PERBANDINGAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupate

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN MODELNUMBER HEAD TOGETHER(NHT) DENGANTHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

PERTAHANAN TUBUH

(Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

M. AGITA BREVY HERNOVAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran model kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi pokok sistem pertahanan tubuh. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA1dan XI IPA2yang dipilih secarapurposive sampling.Desain penelitian adalah pretes-postes kelompok pembanding. Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa, diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, danN-gainyang dianalisis

menggunakan uji-t dan uji-u. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif.


(2)

iii

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pembelajaran model NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibuktikan dengan rata-rata N-gainsebesar 33,1 ± 10,83. Sedangkan untuk rata-rataN-gainkelas TPS yaitu sebesar 28,8 ± 13,2. Peningkatan hasil belajar yang signifikan terjadi pada indikator aspek kognitif (C2) dengan rata-rataN-gainsebesar 54,8 ± 16,3. Rata-rata aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas NHT berkriteria sedang yaitu mengemukakan pendapat/ide (55,77), bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok (68,26), mempresentasikan hasil diskusi kelompok (56,73), merespon hasil presentasi kelompok lain (55,77). Sedangkan pada kelas TPS rata-rata aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati berkriteria rendah yaitu mengemukakan pendapat/ide (44,64), bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok (61,60), mempresentasikan hasil diskusi kelompok (52,68), merespon hasil presentasi kelompok lain (32,14). Dengan demikian, bahwa penerapan Model NHT lebih berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara signifikan dibandingkan dengan model TPS.

Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran NHT, TPS, sistem pertahanan tubuh


(3)

PERBANDINGAN MODELNUMBER HEAD TOGETHER(NHT) DENGAN MODELTHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

PERTAHANAN TUBUH

(Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

M. AGITA BREVY HERNOVAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. KriteriaN-gain... 36

2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa... 37

3. Klasifikasi aktivitas siswa... 41

4. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 42

5. Hasil uji statistik terhadappretest,postestdanN-gain... 44

6. Hasil uji normalitas, homogenitas, uji t dan uji U nilaiN-gainuntuk setiap indikator hasil belajar siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 45

7. Nilaipretest,postestdanN-gainkelas eksperimen I... 107

8. Nilaipretest,postest, danN-gainkelas eksperimen II ... 108

9. Analisis butir soal kelas eksperimen I... 109

10. Analisis butir soal kelas eksperimen II... 110

11.Analisis butir soal per indikator kelas eksperimen I... 111

12.Analisis butir soal per indikator kelas eksperimen II... 112

13. Analisis data observasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen I ... 113


(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10 2. Desain pretes-postes kelompok pembanding. ... 29 3. Contoh jawaban siswa indikator C2 (LKS model NHT pertemuan 1

no 1) ... 50 4. Contoh jawaban siswa indikator C2 (LKK model TPS pertemuan

no 1) ... 50 5. Contoh jawaban siswa indikator C3 (LKS model NHT pertemuan 2

no 5) ... 51 6. Contoh jawaban siswa indikator C3 (LKK model TPS pertemuan 2

no 5) ... 51 7. Contoh jawaban siswa indikator C4 (LKK model NHT pertemuan 1

no 5) ... 52 8. Contoh jawaban siswa indikator C4 (LKS model TPS pertemuan 1

no 5) ... 53 9. Contoh jawaban siswa indikator C5 (LKS model NHT pertemuan 2

no 2) ... 54 10. Contoh jawaban siswa indikator C5 (LKK model TPS pertemuan 2

no 2) ... 54 11. Contoh jawaban siswa pada soal pretes dan postes no 5 kelas NHT ... 55 12. Contoh jawaban siswa pada soal pretes dan postes no 5 kelas TPS .... 55 13. Contoh jawaban LKS siswa pada kelas NHT... 56 14. Contoh jawaban LKS siswa pada kelas TPS... 57


(6)

xvii

15. Siswa sedang sedang mengerjakan Pretes-postes kelas yang

menggunakan model NHT... 115 16. Siswa sedang mengerjakan LKK dan berdiskusi kelompok pada

kelas yang menggunakan model NHT... 115 17. Siswa yang nomornya dipanggil sedang mempresentasikan hasil

diskusinya pada kelas yang menggunakan model NHT ... 116 18. Siswa sedang mendengarkan hasil diskusi kelompok lain pada kelas

yang menggunakan model NHT... 116 19. Guru sedang menyampaikan tujuan pembelajaran ... 117 20. Siswa sedang mengerjakan Pretes-postes pada kelas menggunakan

model TPS ... 117 21. Siswa sedang berdiskusi kelompok pada kelas yang menggunakan

model TPS... 118 22. Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok pada kelas


(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 9

G. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 12

B. Model PembelajaranNumber Head Together(NHT)... 14

C. Model PembelajaranThink Pair Share(TPS) ... 18

D. Aktivitas Siswa ... 21

E. Hasil Belajar Siswa ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur penelitian... 29

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 46

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 58


(8)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN 1. Silabus... 63

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

3. Lembar Kerja Kelompok ... 80

4. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ... 94

4. Soal Pretes dan Postes... 100

5. Data Hasil Penelitian... 107


(9)

(10)

(11)

MOTO

Janganlah engkau bergembira karena sesuatu yang sirna dan

janganlah engkau resah karena sesuatu yang hilang, tetapi

bergembiralah karena Allah, peliharalah adab, lahir dan batin.

Seseorang tidak mempunyai adab yang buruk pada lahir dan

batinnya melainkan ia akan mendapat balasannya.

(Aisyah Binti Usman Sa ad An Nisabury.

Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap

mereka (sebagai tanda hormat) untuk pencari ilmu

sebagai ungkapan keridhoan mereka terhadap apa yang

dia cari

(Rosulullah SAW, dari Shofwan bin Assal)

Kesabaran, pengorbanan dan terus berusaha adalah kunci

kesuksesan

(M. Agita Brevy Hernovan)

Bersyukurlah jika kamu lelah dan letih, karena itu kamu

telah membuat suatu perbedaan


(12)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan nikmatnya yang tak terhitung. Sholawat beriring salam selalu tercurahkan kepada

Rasullullah Muhammad SAW

segala apa yang telah aku miliki dan aku dapatkan adalah berkat Izin dan Ridho dari NYA, serta doa dari orang-orang yang mencintaiku. Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu

berharga dalam hidupku:

Bapakku Sumarno S dan Ibuku Herni Dwi Haryani

Yang telah mendidik dan membesarkan aku dengan segala doa terbaik mereka, pengorbanan yang selalu menguatkan aku, kesabaran dan limpahan kasih sayang serta mendukung segala langkahku menuju

kesuksesan

Adikku A. Hendi Dwi Jayadi dan Rissa Faifilia Rahma yang selalu memberi semangat, bantuan ketika dalam kesulitan serta memotivasi dan menyayangi aku serta keluarga besar yang ku sayangi hingga akhirnya

terselesaikan sebuah persembahan ini

Nenekku Siti Khodijah yang selalu menanti keberhasilan saya Guru dan murobbi, atas nasihat, ilmu dan arahan yang telah kau berikan Sahabat-sahabatku serta teman-teman sejati (mahasiswa pendidikan biologi

angkatan 2009 Unila)


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tulungagung 21 Agustus 1991, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sumarno S dengan Ibu Herni Dwi Haryani. Tempat tinggal penulis di Jalan Sadewa Nomor 31 RT 003 RW 001 Tulungagung Kode Pos 35372 Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Cp (085783317593).

Penulis mengawali Pendidikan formal di SD Negeri 1 Tulungagung, Gadingrejo (1997-2003), SMP Negeri 1 Gadingrejo, (2003-2006), SMA Negeri 1 Gadingrejo (2006-2009). Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Ujian Mandiri (UM) Perguruan Tinggi Negeri.

Selama menjadi mahasiswa penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Totomulto kecamatan Waybungur Kabupaten Lampung Timur dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Lampung Timur tepatnya di Desa Totomulyo Kecamatan Waybungur Kabupaten Lampung Timur (Tahun 2012), dan penelitian pendidikan di SMA Negeri 2 Gadingrejo untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada tahun 2015.


(14)

xi

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila.Skripsi ini berjudul “PERBANDINGAN MODELNUMBER HEAD TOGETHER(NHT) DENGANTHINK PAIR SHARE(TPS) TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh)”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;


(15)

xii

6. Rini Rita T Marpaung, S.Pd. M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang sangat berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Drs. Heru Nugroho, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 2 Gadingrejo dan Eka Marmah, S.Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Negeri 2 Gadingrejo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

9. Sahabat-sahabatku seperjuangan Rio, Eldi, Made, Feri, Soni, Imron, Yudi, Rizki, Surya, Diyan, Cincin, dkk (Pendidikan Biologi 2009) atas doa dan bantuannya, semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;

10. Almamater tercinta, Universitas Lampung;

Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis


(16)

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk menciptakan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif dalam

mengembangkan potensi dirinya. Hal ini seperti yang tertulis dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2007: 12).

Proses pendidikan adalah suatu aspek kehidupan yang sangat penting dan mendasar dalam pembangunan suatu negara yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang diwujudkan melalui proses pembelajaran. Menurut Amri dan Ahmadi, (2010: 88) bahwa proses pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar.


(18)

2

Masalah pendidikan yang sering muncul saat ini adalah masih rendahnya prestasi atau hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Sejalan dengan data dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) 2010, bahwa hasil Ujian

Nasional tahun pelajaran 2009/2010 baik pada sekolah negeri maupun swasta pada ketiga mata pelajaran, pada tingkat SMA/MA ketidaklulusan sebesar 10,12%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya keefektifan proses pembelajaran yang selama ini belum mengarah pada konteks

pembelajaran bermakna. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi pada guru(teacher oriented)cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan kurang dioptimalkan (Tjalla, 2011: 2).

Menurut Badan Nasional dan Standar Pendidikan (BNSP) terlihat bahwa kualitas proses pembelajaran yang dilakukan di Indonesia kurang optimal sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Menurut (Trianto, 2009: 108) pembelajaran yang baik seharusnya berpusat pada siswa (student centered), guru tidak lagi

mendominasi dalam kegiatan pembelajaran melainkan siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.


(19)

3

Hal ini semakin diperkuat dari hasil observasi peneliti di SMA Negeri 2 Gadingrejo, diperoleh informasi bahwa pada tahun ajaran 2012/2013 hasil belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh masih rendah yaitu 60. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 70. Rendahnya nilai rata-rata pelajaran Biologi di SMA tersebut karena guru masih sering menggunakan metode ceramah. Siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berpikir maupun bertindak, siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru, akibatnya siswa tidak dapat mengembangkan pengetahuannya secara mandiri sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang optimal. Guru sangat jarang menggunakan suatu model pembelajaran, hanya sesekali menerapkan model pembelajaran yaitu menggunakan model tipe TPS dalam pembelajarannya.

Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Banyak model pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran diantaranya adalah model kooperatif tipe NHT dan tipe TPS. Kedua pembelajaran ini memiliki keistimewaan tersendiri dalam penerapannya. Pada model pembelajaran kooperatif NHT proses pembelajarannya diawali dengan kerja kelompok dan diakhiri dengan kerja individu. Aktivitas pembelajaran model NHT lebih mengandalkan kemampuan individu kelompoknya sedangkan untuk penilaian dilakukan secara kelompok dan individu. Pada model kooperatif TPS proses pembelajaran diawali dengan kerja individu dan diakhiri dengan kerja kelompok. Aktivitas pembelajaran model TPS hanya mengandalkan


(20)

4

kemampuan kelompok saja, dan untuk penilaiannya juga dilakukan secara kelompok (Muzalifah, 2011: 27).

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model pembelajaran ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 28).

