APERBANDINGAN POSISI HEAD UP 15 Derajat

PERBANDINGAN POSISI HEAD UP 150 DENGAN 300 TERHADAP
TEKANAN DARAH, NADI DAN RESPIRASI PADA PASIEN TEKANAN
TINGGI INTRAKRANIAL DI V RSUD TASIKMALAYA
SITI ROHIMAH
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Prodi D.III Keperawatan STIKes BTH
Tasikmalaya
e-mail: [email protected]

ABSTRAK
Tekanan Tinggi Intrakranial merupakan kegawatdaruratan neurologi yang utama
dengan angka ejadian tiap tahun meningkat. Dan apabila keadaan ini tidak segera
ditangani akan menyebabkan kematian. Kematian pada kasus Tekanan Tinggi
Intrakranial prosesnya sangat cepat sehingga emerlukan tindakan gawat darurat,
pengobatan yang tepat serta perawatan yang intensif. Penelitian ini dimotivasi
oleh semakin bertambahnya jumlah kasus penyakit-penyakIT yang dapat
meningkatkan tekanan tinggi intra kranial. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui Perbandingan posisi tidur head up 150 dengan posisi tidur head up
300 terhadap tekanan darah, nadi dan respirasi pada pasien dengan tekanan tinggi
intrakranial. Metode yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental
dengan rancangan pretest dan posttest two group dengan jumlah sampel 22 orang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik concecutive sampling first in

first out. Pengolahan data langkah awal mengunakan uji normalitas data Saphiro
Wilk kemudian dengan uji t, sedangkan data yang tidak berpasanagan
menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney dan Wilcoxon.
untuk melihat perbandingan posisi head up 150 dan 300. Hasil analisis dengan uji t
berpasangan didapatkan adanya perbedaan bermakna antara tekanan darah dan
nadi sebelum dan sesudah diberikan posisi head up 150 dan 300 dengan nilai
p=0,001. Tetapi pada variabel respirasi ditemukan hasil yang menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan respirasi sebelum dan sesudah diberikan posisi
head up 150 dengan nilai p=0,019 dan posisi head up 300 dengan nilai p=0,401.
Hasil analisis perbedaan antara kelompok didapatkan perbedaan bermakna antara
tekanan darah antara kelompok pasien dengan posisi head up 150 dan kelompok
penderita dengan posisi head up 300. Sedangkan pada variabel nadi dan respirasi,
tidak terdapat perbedaan bermakna antara nadi respirasi pada kelompok pasien
dengan posisi head up 150 dan kelompok pasien dengan posisi head up 300.
Disimpulkan bahwa pada psien dengan peningkatan tekanan tinggi intrakranial
sebaiknya diatur posisi tidur head up 150 .
Kata Kunci : Tekanan Tinggi Intrakranial, posisi head up, tekanan darah, nadi,
dan respirasi.

1


2

COMPARISON OF HEAD POSITION UP TO 150 TO 300 BLOOD
PRESSURE, PULSE AND RESPIRATION INCREASED INTRACRANIAL
PRESSURE INATIENTS IN THE NEUROSURGICAL RSUD
TASIKMALAYA
Mrs. Siti Rohimah
Medical Surgical Departement of STIKes BTH Tasikmalaya, East West Java,
Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Increased Intracranial Pressure (IICP) is the most important neurologic
emergency which the ncidence rates increased every year and mortality
wouldincrease if this condition was not treated immediately. Process of death
because of IICP was very fast, emergency and appropriate treatment was needed
and also intensive nursing care. This study was motivated by increasing diseases
which caused increased intracranial pressure. The aims of this study was
identifying the comparison between head up 15° position and head up 30°
position to blood pressure, pulse and respiration patients with IICP. The method

of this study was quasy experimental with pretest and posttest two group design.
Using concecutive sampling first in first out was found 22 samples. Normality test
were analized by Saphiro Wilk and Mann-Whitney test for unpaired t test and to
compare the head up position used Wicoxon test. The result found that was
significant different blood pressure and pulse before and after head up 15° and
head up 30° position ( p value = 0.001 ). There was no significant different
respiration before and after head up 15° position ( p value = 0.019) and before
and after head up 30° position (p value = 0.401). Blood pressure was different
significant between head up 15° and head up 30° position. Pulse and respiration
were not different significant between head up 15° and head up 30° position. The
conclusion of this research that IICP patients should be better in head up 15°
position.
Key words : Increased intracranial pressure, head up position, blood pressure,
pulse , espiration

