BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK HITAM Coelogyne

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata) SEBAGAI
UPAYA PELESTARIAN TANAMAN ENDEMIK
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan
yang Dibina Oleh Ibu Frida Siswiyanti

Oleh:
Dewi Nur Arasy (140341602754)
Offering A, 2014

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2014

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata) SEBAGAI
UPAYA PELESTARIAN TANAMAN ENDEMIK
Oleh:
Dewi Nur Arasy
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tumbuhan endemik merupakan tumbuhan asli yang hanya bisa ditemukan di
sebuah wilayah geografis tertentu dan tidak ditemukan di wilayah lain. Wilayah
tersebut dapat berupa pulau, negara, atau zona tertentu yang dibatasi oleh barier atau
penghalang seperti lembah, atau bukit. Menurut pakar Biologi dan Ekologi, endemik
atau endemis berarti eksklusif, asli pada suatu tempat (biota). Selain itu, menurut
Primak (dalam Lekitoo), Keragaman flora yang terdapat pada suatu daerah
dipengaruhi oleh faktor biogeografi pulau yang khas serta faktor-faktor fisik lainnya,
misalnya ketinggian tempat, curah hujan serta garis lintang dan jauh dekatnya suatu
daerah atau pulau dari pulau lainnya. Akibat dari endemisitasnya yang tinggi,
tumbuhan endemik rawan mengalami kepunahan bila keberadaannya mendapat
gangguan dari alam atau manusia. Salah satu contoh tumbuhan endemik Kalimantan
yang rawan punah adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata).
Sastrapradja et al. (dalam Untari et al., 2006) Anggrek hitam (Coelogyne
pandurata Lindl.) merupakan salah satu jenis anggrek alam yang berasal dari
Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari.
Anggrek hitam yang dalam bahasa latinnya adalah Coelogyne pandurata merupakan
flora identitas (maskot) propinsi Kalimantan Timur. Anggrek hitam termasuk dalam
anggrek golongan simpodial. Anggrek tipe ini membentuk rumpun yang tiap satuan
tanaman saling terhubung dengan akar tinggal (rhizome). Batangnya membentuk
umbi semu, bundar panjang, pipih dengan panjang 10-15 cm, daunnya berbentuk

lonjong, belipat-lipat panjang mencapai 40 cm dan lebar 10 cm. Buah anggrek hitam
berbentuk jorong dengan panjang sekitar 7 cm dan lebar antara 2–3 cm. Dari
keseluruhan bunga tidak banyak yang menjadi buah. Anggrek hitam mempunyai ciri

khas pada bunganya yang memiliki lidah (labellum) berwarna hitam. Dalam bahasa
Inggris anggrek hitam disebut sebagai “Black Orchid”, sedangkan di Kalimantan
Timur, anggrek hitam mempunyai nama lokal yaitu “Kersik Luai”.
Berdasarkan taksonominya, anggrek hitam (Coelogyne pandurata) termasuk
dalam kingdom Plantae (tumbuhan), subkingdom Tracheobionta (tumbuhan
berpembuluh), super divisi Spermatophyta (menghasilkan biji), divisi Magnoliophyta
(tumbuhan berbunga), kelas Liliopsida (berkeping satu atau monokotil), sub kelas
Liliidae, ordo Orchidales, famili Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan), genus
Coelogyne, dan spesies Coelogyne pandurata (Galingging, 2011).
Menurut PP No. 7 Tahun 1998, anggrek hitam dilindungi dan dilarang
diperdagangkan bebas kecuali hasil penangkaran sehingga anggrek hitam merupakan
salah satu spesies anggrek yang dilindungi di Indonesia karena terancam kepunahan.
Keberadaannya mulai langka karena perburuan dan perdagangan secara illegal. Salah
satu faktor penyebab menurunnya keberadaan anggrek hitam adalah faktor eksternal
berupa habitat tumbuh yang rusak akibat penebangan dan konversi lahan dan faktor
internal seperti periode berbunga yang sangat pendek (Claudia et al., 2013).

Salah satu cara untuk mengatasi kepunahan dan mempertahankan keberadaan
anggrek hitam yaitu dengan melakukan budidaya atau perbanyakan. Budidaya
anggrek hitam dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Budidaya secara
generatif hanya bisa dilakukan secara laboratories. Sedangkan budidaya secara
vegetatif dapat dilakukan dengan cara memisahkan anakan atau rumpun, keiki, dan
kultur jaringan. Selain itu, beberapa proses perawatan yang penting antara lain: nutrisi
atau pemupukan, penyiraman, cahaya dan temperatur, pengendalian hama dan
penyakit.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah sebagai berikut:
(1)

Bagaimana budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) secara generatif

sebagai upaya pelestarian tanaman endemik?
(2)

Bagaimana budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) secara vegetatif

sebagai upaya pelestarian tanaman endemik?


(3)

Bagaimana cara perawatan dalam budidaya anggrek hitam (Coelogyne

pandurata) sebagai upaya pelestarian tanaman endemik?
2. Pembahasan
2.1. Budidaya Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) Secara Generatif
Budidaya anggrek hitam (perbanyakan) secara generatif merupakan
perbanyakan yang umum dialami oleh semua organisme yang terjadi secara alami
atau buatan yang berhubungan dengan penyerbukan bunga, dan penanaman biji.
a.

