MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP COMEDY INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang )

(1)

1 SKRIPSI

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP

COMEDY INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV

( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang )

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh : Noryani 07220086

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

2 SKRIPSI

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP

COMEDY INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV

(Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang)

Disusun Oleh : Noryani 07220086

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

(4)

(5)

(6)

iv


(7)

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, baik bantuan dan dukungan secara materi, moral maupun spiritual.

Terima kasih sebesar-besarnya saya untuk:

1. ALLAH SWT, wahai Tuhan ku Hidup ku, terima kasih atas segala nikmat, rahmat rizeki, hidayah, kesehatan, kepandaian, dan segala yang ada dalam diri dan hidup, serta mati ku.

2. NABI ALLAH MUHAMMAD SAW, sendainya engkau tak hadir di dunia ini, apa jadinya diri ku saat ini. Sholawat dan salam selalu terucap untuk mu wahai mata hatiku.

3. Orang Tua ku, Ayahanda H.M.Noor Imas S.E. dan Ibunda Hj.Sri Haryani yang selalu membuat hidupku ini berarti setiap hari dan setiap saat, serta terima kasih atas doa dan kasih sayang kalian selama ini. Semoga jerih payah dan kesabaran Abah dan Mama selama ini membuahkan hasil. Anakmu ini dapat hidup mandiri dan menjalani hidup dengan kemudahan sesuai dengan yang diharapkan.

4. Saudara-saudara ku, Kakak perempuan ku Rahmawati S.H dan kakak laki-laki ku Zulkifli S.E yang selalu memberikan dukungan selama ini dan tidak lupa juga untuk adik perempuan kesayangan ku Irma Purnama Sari semoga tahun depan dapat menyusul menjadi seorang wisudawati.

5. Pacarku, Rizky Abrianto, yang selama ini bisa membuat sedih dan bahagia, tersenyum dan tertawa. Terima kasih selama ini sudah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan selalu memberikan dukungan..

6. Sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya anak-anak pelangi (awit,laras,chaur,weny,yoshi,dita) terima kasih sahabat ku ikom 07 (imel,sobi,rizal) terima kasih bantuan kalian, teman-teman titu kost (ragil,tintan,dwi,fina,dita) dan masih banyak teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Assalmu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam saya haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikannya tugas akhir ini. Dengan perjuangan keras (akademis maupun non akademis) akhirnya saya dapat menuntaskan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Dengan terselesaikannya skripsi saya yang berjudul “MOTIF

MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP COMEDY

INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV (Studi Pada Mahasiswa komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang), maka selesai sudah masa studi Strata 1 saya. Walaupun masih terdapat kelemahan pada penelitian yang saya lakukan, Insyaallah skripsi ini menjadikan acuan saya guna mengembangkan terus keilmuan saya di bidang komunikasi.

Penulisan skripsi ini didasari atas marak nya komunitas stand up comedy indonesia khususnya mahasiswa. Dan acara ini sebagai warna baru dalam dunia pertelevisian agar membuat stasiun-stasiun televisi semakin berlomba-lomba untuk menayangkan program acara yang lebih variaif dan menghibur lagi khususnya dalam acara komedi indonesia yang lebih berwawasan luas seperi acara ini.

Selama penelitian berlangsung hingga terselesaikannya penyusunan skripsi, tak sedikit peneliti menerima masukan, bimbingan maupun arahan dari berbagai pihak. Kepada semua pihak yang telah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengerjaan skripsi ini dengan hormat peneliti haturkan terima kasih, terkhusus kepada :


(9)

vii

1. Dr. Muhadjir Effendy. MAP , selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Drs. Wahyudi M.Si, sealu Dekan Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Nuruddin S. Sos. M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Drs. Farid Rusman M. Si,selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingannya, arahan, koreksi, diskusi dan dukungan moril serta ilmu dan kesabarannya sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Dr. Tri Sulistyaningsih M. Si, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingannya,arahan, diskusi dan dukungan moril dan kesabarannya sehingga skripsi ini terselesaikan.

6. Dra. Frida Kusumastuti M. Si, selaku penguji I 7. Isnani Dzuriah M. Adv selaku penguji II

8. Sugeng Winarno S. Sos selaku dosen wali komunikasi angkatan 2007,atas dukungan dan bimbingannya sampai saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Untuk Abah dan Mama tercinta dengan kasih sayang dan iringan doa

kalian yang tak henti-hentinya dihaturkan setiap saat untuk saya.

10.Dan untuk semua pihak yang teah membantu pengerjaan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi sempurna di masa depan. Saran ataupun kritik yang membangun senantiasa diharapkan demi memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pmbacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Penulis


(10)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Televisi Sebagai Medium Komunikasi Massa ... 9

2. Macam-macam Media Komunikasi ... 14

3. Macam – macam Program Televisi ... 21


(11)

ix

5. Macam-Macam Motif ... 27

6. Motif Pemirsa Menggunakan Televisi untuk Pemuas Kebutuhan ... 28

7. Motif Menonton ... 30

E. Defenisi Konseptual ... 36

F. Defenisi Operasional ... 38

G. Metode Penelitian ... 40

1. Pendekatan Penelitian ... 41

2. Populasi dan sampel ... 41

3. Teknik Pengumpulan Data ... 42

4. Teknik Analisa Data ... 43

5. Skala Data ... 45

BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum Kompas TV ... 46

1. Profile Kompas TV ... 46

2. Struktur Organisasi Kompas Tv ... 48

3. Logo Warna Kompas Tv ... 50

4. Visi dan Misi Stasiun Televisi KOmpas Tv ... 50

5. Gambaran Umum Stand Up Comedy Indonesia ... 51

6. Struktur Organisasi Stand Up Comedy Indonesia ... 53

B. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 54

1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 54


(12)

x

3. Visi dan Misi Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Malang ... 55

BAB III MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP COMEDY INDONESIA DI KOMPAS TV ... 57

A. Identitas Responden ... 58

B. Motif Mahasiswa Menonton Tayangan Stand Up Comedy Indonesia ... 58

1. Motif Kognitif ... 58

2. Motif Afektif ... 70

3. Motif Pelepas Ketegangan ... 77

4. Motif Integrasi Sosial ... 84

5. Motif Integrasi Personal ... 90

C. Nilai Rata-rata (Mean) Motif Yang Mendorong Mahasiswa Dalam Menonton Tayangan Stand Up Comedy Indonesia. ... 93

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ”Fungsi komunikasi massa” ... 12 Table 1.3 Model “Uses and Gratification” ... 34 Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Motif Informasi tentang

