (Pasal 5-7), hak ekonomi (Pasal 8-11),
hak terkait (Pasal 20-30), dan hak royalti (Pasal 87-93) berikut penjelasannya:
·

Hak moral adalah hak yang melekat, secara abadi, pada diri pencipta yang tidak dapat
dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun. Hal ini berarti, secara moral ciptaan
tidak dapat dirusak atau diubah dengan cara apapun, tanpa seizin dari penciptanya.
Wujud dari pengakuannya dengan tetap mencantumkan namanya pencipta dalam
12

salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya, menggunakan nama aliasnya atau
samarannya, mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan di dalam masyarakat,
mengubah judul dan anak judul ciptaan, dan mempertahankan hak-haknya dalam hal
terjadinya distorsi ciptaan, mutilasi ciptaannya, modifikasi ciptaan, atau hal-hal yang
bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Hak moral ini dilahirkan sebagai
pengakuan negara kepada pencipta dan integritas pencipta sebagai personal yang telah
melahirkan karya-karya ciptanya yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan untuk itu
harus diakui dan dihargai oleh hukum kekayaan intelektual secara moral kepada yang
melanggarnya.
·

Hak ekonomi adalah hak pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan
serta produk hak terkait. Manfaat ekonomi itu berarti materi atau uang yang
seharusnya menjadi hak pencipta diterima. Hal ini didasari bahwa pencipta dalam
menghasilkan karya ciptanya membutuhkan tenaga, pikiran, waktu dan biaya,
sehingga unsur keadilan adalah unsur yang harus dapat dijadikan dasar logika
mengendepankan hak pencipta. Untuk itulah, pencipta berhak menggunakan karya
dalam rangka memperoleh manfaat ekonomi (pecuniary rights), yang terdiri dari hak
untuk memperbanyak (right to reproduce), hak untuk mengumumkan (right to
distribute) dan hak untuk menampilkan (right of performance). Pihak lain yang
berkeinginan menggunakan hasil karya pencipta dikatakan legal apabila terlebih
dahulu memperoleh izin dari pencipta, dan melanggar apabila sebaliknya. Dengan
demikian inti dari hak ekonomi adalah penghargaan kepada pencipta yang haruslah
nyata ada dan tidak abstrak, serta oleh karena itu izin yang diterimanya tidak sekadar
terima kasih, tetapi ada sejumlah unsur ekonomi dalam bentuk material yang harus
diterima pencipta.

13

·

Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta dan merupakan hak eksklusif
yang diperuntukkan kepada pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga
penyiaran. Dengan adanya hak eksklusif dalam hak-hak terkait, maka hak terkait yang
terdiri dari hak moral pelaku pertunjukan (Pasal 21-22), hak ekonomi pelaku
pertunjukan (Pasal 23), hak ekonomi produser fonogram (Pasal 24) dan hak ekonomi
lembaga penyiaran (Pasal 25). Hak moral pelaku pertunjukan merupakan hak yang
melekat pada Pelaku Pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat
dihapus dengan alasan apapun walaupun hak terkait telah dialihkan. Hak ekonomi
pelaku pertunjukan meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau
melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran atau komunikasi atas pertunjukan
pelaku pertunjukan, Fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi, penggandaan
atas fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun, pendistribusian atas
fiksasi pertunjukan atau salinannya, penyewaan atas fiksasi pertunjukan atau
salinannya kepada publik, dan penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang dapat diakses
publik. Hak ekonomi lembaga penyiaran meliputi hak melaksanakan sendiri,
memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran ulang siaran,
komunikasi siaran, fiksasi siaran; dan/atau penggandaan fiksasi siaran.

