Seminar Etika Penginjilan Lintas Budaya

Seminar Etika
“Penginjilan Lintas Budaya”
Sub judul : Suatu Tinjauan Etis Terhadap Pekabaran Injil GBKP runggun Ketaren
dan Relevansinya Bagi Gereja

I.

Pendahuluan

Sejarah mencatat bahwa kekristenan dibawa dari Barat menuju Indonesia dan
kerkristenan tersebut juga sampai ke Tanah Karo. Keberhasilan masuknya kekristenan di
Tanah Karo dimotori oleh NZG (Nedelandsche Zendling Genootschap) yang merupakan
badan misi dari Belanda. Hasil dari badan misi atau NZG ini menghasilkan gereja di Karo
yakni Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).
Namun disisilain, sejarah juga mencatat bahwa sebelum masuknya kekristenan di Karo,
masyarakat Karo juga telah memiliki budaya dan kepercayaan, yakni Pemena yang disebut
sekarang dengan agama suku. Meskipun dengan kesadaran bahwa masyarakat Karo telah
memiliki kepercayaan, hal tersebut tidak mengurangi semangat para misionaris dulu (NZG)
untuk membawa masyarakat Karo memeluk kepercayaan mereka (Kristen). Siklus ini juga
merambat kepada GBKP yang merupakan buah dari NZG untuk melakukan hal yang sama,
yakni “menarik” pemeluk Pemena untuk bergabung bersama GBKP dengan melakukan atau

membuat program Pekabaran Injil (PI). Semangat PI ini juga dilakukan oleh GBKP runggun
Ketaren Kabanjahe untuk meberitakan Injil kepada masyarakat Karo yang masih menganut
agama Pemena.
II.

Rumusan masalah

Dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini, GBKP runggun Ketaren telah melakukan
misinya melalui Pekabaran Injil (PI). PI ini dilakukan ke berbagai desa yang ada di Tanah
Karo. Seperti, pada tahun 2004-2007 GBKP runggun Ketaren ber-PI ke desa Sirumbia, 20082010 ke desa Bekerah Simacem, 2011-2012 ke desa Kuta Tonggal dan pada tahun 2013 ke
desa Kuta Mbelin.1 Secara singkat ada dua motif atau tujuan PI yang dilakukan GBKP
runggun Ketaren. Pertama adalah untuk memberitakan Injil atau berita keselamatan kepada
1
Hasil wawancara kepada Udara Sinulingga, Beliau merupakan koordinator seksi PI ke dalam dan
Keluar GBKP Runggun Ketaren. Wawancara dilakukan pada 2308-2017, pkl. 15.00-17.00 di Kabanjahe.

1

warga GBKP yang belum sepenuhnya mengenal Kristus sebagai penyelamat manusia.
Karena kesaksian dari koordinator seksi PI GBKP runggun ketaren yakni masih banyak

jemaat GBKP yang masih menganut dualisme. Kedua, untuk memberitakan Injil dan
memperkenalkan Kristus sebagai juruselamat manusia kepada orang-orang yang belum
mengenal Kristus dan tidak menutup kemungkinan membawa mereka masuk ke dalam
persekutuan.2
Dengan sedikit pernyataan diatas maka saya sebagai penyaji ingin mengkaji bagaimana
sebenarnya PI sebagai salah satu wujud dari misi yang dilakukan GBKP runggun Ketaren
dalam menyikapi kepercayaan atau kebudayaan yang lain. Adapun rumusan masalah yang
saya ajukan adalah:
1. Apakah program Pekabaran Injil baik ke dalam dan keluar yang dilakukan GBKP
runggun ketaren adalah sebagai salah satu wujud misi gereja GBKP?
2. Bagaimana seharusnya sikap GBKP dalam mewujudkan misinya melalui PI melihat
realitas bahwa masyarakat Tanah Karo terlebih dahulu memiliki kepercayaan nonKristen?
3. Bagaimana wujud misi (Pekabaran Injil) yang seharusnya dilakukan Gereja GBKP
ketaren?
III.

Pembahasan

III.1.


Pengertian Pekabaran Injil dan Pengertian Misi

Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evanglisasi atau
evanglisme, merupakan salah satu bentuk misi gereja.3 Kata injil yang berasal dari bahasa
Yunani eungggelion yang berarti ”berita baik”, kata kerja eunggelizomai berarti
mewartakan.4 Jadi secara harafiah penginjilan dapat diartikan sebagai mewartakan berita
baik.
Sedangkan kata misi berasal dari bahasa Latin missio yang berarti perutusan. Misi
mencakup hal-hal yang merupakan hasil pemberitaan. Kata Missio adalah bentuk substantif
dari

kata kerja mittere (mitto, missi, missum). Di dalam vulgata kata mittere

adalah

terjemahan dari kata Yunani pampein dan apostolein yang artinya mengutus. Orang yang
2

Hasil wawancara kepada Udara Sinulingga, Beliau merupakan koordinator seksi PI ke dalam dan
Keluar GBKP Runggun Ketaren. Wawancara dilakukan pada 23-08-2017, pkl. 15.00-17.00 di Kabanjahe.