Penyerbukan bunga
Pada tanaman anggrek hitam untuk penyerbukan bunga yaitu dengan

mengambil tepung sari dari bunga tersebut atau dari bunga tanaman lain.
Penyerbukan yang menggunakan serbuk sari dari bunga lain disebut hibridisasi
(persilangan). Dalam dunia tanaman hias, hibridisasi dilakukan bukan karena
tanamannya steril atau incompatible tetapi memang disengaja untuk menggabungkan

sifat baik yang terdapat pada dua tanaman. Sifat baik tersebut berupa warna, bentuk,
ukuran, tekstur, jumlah bunga per tangkai susunan bunga dalam tangkai, ketahanan
bunga, serta keharumannya, memproduksi bunga dalam jumlah besar, dan tahan
terhadap penyakit. Dalam hibridisasi seringkali mengalami kegagalan dalam
penggabungan sifat baik, karena sifat baik tersebut bersifat resesif dan tertutup oleh
sifat yang dominan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh banyaknya gen (Gunawan,
2002: 56).
Bunga yang digunakan dalam penyerbukan merupakan bunga dari tanaman
yang sehat yang tidak terserang penyakit atau hama, bunga betina dengan
perkembangan yang baik yang ditandai dengan tangkai bunga yang kuat, dan bunga
yang mekar penuh dengan mahkota yang memperlihatkan labellum berwarna hitam.
Berikut merupakan langkah-langkah dalam penyerbukan bunga.
(1)

Menyediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi kecil atau tusuk gigi yang
bersih. Kertas putih berfungsi sebagai wadah serbuk sari yang mungkin jatuh,
sedangkan lidi atau tusuk gigi yang bersih digunakan untuk mengambil serbuk
sari pada bunga secara steril.

(2)


Membuka cap polinia (gumpalan serbuk sari) yang terdapat pada ujung column
(dalam polinia berwarna kuning) dengan membasahi ujung lidi atau tusuk gigi
dengan cairan yang ada dalam lubang kepala putik atau dengan sedikit air. Hal
ini bertujuan agar serbuk sari menempel pada lidi atau tusuk gigi.

(3)

Mengambil polinia dengan hati-hati dan memegang kertas putih di bawah
bunga. Kemudian memasukkan polinia ke dalam lubang kepala putik
menggunakan lidi atau tusuk gigi.

(4)

Memberi label yang diikat pada tangkai bunga yang berisi catatan tanggal
penyerbukan dan bunga yang diambil polinianya. Hal ini digunakan untuk
menandai waktu dilakukannya penyerbukan.
Setelah penyerbukan bunga anggrek akan layu, ovari (bakal buah) yang

terdapat pada bunga anggrek akan membengkak dan apabila tidak terserang hama

atau penyakit maka fertilisasi akan berhasil. Buah yang masak akan menghasilkan biji
bunga. Dalam satu bunga dapat menghasilkan puluhan hingga jutaan biji. Ukuran biji
sangat kecil yaitu jutaan biji dalam buah yang berukuran 12.5 cm. Kemudian, biji
siap ditebar di media agar dalam keadaan steril dengan pH 5,0-5,2 dan akan
berkecambah setelah tiga minggu. Setelah berumur sekitar 9-12 bulan, anggrek
tersebut bisa dipindahkan ke dalam pot komunitas (Akbar, 2013).
b.

Penanaman Biji
Penanaman biji pada budidaya generatif meliputi prosedur aseptik, karena

media makanan yang digunakan mengandung gula, dan unsur hara dan merupakan
media tumbuh yang baik untuk cendawan (micorhiza) dan bakteri. Bila keadaan tidak
aseptik akan mengakibatkan cendawan atau bakteri tumbuh lebih cepat dari biji dan
akan mematikan biji. Biji diambil dari buah masak yang memiliki ciri dengan
perubahan warna buah yaitu dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memudahkan sterilisasi dari biji yang akan ditanam. Biji tersebut
tidak mempunyai cadangan makanan, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dalam budidaya, biji tersebut harus ditumbuhkan pada media yang
mengandung makanan yang berpengaruh pada pertumbuhannya (Gunawan, 2002:

58).

Persiapan media dilakukan sebelum pelaksanaan pemanenan buah. Untuk
menumbuhkan biji anggrek, umumnya dipakai media makan. Media yang sering
digunakan adalah media agar. Terdapat dua jenis media agar yaitu media Knudson C
dan media yang terbuat dari pupuk daun. Menurut Arditti (dalam Semiarti et al.,
2010), Dalam kultur jaringan anggrek, berbagai media untuk perkecambahan benih
dan induksi tunas adalah Knudson C (KC), Vacin dan Went (VW), dan Murashige dan
Skoog (MS) dengan penambahan beberapa kompleks organik seperti air kelapa.
Menurut Tulecke et al. (dalam Untari et al., 2006) air kelapa mengandung unsur hara,
vitamin, asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan asam giberelat
yang berfungsi sebagai penstimulasi proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme
dan respirasi.
Media pupuk daun lebih sederhana dibanding media makan Knudson C tetapi
media Knudson C lebih berpotensi dalam pembudidayaan anggrek hitam yang
bersifat langka. Secara umum media Knudson tersusun atas kalsium nitrat 1 gram,
monobasicpotasium fosfat 0,25 gram, magnesium sulfat 0,25 gram, amonium sulfat
0,50 gram, sukrosa 20 gram, ferro sulfat 0,025 gram, mangaan sulfat 0,0075 gram,
dan ditambah agar-agar 10-20 gram serta air kelapa 100-150 cc atau aquadest. Media
ini lebih kompleks dan mendukung pertumbuhan biji dan seedling lebih baik. Berikut

cara membuat media makan Knudson C.
(1)