·

Hak royalti adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk
hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait. Untuk mendapatkan
hak royalti itu, maka setiap pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait harus
menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) agar dapat menarik imbalan
yang wajar dari pengguna yang memanfaatkan hak cipta dan hak terkait dalam bentuk
layanan publik yang bersifat komersial. Oleh karena itu, masyarakat atau pengguna
yang mempergunakan karya-karya cipta dari pencipta sepanjang terdapat unsur
komersial diwajibkan untuk membuat suatu perjanjian dengan LMK yang di
14

dalamnya berisi kewajiban untuk membayar royalti atas hak cipta dan hak terkait
yang digunakan. Hadirya LMK adalah berujuan untuk dapat menarik, menghimpun,
dan mendistribusikan royalti, dan mendistribusikan royalti kepada pencipta,
pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait. Royalti itu di dalam realisasinya dengan
memberikan sejumlah materi kepada pencipta sebagai penghargannya.
Dengan berlandaskan kepada keempat hak pencipta itu, yang telah diakomodasi UU No.
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, maka jelas sudah bahwa secara legalitas bahwa
perlindungan hukum pencipta telah diteguhkan maksimalisasi perlindungannya, sehingga
kedudukan normatif pencipta seharusnya sudah sangat kuat.


Ciptaan yang dilindungi

UUHC menganut sistem terbatas dalam melindungi karya cipta seseorang.
Perlindungan ciptaan hanya diberikan dalam bidang ilmu pengetahun, seni dan sastra. Untuk
itu Pasal 40 ayat 1 merinci ketiga bidang tersebut meliputi :
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis
b.
c.
d.
e.
f.

lainnya:
ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

pahat, patung, atau kolase;
karya seni terapan;
karya arsitektur;
peta;
karya seni batik atau seni motif lain;
karya fotografi;
Potret;
karya sinematograh;
terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi
dan karya lain dari hasil transformasi;

15

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya
tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yangdapat dibaca dengan Program
Komputer maupun media lainnya;
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya
yang asli;
r. permainan video; dan
s. Program Komputer.
 Hasil Karya yang Tidak Dilindungi yang Hak Cipta meliputi:
a. hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;
b. setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip,temuan atau data walaupun telah
diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah
Ciptaan; dan
c. alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah teknis

a.
b.
c.
d.
e.

atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan fungsional.
 Tidak ada Hak Cipta atas hasil karya berupa:
hasil rapat terbuka lembaga negara;
peraturan perundang-undangan;
pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah;
putusan pengadilan atau penetapan hakim; dan
kitab suci atau simbol keagamaan.


Masa Berlakunya Hak Cipta

Dalam mengtur jangka waktu berlakunya hk cipta, UUHC tidak menyaratkan
melainkan membeda-bedakan. Perbedaan itu dikelompokkan sebagai berikut :
1) Kelompok I (Bersifat Orisinal)
Untuk karya cipta yang sifatnya asli atu orisinal, perlindungan hukumny berlaku
selama hidup pencipta dan terus berlanjut sampai dengn 50 tahun setelah pencipta
meninggal.Mengenai alasan penetpan jangka wktu berlakuny hak cipta orisinal yang
demikian lama itu, undang-undang tidak memberikan penjelasan.
Karya cipta ini meliputi :
a. Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.
b. Ciptaan tari(koreografi).
16

c. Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung.
d. Seni batik.
e. Ciptan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
f.

Karya arsitektur.

2) Kelompok II (Bersifat Derivatip)
Perlinndungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan (derivatip)berlaku selama
50 tahun, yang meliputi hak cipta sebgai berikut:
a. Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomim
dan karya siaran antara lain untuk media radio, televisi dan film serta karya
rekaman radio.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
c. Peta.
d. Karya sinematografi.
e. Karya rekaman sura atau bunyi.
f. Terjemahan dan tafsir.
3) Kelompok III (pengaruh waktu)
Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan, perlindungan hukumnya
berlaku selama 25 tahun,meliputi hak cipta atas ciptaan :
a. Karya fotografi.
b. Program komputer atau komputer program.
c. Saduran dan penyusunan bunga rampai.