3
Kees de Jong, Pekabaran Injil dalam Konteks Masyarakat Multikultural Pluralistik,(Yogyakarta:
TPK, 2010), 335.
4
Kees de Jong, Pekabaran Injil dalam Konteks Masyarakat Multikultural Pluralistik, 336.

2

diutus diterjemahkan dari kata Yunani apostolos, sedangkan tugas yang mereka laksanakan
disebut mission, sebagai terjemahan dari kata Yunani apostole. Kata apostolate atau
kerasulan dipakai untuk menunjuk kegiatan pastoral umum, sedangkan kata misi atau
perutusan untuk kegiatan penyebaran iman.5
III.1.1. Apakah misi itu adalah penginjilan atau sebaliknya?
Perbedaan dalam memahami makna misi dan penginjilan telah lama terjadi diantara
gereja-gereja dan lembaga Kristen dari dulu hingga sekarang bahkan perbedaan dalam
memahami misi dan penginjilan juga merambat ke banyak anggota jemaat setiap gereja. Bagi
gereja Katolik dan kaum Eukumenikal, misi merupakan tugas keseluruhan perutusan gereja
dan penginjilan adalah bagian dari misi. Sedangkan bagi kaum Evanglikan, penginjilan
merupakan misi utama untuk menyatakan bahwa Yesus sebagai juruselamat dunia,
penyelamatan jiwa-jiwa dan pertumbuhan gereja. Artinya, pemahaman besar orang kristen

menganggap misi utama gereja hanyalah penginjilan. Macam-macam tafsiran terhadap istilah
misi telah terbukti mempengaruhi pelaksanaan tugas misioner gereja di dalam dunia dan turut
menentukan tingkah laku gereja menjalankan tugas perutusan seperti yang ditunjukkan
Kristus.6
Donal Dorr menyebutkan bahwa ada dua tujuan dari penginjilan. Pertama, penginjilan
bertujuan untuk membangun gereja baik aspek komunitasnya dan institusinya. Kedua,
mempromosikan Kerajaan Allah melalui kesaksian nilai-nilai kekristenan. 7 Lebih jelasnya
menurut David J Bosch, misi dan penginjilan tidaklah sinonim, tetapi tidak terpisahkan dan
terjalin dengan sangat erat dalam teologi dan praksis. Bagi Bosch, misi adalah gereja yang
diutus kedalam dunia, untuk mengasihi, melayani, memberitakan, mengajar, menyembuhkan
dan membebaskan. Sedangkan penginjilan adalah bagian yang integral dari misi.8 Penginjilan
dapat dipandang sebagai dimensi yang hakiki dari seluruh kegiatan gereja. Artinya,
penginjilan tidak dapat berdiri sendiri, terpisah dari bagian lainnya dari kehidupan dan
pelayanan gereja. Bosch juga menambahkan penginjilan harus dipahami dalam pengertian
sifatnya yakni sebagai usaha untuk meneruskan kabar baik kasih Allah di dalam Kristus yang
mentransformasikan kehidupan, memberitakan, melalui kata dan tindakan bahwa Kristus
telah membebaskan manusia, bukan upaya untuk kristenisasi.9
III.2.

Pekabaran Injil Sebagai Salah Satu Misi GBKP


5

Edmund Woga, Dasar-dasar Misiologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 13-14
Edmun Woga, Dasar-dasar Misiologi., 13.
7
Donal Dorr, Mission In Today’s World, (Dublin: The Columba Press, 2004), 82.
8
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 631.
9
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen., 632-633.
6

3

III.2.1. Persiapan Menuju Jemaat Misioner
Periode ini diawali dari kegiatan Jubelium 100 tahun GBKP. Dalam kegiatan Jubelium
tersebut GBKP menetapkan untuk lebih memperisapkan diri menghadapi tantangan masa
depan. Dengan kesadaran apa yang akan menjadi tantangan gereja menjelang abad ke-21
dengan terjadinya perubahan nilai-nilai sebagai dampak pembangunan dan mobilitas