Membuat larutan stock, yang isinya akan dijelaskan pada tabel berikut

Tabel 2.1. Komposisi larutan Knudson C
Komponen
Calcium nitrate Ca(NO3)2.4H2O
Monopotasium phosphate KH2PO4
Magnesium sulphate
MgSO4.7H2O
Ammonium sulphate (NH4)2SO4
Ferric sulphate FeSO4.7H2O

Jumlah per

Larutan

Volume yang


liter media
1g

stock
100 g/l

250 mg

25 g/l

dipipet
100 ml
10 ml

250 mg

25 g/l

500 mg
25 mg


50 g/l
2.5 g/l

Manganese sulphate MnSO4.4H2O
7.5 mg

750 mg/l

0.056 mg
0.016 mg

56 mg/l
16 mg/l

0.040 mg

40 mg/l

0.331 mg

331 mg/l

*Unsur Mikro:
Boric acid H3BO3
Molybdib acid MoO3
Cupric sulphate anhydrous CuSO4
Zinc sulphate ZnSO4.7H2O
(sumber: Gunawan, 2002: 60)

1l

Selain bahan diatas juga ditambahkan gula 20 g, aquadest secukupnya, agaragar batangan dari pasar 12 g, agar-agar bubuk dari pasar 5 g, dan Bacto agar yang
murni 8 g. Dalam menimbang unsur diatas dapat menggunakan neraca yang
berketelitian tinggi seperti neraca analitik atau neraca triple beam.
*Untuk unsur mikro dilarutkan dalam 1 liter aquadest.
Larutan stock yang dibuat dengan melarutkan bahan diatas sebanyak 1 liter yang
kemudian disimpan dalam botol berwarna dan di tempat yang dingin atau tidak
berkontak langsung dengan sinar matahari.
(2)

Larutan dipindah ke dalam labu takar 1000 cc menggunakan pipet, lalu

menambahkan gula 20 g dan aquadest hingga ¾ penuh dan kemudian diuji pH-nya
menggunakan pH indicator. pH yang dianjurkan berkisar 5.5-5.6, pada pH ini semua
unsur tersedia dan mendukung untuk pertumbuhan
(3)

Pada pembuatan media padat yang menggunakan bacto agar, apabila pH di

bawah 5.5 maka media agar tersebut tidak mau membeku. Sedangkan bila pH rendah
kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman, begitu juga sebaliknya jika pH
terlalu tinggi. Apabila pH berada di bawah 5.5 maka dengan menambahkan 5-10 tetes
NaOH 0.1 N ke dalam larutan kemudian di kocok. Sebaliknya bila pH terlalu tinggi
maka dengan menambahkan HCl 0.1N beberapa tetes ke dalam larutan media
(4)

Setelah pH cocok maka langkah selanjutnya yaitu menambah larutan hingga 1

liter. Kemudian menuangkan larutan ke dalam panci enamel dan menambahkan agaragar yang sudah ditimbang. Kemudian memanaskan larutan tersebut sambil diaduk
hingga agar-agar mencair semua. Dalam keadaan panas media dituangkan ke dalam

botol-botol kultur agar tidak terkontaminasi oleh bakteri. Volume media tergantung
dengan wadah yang digunakan
(5)

Botol kultur kemudian ditutup menggunakan penutup dari karet hitam atau

penutup yang terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain kasa dan diikat pada
ujungnya. Selain itu, aluminium foil juga dapat digunakan sebagai penutup mulut
botol dan media disterilkan dalam autoclave pada tekanan 15-18 pound per square
inch (psi) selama 30 menit
(6)

