PENGENALAN TANAMAN PENTING DATARAN RENDA (2)

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah

LAPORAN PRATIKUM

oleh :
Golongan H / Kelompok 5
1.

Frengky Dian Permana

(151510601101)

2.

Dian Lutfiah

(151510601006)

3.

Ganang Anggarata


(151510601299)

4.

Indah Dwi U

(151510601036)

5.

Moch. Hafezd As’ad

(151510601072)

6.

Nelli Dwi S.

(151510601031)


7.

Rahmawati Wibi S

(151510601129)

8.
9.

Ryan Fineli W.

(151510601035)

Sidiq Aryo W.

(151510601093)

10. Silvia Mar’atus S.


(151510601022)

11. Ulya Latifah

(151510601068)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER

2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai Negara agraris memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi. Keanekaragaman hayati di Indonesia ditandai dengan banyaknya jenisjenis tanaman yang tersebar di seluruh Indonesia. Keanekaragaman hayati yang
tinggi ini membuat Indonesia menjadikan pertanian sebagai sektor utama dalam
perekonomian. Petani di Indonesia mampu menanam bermacam-macam tanaman
yang berpotensi besar untuk bisnis pertanian.

Meskipun demikian, penanaman tanaman tetap harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah lingkungan atau
habitat hidup. Habitat tanaman merupakan faktor utama keberlangsungan hidup
tanaman. Habitat yang tidak sesuai akan menyebabkan tanaman menjadi layu
hingga tidak dapat bertahan hidup (mati).
Habitat suatu tanaman bergantung pada topografi atau letak tempat
ketinggian penanaman dimana letak topografi ini akan mempengaruhi keadaan
iklim mikro, suku, intensitas cahaya, dan kondisi solum tanah. Selain itu topografi
tanaman juga dapat berpengaruh pada jenis tanaman yang hidup pada suatu
daerah, taksonomi tanaman, anatomi tanaman dan juga mofologi tanaman.
Tanaman yang hidup di daerah dataran rendah akan kesulitan beradaptasi di
daerah dataran tinggi, sebaliknya tanaman yang hidup di dataran tinggi sulit hidup
di dataran rendah terkecuali jika dilakukan rekayasa lingkungan terhadap tanaman
yang ingin di tanam tadi.
Faktor Eksternal dari lingkungan sangat mempengaruhi proses fisiologi di
dalam tubuh tumbuhan. Salah satu faktor eksternal tersebut adalah iklim mikro.
Berdasarkan daerahnya iklim mikro terbagi atas 4 daerah yang meliputi daerah
tropis/panas, daerah sedang, daerah sejuk dan daerah dingi. Daerah panas/tropis
merupakan daerah yang terletak pada ketinggian 0 sampai 600 meter diatas

permukaan air laut dan berada pada suhu kisaran 26,3oC – 22oC, tanaman yang
dapat tumbuh pada daerah ini adalah padi, jagung, tebu, karet, kelapa, dan coklat.