Pendaftaran Hak Cipta

Ciptaan tidak kalah pentingnya dengan benda-benda lain seperti tanah, kendaraan
bermotor, kapal, merk yang memerlukan pendaftaran.Perlindungan suatu ciptaan timbul
17

secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Maksud dari
pendaftaran itu sendiri adalah hanya semata-mata mengejar kebenaran prosedur formal saja,
tetapi juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengukuhan hak cipta dan sebagai alat
bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan
tersebut..Pendaftaran hak cipta yaitu di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Sifat pendaftaran ciptaan adalah bersifat kebolehan (fakultatip).Artinya orang boleh
juga tidak mendaftarkan. Apabila tidak mendaftarkan, tidak ada sanksi hukumnya.Dengan
sifat demikian, memang UUHC memberikan kebebasan masyarakat untuk melakukan
pendaftaran.


Hak dan Wewenang Menuntut

Penyerahan Hak Cipta atas seluruh ciptaan ke pihak lain tidak mengurangi hak
pencipta atau ahli waris untuk menuntut seseorang yang tanpa persetujuannya :
a. Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptan itu.
b. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya.
c. Mengganti/mengubah judul ciptaan.
d. Mengubah isi ciptaan

 Hak Kekayaan Industri
Hak kekayaan industri terdiri dari :



Paten

18

Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya
atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan.Adapun invensi adalah
ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yan spesifik di
bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan pengembangan
produk atau proses.
Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah insentif serta dapat
diterapkan dalam industri. Invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan invensi
tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya.Invensi berupa produk
atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk,
konfigurasi, kontruksi, atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukun dalam
bentuk paten sederhana.Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016
tentang Paten, paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka itu tidak dapat diperpanjang. Sedangkan untuk paten sederhana
diberikan jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu
tersebut tidak dapat diperpanjang. Paten diberikan berdasarkan permohonan dan setiap
permohonan hanya dapat diajukan untuk satu invensiatau beberapa invensi yang merupakan
satu kesatuan invensi. Dengan demikian, permohonan paten diajukan dengan membayar
biaya kepada Direktorat Jendral Hak Paten Departemen Kehakiman dan HAM. Namun,
permohonan dapat diubah dari paten menjadi paten sederhana.



Merek

19

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dlam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak merek adalah hak eksklusif
yang diberikan oleh negara kapada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek
untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakannya. Jenis-jenis merek dapat dibagi menjadi merk
dagang, merek jasa dan merek kolektif.
Merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang denga jangka waktu
yang sama. Hak merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pawarisan, hibah, wasiat,
perjanjian atau seba-sebab lain yang dibenarkan oleh perundang-undangan. Penghapusan
pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan atas prakarsa direktorat jendral
berasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan atau pihak ketiga dalam bentuk
gugatan kepada pengadilan niaga. Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan
terhadap pihak lain secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis, berupa gugatan ganti rugi
dan/atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut.
Sanksi yang dikenakan terhadap masalah merek berupa pidana dan denda.



Varietas Tanaman

20

Hak perlindungan varietas tanaman adalah hak khusus yang diberikan oleh negara
kepada pemulia tanaman untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau
memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan selama
waktu tertentu.Varietas tanaman yang dapat diberi perlindungan adalah dari jenis atau spesies
tanaman yang baru, yaitu belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah
diperdagangkan kurang dari satu tahun. Unik, sehingga dapat dibedakan secara jelas dengan
varietas lain. Seragam, memiliki sifat utama yang seragam. Stabil, tidak mengalami
perubahan ketika ditanam berulang-ulang atau untuk diperbanyak melalui siklus. Dan diberi
penamaan yang selanjutnya menjadi nama varietas yang bersangkutan.
Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman,
jangka waktu PVT dihitung sejak tanggal pemberian hal PVT meliputi 20 tahun untuk
tanaman semusim dan 25 tahun untuk tanaman tahunan.Hak untuk menggunakan varietas
dapat meliputi memprodusi/ memperbanyak benih, menyiapkan untuk tujuan propagasi,
mengiklankan, menawarkan, memperdagangkan, mengekspor, mengimpor.
Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Varietas Tanaman,
hak PVT dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, dan sebab
lain yang dibenarkan oleh undang-undang.Berakhirnya hak PVT dapt disebabkan karena
berakhirnya janga waktu, pembatalan, dan pencabutan. Dan sanksi yang diberikan untuk
masalah PVT berupa pidana dan denda.