3

PENDAHULUAN
Otak berada di dalam rongga tengkorak, yang dilindungi oleh selaput
pelindung yang disebut meningen yang terdiri dari duramater, subarahcnoid dan

piamater. Struktur tulang tengkorak yang kaku pada orang dewasa dimana sutura
sudah menutup dan keras serta selaput otak yang tidak elastis mengurangi
kemungkinan pengembangan jaringan otak dalam keadaan tertentu. Dalam rongga
tengkorak terdapat jaringan parenkim otak, darah dan pembuluh darah serta cairan
serebrospinalis. Tekanan intrakranial merupakan jumlah total dari tekanan yang
mewakili volume jaringan otak, volume darah intrakranial dan cairan
serebrospinalis. Apabila volume dari salah satu faktor tadi meningkat dan tidak
dapat dikompensasi oleh kedua faktor yang lain, maka terjadilah tekanan tinggi
intrakranial (Iskandar Japardi, 2002).
Bila terjadi kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak
akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial. Memindahkan Volume yang
meninggi ini dapat dikompensasi dengan cairan serebrospinalis dari rongga
tengkorak ke kanalis spinalis, dan disamping itu volume darah intrakranial akan
menurun oleh karena berkurangnya peregangan duramater. Hubungan antara
tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jika otak, darah dan cairan
serebrospinalis volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme enyesuaian
ini akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi intrakranial (Adams RD, 1989).
Kondisi pasien-pasien dengan tekanan intrakranial yang dirawat di
ruangan intensif menunjukkan adanya perubahan tekanan darah, nadi dan respirasi


4

yang sangat cepat berubah dengan tanda dan gejala tekanan darah yang tiba-tiba
meningkat, adanya penurunan nadi dan perubahan respirasi. Peningkatan tekanan
darah, penurunan denyut jantung, dan laju pernafasan merupakan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial (refleks Cushing) (Mooney & Comerford 2003).
Upaya-upaya untuk mengatasi perubahan tekanan intrakranial yaitu
mempertahankan tekanan perfusi serebral yang dihasilkan dari tekanan arteri
sistemik rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, dengan rumus: Cerebral
Perfusion Pressure = Mean Arteri Pressure – Intracranial Pressure . Tekanan
perfusi serebral normal berada pada rentang 60-100 mmHg. Mean Arteri Pressure
(MAP) adalah rata-rata tekanan selama siklus kardiak. MAP = Tekanan Sistolik +
2X tekanan diastolik dibagi 3. Jika tekanan perfusi serebral diatas 100 mmHg,
maka potensial terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Jika kurang dari 60
mmHg, aliran darah ke otak tidak adekuat sehingga hipoksia dan kematian sel
otak dapat terjadi (Morton et.al, 2005). Pada pasien dengan auto regulasi yang
baik, peningkatan tekanan darah dalam batas tertentu tidak menimbulkan
perubahan ICP (Intrakranial Pressure) dan CBF (Cerebral Blood Flow).
Sedangkan penurunan tekanan darah menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
otak, terjadi peningkatan volume darah otak dan akhirnya peningkatan ICP. Auto

regulasi dapat berperan pada rentang tekanan perfusi serebral 50-140 mmHg
(Crawford, 1997).
RSUD Tasikmalaya memiliki ruangan rawat inap yang merawat pasien
dengan gangguan sistem persyarafan khususnya bagian Neurologi jumlah kasus
yang paling banyak untuk periodebulan Januari- Desember 2011 sebanyak 1378