Model pembelajarantipe TPSadalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berpikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share). Pembelajaran tipe ini mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. Siswa dapat bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok kecil yang heterogen (Lie, 2002: 56). Penelitian pendukung mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah hasil penelitian Prayoga (2010: 50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Selain itu

penelitian Firdaus (2008: 44) menunjukkkan aktivitas dan hasil belajar yang lebih baik.


(21)

5

Dari hasil penelitian itu, terlihat bahwa kedua model pembelajaran kooperatif tersebut apabila diterapkan pada siswa yang sebelumnya masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional, efek yang diberikan adalah sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun dari kedua tipe pembelajaran kooperatif tersebut belum diketahui yang lebih baik apabila diterapkan pada siswa SMA Negeri 2 Gadingrejo dengan karakteristik tersendiri yang mengutamakan pembelajaran berbasis kekeluargaan sehingga pembelajaran menjadi efektif. Hal ini belum terlihat karena sumber daya sekolah dan kedekatan pendidik dengan peserta didik belum dikembangkan secara maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang diterapkan pada konsep sistem pertahanan tubuh dengan judul“Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo”.


(22)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Manakah rata-rata aktivitas siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi pokok sistem pertahanan tubuh?

2. Manakah rata-rata hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara

pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi pokok sistem pertahanan tubuh?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Rata-rata aktivitas siswa yang lebih tinggi melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.

2. Rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan TPS pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.


(23)

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti: memberikan wawasan serta pengalaman baru dalam

melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS.

2. Guru: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.

3. Siswa: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa.

4. Sekolah: memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya dan pendidikan umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu:

a. Tahap pembentukan kelompok b. Penomoran anggota kelompok c. Pembagian bacaan tentang materi


(24)

8

d. Diskusi kelompok

e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban hasil diskusi f. Memberi kesimpulan. Trianto (2009: 83).

2. Model pembelajaran TPS merupakan suatu strategi diskusi kooperatif yang dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Penyampaian materi

b. Siswa berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

c. Pleno kecil diskusi dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

d. Pengarahan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum terungkap

e. Penarikan kesimpulan dari pelajaran yang disampaikan. Suyatna (2007: 59).

3. Hasil belajar pada aspek kognitif yang diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari pretes, postes danN-gainpada materi sistem pertahanan tubuh.

4. Aktivitas belajar siswa yang diamati selama proses pembelajaran dalam penelitian ini meliputi: (a) mengemukakan pendapat dalam tugas kelompok (b) bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok (c) mempresentasikan hasil diskusi (d) merespon hasil kelompok lain.

5. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 sebagai kelas eksperimen NHT dan XI IPA2 sebagai kelas eksperimen TPS


(25)

9

6. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sistem pertahanan tubuh. KD 3.8. “menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit”.

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus kepada siswa dengan harapan terjadinya respon yang positif pada diri siswa. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran juga mempunyai dampak terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran kelas untuk merangsang aktivitas siswa dalam mengembangkan pengetahuan untuk meningkatkan hasil belajar diantaranya dengan model NHT dan TPS.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat melatih siswa untuk aktif dalam mencari informasi, mendorong tumbuhnya kesadaran individu, kerjasama antar siswa dan rasa saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Adanya tanggungjawab mengajarkan materi kepada anggota kelompok lain dapat meningkatkan dorongan dan kebutuhan belajar serta melatih rasa percaya diri siswa. Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal- soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa, dimana siswa dapat bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok kecil


(26)

10

yang heterogen. Dengan proses pembelajaran seperti ini diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok, melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah varibel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar pada materi pokok sistem pertahanan tubuh manusia oleh siswa.

Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:

Keterangan: Tipe teoritis variabel bebas perbandingan model pembelajaran koperatif tipe NHT (X1) dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (X2) terhadap variabel terikat (Y) hasil belajar. Gambar 1 . Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

X1

X2


(27)

11

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi sistem pertahanan tubuh manusia .

H1: Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbeda dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi sistem pertahanan tubuh manusia.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

kontekstual. Sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Terdapat empat unsur pokok yang termasuk dalam belajar terstruktur yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian

bekerjasama (Amri dan Ahmadi, 2010: 90).

Pendapat dari Nurulhayati (dalam Rusman, 2012: 203) bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi dan belajar bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Model ini membuat siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pemikiran Artzt dan Newman (dalam Trianto, 2009: 56) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam suatu tim

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.


(29)

13

Pembelajaran kooperatif dipandang sebagai strategi mengajar yang

memberikan peran terstruktur bagi siswa seraya menekankan interaksi siswa-siswa (Eggen dan Kauchak, 2012: 136). Menurut pendapat Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 62) interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya

perkembangan intelektual siswa. Lebih lanjut Slavin (dalam Rusman, 2012: 201) menerangkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibolehkan terjadinya pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif menjadikan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jempatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak banyak

memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung untuk menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademiknya (Trianto, 2009: 59). Menurut Johnson (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 153) siswa yang bekerja sama di dalam kelompok kooperatif mengasah keterampilan sosial mereka, menerima siswa dengan kemampuan kesulitan belajar, dan membangun persahabataan dan sikap positif terhadap orang lain yang memiliki prestasi, etnisitas, dan gender berbeda. Hal lain yang mendukung adalah pernyataan Trianto (2009: 60) bahwa di dalam


(30)

14

proses pembelajaran kooperatif akan memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konversional yang menerapkan sistem kompetisi yaitu keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh kerja sama antarsiswa yang saling ketergantungan dalam keberhasilan kelompoknya (Amri dan Ahmadi, 2010: 93). Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran

kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 153) yaitu (1) siswa dengan latar belakang berbeda bekerja sama; (2) anggota kelompok memiliki status yang setara; (3) siswa mempelajari diri mereka satu sama lain sebagai individu; dan (4) guru menekankan nilai dari kerja sama di antara semua siswa.