masyarakat. GBKP memanfaatkan Jubelium tersebut sebagai media penjemaatan pemahaman
jemaat misioner dengan memotivasi warganya agar berperan serta sadar dan aktif dalam
seluruh kegiatan pelayanan dan kesaksian GBKP.10
III.2.2. Konsep Misi
Pegertian misi tidak ada disebutkan secara rinci dalam Tata Gereja GBKP, tetapi konsep
misi dapat kita lihat dalam Tata Gereja khususnya tentang gereja, yaitu “gereja haruslah
menyaksikan pola hidup Yesus, agar kerajaan Allah terwujud di dunia ini”. Semua anggota
persekutuan yang adalah manusia baru berperan dan mendapat bagian dalam kesaksian,
persekutuan dan pelayanan gereja sebagai wujud dari jemaat yang misioner di bawah
koordinasi dan arahan dari para pelayan khusus: Pendeta, Penatua, dan Diaken.11
Secara umum, konsep PI yang dibuat oleh Moderamen GBKP pada Tata Gereja GBKP
tahun 2005-2015 dengan Tata Gereja GBKP tahun 2015-2025 adalah sama. Namun, ada
penambahan satu poin tentang konsep PI pada Tata Gereja GBKP tahun 2015-2025. Adapun
konsep PI yang dibuat GBKP adalah:
 Mengadakan PI keluar kepada seluruh manusia yang belum mengenal Kristus.
 Mengadakan PI kedalam sesuai dengan ajaran GBKP dan disetujui oleh Majelis
Jemaat, Klasis, Moderamen sesuai dengan wilayah pelayanannya.
 Memobilisasi seluruh warga jemaat agar kita ikut bertanggungjawab dalam tugas
PI melalui doa, daya, dana maupun perilaku kristiani dalam kehidupan seharihari.
 Mempersiapkan warga jemaat menjadi warga jemaat yang missioner.

 Mengadakan dan mengembangkan sarana PI
10

Panitia Jubelium 100 tahun GBKP, Ini Aku Utuslah Aku, (Medan: Sekretariat Panitia Jubelium
GBKP 1990), 5
11
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015, (Kabanjahe: Abdi Karya, 2005), 130. Bdk
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025,(Kabanjahe: Abdi Karya, 2015) 89. Konsep Misi pada Tata
Gereja GBKP 2015-2025 adalah PI adalah bagian dari misi GBKP untuk menyatakan kebenaran, keadilan dan
damai sejahtera Allah kepada dunia.

4

 Pengembangan wisata rohani
 Mengadakan dialog antar iman (poin inilah yang ditambah pada konsep misi
dalam Tata Gereja GBKP tahun 2015-2025)12
III.3.

Pekabaran Injil runggun Ketaren (Hasil Penelitian)


GBKP runggun Ketaren adalah bagian dari misi dari GBKP dimana salah satu misi
GBKP yakni mempersiapkan jemaat menjadi jemaat yang misioner. Dengan demikian GBKP
runggun Ketaren juga bagian dari wujud misi GBKP yang misioner. Dimana GBKP runggun
Ketaren telah lama melakukan misi dalam perwujudan gereja yang missioner. Namun disini
saya hanya membahas misi GBKP dalam jangka waktu 10 tahun belakangan ini yang telah
melakukan kegiatan sebagai upaya mewujudkan misi GBKP sebagai GBKP yang misioner.
Adapun tujuan PI yang dilakukan GBKP runggun Ketaren adalah sebagai berikut:
 Menjalankan dan mempererat tiga tugas gereja.
 Memberitakan Injil yang bertujuan untuk memperdalam iman jemaat yang masih
menganut dualisme agar mereka meninggalkan kepercayaan mereka selain
kepercayaan Kristen
 Dengan harapan akan ada jemaat yang bertobat dari dualisme dan jemaat tersebut
dapat memberikan contoh kepada masyarakat sekitarnya. Artinya, menjadikan
semua warga jemaat yang misioner.13
III.3.1. Gambaran 10 tahun terakhir Pekabaran Injil yang dilakukan GBKP runggun
Ketaren
a. Pekabaran Injil ke desa Sirumbia (2004-2007), PI ke desa Bekerah Simacem (20082010), dan PI ke desa Kuta Tonggal(2011-2012).14
Menurut koordinator seksi PI GBKP runggun Ketaren, PI yang dilaksanakan ke desa
Sirumbia, Bekerah Simacem, dan ke desa Kuta Tonggal merupakan upaya untuk
melaksanakan tujuan PI seperti yang tertera pada tujuan PI GBKP runggun Ketaren diatas


12

Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015. Bdk Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP
2015-2025, 90.
13
Wawancara kepada Udara Sinulingga, Beliau merupakan kordinator seksi PI ke dalam dan Keluar
GBKP Runggun Ketaren. Wawancara dilakukan pada 23-08-2017. Pk. 15.00-17.00 di Kabanjahe.
14
Wawancara kepada Udara Sinulingga, Beliau merupakan kordinator seksi PI ke dalam dan Keluar
GBKP Runggun Ketaren. Wawancara dilakukan pada 23-08-2017. Pk. 15.00-17.00 di Kabanjahe.