Comic Pendatang Baru ... 60 Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan motif untuk Melihat

Penampilan Bintang tamu (artis/band) ... 61 Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan motif informasi Tentang Hal

yang berkaitan dengan tema yang dibawakan oleh para comic ... 62 Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan motif informasi tentang

perilaku comic selama masa karantina ... 63 Tabel 3.5 Distribusi Responden Berdasarkan motif Informasi Tentang

Perjalanan Karir Comic ... 64 Tabel 3.6 Distribusi Responden Berdasarkan motif Informasi Tentang dari

Kota Mana Comic Berasal ... 66 Tabel 3.7 Distribusi Responden Berdasarkan motif Informasi apakah comic

idola saya akan tampil di babak selanjutnya ... 67 Tabel 3.8 Distribusi Responden Berdasarkan motif untuk memperoleh

informasi bahasa guyonan masa kini ... 68 Tabel 3.9 Distribusi Responden Berdasarkan motif Informasi Tentang

Tata Cara Open Mic sebagai Comic ... 69 Tabel 3.10 Distribusi Responden Berdasarkan motif berharap bisa


(14)

xii

Tabel 3.11 Distribusi Responden Berdasarkan motif berharap bisa

melupakan sedikit permasalahan yang sedang dihadapi ... 74 Tabel 3.12 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton tayangan

Stand Up Comedy Indonesia berharap dapat memperoleh

kesenangan ... 75 Tabel 3.13 Distribusi Responden Berdasarkan motif memperoleh hiburan ... 77 Tabel 3.14 Distribusi Responden Berdasarkan motif tertarik dengan

cara membawakan acara Ge Pamungkas dan pandji yang sangat kocak ... 78 Tabel 3.15 Distribusi Responden Berdasarkan motif untuk menghilangkan

rasa stress ... 80 Tabel 3.16 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton untuk

mengisi waktu luang ... 81 Tabel 3.17 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton tayangan

karena untuk menghilangkan rasa bosan/jenuh dengan pekerjaan . 83 Tabel 3.18 Distribusi Responden Berdasarkan motif berdasar Supaya di

anggap menjadi bagian dari komunitas penggemar Stand Up

Comedy Indonesia ... 85 Tabel 3.19 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton tayangan

Stand up comedy indonesia waktu yang tepat untuk

bercengkrama bersama teman. ... 86 Tabel 3.20 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton tayangan


(15)

xiii

Tabel 3.21 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton tayangan Stand up comedy indonesia karena berharap bisa menemukan bahan percakapan dengan lingkugan sekitar ... 89 Tabel 3.22 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton tayangan

Stand up comedy indonesia ingin menirukan tingkah pola

kocak para comic ... 91 Tabel 3.23 Distribusi Responden Berdasarkan motif menonton tayangan

Stand up comedy indonesia ingin menambah rasa percaya


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 “Format acara televisi” ... 22

Gambar 1.2 Model “Uses and Gratification” Rakhmat ... 35

Gambar 2.1 Logo Kompas TV ... 46

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kompas Gramedia Group ... 49

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Kompas TV ... 50


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 KUESIONER

Lampiran II IDENTITAS RESPONDEN Lampiran III. Lembar Kerja


(18)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi social. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, 2002, Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

---2002, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineksa cipta, Jakarta.

Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Bungin, Burhan, 2006. Metodologi Penelitian Social Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya:Airlangga University Press

___________ , 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Pradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta : kencana

Gerungan, W. A. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi

Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta:Kencana

MA, Morrisan. 2010. Manajemen Media Massa: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana

Muslimin, 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep kepribadian.Malang: UMM Press

Mulyana, Dedy dan Ibrahim, S, Idi 1997, Bercinta dengan Televisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT Grasindo Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur

_______. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Malang : UMM Press

Rakhmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya .2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Singaribun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian survai. LP3ES. Jakarta. 2006

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta


(19)

xvii

Sumanto M.A, 1990, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, ANDI OFFSET, Yogyakarta

Sumartono, 2002, Terperangkap dalam iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi, Alfabeta, Bandung.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi : analisis dan aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika

Wiryanto, 2004, Teori Komunikasi Massa, PT. Grasindo, Jakarta.

Non Buku:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=definisi%20motif&source diakses pada tanggal 21 Mei 2013 hari selasa pukul 13:00

http://dedezenal.blogspot.com/2011/10/media-komunikasi-masa.html diakses pada tanggal 29 Mei 2013 hari rabu pukul 20:55

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/11/02/ketatnya-persaingan-acara-televisi-di-indonesia-506107.html diakses pada tanggal 02 Mei 2013 hari kamis pukul 13:22

http://musa666.wordperss.com/2010/09/01/klasifikasi-program-acara/ diakses pada tanggal 11 Mei 2013 hari sabtu pukul 17:05

http://febrinamasaya.blogspot.com/2010/10/perang-variety-show-indonesia-mencari.html di akses pada tanggal 02 Mei hari kamis pukul 11: 22


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Memasuki abad ke-21, industri media telah berada di dalam perubahan yang cepat. Perkembangan dunia hiburan dan informasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Komunikasi selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan dalam komunikasi ini adalah untuk didapatkannya kemudahan dalam berkomunikasi dan agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan mudah.

Televisi merupakan bagian yang sudah tidak dapat lagi dipisahkan dari masyarakat. Bisa dibilang saat ini televisi bukan menjadi kebutuhan sekunder lagi, melainkan saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Bisa dikatakan menjadi kebutuhan primer, dikarenakan hampir setiap keluarga mempunyai sebuah pesawat televisi dirumahnya. Dengan meningkatnya derajat televisi dari kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer. Menjadikan industri pertelevisian di Indonesia juga berkembang pesat. Jika dahulu hanya ada TVRI, seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat akan informasi, pendidikan, dan hiburan. Mulailah tumbuh industri pertelevisian yang didirikan oleh pihak swasta demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Berawal dari RCTI yang mulai dapat disaksikan oleh penonton televisi Indonesia pada tahun 1989, yang menjadi stasiun televisi pertama di Indonesia. Baru setelah itu memancing


(21)

2

munculnya stasiun televisi swasta seperti SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI (Morrisan, 2008: 10).