Menyimpan media yang telah steril di tempat yang gelap dan sejuk, hingga

akan digunakan yaitu 1 minggu setelah pensterilan. Selain itu, perlu dipastikan
apabila pensterilan gagal maka akan terdapat cendawan atau bakteri dalam media
yang berakibat media tidak dapat digunakan (Gunawan, 2002: 64). Kontaminasi
diduga terjadi karena kurang bersihnya botol, peralatan saat pembuatan media, suhu
ruang kultur yang berubah-ubah saat botol disimpan di rak kultur dan adanya bakteri
yang terbawa dari sumber eksplan. Kontaminasi juga sangat ditentukan oleh sterilitas
ruangan (Tuhuteru, 2012).
Setelah media makan tersedia maka dapat melakukan penanaman biji.
Pensterilan aquadest dan alat lainnya dilakukan didalam autoclave sekitar selama satu
jam agar alat dan bahan tersebut benar steril. Petridish, pinset, pisau scalpel, gunting,
dan gelas piala merupakan alat yang pensterilannya dengan cara dibungkus
aluminium foil, atau kertas sampul kuning, perlakuan tersebut berlaku pada alat yang
terbuat dari logam. Setelah pensterilan dilakukan maka selanjutnya mengambil buah
anggrek yang masak tetapi belum merekah, kemudian dicuci dengan hati-hati agar
tidak pecah. Buah tersebut dicelupkan sebentar dalam alkohol 70% untuk
menghindari adanya mychoriza atau bakteri, kemudian dimasukkan ke dalam laminar
airflow cabinet atau transfer box sebagai tempat penyimpanan sementara. Sebelum
digunakan transfer box harus sudah di semprot dengan alkohol 70% atau disinari
dengan sinar Ultra Violet (UV) beberapa jam sebelum digunakan. Kemudian di dalam
gelas piala yang steril, buah anggrek direndam ke dalam larutan sodium hypocloride
1-1.5% atau Clorox 15-20%. Buah anggrek direndam selama 10-12 menit, kemudian
dibilas dalam aquadest setril yang juga tersedia dalam gelas piala 250 cc atau 500 cc

tergantung dari besarnya buah anggrek. Pembilasan dilakukan sebanyak tiga kali
untuk kebersihannya, setelah itu buah diambil menggunakan pinset yang steril
kemudian diletakkan dalam petri dish dan dibelah menggunakan pisau scalpel yang
steril. Setelah penggunaan alat diseksi yang steril maka alat tersebut harus dicelupkan
lagi ke dalam cairan alkohol 95% yang tersedia dalam gelas piala 500 cc dan dibakar
menggunakan api spiritus. Setelah itu alat tersebut didinginkan di atas petri dish yang
juga sudah steril. Penggunaan benda-benda yang bersifat steril dan menghindari objek
berkontak langsung dengan tangan merupakan proses sterilisasi.
Pengambilan biji yang terdapat dalam buah dilakukan dengan menggunakan
pinset panjang atau dengan spatula yang kemudian ditaburkan di atas media dalam
lapisan tipis. Mulut botol dipanaskan dengan api spiritus kemudian ditutup. Luar
botol daerah sekitar prop (tutup botol) diusap menggunakan kapas yang telah dibasahi
oleh alkohol 70%. Perlakuan tersebut untuk menjaga kesterilan pada biji. Botol
diletakkan pada rak yang terkena sinar matahari dari jendela atau diberi penyinaran
lampu neon.
Biji yang berkecambah tampak seperti bulatan hijau yang menutupi permukaan
media. Anggrek hitam pada saat pertumbuhan dalam botol kultur termasuk anggrek
yang mampu menghasilkan banyak tunas aksilar maupun tunas adventif (Untari et al.,
2006). Setelah dua hingga tiga bulan, bibit anggrek tersebut dapat dipindahkan ke
dalam media baru berupa media sebelumnya. Seedling yang sudah besar berangsurangsur diberi penyinaran dengan intensitas yang lebih tinggi untuk persiapan
pengeluaran dari botol. Seedling yang telah kuat akarnya dengan daun yang tegar
dapat dikeluarkan dari botol. Seedling yang sudah keluar dari botol dicuci bersih
hingga tidak ada agar yang menempel. Agar tersebut dapat menyebabkan kebusukan
pada seedling karena mengundang cendawan dan bakteri. Kemudian seedling yang
sudah bersih di rendam dalam larutan fungisida selama 10 menit agar seedling
terbebas dari kontaminasi jamur. Setelah itu dikeringkan dan ditanam rapat dalam pot
sedang yang disebut community pot.
Media tumbuh untuk seedling yang masih kecil adalah pakis yang dihaluskan.
Pakis yang setelah dicuci, disterilkan dahulu dengan cara mengukusnya dalam

dandang selama 1-1,5 jam. Pakis steril tersebut kemudian direndam dalam larutan
pupuk dan dibiarkan hingga semalam. Larutan pupuk yang digunakan adalah pupuk
NPK sebanyak 1g/liter dan ditambah dengan 0,25 mg urea, atau menggunakan pupuk
daun yang mempunyai kandungan N lebih tinggi dari P dan K, karena unsur N
mendorong pertumbuhan seedling. Seedling yang masih kecil tersebut diletakkan di
tempat yang lembab dan teduh, dengan intensitas cahaya antara 10-15%. Cahaya ini
berfungsi untuk fotosintesis seedling. Menyemprot permukaan media dan sekitarnya
dengan teratur hingga tidak terjadi kekeringan pada seedling.
Setelah akar dan daun kuat, seedling dalam community pot ditambah intensitas
cahayanya secara berangsur-angsur hingga yang biasa diberikan pada tanaman
dewasa. Seedling yang tingginya mencapai 5 cm atau lebih dapat dipindahkan ke
individu pot yang berdiameter 5 cm dan dipelihara hingga berbunga. Memperoleh
tanaman anggrek dari biji dan memeliharanya hingga berbunga memerlukan
ketekunan dan kesabaran, tetapi dapat mendatangkan kepuasan tersendiri (Gunawan,
2002: 69).
a.