5

kasus dengan head injury dan 374 kasus stroke perdarahan, kasus terbanyak
adalah cedera kepala 1095 kasus dengan rata-rata kasus tiap bulan sebanyak 17-20
kasus head injury berat, stroke sebanyak 493 kasus, Space Occupying Lession
(SOL) 82 kasus dan Meningitis 39 kasus (Medical Record RSUD Tasikmalaya,
2011). Pemberian posisi head up pada pasien –pasien dengan TTIK yang dirawat
di ruang rawat inap neurologi sudut kemiringannya tidak diukur dengan tepat,
hanya dikira-kira antara 150 dan 300 dan bahkan ada yang lebih dari sudut 300.
Dari data di atas menunjukkan bahwa kasus neurologi khususnya yang
menimbulkan tekanan tinggi intrakranial semakin tahun semakin banyak dan ini
merupakan tantangan untuk tim neurologi dalam hal penanganan yang harus cepat
dan tepat yang merupakan suatu kegawatdaruratan di bidang neurologi yang harus
segera ditanggulangi. Penatalaksanaan penurunan tekanan intrakranial, salah

satunya adalah mengatur posisi pasien dengan kepala head up (150– 300) untuk
meningkatkan venous drainage dari kepala dan kepala head up dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik, mungkin dapat dikompromi oleh
tekanan perfusi serebral. Salah satu intervensi yang dipertimbangkan dapat
dilakukan oleh perawat adalah dengan menempatkan pasien pada posisi head up
antara 150 dan 300 bertujuan untuk menurunkan tekanan intrakranial, jika elevasi
lebih tinggi dari 30 maka tekanan perfusi otak akan turun. Posisi tidur head up
bertujuan untuk : menurunkan tekanan intrakranial pada kasus trauma kepala, lesi
otak, atau gangguan neurologi dan memfasilitasi venous drainage dari kepala.
Stabilisasi (posisi) dalam TIK sangatlah penting karena akan berpengaruh
terhadap peningkatan TIK dimana peningkatan TIK merupakan resiko paling

6

besar yang dapat menimbulkan kematian pada kasus persyarafan. Pemberian
posisi pada TIK terlihat sangatlah mudah namun banyak yang perlu diperhatikan
jika akan melakukan tindakan tersebut : perawat harus memperhatikan adekuat
CPP serta CBF dipertahankan guna perfusi otak klien, perubahan posisi harus
dilihat apakah ada hambatan pada vena jugularis, kepala pasien tidak boleh
melakukan rotasi juga tidak dapat diubah sesegera mungkin.

Menurut penelitian Vinod K Grover , 2003 yang dilakukan pada 20 pasien
dengan diagnosa ventriculoperitonial (VP) yang dipilih secara acak dan
dijadwalkan operasi elektif Shunt VP dengan usia pasien 5-61 thn. Dalam
pelaksanaan operasi pasien diposisikan dengan berbagai posisi kepala diantaranya
rotasi kepala ke kanan, kepala rotasi ke kiri, posisi netral, posisi kepala dibawah
150 dan posisi head up 150. Didapatkan hasil peningkatan intrakranial secara
signifikan pada posisi kepala rotasi ke kanan sebesar (40,8 %; p < 0,01) rotasi
kepala ke kiri 22,2%; p < 0,001) , posisi kepala kepala 150 (6,7%; p< 0,005) dan
posisi kepala head up 150 sebesar 5,5%. Kesimpulan bahwa rotasi kepala ke
kanan, rotasi kepala ke kiri, posisi kepala head down akan meningkatkan
intrakranial secara signifikan. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
intrakranial adalah posisi kepala. Posisi kepala memengaruhi tekanan intrakranial
dengan mengubah tekanan arteri rata-rata (MAP), drainase vena jugularis, dan
volume darah otak.
Studi dari Emery et al mengatakan bahwa rotasi kepala ke kanan akan
meningkatkan intrakranial yang signifikan. Menurut penelitian Mavrocordatos
menyimpulkan bahwa rotasi kepala ke kanan, ke kiri, maupun netral akan