Daerah Sedang merupakan daerah yang terletak pada ketinggian 600 sampai 1500
meter diatas permukaan air laut dan berada pada suhu kisaran 22 oC – 17,2oC,
tanaman yang dapat tumbuh pada daerah ini adalah padi, tembakau, the, kopi,
coklat, kina, dan sayur-sayuran. Daerah Sejuk merupakan daerah yang terketak
pada ketinggian 1500 sampai 2500 meter diatas permukaan air laut dan berada
pada suhu kisaran 17,2oC – 11,1oC, tanaman yang dapat tumbuh pada daerah ini
adalah kopi\, the, kina, dan sayur-sayuran. Sedangkan Daerah Dingin merupakan
daerah yang berada pada ketinggian diatas 2500 meter diatas permukaan air laut
dan dengan kisaran suhu dibawah 11,1oC, pada daerah ini tidak ada tanaman yang
dapat tumbuh karena suhu yang sangat ektrim. Oleh karena itu pratikum
dilakukan agar dapat mengenali apa saja tanaman penting yang berada pada
daerah dataran rendah.
1.2. TUJUAN
Supaya mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman penting
yang berhabitat di daerah dataran rendah serta morfologi dan taksonominya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Triyono (2013), menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan
yang memiliki cakupan luas yang bervariasi, dari yang sempit hingga yang luas,
dari yang datar , berbukit serta bergunung, dimana didalamnya hidup flora, fauna
dan mikrobia yang sangat beranekaragam. Keseluruhan komponen kehidupan
tersebut saling berhubungan dan membentuk sebuah ekosistem. Di dalam suatu
ekosistem selalu terjadi perubahan setiap saatnya. Perubahan yang terjadi
berdampak pada komponen yang ada didalamnya. perubahan di dalam suatu
ekosistem disebabkan oleh beberapa faktor tertentu seperti iklim, lingkungan dan
persebaran hewan dan tanaman.
Persebaran tanaman terjadi karena beberapa faktor. Faktor-faktor
terjadinya penyebaran tanaman meliputi iklim, tanah dan makhluk hidup
disekitarnya. Faktor-faktor tersebut bisa saja lebih dominan daripada yang lain
dalam menentukan sifat-sifat suatu komunitas tertentu, namun ketiganya saling
berhubungan dan tak mungkin bekerja secara sendiri-sendiri (Loveless, 1989).
Setiap jenis tanaman membutuhkan iklim yang berbeda dengan jenis
tanaman lainnya. Hal ini menyebabkan faktor iklim sangat berperan dalam
persebaran suatu tanaman di suatu daerah. Mayasari (2011) menyatakan bahwa
Perubahan iklim memberi dampak terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
Faktor iklim yang perlu diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik agar dapat berproduksi tinggi antara lain adalah suhu, curah hujan

dan sinar matahari. Dalam persebaran tanaman, tanaman yang melalukan
persebaran adalah untuk mencari lingkungan atau habitat baru untuk dihuni.
Habitat adalah area ekologi atau lingkungan yang dihuni oleh spesies
tertentu dari hewan, tumbuhan, atau jenis lain dari organisme. Pant (2013),
menyatakan bahwa Perlindungan habitat bisa menjadi yang paling penting dalam
strategi konservasi in situ (mempertahankan di habitat alaminya). Habitat
merupakan lingkungan alam di mana suatu organisme hidup, atau lingkungan fisik
yang mengelilingi populasi spesies. Suatu Habitat terdiri dari faktor fisik seperti

tanah, kelembaban, kisaran suhu, dan ketersediaan cahaya serta faktor-faktor
biotik seperti ketersediaan makanan dan adanya predator.
Dataran rendah adalah salah satu habitat bagi tanaman untuk tumbuh dan
berkembang. Salah satu daerah di dataran rendah adalah daerah panas/tropos.
Subagyo dalam Wahyu (2013), mengungkapkan bahwa di daerah tropis,
ketinggian tempat tanam memberi pengaruh positif terhadap tinggi tanaman dan
panjang malai. Dataran rendah merupakan tanah yang keadaannya relatif datar
dan luas sampai ketinggian sekitar 200 m dari permukaan laut. Tanah ini biasanya
ditemukan di sekitar pantai, tetapi ada juga yang terletak di pedalaman. Di
Indonesia dataran rendah umumnya hasil sedimentasi sungai. Dataran rendah ini
disebut Dataran Aluvial. Dataran aluvial biasanya berhadapan dengan pantai

landai laut dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya subur, sehingga penduduknya
lebih padat bila dibandingkan dengan daerah pegunungan.
Tanaman yang cocok untuk dataran rendah beraneka ragam.Dengan
berbagai intensitas penggunaan lahan dan sistem budidaya tanaman dataran
rendah contohnya

adalah padi, manga, palem, kakao, jeruk dan beberapa

sayauran yang dapat ditanam di dataran rendah lainnya. Mentimun, bayam,
selada, sawi, labu, kacang panjang dan terong merupakan contoh sayuran yang
dapat dibudidayakan di dataran rendah (Buri, et al., 2011).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan pratikum “Pengenalan Tanaman Penting Daerah
Dataran Rendah” dilaksanakan pada hari Minggu tanggal, 25 oktober 2015,
pukul 07:00 sampai selesai dan bertempat di Agroteknopark Jubung.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1.