5

dengan metode yang sama. Namun ada perbedaan metode yang dilakukan GBKP Ketaren
melaksanakan PI ke Kuta Mbelin yang akan saya bahas setelah ini.
Adapun metode PI yang dilaksanakan di desa Sirumbia, Bekerah Simacem, dan Kuta
Tonggal adalah memperoleh ijin dari setiap kepala desa di desa masing-masing, setelah itu
melakukan pendekatan kepada jemaat GBKP dan non GBKP melalui acara olah raga, makan
bersama di jambur dan melakukan dialog. Menurut koordinator seksi PI GBKP Ketaren,

dialog dilakukan setelah ada pendekatan dimana tujuan dialog adalah menjelaskan tentang isi
Alkitab bagi jemaat GBKP yang masih menganut dualisme dan jemaat non Kristen. Dimana
ada penjelasan dari Alkitab bahwa Tuhan tidak mau di duakan, dan Tuhan (Kristen yang ada
di Alkitab) adalah Tuhan yang sesungguhnya. Tidak hanya itu tim PI juga mengunjungi
warga ke rumah-rumah. Ini dilaksanakan setiap minggunya olehtim PI GBKP runggun
Ketaren yang dibantu oleh penatua dan diaken GBKP serta Tim Doa runggun Ketaren yang
bergantian setiap minggunya mengunjungi daerah PI. Demikianlah kegiatan PI yang
dilakukan tim PI GBKP runggun Ketaren ke daerah PI yang dilaksanakannya.
Pengakuan dari koordinator tim PI GBKP Ketaren, bahwa PI yang dilakukan lumayan
efektif dengan metode pendekatan, dialog sekaligus PA karena tim PI berhasil melakukan
misinya kepada jemaat yang masih menganut dualisme dan membawa jiwa baru. Ini
diungkapkan karena tidak sedikit jemaat GBKP dan non GBKP mengundang tim PI ke rumah
mereka dan meminta kepada tim PI agar mereka dilepaskan dari kepercayaan mereka
(Pemena) dan pada saat pelepasan yang dimaksud adalah dimana warga mengundang tim PI
dan mereka menyerahkan berbagai ‘media” penyembahan mereka sebelumnya seperti pisau,
jeruk purut, berbagai jenis bunga dsb. Maka tim PI mendoakan dan membakar semua media
warga sebelumnya dan melakukan pembatisan untuk menjadi Kristen. Upaya terakhir yang
dilakukan GBKP Ketaren adalah membatu pembangunan fasilitas gereja GBKP di setiap desa
kunjungan PI.
b. Pekabaran Injil ke Desa Kuta Mbelin 2013.15
PI yang dilakukan ke desa Kuta Mbelin ini pada umumnya sama dengan PI yang
dilakukan ke 3 desa sebelumnya. Namun, ada hal yang menarik yang mungkin sedikit
berbeda dengan metode yang dilakukan sebelumnya. PI yang dilakukan di desa ini
melakukan pendekatan melalui pengobatan massal gratis, tim PI hadir bersama beberap
15
Wawancara kepada Udara Sinulingga, Beliau merupakan kordinator seksi PI ke dalam dan Keluar
GBKP Runggun Ketaren. Wawancara dilakukan pada 23-08-2017. Pk. 15.00-17.00 di Kabanjahe.