B. Model Pembelajaran KooperatifNumbered Head Together(NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT)

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini


(31)

15

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tipe ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama siswa. Model pembelajaran ini selalu diawali dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok sengaja diberi nomor untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah posisi kelompok, menyusun materi, mempresentasikan, dan mendapat tanggapan dari kelompok lain. Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh Bawn (2007: 47).

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa model NHT memungkinkan lebih efektif dari pada dengan cara yang tradisional. Perbedaan rata-rata presentasinya antara dua cara yaitu 15,79%. Banyak penelitian mencatat bahwa tidak terdapat siswa-siswa yang prestasinya mengalami

kegagalan selama menggunakan model NHT. Walaupun banyak penilitian tidak terdapat perbedaan prestasi yang seragam, selama para siswa diberikan tugas dengan model NHT yang bermanfaat untuk prestasi akademiknya pada siswa-siswa negara meksiko amerika dan afrika yang hasil belajarnya mengalami kesulitan.

Dalam proses pembelajaran kooperatif terdapat pedoman yang harus

dilaksanakan agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Ibrahim (2000: 6) menyatakan ada beberapa unsur dasar pembelajaran

kooperatif yang mengharuskan siswa untuk:

1. Menganggap bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama” dalam kelompoknya.

2. Bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Melihat bahwa semua siswa di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.


(32)

16

4. Membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Dievaluasi atau diberikan hadiah penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya.

6. Berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7. Mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:

1. Hasil belajar akademik stuktural, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan akan adanya keragaman. yaitu agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Trianto (2009: 83) mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:


(33)

17

1. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. 2. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” atau berbentuk arahan, misalnya “ Pastikan setiap orang mengetahui 5 ibu kota propinsi yang terletak di pulau sumatra.”

3. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas.

Lie (2008: 47) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT ini mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan NHT diantaranya: Masing-masing anggota kelompok memiliki banyak kesempatan untuk berkontribusi, interaksi lebih mudah, banyak ide yang muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilaksanakan dan guru mudah memonitor kontribusi.


(34)

18

Kelemahan NHT diantaranya: Membutuhkan lebih banyak waktu,

membutuhkan sosialisasi yang lebih banyak, kurangnya kesempatan untuk kontribusi individu serta siswa lebih mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.

Menurut Mahaedi dalam (Baker, 2013: 7)“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 80% dari siswa-siswa mempunyai rata-rata ketepatan presentasi yang tertinggi pada soal-soal NHT dengan rangsangan yang digunakan. 13% siswa-siswa mempunyai rata-rata ketepatan rangsangan tertinggi setelah menggunakan NHT tanpa rangsangan dan 4% dari siswa-siswa mempunyai rata-rata ketepatan presentasi setelah menggunakan seluruh tim yang menjawab

pertanyaan. (Maheadi dkk, 2006). Banyak Penelitian menyatakan bahwa NHT atau NHT tanpa rangsangan memberi para guru dengan dua hubungan yang mudah untuk melakasanakannya, biayanya yang murah, dan caranya yang efektif untuk mengajarkan pengetahuan dasar yang penting sebagai pendorong para siswa untuk memperoleh konsep pengetahuan alam yang penting”.

C. Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Shair(TPS)

Think Pair Share(TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif.

Tahapan TPS adalah sebagai berikut:

Tahap 1. Thinking(berpikir): Guru memberikan mengajukan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2. Pairing(berpasangan): Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang dipikirkan.


(35)

19

Interaksi selama tahap ini diharapkan siswa dapat berbagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya Guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3. Sharing(berbagi): Pada tahap akhir ini guru meminta pada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Secara bergiliran pasangan demi pasangan, dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah

mendapatkan kesempatan untuk melaporkan. Menurut Ibrahim (2000: 26-27). Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh Azlina (2010: 23) bahwa:

“Teknik TPS terpilih untuk digunakan di CETLs harus dengan beberapa alasan. TPS merupakan pembelajaran kooperatif yang diungkapkan dalam diskusi yang berotasi yang mana para siswa mendengarkan presentasi, berpikir secara individu,berbicara pada setiap pasangannya dan akhirnya berbagi jawaban dengan dengan kelompok yang lebih besar. TPS merupakan teknik pembelajaran yang memberikan waktu untuk menambah kedalaman dan memperluas pemikiran”.

Menurut Lyman (2002: 2), TPS memiliki banyak keuntungan daripada metode Tanya jawab. TPS dapat mengoptimalisasi partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih

berkaitan. Jawaban telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya didepan kelas. Proses pelaksanaan TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak


(36)

20

relevan dengan pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya.

Teknik belajar TPS yang dikembangkan oleh Kagan dalam (Lie, 2002: 56) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan lain dari tekhnik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Tekhnik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan anak didik.

“Model TPS meliputi siswa yang mendiskusikan jawaban dan pertanyaan dengan kelompok lainnya. Guru bertanya kepada seluruh siswa dan memberikan banyak waktu kepada para siswa untuk menjawab pertanyaan secara individu. Kemudian guru menjelaskan kepada para siswa secara bergilir untuk mendidkusikan jawabannya. Para siswa diberikan waktu untuk mendiskusikan jawaban dengan pasangannya. Jika jawaban berbeda, satu orang mencoba untuk

meyakinkan pasangannya dengan jawaban yang benar”. Barkley (dalam Trent, 2013: 5)

Adapun keunggulan dari TPS adalah lebih mengoptimalkan partisipasi siswa didalam proses belajar mengajar disekolah. Selain siswa lebih banyak

berfikir, menjawab dan saling membantu dalam kelompok kecil yang heterogen baik secara akademik maupun jenis kelamin. Kelompok kecil ini diharapkan siswa lebih aktif belajar untuk menyelesaikan tugas- tugas akademik dan semua anggota kelompok merasa terlibat didalamnya sehingga diterapkanlah pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pembelajaran kooperatif tipe TPS dilakukan dengan cara siswa diberi pertanyaan atau soal untuk dipikirkan sendiri (Think), kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya dengan pasangannya (Pair), setelah itu guru dapat


(37)

21

menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan pendapatnya atas pertanyaan atau soal itu bagi seluruh kelas (Share).TPS dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling

membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu. Kelebihan dalam kelompok berpasangan menurut Lie ( 2002: 45) yaitu: Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok, cocok untuk tugas sederhana, lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing- masing anggota kelompok serta interaksi lebih mudah dan cepat membentuknya.