Tabel Pengamatan

2.

Alat Tulis

3.

Penggatis

4.

Meja Dada

3.2.2. Bahan
1.

Tanaman yang diamati


3.3 Cara Kerja
1.

Menyiapkan alat dan bahan

2.

Menetapkan objek tanaman yang diamati

3.

Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keerangan bagianbagiannya

4.

Mengisi tabel pengamatan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
N

o
1

Nama
Kedelai

Gambar Hasil Lapangan

Keterangan

a. Akar : Tunggang
b. Batang : Kambium

(membantuk 3-6 cabang)

c. Daun : Menyirip (bercabang
3)

d. Bunga : Sempurna (lengkap
berwarna putih / ungu)

e. Buah : Polong (berisi 50
-100 polong)

f. Biji
2

Iler

: Dikotil (Kuning
kering, berkeping 2, dan
epikotil
a. Akar : Tunggang

b. Batang : Berkayu, 24 cm
c. Daun : Bergerigi, kasar &
berbulu tipis, 3.5 cm

d. Bunga : Berbentuk untaian,
di pucuk tangkai

e. Buah : Buah keras
berbentuk telus

f. Biji

: Dikotil

3

Kemunin
g

a. Akar

: Tunggang

b. Batang : Berkayu keras
c. Daun : Majemuk
d. Bunga : Sempurna
e. Buah : Berbentuk jorong
f. Biji

: Kecil

1.1. PEMBAHASAN
1.1.1. Tanaman Kedelai
Kedelai yang memiliki nama latin Glycine Max (L) Mirrel dan berasal dari
famili Popilionaceae merupakan tanaman yang berasal dari China utara. Orang
Cina menggunakan kacang kedelai sebagai makanan pertama. Sekitar tahun 1100
BC, kacang kedelai telah ditanam di bagian selatan tengah Cina dan dalam waktu
singkat menjadi makanan pokok diet Cina. Kacang kedelai telah diperkenalkan di
Jepang sekitar tahun 100 AD dan meluas ke seluruh negara-negara asia secara
pesat. Kacang kedelai dikenal di Eropa sekitar tahun 1500 AD. Kedelai mulai
masuk ke Indonesia pada abab ke-17.
Kedelai ditinjau dari kepentingan agronominya digunakan sebagai
tanaman pangan. Kedelai merupakan tanaman musiman yang hanya bisa
ditanaman pada musim kemarau. Menurut Sudaryono dalam Yassi (2011),
produktivitas kedelai pada lahan kering di tingkat petani berkisar antara 0,7
ton/hektar sampai 1,0 ton/hektar. Berdasarkan keping bijinya kedelai termasuk
tanaman dikotil dengan perkecambahannya epigeal. Tanaman kedelai termasuk
tanaman C4, artinya dalam pertumbuhannya membutuhkan penyinaran cahaya
matahari. Struktur batang tanaman kedelai ini adalah berkayu. Kedelai merupakan
tanaman yang hanya bisa tumbuh di daerah dataran rendah. Hasil pertanian ini
kedelai berupa polong (biji) dimana kebanyakan hasil panen kedelai diolah
menjadi tahu. Hasil panen dan olahan kedelai dijual di pasar lokal, regional dan

internasional.