Budidaya Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) Secara Vegetatif
Budidaya vegetatif dilakukan dengan tujuan mempertahankan keunggulan suatu

tanaman. Pada umumnya budidaya vegetatif sangat disukai karena anggrek akan lebih
cepat berbunga dan sifat-sifat anggrek yang baru akan sama dengan indukannya
(Ayub, 2005). Budidaya vegetatif anggrek hitam dapat dilakukan melalui:
a.

splitting, pembelahan anakan/pseudobulb
Anggrek hitam merupakan jenis anggrek simpodial, oleh karena itu splitting

berlaku untuk cara pembudidayaannya secara vegetatif. Pada rumpun yang sudah
banyak batangnya, sering dijumpai batang menggembung (bulb) yang sudah kering
dan tidak terdapat daunnya. Bulb tersebut disebut back bulb. Bila bulb tersebut
dibiarkan dalam rumpun, bulb tersebut akan tetap demikian dan akhirnya mati. Dan
sebaliknya apabila dipisahkan, maka tunas yang terdapat di bawah tiap bulb akan
tumbuh dan membentuk tanaman baru yang dapat berbunga.
Cara pembelahan ini menggunakan pisau yang tajam untuk memotong hingga
mendapatkan tiga bulb yang terpisah. Pemotongan dilakukan sekitar setengah dari

rizomnya pada pemotongan pertama, kemudian membiarkan setengahnya masih
terhubung dengan bulb yang lain. Setelah tunas tumbuh dan membentuk akar, baru
rizom dipisahkan dari induknya dan dipindahkan ke pot yang lain. Pot yang
digunakan merupakan pot yang bersih. Perawatannya sama dengan tanaman dewasa
lainnya.
b.

penggunaan keiki
Keiki merupakan bahasa Hawai yang berarti bayi. Keiki sering dijumpai pada

buku tanaman dewasa yang tumbuh dan keluar dari selahnya. Keiki dapat membentuk
akar sehingga merupakan suatu individu yang terpisah. Setelah akar yang cukup
banyak, keiki dapat dipisahkan dari induknya menggunakan pisau tajam dan ditanam
di pot. Metode keiki tersebut memiliki keunggulan yaitu mudah dikerjakan dan tidak
memerlukan peralatan khusus. Namun tidak dapat memperbanyak dalam jumlah
besar. Dalam 1 tahun, paling banyak 3-4 pot.
c.

kultur jaringan (tissue culture)
Metode ini merupakan penelitian laboratorium bagian dari penelitian fisiologi

tentang tumbuh dan berkembang (growth and development). Kultur jaringan secara
luas didefinisikan sebagai usaha mengisolasi, menumbuhkan, memperbanyak, dan
meregenerasi protoplasma (bagian hidup dari sel), sel utuh atau agregat sel, atau
bagian tanaman seperti meristem, tunas, daun muda, batang muda, ujung akar, kepala
sari, dan bakal buah, dalam suatu lingkungan yang terkendali.
Untuk tumbuh kembangnya, anggrek hitam membutuhkan pemacuan dari
hormon yang sama dengan anggrek yang lainnya. Secara alamiah, hormon tanaman
terdapat di dalam cairan tanaman atau kecambah tanaman seperti taoge dan kecambah
jagung. Hormon tanaman yang digunakan dalam kultur jaringan adalah: Auksin, yang
termasuk dalam golongan auksin antara lain persenyawaan Indole Acetic Acid (IAA),
Indole Butyric Acid (IBA), dan 2, 4 Dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4 D), Sitokinin,
yang termasuk dalam golongan sitokinin antara lain Kinetin, Zietin, Benzyl Amino
Purine/ Benzyl Adenine (BAP/BA) dan 2 Isopentyl Adenine (2iP), Gibberelin,
penggunaan hormon gibberelin sangat sedikit antara 0,001 mg hingga maksimum 1
mg per liter media.

Persiapan yang perlu dilakukan hampir sama dengan persiapan pada
penanaman biji dalam budidaya generatif, tetapi media tumbuh tidak bisa
menggunakan dari pupuk buatan. Sedangkan bahan dan peralatan yang perlu
disiapkan dalam perbanyakan melalui metode kultur jaringan juga sama dengan
peralatan pada penanaman biji, namun berbeda pada bahan penyusunannya yang
lebih banyak, juga ditambah beberapa alat yaitu shaker atau alat pengocok untuk
kultur cair, rak kultur yang dilengkapi dengan lampu dan timer, lemari es yang
digunakan untuk menyimpan stock solution dan freezer untuk menyimpan hormon,
serta neraca analitik.
Secara singkat tahapan dalam pelaksanaan kultur jaringan antara lain:
(1)