D. Aktivitas Belajar Oleh Siswa

Aktivitas belajar siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2007: 97) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas proses pembelajaran itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Menurut Hamalik (2004: 171) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Sebagai pendukung, Rohani (2004: 9-10) menyatakan dalam pembelajaran yang efektif guru hanya merangsang keaktifan siswa dengan jalan menyajikan bahan pengajaran, yang mengelolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing.

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat-aktif dengan anggota


(38)

22

badan, membuat sesuatu, bermain maupun berkerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki

aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam pengajaran, seperti mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya, dan sebagainya (Rohani dan Ahmadi, 1995: 6). Dua aktivitas (fisik dan psikis) dipandang sebagai hubungan yang erat. Sehubungan dengan ini, Peaget (dalam Sardiman, 2007: 100) menerangkan bahwa seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat berarti anak itu tidak berpikir. Lebih lanjut Rohani (2004: 7) menyatakan berpikir pada taraf verbal baru timbul setelah individu berpikir pada taraf perbuatan, sehingga disini berlaku prinsiplearning by doing-learning by experience.

Terdapat “Miss-understanding” yang sering muncul bahwa keaktifan atau kegiatan kegiatan disamakan dengan menyuruh peserta didik melakukan sesuatu. Haruslah dipahami, keaktifan atau kegiatan yang dimaksud tentu jika peserta didik dapat mengekspresikan kemampuan sendiri, misalnya ringkasan membuat adegan dengan benda-benda konkrit. Sehingga ia tidak hanya menggunakan telinga saja tetapi juga mata, tangan ikut memikirkan, rarasakan sesuatu dan sebagainya (Rohani, 2004: 8).

Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004: 9) membagi aktivitas belajar peserta didik dalam 8 kelompok, yaitu sebagai berikut :


(39)

23

1. kegiatan visual, seperti membaca, memerhatikan gambar, mangamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. kegiatan lisan (oral) seperti: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. kegiatan mendengarkan,sebagai contoh mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, pendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. kegiatan menulis,misalnya menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. kegiatan menggambar,misalnya : menggambar, membuat grafik,chart, diagram peta dan pola.

6. kegiatan metrik,seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. kegiatan mental,sebagai contoh misalnya merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, factor-faktor, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. kegiatan emosional,seperti misalnya, minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang, gugup, dan lain-lain.


(40)

24

Penggunaan asas aktivitas belajar besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena (1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; (2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral; (3) memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa; (4) bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri; (5) memupuk disiplin siswa secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis; (6) mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru; (7) pengajaran diselnggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis; serta (8) pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat (Hamalik, 2004: 175).

E. Hasil Belajar Oleh Siswa

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengatasi aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2006: 23) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu usaha atau keinginan anak untuk menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan guru sekolah. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung apa yang diperlajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran,

perubahan perilaku yang dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.


(41)

25

Hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar mengajar antara guru dengan siswa. Menurut Hamalik (2004: 30) hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek berikut ini: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis, budi pekerti dan sikap. Hasil belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan proses evaluasi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Hasil belajar ini merupakan puncak dari proses belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) hasil belajar merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan poses

evaluasi belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Sukmadinata (2009: 102) hasil belajar atauachievementmerupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Hampir sebagian terbesar dari perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Perilaku ini dapat berupa perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Tingkat penguasaan hasil belajar biasanya dilambangkan dengan angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah serta huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.

Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis prilaku ranah kognitif sebagai berikut:


(42)

26

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan ini berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, misalnya

menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruh dapat dipahami dengan baik. misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan menyusun program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan beberapa kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.

Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Muhabbidin Syah (2002: 144) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor dari dalam, faktor dari luar dan pendekatan belajar.

A. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis.


(43)

27

1. Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra.

2. Psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

B. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

1. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama

manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat.

2. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran.

C. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 2 Gadingrejo kabupaten Pringsewu.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/ 2014 SMA Negeri 2 Gadingrejo yang hanya terdiri dari dua kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling(Margono, 2010: 113) dengan alasan terbatasnya jumlah sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA1sebagai kelas experimen I menggunakan model pembelajaran NHT dan kelas XI IPA2sebagai kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran TPS. Pemilihan kelas dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap kesetaraan kemampuan rata-rata nilai biologi dari kedua kelas tersebut.


(45)

29

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan eksperimental semu(quasi eksperiment)dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok NHT dan kelompok TPS. Kelas eksperimen 1 diberikan perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Setelah itu kedua kelas diberi pretes-postes yang sama kemudian hasilnya dibandingkan. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan : 1 = kelas eksperimen 1, 2 = kelas eksperimen 2, O1 = prestest, O2 = postest, X1 = perlakuan NHT, X2 = perlakuan TPS Gambar 2. Desain tes awal-tes akhir kelompok pembanding

(Dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 90)

D. Prosedur penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin untuk penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

Kelompok Pretes Perlakuan Postes I O1 X1 O2


(46)

30

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang sudah menjadi subjek penelitian.

c. Mengambil data yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

d. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

e. Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sesuai dengan materi pokok yang sudah diteliti yaitu materi pokok sistem pertahanan tubuh.

f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan pembelajaran di kelas dibagi menjadi dua yaitu menggunakan model NHT untuk kelas eksperimen 1 dan model TPS untuk kelas eksperimen 2. Masing-masing kelas yang telah diteliti melakukan proses pembelajaran NHT dan TPS selama 2 pertemuan. Urutan prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Kelas Eksperimen 1 (NHT)

• Pendahuluan

a) Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.