6

dokter dan melakukan pengobatan gratis kepada seluruh warga desa. Setelah itu tim PI
mengadakan kebaktian di jambur dan tim PI mengundang seluruh penduduk desa bagi siapa
saja yang mau. Pada saat selesai kebaktian, ada sebuah ajakan kepada penduduk, ajakan
tersebut menjelaskan bahwa jika ada warga yang mau menyerahkan dirinya kepada Tuhan
maka tim PI akan mengunjungi, mendoakan dan mengadakan PA kepada orang yang mau.
Artinya, tidak seperti sebelumnya bahwa tim PI langsung mengambil inisiatif mengunjungi
setiap rumah tangga setelah mendapat ijin dari Kepala Desa.
Adapun pengakuan dari tim PI GBKP runggun Ketaren bahwa hasil untuk membawa
warga menjadi anggota gereja lebih sedikit dari pada hasil sebelumnya. Alasan yang saya
dapatkan adalah, karena waktu PI yang singkat, dan tidak ada kunjungan langsung tim PI ke
setiap rumah tangga.
III.3.2. Gambaran Desa Sasaran PI GBKP (Hasil Penelitian)
Sebagaimana yang telah saya tuliskan diatas bahwa GBKP Ketaren melakukan dalam 10
tahun terakhir PI ke 4 desa, yakni Sirumbia, Bekerah Simacem, Kuta Tonggal, dan Kuta
Mbelin. Dari keempat desa tersebut saya hanya melakukan penelitian (wawancara) kepada
warga desa Sirumbia dan tidak melakukan wawancara kepada warga desa yang lainnya,
karena informasi yang saya dapat, bahwa warga desa Bekerah, Kuta Tonggal dan Kuta
Tengah sudah dipindahkan sebagian ke Siosar, dan beberapa masih mengungsi di beberapa
daerah di Tanah Karo karena desa mereka masuk ke dalam zona merah akibat erupsi
Sinabung.
Dari hasil wawancara saya kepada Bapak Julius Pandia dan Bapak Arijona Sitepu,
mereka mengatakan bahwa sebelum masuknya agama Kristen, penduduk desa Sirumbia
sudah memiliki kepercayaan, yakni Pemena (Narasumber menyebutnya dengan Perbegu,
begu=setan, perbegu, pengikut setan). Pengakuan dari Bpk. Julius dia masih sempat
menganut Pemena sebelum masuk Kristen. Beliau bercerita banyak hal mengenai Pemena,
misalnya, beliau mengakui bahwa Pemena tidak memiliki rumah ibadah seperti gereja.
Melakukan praktek-praktek kepercayaan mereka seperti, memiliki kostum untuk melakukan
ritual, melakukan ritual erpangir ku lau, ngelebuh wari udan, rembah kulau, mbere nakan
page, ngulihi tendi dsb. Beliau mengatakan bahwa semua ritual tersebut dulunya memiliki
arti bagi warga Pemena. Pengakuan dari kedua narasumber, sejak munculnya Kristen, maka
ritual yang dulunya dilakukan semakin berkurang bahkan hampir punah, karena sudah sekian
lama warga desa tidak melakukan hal demikian secara beramai-ramai, terbuka seperti dulu,
7

meskipun menurut beliau masih ada satu-dua orang yang masih menganut Pemena. Namun,
dalam wawancara saya, saya tidak menemukan penyesalan kedua narasumber, ketika mereka
mengatakan ada kemungkinan bahwa tradisi yang sudah sekian lama mereka hidupi dapat
punah.16
Dari hasil wawancara, saya memiliki dua asumsi mengenai pengaruh Kristen terhadap
Pemena. Pertama, kehadiran Kristen membuat penganut Pemena merasa malu, sehingga mau
tidak mau memilih masuk agama (Samawi), karena perspektif tentang penganut pemena
adalah perbegu. Asumsi ini saya dasari ketika narasumber saya mengatakan bahwa praktek
ritual yang agama Pemena sudah lama tidak dilakukan secara beramai-ramai dan terbuka
seperti dulu. Jadi ada kesan bahwa memang masih ada warga Sirumbia yang ‘selamat’, yang
masih menjaga warisan leluhurnya, namun tidak berani melakukan ritual secara terbuka,
mungkin takut dihakimi sesat atau apalah. Sehingga wajar saja jika GBKP menemukan
jemaatnya masih menganut dualisme, karena memang mereka masuk ke gereja karena merasa
malu memiliki identitas “perbegu”. Kedua, saya tidak begitu paham bagaimana para penginjil
(misionaris) dapat begitu mudah mengubah paradigma orang Karo mengenai warisan leluhur,
keyakinan, kepercayaan, bahkan hidup mereka. Sehingga mereka (orang Karo) tidak sama
sekali khawatir akan punahnya warisan leluhur mereka.
III.4.

Analisa PI yang dilakukan GBKP runggun Ketaren

Penginjilan menjadi salah satu program pelayanan utama GBKP untuk mengabarkan Injil
kepada masyarakat Karo. Pekabaran Injil atau evanglisasi didukung oleh kegiatan diakonia
social, sehingga masyarakat tertarik terhadap pola pelayanan GBKP.17
Dalam Tata Gereja GBKP pada bagian hakekat kegiatan bidang Marturia poin pertama
yakni “Mengadakan PI keluar kepada seluruh manusia yang belum mengenal
Kristus”.18 Juga merupakan poin pertama dalam program kerja bidang marturia yang
dilakukan GBKP runggun ketaren 19

16

Wawancara Kepada Bapak Arijona Siteepu dan Bapak Julius Pandia. Wawancara dilakukan pada
hari selasa 29-08-2017, pk. 10.20-11.10 di Kantor Kepala Desa Sirumbia.
17
P. Sinuraya, Bunga Rampai Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), (Medan:TBK Merga
Silima,2004), 44
18
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015, (Kabanjahe:Abdi Karya, 2005), 48. Dalam Tata
Gereja GBKP tahun 2015-2025 juga mempunyai poin sama yakni bagian hakekat kegiatan bidang Marturia poin
pertama yakni mengadakan PI keluar kepada seluruh manusia yang belum mengenal Kristus. Lih. Moderamen
GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025, (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015), 90.
19
Lih. GBKP Runggun Ketaren, Musyawarah Anggota Sidi Jemaat, (Kabanjahe: GBKP Ketaren,
2013), 51.