7


mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang signifikan karena terjadi
obstruksi vena jugularis, jadi harus hati-hati dalam merubah posisi kepala. Posisi
kepala head down akan meningkatkan tekanan intrakranial karena efek
hidrostatik, pengurangan out flow vena jugularis, sehingga suplai darah ke otak
akan berkurang Menurut penelitian Emery et al tahun 2003, Durward et al dan
Fieldman et al menemukan bahwa posisi kepala head up 150 mengurangi
peningkatan intrakranial secara signifikan, perubahan ini disebabkan efek dari
tekanan sistem vena jugularis, ada penurunan detak jantung sebesar 0,76%
menjadi menjadi 5,6%. Dan secara statistik terjadi penurunan tekanan darah
secara signifikan sebesar ( p< 0.05). Menurut penelitian Van Bredore et al
mengatakan bahwa posisi head up 150 tekanan darah sistolik berkurang nyata (p<
0,05), menurut penelitian Duward dkk dan Lee dkk, menyatakan bahwa dengan
posisi kepala head up 150 sampai 300 ditemukan penurunan tekanan arteri yang
progresif, penurunan CVP (p< 0,05) penurunan berkisar 0,12 – 1,8 cm. Untuk
saturasi oksigen tidak ada perubahan diberbagai posisi kepala. Dari berbagai
jurnal posisi kepala untuk pasien dengan tekanan tinggi intrakranial diberikan
masih bervariasi antara posisi head up 150, 200 dan 300.
Di RSUD Tasikmalaya untuk pasien dengan tekanan tinggi intrakaranial
diberikan posisi head up 300. Berdasarkan beberapa literatur mengatakan tindakan
pengaturan posisi head up untuk penanganan pasien tekanan intrakranial masih

bervariatif dimulai dari 100, 150, 200, 300 dan ada yang menyatakan sampai 450,
tapi yang diterapkan di RSUD Tasikmalaya adalah posisi head up 300.
Berdasarkan hal ini maka peneliti tertarik ingin mengetahui perbandingan posisi

8

head up 150 dan 300 terhadap tekanan darah, nadi dan respirasi pada pasien
tekanan tinggi intrakranial.
Mengetahui perbandingan tekanan darah, nadi dan respirasi setelah
pengaturan posisi tidur head up 150 dan posisi tidur head up 300 pada pasien
tekanan tinggi intrakranial.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini eksperimen dengan rancangan penelitian pre dan post tes
yaitu mengidentifikasi perbedaan penurunan tekanan darah, nadi dan respirasi
yang menggunakan posisi tidur head up 150 dan 300 pada pasien kasus neurologi
yang mengalami Tekanan Tinggi Intrakranial.
Rancangan penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan eksperimen semu (quasi experimental Research). Tujuan
rancangan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan ekperimen yang

sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. (Notoatmodjo, 2005).
Dengan rancangan pretes-postes dengan melakukan observasi (pengukuran yang
berulang-ulang) sebelum dan sesudah perlakuan. Bentuk rancangan ini adalah
sebagai berikut :

Pre Test
01

Perlakukan
X

Postest
02

9

Diukur: tekanan darah, Posisi tidur head up 150 Diukur: tekanan darah,
nadi dan respirasi
nadi dan respirasi
dengan 300