(47)

31

c) Guru memberikan apersepsi kepada siswa agar tertarik pada pelajaran. (Pertemuan I); mengajukan pertanyaan ”Pernahkah kalian berlari? Apa yang dikeluarkan tubuh setelah berlari?

Mengapa demikian?”(Pertemuan II)“Pernahkah kalian

mengalami bersin? Apa yang kalian rasakan setelah bersin? Mengapa demikian?”.

d) Guru memberikan motivasi kepada siswa, pertemuan I: ”Guru memberikan penjelasan bahwa saat tubuh kita berkeringat maka akan terjadi pengaturan suhu tubuh dan perlindungan terhadap bakteri yang menempel pada kulit, untuk itu kita perlu

mempelajari mengenai sistem pertahanan pada tubuh.”Pertemuan II:”Guru memberikan penjelasan bahwa saat kita bersin maka tubuh akan mengeluarkan kuman, bakteri dan zat-zat asing lainnya yang akan masuk ke dalam tubuh, untuk itu kita perlu mempelajari tentang macam-macam pertahanan tubuh dan

disfungsinya”

e) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa oleh guru.

• Kegiatan inti

a) Siswa mengkondisikan diri berada dalam kelompok masing-masing.

b) Siswa dibagikan kartu nama berbeda-beda yang telah diberi nomor dalam setiap kelompok. Satu kelompok ada 4-5 orang


(48)

32

siswa disesuaikan dengan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas

c) Siswa menerima lembar kerja yang diberikan guru serta mendengarkan arahan dari guru mengenai cara pengisian lks tersebut.

d) Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan LKK pada pertemuan:

pertama: berkaitan dengan sub materi mekanisme pertahanan tubuh

kedua: berkaitan dengan sub materi macam-macam sistem pertahanan tubuh

e) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

f) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

g) Siswa presentasi mengenai hasil diskusi, dan kelompok lain memberikan tanggapan.

• Penutup

a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap pertemuan.


(49)

33

c) Guru meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

d) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Kelas Eksperimen 2 (TPS)

• Pendahuluan

a) Siswa mendengarkan penjelasan tujuan pembelajaran oleh guru. b) Siswa mengerjakan soal tes awal dalam bentuk uraian.

c) Guru memberikan apersepsi kepada siswa agar tertarik pada pelajaran. (Pertemuan I); mengajukan pertanyaan ”Pernahkah kalian berlari? Apa yang dikeluarkan tubuh setelah berlari? Mengapa demikian?”(Pertemuan II)“Pernahkah kalian mengalami bersin? Apa yang kalian rasakan setelah bersin? Mengapa demikian?”.

d) Guru memberikan motivasi kepada siswa, pertemuan I: ”Guru memberikan penjelasan bahwa saat tubuh kita berkeringat maka akan terjadi pengaturan suhu tubuh dan perlindungan terhadap bakteri yang menempel pada kulit, untuk itu kita perlu

mempelajari mengenai sistem pertahanan pada tubuh.”Pertemuan II:”Guru memberikan penjelasan bahwa saat kita bersin maka tubuh akan mengeluarkan kuman, bakteri dan zat-zat asing lainnya yang akan masuk kedalam tubuh, untuk itu kita perlu mempelajari tentang macam-macam pertahanan tubuh dan disfungsinya”.


(50)

34

e) Siswa diberikan penjelasan tentang model pembelajaran TPS oleh guru.

• Kegiatan inti

a) Siswa mendengarkan penjelasan materi singkat oleh guru. b) Siswa mengkondisikan diri dalam kelompok masing-masing. c) Siswa menerima membagikan LKK kepada kemudian diberi

waktu untuk berpikir (thinking) selama 2 menit tentang jawaban dari pertanyaan dalam LKS tersebut.

d) Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKK selama 5 menit.

e) Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas. f) Siswa yang lain menanggapi hasil diskusi

g) Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa, serta mengarahkan diskusi untuk mengambil kesimpulan.

h) Guru memulai kembali tahapanthinking, pairing, dan sharing dengan membagikan lembar pertanyaan yang baru hingga seluruh kelompok mengemukakan pemikirannya.

• Penutup

a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap pertemuan.


(51)

35

c) Guru meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

d) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data penelitian berupa data kuantitatif (Hasil Belajar) yang diperoleh dari: a. Data Kognitif

Data kognitif siswa berupa pengetahuan siswa yang diambil dengan memberikan Tes formatif, soal diberikan dalam bentuk essai.

b. Data Afektif

Data afektif siswa siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi afektif. Aspek yang dinilai meliputi: Kedisiplinan, Kesopanan, Keaktifan, dan Kerajinan menggunakan skalaLikert (Anonim, 2003: 21).

c. Data Psikomotor

Data psikomotor siswa diambil menggunakan lembar observasi psikomotorik, berupa aspek psikomotor yang dinilai dari kecakapan dan keuletan dalam melaksanakan percobaan misalkan dengan mengamati gambar yang ada di LKK maupun pengamatan langsung terhadap objek yang diamati menggunakan skalaLikert(Anonim, 2003: 16).