8

Dari pernyataan hakekat diatas dapat diketahui bahwa GBKP baik itu GBKP Ketaren
pada masa kini masih tetap berfokus untuk mengadakan PI kepada manusia yang belum
mengenal Kristus, meskipun tidak dijelaskan siapa mereka yang belum mengenal Kristus
tersebut, apakah umat beragama lain atau orang yang tidak beragama atau orang yang belum
pernah mendengar tentang Injil. Pelaksanaan program PI semakin dipertegas lagi dalam Garis
Besar Pelayanan GBKP (GBP) dimana disebutkan “Penginjilan adalah sebuah program yang
utama dalam keberadaan GBKP. Penginjilan amat penting karena menunjukkan kasih Allah
kepada dunia (Yoh. 3:16). Oleh sebab itu maka program penginjilan harus dikembangkan
sebagai wujud kesetiaan kepada Allah Bapa sebagai pemilik gereja sehingga berita
keselamatan harus diberitakan kepada semua orang (Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15, Kis. 1:8).
Gereja atau semua orang berkewajiban untuk memberitakan Injil sehingga perwujudan
berlaku sebagai tubuh Kristus dapat dinyatakan melalui program ini. Melihat rendahnya
baptisan dewasa ini dari hasil penginjilan sesuai dengan hasil penelitian GBP, maka ini
menjadi perhatian serius bagi GBKP ke depan untuk merubah dan mencari bentuk
penginjilan yang tepat untuk perkembangan zaman ini.20 GBP GBKP tahun 2015-2025 juga
menyebutkan bahwa penginjilan harus menjadi hidup GBKP dan Injil harus kepada seluruh
umat manusia dimana pun mereka berada. Dijelaskan juga bahwa sifat pekabaran Injil juga
harus dilakukan dengan bijak dalam arti tidak memiliki potensi konflik karena negara yang
masyarakatnya memiliki keimanan majemuk.21
III.4.1. Menjadi Gereja Misioner dan Kontekstual
Kedua pernyataan diatas (Tata Gereja dan GBP GBKP) yakni adanya kekhawatiran atas
rendahnya jumlah baptisan di GBKP (GBP 2005-2010) dan GBP tahun 2015-2025 dijelaskan
agar PI dilakukan dengan bijak di tengah kemajemukan untuk mengantisipasi konflik di
tengah kemajemukan. Ini menunjukkan bahwa ada kesan bahwa GBKP mengadakan
penginjilan sebagai upaya untuk menambah jumlah anggota jemaat. Pernyataan tersebut juga
menunjukkan GBKP dalam memahami makna misi serta jemaat misioner hanya dikaitkan
dengan tugas penginjilan saja. Widi Artanto menyatakan bahwa “masalah yang lebih serius
adalah ketika gereja misioner dipahami dalam pengertian lama yang diwarisi dari masa lalu
tanpa keinginan untuk mempertanyakan dan mengkaji ulang secara kontekstual”. 22 Berangkat
dari pendapat Widi, maka mengkritik GBKP khususnya GBKP Ketaren yang belum
20
21

Moderamen GBKP, Garis Besar Pelayanan GBKP 2005-2015, (Kabanjahe: Abdi Karya 2005), 68.
Moderamen GBKP, Garis Besar Pelayanan GBKP 2015-2025, (Kabanjahe: Abdi Karya 2015), 24-

25.
22

Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia, (Yogyakarta: TPK, 2008), 1.