penentuan bagian tanaman yang akan dikultur

Secara teoritis, semua sel hidup dalam tubuh tanaman dapat tumbuh dan menjadi
organisme baru bila dipisahkan dan ditumbuhkan pada lingkungan yang sesuai,
namun dalam prakteknya ada beberapa bagian yang sukar ditumbuhkan. Maka bagian
tanaman yang mudah ditumbuhkan antara lain: pucuk tanaman karena sel-selnya
yang aktif tumbuh, meristem (daerah ujung tanaman yang berdiameter sekitar 0,050,1 mm), tunas axilar (tunas samping yang terdapat pada ketiak daun), atau tunas
muda yang baru tumbuh.
(2)

penentuan media tumbuh
Beberapa komposisi dasar media yang dapat digunakan dalam kultur bunga

anggrek adalah komposisi media Vacin and Went (VW) dan komposisi media
Murashige dan Skoog (MS).
Komponen pada masing-masing media dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Komposisi media Vacin dan Went
Komponen
Tricalcium phosphate
Ca3(PO4)2
Potassium nitrate KNO3
Potassium phosphate KH2PO4

Jumlah per
liter media

Stock

Volume
yangdipipet

200 mg

20 g/l

10 ml

525 mg
250 mg

52,5 g/l
25 g/l

10 ml
10 ml

Ammonium sulphate
(NH4)2SO4
Ferric tartrate Fe2(C4H4O6)3
Manganese sulfate
MNSO4.4H2O
Magnesium sulfate
MgSO4.7H2O
Air kelapa
Gula
Agar batangan
Agar bubuk
Agar bacto
(sumber: Gunawan, 2002: 78)

500 mg

50 g/l

10 ml

28 mg

2,8 g/l

10 ml

7,5 mg

75 g/l

10 ml

250 mg

25 g/l

10 ml

150 ml
20 g
12 g
5g
8g

Tabel 2.3. Komposisi media Murashige dan Skoog
Komponen
Ammonium nitrate NH4NO3
Potassium nitrate KNO3
Calcium chloride CaCl2.2H2O
Boric acid H3BO3
Potassium phosphate KH2PO4
Potassium iodine KI
Sodium molybdate
Na2MoO4.2H2O
Cobalt chloride CoCl2.6H2O
Magnesium sulphate
MgSO4.7H2O
Manganese sulphate
MnSO4.H2O
Zinc sulphate ZnSO4.7H2O
Cupro sulphate CuSO4.5H2O
Chelated iron Na2EDTA
Ferrous sulphate FeSO4.7H2O
Pyridoxine
Glycine
Nicotinic acid
Thiamine

Jumlah per

Stock

liter media
1650 mg
1900 mg
440 mg
6,2 mg
170 mg
0,83 mg

82,5 g/l
96 g/l
88 g/l
1,24 g
34 g
0,166 g

0,25 mg

0,005 g

0,025 mg

0,005 g

370 mg

74 g

16,9 mg

3,38 g

8,6 mg
0,025 mg
37,2 mg
27,8 mg
0,5 mg
2 mg
0,5 mg
0,1 mg

1,72 g
0,005 g
3,72 g
2,78 g
Tanpa stock
Tanpa stock
Tanpa stock
Tanpa stock

Volume
yangdipipet
20 ml
20 ml
5 ml

5 ml

10 ml

Myo-inositol
Gula
Bacto agar
(sumber: Gunawan, 2002: 79)

100 mg
30 mg
10 mg

Senyawa boric acid hingga cobalt chloride dicampur menjadi satu liter stock dan
senyawa magnesium sulphate hingga cupro sulphate dicampur menjadi satu liter
stock. Kemudian celated iron dan ferrous sulphate juga di campur menjadi satu stock.
Media tumbuh anggrek dapat berbentuk cair atau padat. Pada penanaman awal,
sering digunakan media cair. Media cair adalah media tumbuh yang tidak diberi agaragar, sehingga tetap berbentuk cairan. Kultur dalam media cair membutuhkan alat
yang disebut shaker (pengocok). Kultur diletakkan di atas shaker dan dikocok selama
masa pertumbuhan. Pengocokkan dimaksudkan agar: a) memberikan aerasi pada
kultur. Dalam keadaan terendam, jaringan tanaman mendapat sedikit udara atau tidak
ada sama sekali. Hal ini dapat menyebabkan kematian jaringan, b) supaya kontak
antara bahan tanaman dengan media semaksimum mungkin, c) untuk mengurangi dan
melarutkan zat-zat fenolik hitam yang terbentuk pada jaringan di tempat bekas irisan
(3)

penentuan metode sterilisasi
Kepekatan bahan sterilant dan lamanya perendaman yang tergantung dari

bagian tanaman yang dipakai dan tingkat kontaminasi permukaan, dalam larutan
sterilisasi menentukan keberhasilan sterilisasi. Dalam sterilisasi, jaringan tanaman
yang direndam terlalu lama dalam larutan sterilisasi atau larutannya yang terlalu
pekat dapat mengakibatkan jaringan menjadi bleachout yaitu mati dan putih
seluruhnya. Gunawan (2002: 80) menyatakan bahwa “Larutan yang biasa digunakan
adalah larutan chlorox 10-20% dengan waktu perendaman 5-7 menit. Lebih baik
menggunakan larutan yang agak encer dengan waktu perendaman yang lebih lama
dari pada larutan yang pekat dengan waktu perendaman yang singkat.”
Setelah menentukan bagian tanaman yang akan dikultur, menentukan media
makan dan tumbuh, dan metode sterilisasi maka untuk selanjutnya dapat dilakukan
penanaman dengan cara yang sama seperti pada penanaman biji dalam budidaya

generatif. Perbedaan antara penanaman biji dalam budidaya generatif dan kultur
jaringan adalah cara memperoleh seedling atau bibitnya.
a.