(52)

36

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tes awal dan tes akhir

Data hasil belajar berupa nilai tes awal dan tes akhir. Nilai tes awal diambil sebelum pembelajaran baik pada kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II, sedangkan nilai tes akhir diambil setelah pembelajaran baik pada kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II. Kemudian dihitungN-Gainnya, lalu dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkanN-Gainpada setiap pertemuan menggunakan formulaHake(dalamLoranz, 2008: 3) sebagai berikut:

N-Gain = ×100

− −

Y Z

Y X

;

Keterangan : X = nilai tes akhir; Y = nilai tes awal; Z = skor maksimal

Tabel 1. Kriteria % peningkatan hasil belajar siswa. % Peningkatan Kriteria

%g> 70 70 > %g> 30 %g< 30

Tinggi Sedang Rendah (dimodifikasi dari Hake, 1999: 1)


(53)

37

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara menuliskan (skor) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Aktivitas Belajar Siswa

∑ xi X

A B C D

Skor 1 2 3 4 Dst Jumlah skor Skor maks Persentase Kriteria

Keterangan aspek aktivitas belajar siswa :

A Mengemukakan pendapat/ide dalam menyelesaikan tugas kelompok

S

kor

0 Tidak mengemukakan pendapat/ide

1 Mengemukakan pendapat/ide namun kurang relevan dalam merumuskan masalah.

2 Mengemukakan pendapat/ide yang relevan dalam merumuskan masalah yang sesuai topik.

Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati pendapat/ide yang dikemukakan oleh siswa secara tertulis.

B Bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok

S

kor 0 Tidak bekerja sama (diam saja).

1 Bekerja sama, namun dengan satu atau dua orang saja. 2 Bekerja sama dengan semua anggota kelompok

Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati kegiatan siswa selama berdiskusi.

C Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

S

kor 0 Tidak mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi kelompok dan tidak dapat menjawab pertanyaan (diam saja).


(54)

38

1 Mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar atau tidak mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

2 Mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi dan menjawab pertanyaan dengan benar.

Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi.

D Merespon hasil presentasi kelompok lain dengan bertanya jawab, kritik atau saran:

0 Tidak merespon hasil presentasi (diam saja)

1 Merespon hasil presentasi, tetapi hanya bertanya atau menjawab saja, mengkritik atau memberi saran saja (satu kegiatan)

2 Merespon hasil presentasi, baik bertanya dan menjawab atau mengkritik dan memberi saran (dua kegiatan atau lebih) Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati kegiatan siswa setelah presentasi, dan mencatat pertanyaan, jawaban, kritik, maupun saran yang diajukan oleh siswa.

F. Teknik Analisis Data

a) Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, danN-gainpada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data.

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0= Sampel berdistribusi normal H1= Sampel tidak berdistribusi normal


(55)

39

b) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5). Jika tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji U.

2) Uji Homogenitas

Data yang berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0= Kedua sampel mempunyai varians sama H1= Kedua sampel mempunyai varians berbeda b) Kriteria Pengujian

Jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka H0diterima Jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka H0ditolak (Pratisto, 2004:71).

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17. a) Uji hipotesis dengan uji t

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0= Rata-rataN-gainkedua sampel sama H1= Rata-rataN-gainkedua sampel tidak sama b) Kriteria Pengujian

Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima.

Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabelmaka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).


(56)

40

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0= rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen I sama dengan kelompok eksperimen II.

H1= rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen I lebih tinggi dari kelompok eksperimen II.

b) Kriteria Pengujian

Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima.

Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).

b) Uji U (UjiMann Whitney)

Data yang tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U atau UjiMann Whitney.

a) Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1= Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

b) Kriteria Uji

- Jikap-value> 0,05 maka terima Ho

- Jikap-value< 0,05 maka tolak Ho(Pratisto. 2004:36). b) Data Kualitatif

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut:


(57)

41

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = 100%

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Kategori Interpretasi

0,00–29,99 Sangat Rendah 30,00–54,99 Rendah 55,00–74,99 Sedang 75,00–89,99 Tinggi 90,00–100,00 Sangat Tinggi

Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Widiyaningrum, 2010: 46). Skor perolehan


(58)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi sistem pertahanan tubuh.

2. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi tetapi tidak signifikan daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(59)

59

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Peneliti sebaiknya membawa lebih dari satu observer penelitian agar

semua aktivitas belajar dan proses pembelajaran oleh siswa dapat terekam dengan baik.

2. Guru sebaiknya menguasai berbagai model pembelajaran inovatif dan bervariasi dengan harapan guru mampu menerapkan nya dalam

pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan lebih tertarik dalam pembelajaran.

3. Siswa sebaiknya diberi batasan waktu yang disediakan pada setiap sintaks NHT dan TPS yang ada sehingga semua langkah pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan siswa dapat menggunakan waktu dengan lebih efisien.

4. Sekolah sebaiknya memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada pendidikan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S dan Ahmadi. 2010.Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.Prestasi Pustaka. Jakarta.

Anonim. 2009.Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.

Azlina, N. 2010. CETLsSupporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Through the Use of Think-Pair-Share Techniques. Malaysian Institute of Information Technology Universiti Kuala Lumpur. (Jurnal). Diakses pada 20 Oktober 2013 dari http://ijcsi.org/papers/7-5-18-29.pdf Baker, D.P. 2013.The Effect Of Implementing The Cooperative Learning

Structure, Number Head Together, In Chemistry Classes At A Rural, Low Performing High School.Graduate Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College. (Jurnal). Diakses pada 20 Oktober 2013 darihttp://ijcsi.org/papers/7-5-18-29.pdf

Bawn, S. 2007.The effect of Cooperative Learning on Learning and Engagement. The faculty of the Evergreen State College. (Jurnal). Diakses pada 20 oktober 2013 dari http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-07012013-224034/unrestricted/DanielPBakerThesis.pdf.

Belina. W. W. 2008.Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2010.Standar dan Kompetensi DasarUntuk SMA/MA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta Depdiknas. 2007. Undang-undang SISDIKNAS.Sinar Grafika. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Eggen, P dan D. Kauchak. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran.Indeks.


(61)

61

Firdaus, J. 2008.Kajian aktivitas dan hasil belajarbiologi siswa melalui

penerapan Model Pembelajaran Think- Pair- share. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (18 Oktober 2012, 7.40 p.m).

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim, M. 2000.Pembelajaran Kooperatif.Universitas Negeri Surabaya.

Surabaya.

Lie, A. 2002.Cooperatif Learning. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. (Online).

http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAP.HYSDiscipline Rep0708.pdf.(28 Juli2013). Lyman, F. 2002.Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share.

Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (28

desember 2013).