Rahasia Dagang

21

Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi
dan/atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan
dijaga keerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.Perlindungan rahasia dagang meliputi
metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang
teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh
masyarakat.Syarat pengajuan perlindungan sebagai HKI, meliputi prinsip perlindungan
otomatis dan perlindungan yang diberikan selama kerahasiaannya terjaga. Pemilik HKI
berhak menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya atau memberikan lisensi atau
melarang pihak lain untuk menggunakannya.Jangka waktu perlindungan rahasia dagang
adalah sampai dengan masa dimana rahasia itu menjadimilik publik.
Dalam Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang, hak rahasia dagang dapt beralih/dialihkan karena pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian , dan sebab lain yang dibenaran oleh undang-undang. Pengalihan harus disertau
dengan pengalihan dokumen-dokumen yang menunjukan terjadinya pengalihan rahasia
dagang.Sanksi yang diberikan untuk masalah rahasia dagang berupa pidana dan denda.


Desain Industri

Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk konfigurasi atau komposisigaris
atau warna, atau garis dan warna atau gabungan dari padanya yang berbentul 3D atau 2D
yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola 3D atau 2D serta dapat
dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

Hak ini diberikan untuk desain industri yang baru, yaitu tanggal penerimaan desain
industri itidak sama dengan pengungkapan yang telah ad sebelumnya.Jangka waktu
22

perlindungan terhadap hak desain industri diberikan 10 tahun sejak tanggal penerimaan dan
tercatat dalam daftar umum desain industri dan diberitakan dalam berita resmi desain
industri.Setiap hak desain industri diberikan atas dasar permohonan ke Direktorat Jendral
Desain Industri secara tertulis dalam bahasa Indonesia.Pengalihan hak ini dapat dilakukan
karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis dan sebab lain yang dibenarkan
perundang-undangan dan wajib dicatat dalam daftar umum desain industri.Desain industri
terdaftar hanya dapat dibatalkan atas permintaan pemegang lisensi.Sanksi yang diberikan
untuk masalah desain industri berupa pidana dan denda.


Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Hak desain tata letak sirkuit terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuanya kepada pihak lain untuk melaksanakan
hak tersebut.Jangka waktu perlindungan hak ini diberikan selama 10 tahun sejak pertama kali
desain tersebut di eksplotasi secara komersial.hak ini dapat beralih/dialihkan karena
pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis dan sebab lain yang dibenarkan oleh perundangundangan.Sanksi yang diberikan untuk masalah desain tata letak sirkuit terpadu berupa
pidana dan denda.

Fungsi dan Tujuan HAKI
23

Fungsi Hak Atas Kekayaan Intelektual
Hak atas kekayaan inteltual (HAKI) memliki dua fungsi yaitu fungsi dasar dan fungsi
khusus, berikut penjelasan dari kedua fungsi tersebut :
a. Fungi dasar artinya siapapun pengguna haki dan apapun jenis hakinya bisa melakukan
fungsi ini.
b. Fungsi Khusus adalah fungsi haki yang bisa digunakan jenis haki golongan tertentu
saja.
HAKI memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Antisipasi kemungkinan melanggar HAKI milik pihak lain.
2. Meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar dalam komersialisasi kekayaan
intelektual.
3. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan strategi penelitian, usaha dan
4.
5.
6.
7.
8.
9.

industri di Indonesia.
Alat perlindungan menjamin hak komersialisasi.
Peringatan kepada pihak yang berniat melanggar.
Advertensi untuk meningkatkan value produk.
Alat monopoli perdagangan.
Informasi paten sebagai referensi pengembangan lebih lanjut.
Informasi paten merupakan informasi strategi riset suatu perusahaan.

Fungsi Haki dan Hak kekayaan industri :


Dapat mengetahui informasi, serta dapat melihat perkrmbangan mengenai
pengetahuan baru dan teknologi masa kini. Informasi yang dimaksud adalah
informasi yang telah memiliki hak paten dan dapat diakses di seluruh dunia
dengan



menggunakan

internet.