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini tak dipungkiri lagi bahwa setiap individu dalam melakukan komunikasi tidak pernah lepas dari peran teknologi. Perkembangan teknologi komunikasi juga telah mendorong perkembangan komunikasi massa. Dengan adanya kemajuan teknologi saat ini serta ditunjang dengan rasa keingintahuan masyarakat yang sangat besar terhadap sebuah informasi terbaru, sekarang ini komunikasi massa dirasa sangat penting bagi masyarakat.

Perkembangan dunia pertelevisian sangat pesat. Hal ini bisa di lihat dari banyaknya jumlah televisi yang muncul, seperti munculnya televisi swasta nasional, televisi swasta lokal, maupun televisi kabel. Masing-masing instansi pertelevisian mencoba untuk mengembangkan program acara agar semakin variatif. Hal ini yang tentunya berdampak pada penggunaan media massa untuk memenuhi kebutuhan mereka. “Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat memberi hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian, media massa dapat berfungsi sebagai sahabat” (Rakhmat, 2003 : 207). Hal ini menunjukan bahwa khalayak menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.

Keadaan tersebut merupakan salah satu bukti kebutuhan masyarakat terhadap media semakin meningkat terutama dalam hal


(22)

3

pemberian informasi sekaligus hiburan. Atas dasar itulah, televisi berusaha menyajikan program-program acara yang dapat memberikan informasi dan hiburan kepada masyarakat mulai dari kuliner, barang-barang unik, life style, sampai pada kebiasaan serta budaya-budaya yang unik. Tetapi secara bersamaan dengan perkembangan program-program acara yang bersifat menghibur dan informatif, masyarakat juga diharapkan dapat bisa menyeleksi segala macam informasi yang edukatif dan realistis. Salah satu unsur penting dalam mengantisipasi persaingan antar stasiun televisi adalah meningkatkan program tayangannya. Program adalah daya tarik stasiun-stasiun televisi swasta dalam sebuah kompetisi untuk menarik perhatian pemirsa sebanyak mungkin.Untuk itu stasiun televisi berusaha meraih peluang-peluang dengan menciri khususkan diri melalui program tertentu agar memperoleh perhatian tetap dari pemirsanya (sumber:http//hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/11/02/ketatnya-persaingan-acara-televisi-di-indonesia-506107.html)

Salah satu dari program itu adalah Stand Up Comedy Indonesia yang saat ini ditayangkan oleh stasiun Kompas TV setiap malam minggu pada pukul 19.00 WIB yang dibawakan oleh pandji pragiwaksono dan ge pamungkas ini akan menampilkan comedian tunggal yang memamerkan bakat melucunya. Stand up comedy sendiri merupakan sebuah acara komedi one man show dimana si komedian ini atau biasa disebut dengan comic menyampaikan lelucon melalui monolog. Lelucon ini bukanlah joke telling melainkan penceritaan ulang dari


(23)

fenomena-4

fenomena atau kejadian serta isu sosial yang terjadi di sekitar masyarakat dengan disertai bumbu komedi. Jadi, bisa dikatakan stand up comedy ini merupakan komedi yang cerdas serta dewasa.

Di Indonesia sendiri, terasa sekali masyarakat Indonesia amat kekurangan hiburan lucu dan segar dalam bentuk acara komedi TV. Sejak jaman Basho (Bagito Show) yang diisi trio Miing-Didin-Unang, sampai jaman Ngelaba (Ngerumpi Lewat Banyolan) yang digawangi trio Patrio Akri-Parto-Eko, rasanya sudah hampir tidak ada acara komedi lucu dan segar dengan rating tinggi. Acara lucu di TV paling-paling Bukan Empat Mata yang formatnya talk show. Acara di TV lain yang dimasukkan untuk menjadi acara komedi nyaris bisa disebut gagal dan hanya bertahan beberapa episode. Acara komedi di TV yang dapat dianggap berhasil ialah Opera Van Java (OVJ) di Trans7. Tapi inilah satu-satunya acara komedi di TV yang bisa kita tonton. Wajar ratingnya cukup tinggi karena tidak ada saingan. Ada saingan di TV lain, tapi karena berkesan mengekor OVJ dan isi lawakannya tidak fresh, OVJ lah yang jadi primadona. Hiburan lucu lainnya di TV yang sempat naik daun mungkin bisa disebut disini ialah Upin Ipin dan Shaun The Sheep, tapi mereka ini bukan acara khusus komedi (sumber:http//blog.rakayusuf.com/2011/10/stand-up-comedy-indonesia-komedi-tv.html)

Stand up comedy telah menjadi buah bibir berbagai media cetak dan elektronik mengupas kebangkitan stand up comedy yang belum begitu familiar bagi sebagian masyarakat. Banyak yang mengatakan kebangkitan


(24)

5

ini diprakarsai oleh dua stasiun televisi swasta yang secara khusus menayangkan program acara stand up comedy sebagai alternative pilihan hiburan selain komedi slapstick yang lama berjaya di tanah air. Salah satunya yaitu Kompas TV yang menawarkan format baru acara komedi TV untuk mengisi sebagian kekosongan acara komedi TV. Stand Up Comedy sendiri merupakan sebuah acara komedi yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang berpikiran terbuka dan luas, tidak mudah tersinggung dan benar-benar menikmati setiap lelucon yang ada tanpa harus terbawa emosi ataupun ketidaksukaan karena isinya yang penuh kritikan. Hal itulah yang mungkin menghambat perkembangan stand up comedy di Indonesia, karena sifat orang-orang Indonesia yang mudah tersinggung, marah dan sulit dalam menerima kritikan walaupun hal itu telah disampaikan secara casual lewat lelucon (sumber : http : // hiburan. kompasiana.com/televisi/2011/09/16/tentang-satan-up-comedy-di-indonesia - 396041. html)

Stand up comedy di Indonesia sendiri mulai berkembang saat ini berkat kehadiran youtube. Para comic Indonesia seperti Ramon, soleh solihun, raditya dika, pandji serta asep suadji turut membantu perkembangan stand up comedy di Indonesia. Video-video mereka yang diupload oleh Stand Up Comedy Indonesia semakin mempertegas perkembangan stand up comedy di Indonesia. Kehadiran acara ini di Kompas TV juga turut membantu perkembangan stand up comedy. Mencari bakat-bakat baru lewat Kompas TV merupakan sebuah langkah yang tepat. Memang sudah saatnya


(25)

6

Indonesia memiliki banyak comic untuk perkembangan stand up comedy di Indonesia. Dan sudah saatnya stand up comedy bangkit di Indonesia agar melahirkan orang-orang yang cerdas, berwawasan luas, serta memiliki pikiran yang terbuka agar bangsa ini tidak mudah tersinggung yang berujung pada pertengkaran dan sebagainya. Oleh karena itu, stand up comedy menjadi salah satu sarana pendukung penciptaan moral bangsa yang lebih baik lagi. Karena masalah seserius apapun, serumit apapun atau sesensitif apapun akan mudah terselesaikan dengan adanya lelucon di sela-sela nya. Dan dengan kehadiran stand up comedy di televisi, menjadi langkah yang tepat memperkenalkan ke masyarakat tentang komedi yang cerdas dan pastinya akan turut serta mencerdaskan setiap pribadi masyarakat yang menyaksikannya.