Kedelai

dibubidayakan

dengan

metode

generatif

(perkembangbiakan tumbuhan secara kawin atau seksual).
Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai berasal dari
Kingdom

: Plantae

Devisi

: Spermathophyta

Kelas

: Dycotyledone

Ordo

: Fabales / Rosales

Famili

: Popilioneceae

Genus

: Glycine

Species

: Glycine Max (L) Mirrel

Tanaman kedelai yang di kembangkan di agroteknopark Jubung berasal
dari varietas Anjasmara. Cara pembibitan dan penanaman kedelai disana adalah
dengan cara disebar. Pengolahan tanah disana hingga saat ini masih menggunakan
traktor dengan cara di bajak. Sistem penanaman yang dilakukan dengan cara
monokultur atau penanaman tunggal. Cara pemeliharaan kedelai disana mulai dari
pemupukan menggunakan TSP 2 sebanyak 1 kwintal tiap hektarnya, pengairan
lahan sawah menggukanan irigasi sungai dan bantuan pompa, pengendalian
penyakit pada kedelai menggunakan pestisida, pengendalian hama menggunakan
insektisida dan pengendalian gulma dengan cara dibakar.
Kedelai dapat dipanen ketika daun tanamannya sudah menguning dan
mulai rontok. Umumnya tanaman kedelai berumur 80 hari dari awal tanam hingga
pemanenan. Tanaman kedelai dipanen dengan cara disabit / menggunakan sabit.
Setelah panen biasanya kedelai dikeringkan dengan cara dijemur selama 3 hari di
bawah terik matahari. Polong hasil panen kedelai dibersihkan dari tanamannya
menggunakan mesin perontok atau dores. Sebelum dipasarkan oleh petani di
agroteknopark Jubung tanaman kedelai di kemas dalam karung berukuran 50 kg.
Limbah sisa panen kedelai di Agroteknopark Jubung biasanya dimanfaatkan
menjadi pakan ternak dan ada juga sebagian yang dibakar langsung di sawah.
Kehilangan panen yang dialami oleh petani adalah sebanyak 1 sampai 2 kg tiap
kuintalnya. Kedelai dipasarkan di pasar lokal dengan cara pemasaran / tataniaga

pemasaran produsen datang langsung ke tengkulak. Tanaman kedelai biasanya
dihargai rata-rata 6 juta tiap tonnya.
1.1.2. Tanaman Iler
Iler yang memiliki nama latin Coleus Scutellanoides Li dan berasal dari
famili Lalmiaceae. Tanaman Iler banyak ditemukan di daerah sekitar sungai dan
pematang sawah dan tepi jalan pedesaan sebagai tumbuhan liar. Di beberapa
daerah tanaman ini juga dikenal dengan nama Si gresing, Miana, Jawer kotok,
Saru-saru, Ati-ati, Kentangan atau Majana. Sebenarnya naman tumbuhan ini
hanya “Iler” saja, namun karena yang paling sering digunakan adalah daunnya
saja maka orang lebih biasa menyebutnya dengan Daun Iler. Daun Iler
mengandung tanin, lemak, phyosterol, dan sebagainya. Selain itu pada tanaman
iler juga mengandung sedikit lendir. Sehingga dalam pemanfaatannya tanamn iler
banyak digunakan sebagai tanaman obat.
Tanaman iler ditinjau dari kepentingan agronominya digunakan sebagai
tanaman obat. Iler merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh pada musim
kemarau maupun musim penghujan. Berdasarkan keping bijinya iler termasuk
kedalam

tanaman

dikotil

dan

proses

perkecambahannya

dengan

tipe

perkecambahan epigeal. Tanaman Iler termasuk tanaman C3, artinya dalam
pertumbuhannya membutuhkan tempat yang naung atau terhindar dari sinar
matahari. Struktur batang iler ini adalah berkayu. Tanaman Iler merupakan
tanaman yang hanya bisa tumbuh di daerah dataran rendah. Daerah dataran rendah
umumnya temperaturnya panas. Rina, dkk. (2012) menyatakan bahwa Tinggi
tempat (altitude) selalu berkaitan dengan temperatur setempat. Semakin tinggi
tempat di atas permukaan laut, maka semakin sejuk temperaturnya. Dengan
demikian faktor ketinggian selalu berkaitan dengan temperatur. Bagian yang
dipanen pada tumbuhan Iler ini yaitu pada bagian daunnya dimana hasil panen
tanaman iker diolah menjadi obat. Tanaman Iler dibubidayakan dengan metode
stek (potongan atau pisahan dari bagian tumbuhan untuk dibuatkan individu baru
dengan cara di semaikan).
Berdasarkan taksonominya, tanaman Iler berasal dari