Selain

itu,

masyarakat

tidak

dapat

menduplikasi atau membajak teknologi baru yang telah dipatenkan.
Perlindungan pada karya intelektual terhadap penggunaan tidak sah oleh pihak
ketiga. Hal ini diperlukan kesepakatan kepada penemu agar mendapatkan
imbalan manfaat yang cukup atas upaya telah menciptakan karya tersebut.
24



Memberikan suatu peluang bagi industri untuk melakukan monopoli pasar
terhadap suatu produk tertentu.

Tujuan HAKI antara lain :
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta pelatihan dalam peraturanperaturan, hukum yang berlaku serta sanksi-sanksi dalam penerapan HAKI.
b. Agar para peserta pelatihan mengetahui prosedure penerapan HaKI dan
masalah- masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan HAKI.
c. Agar para peserta termotivasi untuk menciptakan hal-hal baru di bidang
produk industri yang menyangkut desain, proses produksi serta pemakaian
merek sendiri.
Tujuan Perlindungan dan penegakan Hukum HaKI :
a. Untuk mendorong timbulnya inovasi.
b. Untuk Pengalihan dan penyebaran teknologi yang diperoleh manfaat bersama antara
penghasil dan pengguna pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan
kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Manfaat HaKI
Manfaat Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah :
1. Memberikan perlindungan hukum sebagai insentif bagi pencipta inventor dan
desainer dengan memberikan hak khusus untuk mengkomersialkan hasil dari
kreativitasnya dengan menyampingkan sifat tradisionalnya.
2. Menciptakan iklim yang kondusif bagi investor.
25

3. Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan penemuan
baru di berbagai bidang teknologi.
4. Sistem Paten akan memperkaya pengetahuan masyarakat dan melahirkan penemupenemu baru.
5. Peningkatan dan perlindungan HKI akan mempercepat pertumbuhan indrustri,
menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kualitas hidup manusia yang memberikan kebutuhan masyarakat secara luas.
6. Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku/ etnik dan budaya
serta kekayaan di bidang seni, sastra dan budaya serta ilmu pengetahuan dengan
pengembangannya memerlukan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang
lahir dari keanekaragaman tersebut.
7. Memberikan perlindungan hukum dan sekaligus sebagai pendorong kreatifitas bagi
masyarakat.
8. Mengangkat harkat dan martabat manusia dan masyarakat Indonesia.
9. Meningkatkan produktivitas, mutu, dan daya saing produk ekonomi Indonesia.

Cara Penyelesaian / Solusi Masalah Apabila Terjadi HAKI


Cara penyelesaian sengketa HAKI mengenai hak cipta

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 95 Tentang Hak Cipta :

26

1) Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian
sengketa, arbitrase, atau pengadilan.
2) Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Pengadilan Niaga.
3) Pengadilan lainnya selain Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak
berwenang menangani penyelesaian sengketa Hak Cipta.
4) Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam bentuk Pembajakan,
sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui keberadaannya dan/atau berada
diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harusmenempuh terlebih dahulu
penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana.


Cara penyelesaian HAKI mengenai merk
Penyelesaian sengketa terhadap merek diatur di dalam hukum indonesia antara lain :

Pasal 83 Bagian Kesatu Tentang Gugatan atas Pelanggaran Merek.
Pasal 93 : Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 para pihak
dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
Penjelasan atas Pasal 93: Yang dimaksud dengan "alternatif penyelesaian sengketa" antara
lain negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak.\


Cara penyelesaian HAKI mengenai Hak Paten
Penyelesaian sengketa hak paten melalui Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 142

yang mana Pihak yang berhak memperoleh Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 dapat menggugat ke Pengadilan Niaga jika suatu Paten
diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak memperoleh Paten.
Selanjutnya pada Pasal 143 ayat (1) Pemegang Paten atau penerima Lisensi berhak
mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga terhadap setiap Orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1).
Dan ayat (2) Gugatan ganti rugi yang diajukan terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud
27

pada ayat (1) hanya dapat diterima jika produk atau proses itu terbukti dibuat dengan
menggunakan Invensi yang telah diberi Paten.
Selain itu, ada juga alternatif penyelesaian sengketa yakni pada pasal 153
1) Selain penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143, para pihak
dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
2) Penyelesaian sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III
Penutup