Pada awal perkembangan di Indonesia, rata-rata peminat stand up comedy Indonesia adalah dari kalangan menengah keatas yang didominasi anak-anak muda. Mungkin alasannya karena memang lawakannya butuh pemikiran, sering kali bertema politik ataupun humanism. Selain itu juga para komediannya, rata-rata berusia dibawah 40 tahun, sebut saja para comedian stand up indo yang namanya cukup terkenal Raditya dika dan Panji pragiwaksono. Seiring berkembangnya waktu masa penikmat stand up comedy mulai bertambah juga ditambah dengan bertambahnya jumlah comic di Indonesia yang di dominasi oleh anak-anak muda yang mana mereka juga membuat suatu komunitas stand up tersendiri di daerah mereka masing-masing. Karena perkembangan yang cukup pesat dan terjadi pada anak-anak


(26)

7

muda saat ini membuat ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian berdasrkan motif apa yang mendorong mahasiswa untuk menonton tayangan stand up comedy Indonesia (SUCI 3) dikompas tv (sumber : www. Kompastv . com)

Hal ini juga menunjukan bahwa masyarakat menggunakan isi media massa karena didorong oleh kebutuhan mereka yang bermacam-macam (dalam Nurudin, 2007 : 194) kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estesis, menyenangkan, dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integrative adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan krediabilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Kebutuhan sosial secara intergratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman. Blumer (1974) menambahkan, penggunaan sebuah isi media menimbulkan harapan tertentu dari pengguna media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan atau akibat-akibat lain yang mungkin tidak diinginkan (dalam Rakhmat, 2003 : 205). Berdasarkan


(27)

8

asumsi Blumler tersebut, maka terdapat motif atas dasar pemenuhan kebutuhan tertentu oleh khalayak dalam menonton acara “Stand Up Comedy Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian “Apakah motif yang mendorong mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi untuk menonton acara stand up comedy Indonesia (SUCI 3) yang ditayangkan di Kompas TV? “

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui motif yang mendorong mahasiswa untuk menonton tayangan stand up comedy Indonesia (SUCI 3) di Kompas TV.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini tentunya banyak sekali manfaat. Adapun manfaat sebagai berikut :

a. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi akademis bagi pengembangan ilmu komunikasi tentang penerapan teori uses


(28)

9

and gratification yang berkaitan dengan penggunaan dan motif mahasiswa menonton tayangan stand up comedy Indonesia di Kompas TV.

b. Kegunaan Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini bagi masyarakat dapat digunakan sebagai masukan yang sifatnya ilmiah agar dapat lebih selektif dalam memilih program tayangan televisi untuk pemenuhan dan pemuas kebutuhannya.

D. Tinjauan Pustaka

1. Televisi Sebagai Medium Komunikasi Massa

Televisi merupakan media komunikasi massa yang paling efektif dan efisien sebagai media untuk menyampaikan informasi. Luasnya jangkauan televisi yang di tempuh dalam waktu bersamaan secara serentak, pesan atau informasi yang disampaikan melalui televisi mampu menjangkau jutaaan orang khalayak (Sumartono, 2002 : 20). Hal ini di karenakan televisi mengandung gerak, suara dan pengelihatan atau gambar dari obyek tertentu. Yang pada dasarnya memberi kemudahan bagi masyarakat untuk menerima pesan dari media televisi.

a. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa media cetak dan elektronik. Sebab awal perkembanganya


(29)

10

komunikasi massa berawal dari pengembangan kata media of mass comunikation media komunikasi massa. Media massa atau saluran yang di hasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu di tekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media traditional seperti kentongan, angklung, gamelan dan lain-lain. Peran media massa disini menunjuk kepada khalayak yaitu audiens, penonton, pemirsa atau pembicara.

Ada beberapa pengertian komunikasi massa menurut beberapa ahli dibidang komunikasi dalam Winarni (2003 : 5).

1) Bittner. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar (mass comunication is message communicated through a mass medium to large number of people).

2) Gebner. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat individu.

3) Rakhmat. Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sma dapat diterima secara serentak dan sesaat.


(30)

11

Defenisi lain pernah dikemukakan oleh Joseph A Devito dalam Nurudin (2007 : 11-12) ”First mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who whatches television : rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication mediated by audio and or visual trasmitter. Mass communication is perhaps most easly and most logically defined by its forms : television, radio, newspaper, megazines, films, books, and tapes”. (Jika diterjemahkan secara bebas berarti, ”Pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa. Kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak bebarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar diidentifikasikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis apabila didefenisiskan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).

Adapun fungsi komunikasi massa menurut Alexis S. Tan yang disederhanakan dalam tabel sebagai berikut :


(31)

12

Tabel 1.1 ”Fungsi komunikasi massa” No Tujuan Komunikator

(Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan diri pada sistem : Pemuasan Kebutuhan)

1 Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.

2 Mendididk Memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakat, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. 3 Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai,

tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakat.

4 Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan

Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

b. Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Alexis S. Tan, dalam komunikasi massa itu komunikatornya adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak kepada sejumlah orang banyak yang terpisah.


(32)

13

Ada beberapa karakteristik komunikasi massa (Wiryanto, 2004: 10), diantaranya:

1) Komunikator Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2) Komunikan Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komuikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton media yang salah satu contoh media elektronik televisi itu beragam seperti pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

3) Pesannya Bersifat Umum

Pesan - pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh khusus. 4) Komunikasinya Bersifat Satu Arah

Dalam media cetak seperti Koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalkan pembaca tidak


(33)

14

setuju dengan salah satu pemberitaan maka pembaca bisa mengirimkan kritiknya melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).

5) Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. 2. Macam-macam Media Komunikasi

Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. (Dennis McQuail, 1987:1). Media massa sangat berperan dalam perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah laku dari suatu masyarakat, oleh karena itu kedudukan media massa dalam masyarakat sangatlah penting. Dengan adanya media massa, masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat menjadi masyarakat yang beradab. Hal itu disebabkan, oleh karena media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya orang-perorang tapi sudah mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan pembaca, sehingga pengaruh media massa akan sangat terlihat di permukaan masyarakat.


(34)

15

Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan masyarakat sangatlah penting, maka industri media massa pun berkembang pesat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya stasiun televisi, stasiun radio, perusahaan media cetak, baik itu surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya. Para pengusaha merasa diuntungkan dengan mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang media massa seperti itu. Hal itu disebabkan karena mengelola perusahaan dengan jenis spesifikasi mengelola media massa adalah usaha yang akan selalu digemari masyarakat sepanjang masa, karena sampai kapanpun manusia akan selalu haus akan informasi. Adapun macam-macam media komunikasi masa antara lain sebagai berikut :

a. Buku

Buku dapat di definisikan sebagai sejumlah pesan tertulis yang memungkinkan memuat banyak pesan serta memiliki arti bagi masyarakat luas direncanakan untuk pengetahuan publik tentang sesuatu serta direkam dalam bahan yang tidak mudah rusak dan mudah dibawa. Tujuan utamanya ialah untuk memberi penerangan menyajikan dan menjelaskan,serta mengabadikan sesuatu dan memindahkan pengetahuan dan informasi di tengah masyarakat dengan memperhatikan kemudahan dan penampilan.

b. Surat Kabar

Dasar kelahiran surat kabar modern (modern newspaper) adalah (acta acts) yang merupakan pengumuman dan laporan berbagai kegiatan politik serta kejadian di masyarakat .


(35)

16

c. Majalah

Majalah kadang disebut juga penerbitan priodik adalah cetakan sejumlah kumpulan teks ,esay, artikel, cerita, dan puisi kadang berisi ilustrasi,serta di produksi secara regular antara waktu tertentu selain surat kabar.

d. Radio

Radio adalah : Teknologi yang digunakan untuk mengirimkan sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).

e. Televisi

Televise adalah : System elektronik untuk memancarkan gambar bergerak moving imagers dan suara kepada receivers. Sejak tahun 1930 mulai penyiaran TVmenemni Radio, dan secara aktif siaran TV dimulai 1947.

f. Film

Film atau movie adalah serentetan (series) photograph dalam film, yang diproyeksikan kepada layar silih berganti secara teratur dengan menggunakan cahaya, karena penomena opticalnampak seperti terlihat sungguh-sungguh dan ini memberikan ilusi actual, bergerak terus menerus tanpa henti.

g. Internet

Secara harfiyah Internet kependekan dari (interconnected networking) ialah system global dari seluruh jaringan computer


(36)

17

yang saling terhubung menggunakan standar internet protocol suite untuk melayani milliaran pengguna di seluruh dunia.

a. Pemahaman Tentang Televisi

Dalam bukunya Yudhi (2008: 140) mengutip pendapat Omar Hamalik bahwa:

“Television is an electronic motion picture with conjoined or attendant sound; both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from a remote broadcast point”. (Televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat).

b. Fungsi Televisi

Sehubungan dengan pengertian televisi sebagai media massa, menurut Onong (1993: 24-30) televisi juga mempunyai fungsi, yaitu:

1) Fungsi penerangan (the information function).

Televisi memiliki dua faktor sebagai media massa audio visual, pertama adalah faktor “immediacy” dan kedua faktor “realism”. Immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat, sedangkan realism mengandung makna kenyataan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi, selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata,


(37)

18

atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar yang sudah tentu faktual. Juga diskusi panel, ceramah, komentar, dll, yang kesemuanya realistis.

2) Fungsi pendidikan (the educational function).

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simulan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, stasiun televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika, dll.

3) Fungsi hiburan (the entertainment function).

Televisi memiliki fungsi hiburan yang lebih dominan dibandingkan dengan fungsi televisi lainnya, sebagaian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan, seperti sinetron, kuis, reality show atau acara jenaka lainnya. Selain itu, masyarakat masih menjadikan televisi sebagai media hiburan sebagai alat utama untuk melepaskan lelah.

c. Kelebihan Televisi

Dari beberapa fungsi televisi diatas, kemudian fungsi-fungsi tersebut direalisasikan dalam bentuk acara yang dapat menjadi bagian dari siasat keberhasilan program-program televisi.


(38)

19

Hal ini dikarenakan televisi memiliki sejumlah kelebihan, antara lain sebagai berikut:

1) Bersifat Dengar – Pandang

Berbeda dengan media radio yang hanya bisa dinikmati melalui indera pendengaran, televisi bisa dinikmati secara visual melalui indera penglihatan. Karena jika seseorang melihat suatu peristiwa di televisi, orang tersebut akan memiliki kekuatan sugestif yang tinggi. Jika potensi semacam ini dioptimalkan untuk praktis pembelajaran, maka akan memiliki pengaruh positif bagi peningkatan kualitas pendidikan.

2) Menghadirkan Realitas Sosial

Televisi mampu menghadirkan suatu realitas sosial yang seolah – olah seperti aslinya. Hal ini tentu memiliki pengaruh sangat kuat pada diri khalayak. Visualisasi yang didukung oleh kekuatan suara pada kenyataannya sangat membantu memahamkan seseorang terhadap sesuatu yang sulit menjadi mudah dimengerti. Dengan demikian, kelebihan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk tujuan pendidikan. 3) Simultaneous

Kelebihan lain dari televisi adalah mampu menyampaikan segala sesuatu secara serempak sehingga dapat menyampaikan informasi kepada banyak orang yang tersebar di berbagai


(39)

20

tempat dalam waktu yang sama persis (simultaneous). Sifat ini tidak dimiliki oleh media cetak yang membutuhkan sistem distribusi panjang sehingga lokasi yang berada jauh dari tempat percetakan akan menerima informasi lebih lambat dibandingkan dengan yang berada didekat pusat penerbitan. 4) Memberi Rasa Kedekatan

Televisi dijadikan media yang efektif dalam proses komunikasi. Karena tayangan program televisi secara umum disajikan dengan pendekatan yang persuasif kepada khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang member kesan dekat, tidak berjarak, bahasa tutur sehari – hari, gesture yang wajar menciptakan suasana intim atau dekat antara presenter program dengan khalayak. Pada dasarnya, televisi didukung visual yang menarik, sehingga jika potensi tersebut dikelola secara baik untuk misi pendidikan, pengaruh yang ditimbulkan pun cukup besar.