Cara perawatan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
Setelah melakukan perbanyakan, maka tahap selanjutnya adalah menjaga bunga

baru tersebut tumbuh, berkembang dan tetap hidup. Beberapa proses yang perlu
dilakukan antara lain:
a.

Nutrisi dan pemupukan
Untuk tumbuh dan berkembang, semua tanaman membutuhkan unsur-unsur

yang diambil melalui akar dan daun. Secara ringkas macam unsur dan fungsi bagi
tanaman antara lain: Nitrogen (N) untuk sintesa asam-asam amino, protein, asam
nukleat, berbagai koenzim dan sebagai konstituen molekul klorofil (zat hijau daun),
Fosfor (P) berperan dalam masalah transfer energi pada reaksi kimia dalam tubuh
tanaman, Potasium/Kalium (K) mempengaruhi sistem enzim yang menentukan
fotosintesa, respirasi, metabolise karbohidrat, dan translokasi, Kalsium (Ca) sebagai
bahan pengisi dinding sel, mempengaruhi level hormon tanaman yang digunakan
untuk detoksifikasi keracunan oleh unsur lain, terutama unsur mikro, Magnesium
(Mg) memegang peranan penting dalam fotosintesa karena merupakan inti dari
molekul klorofil, juga dibutuhkan dalam banyak enzim, serta sebagai aktivator enzim,
Sulfur (S) sebagai komponen asam amino yang mengandung S, vitamin, dan koenzim
yang penting, dan unsur mikro yang mempengaruhi proses pembungaan, pembuahan,
metabolisme N, penyerapan garam, pergerakan hormon, dan beberapa metabolisme
lainnya.
Apabila anggrek yang daunnya telah tumbuh, ada banyak macam pupuk daun yang
tersedia seperti bayfolan, gandasil, hyponex, vitabloom, margaflor, dan molyfert.
Pada anggrek muda supaya pertumbuhan lebih baik dan cepat maka menggunakan
pupuk yang banyak mengandung unsur N misalnya vitabloom 30-10-10 selama 6
bulan-1 tahun. Setelah pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) sudah maksimal,
tanaman mulai diberi pupuk yang mengandung P lebih tinggi yang berfungsi untuk
merangsang pembungaan. Untuk itu dapat menggunakan pupuk vitabloom 5-50-17
atau molyfert 10-40-10.Setelah tanaman berbunga maka untuk kesinambungan bunga

dan kesehatan tanaman, pupuk yang digunakan yaitu pupuk yang mengandungn N, P,
dan K yang seimbang seperti Hyponex 20-20-20.
b.

Penyiraman

Penyiraman merupakan salah satu faktor perawatan yang kritis karena dalam tanaman
air berfungsi sebagai: sumber unsur H dan O yang penting untuk tanaman, pelarut
untuk senyawa lain, pengisi sel, pengatur tekanan sel (turgor sel), pengangkut
senyawa dalam tubuh tanaman dan pengatur temperatur daun.
Cara pemberian air yang baik adalah melalui nozzle dari suatu semprotan
sehingga dapat diatur butiran air yang halus yang tidak menghanyutkan media
tumbuh atau merusak batang dan bunga. Cara tersebut lebih efisien dari pada
penyiraman dengan menuang air secara langsung. Pada keadaan udara kering,
penyemprotan butiran air halus di sekeliling tanaman ke udara dapat mengurangi
tekanan panas yang berlebihan. Pada anggrek hitam memiliki pseudobulb di bagian
bawah, hal ini berarti bahwa anggrek hitam lebih tahan kering dibandingkan dengan
anggrek yang tidak memiliki pseudobulb. Namun hal ini tidak berarti bahwa anggrek
hitam tidak perlu disiram. Anggrek yang sudah besar lebih banyak membutuhkan air
daripada seedlingnya sehingga volume air penyiraman dan frekuensi penyiraman
harus dibedakan. Frekuensi penyiraman erat kaitannya dengan ukuran anggrek dan
jenis media yang digunakan.
Pada tempat yang panas dan kering, pemberian air yang sering dapat
mengurangi dehidratasi tanaman sehingga metabolisme dalam tanaman dapat terus
berlangsung. Pemberian air 2-3 kali merupakan penyiraman yang standar.Pedoman
penyiramannya adalah menyiram pada waktu permukaan media kering. Penyiraman
dengan butiran air halus hingga membasahi seluruh pot dan menetes. Penyiraman
juga dilakukan bila terdapat debu yang menutupi permukaan daun, sehingga dapat
mendorong penyerapan sinar, air, dan hara.
c.