28

Kesimpulan
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak kekayaan intelektual yang dilindungin
oleh

undang-undang.Setiap

orang

wajib

menghormati

hak

kekayaan

intelektual

oranglain.Hak kekayaan intelektual tidak boleh digunakan oleh oranglain tanpa izin
pemiliknya, kecuali apabila ditentukan oleh undang-undang.Dan dalam pembahasan ini dapat
disimpulkan bahwa HaKI adalah bagian penting suatu karya dalam ilmu pengetahuan, sastra
maupun seni dengan menghargai hasil karya pencipta yang kreatif dan inovasi agar dapat
diterima dan tidak dijadikan untuk menjatuhkan hasil karya seseorang serta berguna untuk
perusahaan dan industri dalam melaksanakan kegiatan perekonomian

Daftar Pustaka
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang merek dan indikasi
geografis.
29

Undang-undang Republik Indinesia Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian (2007). “Kebijakan
Pemerintah Dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Dan Liberalisasi Perdagangan
Jasa

Profesi

Di

Bidang

Hukum”.

www.kemenperin.go.id/download/140/Kebijakan-

Pemerintah-dalam-Perlindungan-Hak-Kekayaan-Intelektual-dan-Liberalisasi-PerdaganganProfesi-di-Bidang-Hukum (diakses tanggal 7 mei 2018).

dhika augustyas (2012) Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
https://dhiasitsme.wordpress.com/2012/03/31/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/
http://www.academia.edu/24346637/Makalah_Hak_Atas_Kekayaan_Intelektual_HaKI_
Csya-dhanie.blogspot.com Etika dan Profesi Bisnis http://csya-dhanie.blogspot.com ,
Ezzatannaaziaathaki.blogspot.com Makalah HAKI http://ezzatannaaziaathaki.blogspot.com ,
Emawati Junus, 2003 Aspek Hukum dalam Sengketa Hak Kekayaan Intelektual Teori dan
Praktek,
Joehukum.blogspot.com(2013) Makalah Hak Kekayaan Intelektual
http://joehukum.blogspot.com/2013/12/makalah-hak-kekayaan-intelektual.html,
Odebhora.wordpress.com(2011) Hak Kekayaan Intelektual
http://odebhora.wordpress.com/2011/05/17/hak-kekayaan-intelektual/,
Putri-aja.blogspot.com(2013) Hak Kekayaan Intelektual
http://putri-aja.blogspot.com/2013/04/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki.html,
Saidin. 1997. Aspek Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Raja Grafindo,
Richard Burton Simatupang. Aspek Hukum Dalam Bisnis.Rineka Cipta

30

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN ATAS KUALITAS LAYANAN PEMBAYARAN KREDIT MOTOR YAMAHA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PADA PT. BUSAN AUTO FINANCE JEMBER

0 35 19

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 SIDOARJO

0 25 27

TELAAH ATAS KETELADANAN RASULULLAH SAW DALAM MENDIDIK ANAK (USIA 6­12 TAHUN)

4 74 1

ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH (BUILD OPERATE AND TRANSFER) OLEH PEMERINTAH DAERAH SERTA AKIBAT HUKUM BAGI INVESTOR YANG MENGALIHKAN HAK PENGELOLAAN KEPADA INVESTOR LAIN

3 64 161

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

EVALUASI PENGENDALIAN INTERN ATAS PERSEDIAAN CV. ERLANGGA, SIDOARJO

0 19 11

HUBUNGAN ANTARA LEBAR INTERMOLAR DAN PANJANG LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

0 26 17

KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN TANAH PERDIKAN MENJADI HAK MILIK DI KELURAHAN TAMAN KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

2 44 14

KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN ADAT TERHADAP WANPRESTASI DALAM HAK NUMPANG KARANG (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 110

1 42 17

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45