5) Menghibur

Kelebihan terbesar televisi adalah menghibur. Menurut Neil Postman bahwa esensi media televisi adalah hiburan sehingga beliau memperolok masyarakat dengan sindiran “menghibur diri sampai mati”. Oleh karenanya, dalam memproduksi suatu program acara, televisi selalu mempertimbangkan aspek hiburan (Badjuri, 2010: 14).


(40)

21

3. Macam – macam Program Televisi

Dalam dunia pertelevisian tanpa adanya format acara atau dapat kita sebut sebagai program acara televisi sebuah acara dalam suatu televisi itu tidak akan berjalan dengan lancar, format acara televisi itu sendiri dapat di defenisikan yaitu sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan design produksi yang akan terbagi dalam berbagai criteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama,2004:63).

Setiap harinya menyuguhkan berbagai jenis macam program acara. Banyaknya ragam acara berdasarkan pada kesukaan penonton. Ketika ada satu jenis program kesukaan penonton dan mendapat ratting tinggi, maka stasiun televisi akan terus menyuguhkan program acara tersebut. Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya, jenis program acara televisi dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :


(41)

22

Gambar 1.1 “Format acara televisi”

- Other - Musik - Feature

- Tragedy - Magazine Show - Sport

- Aksi - Talk Show - News

- Komedi - Variety Show

- Cinta - Game Show

- Legenda - Kuis

- Horor - Reality Show

Dari penjelasan diatas maka program acara televisi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu drama (fiksi), non drama (non fiksi) dan beita (news). Ketiga program acara televisi di pertelevisian Indonesia bukan hal yang baru , kesemuanya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan dari ketiga format acara tersebut format acara non drama mendapat rating yang signifikan. Dari ketiga format acara tersebut stand Up comedy Indonesia termasuk dalam kategori non drama (non fiksi) yaitu variety show menurut pembagian format acara yang disuguhkan oleh Kompas TV.

FORM AT ACARA TELEVISI


(42)

23

Definisi Variety Show

Salah satu program yang banyak dilirik oleh stasiun televisi akhir-akhir ini adalah variety show. Menurut Harold R Hickman, “In the variety show the ideas is that the audience likes to have a little variety in what they watch, and this can be done within single program. Music, comedy, talk, and dance can all be mixed into a single program with a common thread to tie it all together .” Secara lebih sederhana, Garin Nugroho mengistilahkan variety show layaknya supermarket yang menawarkan segala rupa hiburan. Konsep gado-gado yang menayangkan aneka tontonan ini jika dikemas dengan baik, akan mampu menghadirkan suasana yang berbeda. “This means that lots of production value will come within the frame-bright colors, large stage setting, fast-paced dialogue, and the use of audience interaction and even participation when possible ”. Program ini menjadi alternatif bagi stasiun tv karena selain biaya operasionalnya lebih murah, jika acara tersebut sukses, pencitraan stasiun televisi yang bersangkutan juga ikut terangkat (Idialfero : 2008).

Jika menilik program televisi Indonesia, tayangan variety show kurang bervariasi jenisnya. Sebagian besar didominasi ajang pencarian bakat. Ini dimulai ketika Indosiar menayangkan Akademi Fantasi Indosiar (AFI) pada 2002, lalu diikuti oleh RCTI dengan Indonesian Idol, TPI dengan Kontes Dangdut TPI (TPI), Mamamia (indosiar), Kondang-In (Kondang-Indosiar), Idola Cilik (RCTI), Let’s Dance (Global TV), The Master (RCTI), dan acara Stand up Comedy yang ada di kompas TV.


(43)

24

4. Penonton Televisi sebagai Audience

Pada awalnya, sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa.

Audience sebagai kumpulan. Kumpulan inilah yang disebut sebagai audience dalam bentuknya yang paling dikenali dan versi yang diterapkan dalam hampir seluruh penelitian media itu sendiri. Fokusnya pada jumlah-jumlah total orang yang dapat dijangkau oleh ‘satuan isi’ media tertentu dan jumlah orang dalam karakteristik demografi tertentu yang penting bagi pengirim. Clause (1968) telah menunjukan beberapa kerumitan untuk membedakan berbagai kadar keikutsertaan dan keterlibatan audience. Audiens yang pertama dan terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima ‘tawaran’ komunikasi tertentu. Dengan demikian, semua yang memiliki pesawat televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu. Kedua, terdapat audience yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan dengan kabar yang berbeda-beda , pemirsa televisi regular, pembeli surat kabar dan lain sebaginya. Ketiga, ada bagian audience sebenarnya yang mencatat penerimaan isi dan akhirnya masih ada bagian lebih kecil yang ‘mengendapkan hal-hal yang ditawarkan dan diterima. Clause mengemukakan hal ini dengan mengacu pada serangkaian penyusutan, dari populasi masyarakat secara menyeluruh, kemudian


(44)

25

public potensialbagi suatau pesan, hingga public efektif yang benar-benar mengikutt, sampai dengan public pesan tertentu, dan akhinya public yang benar-benar terpengaruh oleh komunikasi (Mc Quail, 203).

Audience dipandang memiliki signifikasi rangkap bagi media, sebagai perangkat calon konsumen produk dan sebagai audience jenis iklan tertentu, yang merupakan sumber pendapatan media penting lainnya. Dengan demikian, pasar bagi produk media juga mungkin merupakan pasar bagi produk lainnya, untuk mana media akan menjadi wahana iklan dan sarana pengantar calon pelanggan produksi lain. Meskipun media komersial perlu memandang audiencenya sebagai pasar dalam kedua ati itudan adakalanya mencirikan audience tertentu dalam hubungannya dengan gaya hidup dan pola konsumsi, ada sejumlah konsekuensi pendekatan ini terhadap cara memandang audience. Dapat didefenisikan audience sebagai pasar, sebagai kumpulan calon konsumen dengan profil sosial-ekonomi yang diketahui merupakan sasaran medium atau pesan. Dalam pemikiran pasar, ada juga perhatian terhadap selera dan proferensi budaya dan terhadap jumlah atau criteria sosial budaya semata (Mc Quail, 205-206). Karakteristik Audience

Audience memiliki karakteristik sebagaimana yang ada pada konsep massa, namun lebih spesifik tertuju pada suatu media massa. Jadi, karakteristik audience menurut Hiebert dan Kawan-kawan dalam Nurudin (2007:105-106), adalah :


(45)

26

a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial antar mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.

b. Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar keberbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya bisa menjadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi, tidak ada ukuran pasti tentang luasnya audience ini.

c. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu punya sasaran, tetapi heteroginitasnya juga tetap ada.

d. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin audience bisa bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaan. Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus persatu kasus tetapi meliputi semua audience.

e. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Anda berada di Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi yang disiarkan dari Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer, dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.