Cahaya dan temperatur
Cahaya matahari atau cahaya buatan merupakan suatu energi untuk mengubah

zat organik menjadi zat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Pada perawatan anggrek, faktor cahaya juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang

anggrek tersebut. Untuk mengukur intensitas dapat menggunakan light meter khusus
atau menggunakan light meter pada kamera foto. Pengaturan banyaknya sinar dapat
dilakukan dengan mengatur jarak potongan bambu atau kerapatan paranet yang
dipakai. Lebih rapat bambu atau paranet maka akan semakin kecil intensitas cahaya
yang diterima. Untuk jenis anggrek hitam dapat menerima 50-60% dari cahaya
matahari langsung. Kekurangan cahaya juga dapat mengakibatkan tanaman tidak
dapat berkembang dengan baik. Dan pada umumnya, temperatur yang dibutuhkan
untuk anggrek budidaya sekitar 28 ± 2ºC dengan minimum 15ºC. Hal ini juga
berpengaruh pada kelangsungan hidup anggrek hitam.
d.

Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama maupun penyakit yang menyerang tanaman anggrek hitam

tergantung intensitas serangan. Beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam
mencegah adanya serangan hama atau penyakit, antara lain kebersihan tempat,
pemberian air yang berlebihan, penggantian media tumbuh yang teratur,
penyemprotan fungisida dan insektisida sesuai petunjuk, dan pemotongan bagian
tanaman yang terserang menggunakan pisau steril.
Beberapa macam hama yang menyerang anggrek antara lain, keong, trips, red
spider, kutu babi, kumbang, kutu, dan ulat. Dan penyakit yang timbul dapat
disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan virus. Pada penyakit yang ditimbulkan oleh
cendawan umumnya timbul bercak dan busuk. Untuk menanggulangi penyakit
tersebut dapat menggunakan fungisida yang frekuensi pemberiannya sama dengan
insektisida yaitu 10-14 hari sekali. Pada penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri
umumnya mengakibatkan busuk pada daun, batang, atau akar. Untuk menanggulangi
penyakit tersebut dapat menggunakan fungisida atau injeksi dengan antibiotic seperti
streptomycin atau tetracycline. Pada penyakit yang ditimbulkan oleh virus umumnya
timbul garis klorotik atau titik klorotik (daerah yang kehilangan hijau daun). Untuk
menanggulangi penyakit tersebut dapat menyemprotkan pestisida sesuai dosis dan
dilakukan pada pagi atau sore hari.
3. Simpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

(1)

Budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) secara generatif dapat

dilakukan secara laboratories atau menggunakan alat dan bahan serta cara kerja yang
berhubungan dengan laboratorium. Seluruh peralatan dan bahan melalui proses
sterilisasi. Pelaksanaannya melalui beberapa proses yaitu penyerbukan bunga secara
buatan atau sengaja dan penanaman biji yang berhubungan dengan pembuatan media
makan dan tanam.
(2)

Budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) secara vegetatif merupakan

budidaya yang lebih sederhana dan efisien. Budidaya ini dapat dilakukan dengan
pemisahan rumpun, splitting atau pemisahan pseudobulb, menggunakan keiki, serta
kultur jaringan.
(3)

Perawatan anggrek hitam (Coelogyne pandurata) bertujuan untuk menjaga

kelangsungan hidup anggrek tersebut hingga dewasa. Perawatan ini berupa
pemupukan, penyiraman, pengaturan cahaya dan suhu serta pengendalian hama dan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Maya. 2013. Cara Budidaya Tanaman Anggrek, (online),
(http://carapetunjukbudidaya.blogspot.com/2013/06/cara-budidaya-tanamananggrek.html), diakses oktober 2014
Anonim. 2013. Budidaya Anggrek Hitam, (online),
(http://carapetunjukbudidaya.blogspot.com/2013/06/cara-budidaya-tanamananggrek.html), diakses oktober 2014
Claudia, V., Astarini, I. A., Sudirga, S. K. 2013. Uji Viabilitas Benih Anggrek Hitam
(Coelogyne Pandurata Lindl.) dengan Masa Simpan yang Berbeda. Jurnal
Simbiosis, 1(2): 79-84

Galingging, R.Y.2011. Tips Budidaya Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl),
(online), (http://kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/publikasimainmenu-47/teknologi/197-anggrek-hitam), diakses oktober 2014
Gunawan, L.W.2002. Budi Daya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya
Lekitoo, Krisma. Tanpa tahun. Kekayaan, Pelestarian dan Pemanfaatan Jenis Flora
di Tanah Papua. Tanpa penerbit
Semiarti, E., Indrianto, A., A. Suyono, E., Nurwulan, R.L., Restiani, R., Machida, Y.,
Machida, C. 2010. Transformasi genetik dari Anggrek Hitam Indonesia
(Coelogyne pandurata Lindley ) melalui Agrobacterium tumefaciens untuk
Mikropropagasi. Japan: Proceedings of NIOC
Tuhuteru, S., Hehanussa, M. L., Raharjo, S. H. T. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium Anosmum pada Media Kultur In Vitro
dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Agrologia, 1(1): 1-12
Untari, R., Puspitaningtyas, D.M. 2006. Pengaruh Bahan Organik dan NAA Terhadap
Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurata Lindl.) dalam Kultur In
Vitro. Jurnal Biodiversitas, 7(3): 344-348