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan tekanan tinggi
intrakranial akibat cedera kepala berat yang dirawat di ruang rawat inap RSUD
Tasikmalaya, untuk kasus cedera kepala berat rata-rata perbulan 17-20 orang.
Sampel yang digunakan adalah 22 pasien dengan diagnosa tekanan tinggi
intrakranial yang terdiri dari 11 pasien dikelompokkan dengan perlakuan posisi
head up 150 dan 11 pasien dikelompokkan dengan perlakuan posisi head up 300
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan menggunakan teknik concecutive sampling first in firs out,
yaitu memilih subyek penelitian yang ada pada waktu pelaksanaan penelitian dan
sesuai dengan kriteria inklusi. Penderita yang didiagnosa medis TTIK diberi
nomor, nomor yang ganjil diberi perlakuan posisi kepala head up 150 dan nomor
genap diberi perlakuan posisi kepala head up 300 . Sampel dipilih 38 secara
sederhana, yaitu dengan menentukan subyek yang akan diambil sesuai dengan
kriteria inklusi yang telah ditetapkan.
Kriteria inklusi :
Kriteria inklusi penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang
neurologi dengan diagnosa medis tekanan tinggi intrakranial
1) Usia antara 15 - 65 tahun
2) Pasien baru masuk ke ruang rawat R. V
3) Belum mendapatkan terapi manitol

10

4) Diagnosa medis dengan tekanan tinggi intrakranial (TD sistolik meningkat,
nadi lambat dan respirasi lambat dan tidak teratur)
5) Bersedia dan telah memberikan persetujuan untuk mengikuti penelitian
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
1) Pasien dengan riwayat penyakit jantung
2) Pasien dengan riwayat DM
3) Pasien gelisah
4) Pasien demam/ hipertermi
5) Fraktur Cervical

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini tentang Perbandingan Posisi Head Up 150 dengan 300 Terhadap
Tekanan Darah, Nadi dan Respirasi Pada Pasien Tekanan Tinggi Intrakranial di
Ruang Rawat Neurologi RSUD Tasikmalayayang telah dilakukan terhadap 22
pasien yang mengalami tekanan tinggi intrakranial, dibagi 2 kelompok yaitu 11
orang kelompok dengan perlakuan posisi head up 150 dan 11 orang lagi dengan
perlakuan posisi head up 300 . Semua subyek dilakukan pengukuran tekanan
darah, nadi dan respirasi pada pre (sebelum perlakuan) dan post perlakuan setelah
30 menit

4.1. Hasil Penelitian

11

Tabel 4.1. Perbandingan Tekanan Tekanan Darah sistolik, Nadi dan
Respirasi Pre dan Post Perlakuan Pada Pasien Dengan Tekanan
Tinggi Intrakranial di Ruang V RSUD Tasikmalaya 2012(n=22)
No.

Variabel

I

Posisi head up 150 (n=11)
 Sistolik (mmHg)
 Nadi (x/mnt)
 Respirasi (x/mnt)

II

Posisi head up 300 (n=11)
 Sistolik (mmHg)
 Nadi (x/mnt)
 Respirasi (x/mnt)

Sebelum
160,9 (15,8)
58,6 (2,1)
15,8(0.87

Pengamatan
Setelah
152,4 (14,7)
63,2 (3,0)
17,1 (1,22)

Nilai
P

Dokumen yang terkait

PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN DAN POSISI VACUUM TUBE TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA HONDA SUPRA DENGAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BENSIN 80% DAN ETANOL 20%

0 20 1

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP COMEDY INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang )

3 47 64

THE ANALYSIS OF FIGURATIVE LANGUAGE USED IN MARIAH CAREY'S SONGS LYRICS FROM 1990 UP TO 1999

1 18 93

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Tinjauan Hukum Terhadap Kemiripan Merek Pada Produk Makanan Dan Minuman Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

4 81 87

PENGARUH KETERLIBATAN SISWA DALAM ORGANISASI EKSTRAKURIKULER TERHADAP BUDI PEKERTI SISWA SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

12 145 86

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

0 25 90

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

2 37 89

EFFECT OF THE USE OF STUDENT PERCEPTION COOPERATIVE LEARNING MODEL N UMBER HEAD TOGETHER LEARNING AND MOTIVATION OF CREATIVITY IN LEARNING SOCIAL STUDIES IN SMP NEGERI TUMIJAJAR TULANG BAWANG BARAT ACADEMIC YEAR 2012/2013 P ENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG

2 24 135

PERBANDINGAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupate

6 22 62