Kingdom

: Plantae

Devisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliophyta

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Coleus

Species

: Coleus Scukekkanoides Li

Tanaman iler yang di kembangkan di agroteknopark Jubung berasal dari
malang. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul dan dipupuk. Sistem
penanaman yang dilakukan dengan cara monokultur atau penanaman tunggal.
Cara pemeliharaan iler disana mulai dari pemupukan sebanyak 2 kali perbulan,
pengairan lahan sawah dengan cara springkel tiap hari dan 3 kali perbulan dengan
mesin, pengendalian penyakit menggunakan pestisida, pengendalian hama
menggunakan pestisida ular dan pengendalian gulma dengan cara dicabut.
Tanaman Iler dapat dipanen setiap saat tanpa melihat umur tanamannya.
Cara pemanenan tanam Iler adalah dengan cara dipetik. Tanaman Iler di
Agroteknopark Jubung dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan jarang digunakan
sebagai tanaman obat sehingga tanaman iler disana tidak diolah maupun
dipasarkan.
1.1.3. Tanaman Kemuning
Tanaman Kemuning dengan nama latin Murraya Paniculata yang berasal
dari famili rutaceae merupakan tanaman tropis yang dapat mencapai tinggi 7
meter dan berbunga sepanjang tahun. Kemuning biasanya tumbuh liar di tepi
hutan, semak belukar, pagar pembatas kebun atau ditanam sebagai tanaman hias
di pekarangan rumah. Seperti bunga kenanga dan bunga melati, bunga kemuning
juga sering digunakan sebagai obat tradisional.
Tanaman kemuning ditinjau dari kepentingan agronominya digunakan
sebagai tanaman obat. Kemuning merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh
pada musim kemarau maupun musim penghujan. Berdasarkan keping bijinya
kemuning termasuk kedalam tanaman dikotil dan proses perkecambahannya

dengan tipe perkecambahan epigeal. Tanaman kemuning termasuk tanaman C3,
artinya dalam pertumbuhannya membutuhkan tempat yang naung atau terhindar
dari sinar matahari secara langsung. Struktur batang kemuning ini adalah berkayu.
Tanaman kemuning merupakan tanaman yang hanya bisa tumbuh di daerah
dataran rendah. Bagian yang dipanen pada tumbuhan kemuning ini yaitu pada
bagian daunnya dimana hasil panen tanaman kemuning diolah menjadi obat.
Tanaman kemuning dibubidayakan dengan metode stek (potongan atau pisahan
dari bagian tumbuhan untuk dibuatkan individu baru dengan cara di semaikan).

Berdasarkan taksonominya, tanaman kemuning berasal dari
Kingdom

: Plantae

Devisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliophyta

Ordo

: Sapindales

Famili

: Rutaceae

Genus

: Murraya

Species

: Murraya Paniculota

Tanaman kemuning yang di kembangkan di agroteknopark Jubung berasal
dari malang. Penanaman kemuning di Agroteknopark Jubung dilakukan dengan
cara ditanam pada tanah dengan campuran pupuk. Pengolahan tanah dilakukan
dengan cara dicangkul dan dipupuk. Sistem penanaman yang dilakukan dengan
cara monokultur atau penanaman tunggal. Cara pemeliharaan kemuning disana
mulai dari pemupukan sebanyak 2 kali perbulan, pengairan lahan sawah dengan
cara springkel tiap hari dan 3 kali perbulan dengan mesin, pengendalian penyakit
dan hama menggunakan pestisida, serta pengendalian gulma dengan cara
penyiangan gulma.
Tanaman kemuning dipanen ketika daun menjelang layu. Cara pemanenan
tanam