Margono. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan.Rineka Cipta. Jakarta. Muzalifah. 2011.Perbandingan hasil belajar kimia antara yang menggunakan

Model pembelajaran NHT dengan TPS. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Nasution, S. 2006. BerbagaiPendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Rhinneka Cipta. Jakarta

Patisto, A 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistika dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta : PT Elex Media.Computindo. Diakses http://books.google.co.id/books?id=v3NrFrZnEFIC

=PR5&lpg=PR5&dq=Cara+Mudah+Mengatasi+Masalah+Statistik+dan+R ancangan+Percobaan+dengan+SPSS+12 (21 Oktober 2012, 7.19 p.m). Prayoga, C. 2010. Upaya Meningkatkan Aktivitas Siswa Dan Hasil Belajar

Melalui Pembelajaran Tipe NHT. Universitas Lampung: Bandar Lampung Prawiradilaga, D. 2007.Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta. Kencana.

Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung,


(62)

62

Rohani, A. 2004.Pengolagan Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta. Rineka Cipta. Rusman. 2012.Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, S. 2009.Landasan Psikologi Proses Pendidikan Remaja. Rosdakarya. Bandung.

Syah, M. 2002.Psikologi Belajar. Grafindo Persada. Jakarta.

Tjalla, A. 2011. UN dan Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Wardani, A. 2007.Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar).Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Widiyaningrum, N. 2010.Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2009/2010).Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

41

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = 100%

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Kategori Interpretasi

0,00–29,99 Sangat Rendah

30,00–54,99 Rendah

55,00–74,99 Sedang

75,00–89,99 Tinggi

90,00–100,00 Sangat Tinggi

Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Widiyaningrum, 2010: 46). Skor perolehan


(2)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi sistem pertahanan tubuh.

2. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi tetapi tidak signifikan daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.


(3)

59

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Peneliti sebaiknya membawa lebih dari satu observer penelitian agar

semua aktivitas belajar dan proses pembelajaran oleh siswa dapat terekam dengan baik.

2. Guru sebaiknya menguasai berbagai model pembelajaran inovatif dan bervariasi dengan harapan guru mampu menerapkan nya dalam

pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan lebih tertarik dalam pembelajaran.

3. Siswa sebaiknya diberi batasan waktu yang disediakan pada setiap sintaks NHT dan TPS yang ada sehingga semua langkah pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan siswa dapat menggunakan waktu dengan lebih efisien.

4. Sekolah sebaiknya memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada pendidikan.


(4)

Amri, S dan Ahmadi. 2010.Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.Prestasi Pustaka. Jakarta.

Anonim. 2009.Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.

Azlina, N. 2010. CETLsSupporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Through the Use of Think-Pair-Share Techniques. Malaysian Institute of Information Technology Universiti Kuala Lumpur. (Jurnal). Diakses pada 20 Oktober 2013 dari http://ijcsi.org/papers/7-5-18-29.pdf Baker, D.P. 2013.The Effect Of Implementing The Cooperative Learning

Structure, Number Head Together, In Chemistry Classes At A Rural, Low Performing High School.Graduate Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College. (Jurnal). Diakses pada 20 Oktober 2013 darihttp://ijcsi.org/papers/7-5-18-29.pdf

Bawn, S. 2007.The effect of Cooperative Learning on Learning and Engagement. The faculty of the Evergreen State College. (Jurnal). Diakses pada 20 oktober 2013 dari http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-07012013-224034/unrestricted/DanielPBakerThesis.pdf.

Belina. W. W. 2008.Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2010.Standar dan Kompetensi DasarUntuk SMA/MA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta Depdiknas. 2007. Undang-undang SISDIKNAS.Sinar Grafika. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Eggen, P dan D. Kauchak. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran.Indeks.


(5)

61

Firdaus, J. 2008.Kajian aktivitas dan hasil belajarbiologi siswa melalui

penerapan Model Pembelajaran Think- Pair- share. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (18 Oktober 2012, 7.40 p.m).

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim, M. 2000.Pembelajaran Kooperatif.Universitas Negeri Surabaya.

Surabaya.

Lie, A. 2002.Cooperatif Learning. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. (Online).

http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAP.HYSDiscipline Rep0708.pdf.(28 Juli2013). Lyman, F. 2002.Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share.

Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org. http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html (28

desember 2013).

Margono. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan.Rineka Cipta. Jakarta. Muzalifah. 2011.Perbandingan hasil belajar kimia antara yang menggunakan

Model pembelajaran NHT dengan TPS. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Nasution, S. 2006. BerbagaiPendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Rhinneka Cipta. Jakarta

Patisto, A 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistika dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta : PT Elex Media.Computindo. Diakses http://books.google.co.id/books?id=v3NrFrZnEFIC

=PR5&lpg=PR5&dq=Cara+Mudah+Mengatasi+Masalah+Statistik+dan+R ancangan+Percobaan+dengan+SPSS+12 (21 Oktober 2012, 7.19 p.m). Prayoga, C. 2010. Upaya Meningkatkan Aktivitas Siswa Dan Hasil Belajar

Melalui Pembelajaran Tipe NHT. Universitas Lampung: Bandar Lampung Prawiradilaga, D. 2007.Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta. Kencana.

Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung,


(6)

Rohani, A. 2004.Pengolagan Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta. Rineka Cipta. Rusman. 2012.Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, S. 2009.Landasan Psikologi Proses Pendidikan Remaja. Rosdakarya. Bandung.

Syah, M. 2002.Psikologi Belajar. Grafindo Persada. Jakarta.

Tjalla, A. 2011. UN dan Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Wardani, A. 2007.Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar).Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Widiyaningrum, N. 2010.Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2009/2010).Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Neg

0 19 70

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODELPEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE ( (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAPADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil

0 4 61

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampu

3 9 54

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampu

0 5 54

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar Sri

1 4 128

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI BENDA

1 15 49

PERBANDINGAN MODEL JIGSAW DENGAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

6 17 204

PERBANDINGAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupate

6 22 62