(46)

27

Menurut Nurudin dalam bukunya, ada beberapa teori komunikasi massa yang membahas tentang audience seperti yang pernah dikemukakan oleh Melvin De Fleur dan Sandra Ball (1988) diantaranya Teori Individual Differences Perspective yang secara khusus menggambarkan perilaku audience. Proses ini berlangsung berdasarkan ide dasar dari stimulus-response. Disini tidak ada audience yang relatif sama, pengaruh media massa pada individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologi individu yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Adapula Teori Categories Perspective, teori ini mengambil posisi bahwa ada perkumpulan sosial pada masyarakat yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, kesempatan, dan seterusnya 5. Motif Pemirsa Menggunakan Televisi untuk Pemuas Kebutuhan

Motif berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang artinya bergerak. Motif berarti sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat sesuatu.

Motif pada hakekatnya merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua pengerak dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Setiap tingkah laku manusia pada hakekatya mempunyai motif. Motif pada hakekatnya merupakan terminologi umum yang memberikan makna, daya dorong, keinginan, kebutuhan, dan kemauan (muslimin, 2004:290).


(47)

28

Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.

Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

6. Macam-Macam Motif

Sesuai dengan jenis kebutuhannya maka Muzafer Sherif dalam Slamet Santoso (117-118) membedakan motif mejadi beberapa macam, yaitu:

1) Biogenetic motive/motif biogenetis

Motif ini berasal dari beberapa kebutuhan biologis sebagai makhluk hidup. Oleh karena itu, motif biogenetis mempunyai sumber dari dalam diri individu dan kurang berhubungan dengan keadaan di luar diri individu. Motif ini seperti lapar, haus, lelah, kebutuhan seks, dan sebagainya.

2) Sociogentic motive/motif sosiogenetik

Motif ini timbul karena adanya hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial dapat berasal dari masyarakat seperti keadaan sosial, ekonomi, dan dari kebudayaan seperti norma, nilai, dan aturan-aturan lain.


(48)

29

3) Theogenetic motive/motif teogenetis

Motif ini berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma agama tertentu. Contoh motif teogenetis ialah, misalkan keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan norma-norma agama (bersedekah), dan sebagainya.

Menurut Mc Quail dkk, kebutuhan berasal dari “pengalaman sosial” dan media massa terkadang dapat membantu membangkitkan khalayak terhadap kesadaran akan kebutuhan tertentu yang berhubungan dengan situasi sosial. Informasi atau hiburan bukan sebagai sesuatu yang dibutuhkan seseorang, melainkan sebagai sesuatu untuk memuaskan kebutuhan atau hasrat pribadi. Motif seseorang dalam melakukan sesuatu untuk memperoleh kepuasan kebutuhannya bisa berbeda-beda, begitu juga perbedaan motif dalam proses pemilihan media. Perbedaan seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula pada tingkat kepuasan kebutuhan yang didapat individu dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motif, semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Jelas bahwa individu-individu menggunakan media massa karena didorong oleh motif, begitu juga dalam menonton


(49)

30

tayangan stand up comedy indonesia, penonton memiliki motif dan alasan yang berbeda-beda untuk memuaskan kebutuhan mereka. Hal ini karena orang secara aktif mencari media tertentu dan isi tertentu untuk menghasilkan kepuasan tertentu. Orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi (Richard Wes, 2008 : 101).

McQuail, Blumler, & Brown (1972) menyatakan bahwa “pengguna media dapat dikategorikan dalam empat pembagian dasar : pengalihan perhatian, hubungan personal, identitas personal, dan pengawasan. Diantara kategori yang diidentifikasi oleh individu-individu adalah kebutuhan yang dihubungkan dengan memperoleh informasi atau pengetahuan, kesenangan, status, memperkuat hubungan, dan pelarian.”

7. Motif Menonton

Pengertian motif merujuk pada pendapat Sperling (1982:187) yaitu motif merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan aktifitas, yang berasal dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuain diri dimana penyesuain ini dikatakan untuk memuaskan motif.

Menurut McQuail dkk, kebutuhan berasal dari “pengalaman sosial” dan media massa terkadang dapat membantu membangkitkan khalayak terhadap kesadaran akan kebutuhan tertentu yang


(50)

31

berhubungan dengan situasi sosialnya. Informasi atau hiburan bukan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang, melainkan sebagai sesuatu yang digunakan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau hasrat pribadi yang dalam motif timbul karena adanya motivasi. Motivasi adalah pernyataan dari dalam berupa gerakan yang yang berhubungan dengan tingkah laku yang sering muncul sebelum bertingkah laku, hubungan motivasi dan tingkah laku berdekatan. Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat diklasifikasikan sebagi berikut :

1) Seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu.

2) Apabila orang merasa yakin mampu mengahadapi tantangan maka biasanya orang terdorong melakukan kegiatan tersebut.

Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulus) perbedaan situasi sekarang dan situasi yang akan datang, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Dapat disimpulakan bahwa motif adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingakah laku.


(51)

32

Motif-motif menonton televisi berpegang pada asumsi teori “Uses and gratifications”. Teori ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Teori ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. “ teori uses and gratification menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Dalam asumsi ini menurut bumler (1979) tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility), konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionally), dan perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn) (dalam Rahmat, 2005 : 65)

Menurut pendirinya, Elihu Kattz, Jay G. Blumler, Michael Gurevitch, uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain ), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak diinginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar teori ini (rahmat,2003:205) :


(52)

33

1) Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. Dewasa ini penerima komunikasi massa semakin dianggap sebagai khalayak aktif. Schramm dan Roberts (1987) melukiskan mengenai khlayak komuniaksi massa ini bahwa : “ suatu khalayak yanga sangat aktif mencari apa yang meraka inginkan, menolak lebih banyak isi media daripada menerimanya, berinteraksi dengan anggota-anggota kelompok yang mereka masuki dengan isi media yang mereka terima, dan sering menguji pesan media dengan membicarakannya dengan orang-orang lain atau membandingkannya dengan isi media lainnya”. (dalam Mulyana, 2001 :209)

2) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuas kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber yang lain untuk memuaskan kebutuhannya.