kemuning

adalah

dengan

cara

dipetik. Tanaman

kemuning

di

Agroteknopark Jubung dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan jarang digunakan
sebagai tanaman obat sehingga tanaman kemuning disana tidak diolah maupun
dipasarkan.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Tanaman Kedelai, Kemuning, dan Iler merupakan tanaman yang hanya bisa
tumbuh di daerah dataran rendah, berakar tunggang, dan bijinya berkeping dua
(dikotil)
2. Berdasarkan ciri morfologinya tanaman kedelai batangnya berkambium,
daunnya menyirip, bunganya sempurna, hasil panennya berupa polong, serta
bijinya dikotil (berkeping dua)
3. Berdasarkan ciri morfologinya tanaman iler batangnya berkayu, daunnya
bergerigi, bunganya berbentuk untaian, serta buahnya keras seperti telus.
4. Berdasarkan ciri morfologinya tanaman kemuning batangnya berkayu keras,
daunnya majemuk, bunganya sempurna, serta buahnya berbentuk jorong.

5.2 SARAN
Diharapkan untuk pratikum ke lapang yang dapat di tempuh dengan jalur
transportasi umum di sediakan kendaraan umum atau transport yang bisa
disewakan agar pratikum dapat berjalan dengan lancar dan tidak terkendala seperti
tidak memiliki kendaraan pribadi (motor).

DAFTAR PUSTAKA
Buri, M.M., R.N. Iassaka, H.Fujii dan T. Wakatsuki. 2011. Comparison Of Soil
Nutrient Status of Some Rice Growing Environments In The Major AgroEcological Zones of Ghana. Food, Agriculture & Environment,8(1): 384388.
Loveless, A.R. 1983. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik,
Jakarta: Gramedia.
Mayasari, S.P. dan D.S.A. Suroso. 2011. Identidikasi Opsi Adaptasi Perubahan
Iklim Bagi Petani Apel di Kota Batu (Studi Kasus: Desa Bumiaji).
Perencanaan Wilayah dan Kota, 1(2): 218-427.
Pant, B. 2013. Medical Orchids and Their Uses: Tissue Culture a Potential
Alternative fot Conservation. Academic, 7(10): 448-467.
Rina, D.N., Chairul dan Solfiyeni. 2012. Komposisi dan Struktur Tanaman
Pekarangan Dataran Tinggi di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok.
Biologi Universitas Andalas, 1(2): 144-149.
Triyono, K. 2013. Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Ketahanan Pangan.
Inovasi Pertanian,11(1): 12-22.
Wahyu, P. A.P. Samosir dan S.G. Budiarti. 2013. Adaptabilitas Genotipe Gandum
Introduksi di Dataran Rendah. Bul. Agroteknologi Hortikultura, 1(1): 1-6.
Yassi, A. 2011. Evaluasi Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai
Pada Wilayah Dataran Tinggi. Agrisistem, 7(1): 38-46.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

KAJIAN APLIKASI PUPUK KASCING PADA TIGA JENIS TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN PERBANDINGAN MEDIA YANG BERBEDA

3 58 19

PENGARUH TINGKAT SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ASAM JAWA (Tamarindus indica, Linn.)

2 32 14

PENGENALAN AKSARA JAWI TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN FREEMAN CHAIN CODE (FCC) DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

1 16 1

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

INTEGRASI APLIKASI METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN NEMATODA PATOGEN SERANGGA SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI HAMA URET LEPIDIOTA STIGMA YANG MENYERANG TANAMAN TEBU

5 78 10

KARAKTERISASI HIDROLISAT PROTEIN IKAN WADER (Rasbora jacobsoni) SECARA ENZIMATIS DENGAN ENZIM PROTEASE DARI TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea)

5 51 48

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50

PENGARUH APLIKASI BEBERAPA BAHAN PEMBENAH TANAH DAN TANAMAN SELA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) YANG DITANAMI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta)

1 18 9