9

sepenuhnya mengkaji ulang secara kontekstual, karena PI yang dilakukan dalam beberapa
desa adalah upaya untuk membubarkan dan menunjukkan kepada orang bahwa GBKP
(Kristenlah yang paling benar). Karena menurut Emanuel Gerrit Singgih tujuan
konteksualisasi bukan untuk memecah dan memisahkan kepercayaan satu dengan yang lain
tetapi kontekstualisasi merupakan suatu upaya untuk menghargai kepribadian setiap
kepercayaan, belajar dari kekayaan masing-masing satu dengan yang lain dan tidak
memaksakan unsur-unsur kebudayaan sendiri sebagai kebenaran yang harus diterima. 23 Gerrit
juga menambahkan bahwa gereja yang kontekstual adalah gereja yang berangkat dalam
situasi kepelbagaian agama. Bagaimana gereja melakukan kebijaksanaan dalam menghadapi
konteks interaksi antar agama-agama. Dimana sikap gereja harus membangun sikap
presensia dan berdialog. Gereja harus hadir di tengah-tengah dunia ini dan berdialog dengan
agama lain. Namun dialog bukan bertujuan untuk membubarkan agama lain dengan jalan
memperlihatkan kepadanya keunggulan agama kita sendiri. Dimana sikap dialog adalah
usaha mencari kebenaran yang penuh dengan berdasarkan pengakuan bahwa apa yang kita
yakini sebagai kebenaran, belum merupakan kebenaran yang penuh.24 Dimana gereja harus
mampu berinteraksi dengan agama lain, baik dalam dialog maupun tindakan yang nyata
seperti di dalam teks Mat.22:37-40.
III.4.2. Penginjilan Bukan Sebagai Kristenisasi
Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa, tidaklah dapat dibenarkan memasukkan
seseorang ke agama Kristen, tetapi yang dibenarkan adalah saling memperkenalkan
penghayatan rohani masing-masing, saling membantu dan mengatasi konflik bersama. Ia
lebih menekankan agar umat beragama termasuk gereja harus menghormati identitas masingmasing kepercayaan. Jika hal ini dilakukan maka Magnis Suseno mengatakan akan terjadi
keharmoniasan antar masyarakat.25 Untuk itu Magnis Suseno mengatakan bahwa hendaklah
kita berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat tanpa pamrih, bukan untuk mendapatkan
nama atau pengaruh, melainkan kita merupakan bagian masyarakat dan bersatu dengan
seluruh masyarakat untuk kesejahteraan bersama.26
Menurut Sahat Lumbantobing, menjadi Kristen tidaklah identik dengan murid Kristus,
juga sebaliknya. Karena bagi Sahat, disebut dengan murid Kristus berarti melakukan apa
23

Emmanuel Gerrit Singgih, Berteologi Dalam Konteks, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 25.
Emmanuel Gerrit Singgih, Mengantisipasi Masa Depan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2005), 57.
25
Franz Magnis Suseno, Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk, (Jakarta: Obor,2004),
24

59
26

Franz Magnis Suseno, Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk, 58.

10

yang dilakukan Kristus dalam membangun relasi dengan Allah dan relasi dengan sesama
manusia. Jadi jika tujuan penginjilan juga adalah untuk memuridkan berarti Injil tidak harus
menarik orang lain masuk ke dalam identitas tertentu (Kristen misalnya) tetapi mengajak
manusia untuk berberbuat atau melakukan apa yang dilakukan Kristus. Cara yang terbaik
yang bisa kita lakukan untuk menarik orang-orang kepada Yesus Kristus adalah dengan hidup
seperti Yesus Kristus. Hal tersebut menjadi bukti bahwa Gereja dalam memberitakan Kristus
tidak punya pilihan lain selain life for the others (hidup untuk orang lain).27 Hidup untuk
orang lain mengisyaratkan hidup seperti Yesus, yang melayani secara holistik yang
menyangkut segala aspek kehidupan manusia.
IV.

Kajian Etis Teologis

Matius 28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Rohkudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”

Pemahaman misi berakar dari teks Matius 28:19-20, yakni pergilah, jadikananlah murid,
dan baptislah dimana kalimat ini dimengerti sebagai kalimat perintah untuk menjadi
misionaris yang bertujuan untuk mengkristenkan semua bangsa. Implikasinya gereja dan
agen-agen misi Kristen melaksanakan misi dengan mengirimkan misionaris sebagai usaha
utama yang masih kafir atau menyembah berhala. 28 Pemahaman misi merupakan pemahaman
misi model lama yang dimana kata pergilah dipahami sebagai Kyrios, yakni instruksi dari
Tuhan kepada manusia untuk pergi menjadikan semua bangsa muridku serta penjelasan
tentang instruksi yang harus dilaksanakan, yakni pergi untuk menjadikan murid dan
membaptis.29 Namun kata pergilah memiliki sikap untuk bersiap dengan moral kedidupan
para murid. Sikap ini yang tersermin dan diterapkan oleh murid Yesus kepada orang lain
yakni dengan merefleksikan nilai-nilai moralitas dan spritualitas yang telah diajarkan Yesus.
Kata matheteusate berasal dari kata kerja matheteuo yang artinya untuk menjadikan
murid. Yesus ingin para murid menjadikan oralang lain menjadi murid dalam arti bagaimana
seseorang mampu berkomitmen untuk melakukan apa yang telah dikatakan Yesus dalam

27

Sahat Lumbantobing, Teologi Methodist Di Indonesia, Memetakan Ulang Teologi Misi
Trasnformatif GMI, dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis STT GMI keXXXIV 2017 (STT GMI Bandar Baru,
20017), 5-6.
28
Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner., 88.
29
Josef Tson, Suferinn and Marttyrdom, (New York: Grand Rapids, 1999), 181.

11

pengajaranNya. Dengan kata lain bahwa murid Yesus disuruh pergilah dalam arti mengikuti
“jalan” Yesus.30
Kata baptizontes berasal dari kata kerja nominatif jamak maskulin yang berasal dari kata
bapto yang berarti mencelupkan untuk menyucikan. 31 Dalam Yehezkiel 36:25-26 kata baptis
menggambarkan penyucian diri terhadapa Allah untuk pembaharuan hidup dalam konteks
kehidupan mereka, jadi baptisan bukan berarti memberi jaminan keselamatan.32
Perintah membaptis belum tentu mengimplikasikan keanggotaan gereja dan belum tentu
juga dijadiikan patokan bahwa seorang evangelis gagal kalau ada orang yang belum dijadikan
anggota gereja. Dengan demikian jelas bahwa “Baptiskanlah” tidak identik dengan
Kristenisasi. Bukan maksudnya agar praktek baptisan seperti yang dilakukan gereja-gereja
sekarang supaya dihentikan. Tetapi agar kita merenungkan kembali makna Baptizontes.33
Dimana makana baptis itu mencakup hidup sesuai dengan dengan norma-norma seperti
pengajaran Yesus. Yakni, hidup dalam mewujudkan nilai-nilai—mendatangkan—kerajaan
Allah.
V.

Kesimpulan

Setelah membahas mengenai Penginjilan yang dilakukan GBKP Ketaren diatas, saya
menyimpulkan bahwa semangat gereja yang misioner harus ditinjau kembali, upaya
penginjilan juga harus kontekstual. Dimana dalam rangka melaksanakan program PI tujuan
utama adalah memberitakan Injil yakni kabar baik, jadi Injil bukan bertujuan menjadikan
orang lain Kristen dan untuk meruntuhkan atau membubarkan kepercayaan lain tetapi
pengertian Injil harus di kaji ulang, apa itu kabar baik? Kabar baik bagi orang lapar adalah
mendapatkan makan, kabar baik bagi orang lumpuh adalah kesembuhan. Artinya Injil (kabar
baik) itu diterjemahkan dalam perbuatan-perbuatan. Dimana gereja dalam penginjilannya
dapat dirasakan kehadirannya bagi semua umat manuisa melalui perbuatan-perbuatan gereja
yang direfleksikan melalui kehidupan Yesus sebagai kepala gereja, yakni melayani orangorang yang lemah.

30

Gerhard Kittel, Theological Dictionary of the Testament Vol IV, (Michinan: Grand
Rapids, 1981), 407
31
Harold K. Moulton, The Analytical Greek Lexicon, (Michinan, 1978), 65
32
J.A. Motyer, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: YKBK, 2002), 159
33
Emanuel Gerrit Sinnnih, Berteologi dalam konteks., 152

12

Daftar Pustaka
.
Artanto, Widi., Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia, Yogyakarta: TPK, 2008.
Bosch, David J.,. Transformasi Misi Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009.
De Jong, Kess., Pekabaran Injil dalam Konteks Masyarakat Multikultural Pluralistik,
Yogyakarta: TPK, 2010.
Dorr, Donal., Mission In Today’s World, Dublin: The Columba Press, 2004.
Kittel, Gerhard., Theological Dictionary of the Testament Vol IV, Michigan: Grand Rapids,
1981.
Motyer, J.A., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jakarta: YKBK, 2002.
Singgih, Emmanuel Gerrit., Berteologi Dalam Konteks, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Singgih, Emmanuel Gerrit., Mengantisipasi Masa Depan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005
Sinuraya, P., Bunga Rampai Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Medan:TBK
Merga Silima, 2004.
Suseno, Franz Magnis., Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk, Jakarta:
Obor, 2004.
13

Tson, Josef., Suffering and Marttyrdom, New York: Grand Rapids, 1999.
Woga, Edmund., Dasar-dasar Misiologi, Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Sumber lain
GBKP Runggun Ketaren., Musyawarah Anggota Sidi Jemaat, Kabanjahe: GBKP Ketaren.
2013
Lumbantobing. Sahat., Teologi Methodist Di Indonesia, Memetakan Ulang Teologi Misi
Trasnformatif GMI, dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis STT GMI keXXXIV 2017. STT GMI
Bandar Baru. 2017
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2005-2015, Kabanjahe: Abdi Karya. 2005
Moderamen GBKP., Garis Besar Pelayanan GBKP 2005-2015, Kabanjahe: Abdi Karya.
2005
Panitia Jubelium 100 tahun GBKP., Ini Aku Utuslah Aku, Medan: Sekretariat Panitia
Jubelium GBKP. 1990
Wawancara
Kepada Kepala Desa Sirumbia, Bapak Arijona Sitepu.
Kepada Koordinator Seksi PI GBKP runggun Ketaren, Bapak Udara Sinulingga.
Kepada Warga desa Sirumbia, Bapak Julius Pandia.

14