4) Banyak tujuan pemilihan media massa disimpuakan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang yang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.


(53)

34

5) Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus di tangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayaknya.

Katz dan kawan-kawan (1974) dan Dennis McQuail (1975) menggambarkan logika yang mendasari penelitian terhadap Uses and Gratification.

Table 1.2 Model “Uses and Gratification” Faktor sosial

psikologis Menimbulkan (1) Kebutuhan yang melahirkan (2) Harapan-harapan terhadap media massa atau sumber lain yang mengarah pada (3-4)

Berbagai Pola Penghadapan Media (5) Menghasilkan gratifikasi kebutuhan (6) Konsekuensi lain yang tidak

diinginkan (7)

Teori Uses and Gratification menghubungkan kepuasan akan kebutuhan pada pilihan terhadap sebuah media yang berada ditangan khalayak, karena orang adalah agen yang aktif, sehingga mereka mengambil inisiatif. Motif menonton tayangan stand up comedy Indonesia di Kompas tv ketika mereka ingin mendapatkan informasi sekaligus hiburan . Secara lebih konkrit, model Uses and Gratification adalah meneliti tentang asal mula


(54)

35

kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Katz, Blumler & Gurevitch (1974) dalam Jalaludin (1989:197).

Selain bagan diatas, bagan Rakhmat dibawah ini juga dapat membantu untuk memahami pendekatan uses and gratifications :

Gambar 1.2 Model “Uses and Gratification” Rakhmat

Anteseden Motif Penggunaan Efek Media

- Variabel Individu - Kognitif - Hubungan - Kepuasan - Variabel - Diversi - Macam - Pengetahuan Lingkungan - Personal identity - Hubungan isi - Dependensi

Dengan kata lain, teori Uses and Gratification menjelaskan tentang khalayak yang pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Apabila motif dapat terpenuhi maka kebutuhan khalayak juga akan terpenuhi. Oleh karena itu khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, khalayak dengan aktif dan selektif menerima terpaan dari media massa yang sampai kepadanya, akan tetapi khalayak tidak begitu saja menerima semua terpaan yang sampai.


(55)

36

Berkaitan dengan judul Motif Mahasiswa Menonton Tayangan Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV dan dengan penjelasan teori diatas, maka peneliti dapat berkesimpulan bahwa ketika khayalak mempunyai keinginan menonton Stand Up Comedy Indonesia, sebenarnya keinginan tersebut muncul karena didasari adanya suatu motif-motif tertentu. Karena adanya berbagai macam motif itulah, maka khalayak merasa dipuaskan oleh Tayangan Stand Up Comedy Indonesia tersebut. Sehingga kebutuhan mereka akan terpenuhi.

E. Defenisi Konseptual

Definisi konseptual adalah batasan tentang pengertian yang diberikan peneliti terhadap variabel-variabel (konsep) yang hendak diukur, diteliti dan digali datanya (Hamidi, 2010:141).

Motif

Motif merupakan sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat sesuatu. Motif timbul karena adanya kebutuhan, kebutuhan dapat dipandang sebagai kekurangan adanya sesuatu, dan ini menuntut segera pemenuhannya, agar segera mendapatkan keseimbangan.

Berikut ini adalah macam-macam motif berdasarkan beberapa ahli komunikasi:

1. Menurut Katz, Gurevicth dan Haas (1974) dalam Rakhmat (2007:66), mereka membagi macam-macam motif menjadi :


(56)

37

a) Motif Unifungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain)

b) Motif Bifungsional (informasi-edukasi, fantastistescapist, atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat-fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal, dan surveillance; atau surveillance, korelasi, hiburan, transmisi budaya), dan multifungsional.

2. Menurut Blumler dalam Rakhmat (2006:66), motif ada 3 orientasi yaitu:

a) Orientasi kognitif (kebutuhan bukan informasi, surveillance, atau eksplorasi realitas).

b) Diversi (kebutuhan akan pelepasan sari tekanan dan kebutuhan akan hiburan).

c) Identitas personal (yakni, “menggunakan isi media untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri”).

3. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis-jenis motif yang dijabarkan dalam Nurudin (2007:194-195), yaitu:

a) Motif Kognitif

Yaitu motif kebutuhan yang berhubungan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.


(57)

38

b) Motif Afektif

Yaitu motif yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

c) Motif Integrasi Sosial

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

d) Motif Integrasi Personal

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Hal itu bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri.

e) Motif Pelepasan Ketegangan

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

F. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur (Hamidi, 2010:142). Berikut ini adalah penjelasan indikator-indikator dari motif mahasiswa menonton tayangan Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV berdasarkan motif kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial dan motif pelepasan ketegangan, yaitu:


(58)

39

1. Motif Kognitif, adalah kebutuhan akan informasi. Indikatornya : a) Dalam menonton stand up comedy responden mendapatkan

informasi tentang comic pendatang baru dan master-master comic yang belum pernah responden ketahui.

b) Responden berharap mendapat informasi tentang history comic yang disuguhkan dalam tayangan stand up comedy indonesia. c) Setelah menonton tayangan stand up comedy indonesia, secara

tidak sadar responden akan mendapatkan informasi cara menjadi comic dan dari mana asal comic-comic tersebut.

2. Motif Afektif, berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan dan emosional. Ketika menonton stand up comedy indonesia, responden akan mulai mendapatkan kesenangan dalam menonton tayangan stand up comedy indonesia tersebut.

3. Integrasi sosial atau kontak social

Kebutuhan yang berkaitan dengan keluarga, teman dan dunia indikatornya :

a. Ketika menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden dapat menjalin suatu keakraban bersama teman atau keluarga dengan cara menonton bersama.

b. Responden (mahasiswa) berharap dapat menemukan bahan percakapan ketika menonton tayangan stand up comedy indonesia.


(59)

40

c. Setelah menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden berharap dapat bertukar informasi cerita seputar comic idolanya dengan orang lain.

4. Motif integrasi personal

Saat menonton tayangan stand up comedy saya berharap dapat bisa mengeksplorasi semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri, kepercayaan diri dan nilai-nilai positif yang dimiliki comic untuk dijadikan acuan dalam berperilaku bersikap dilingkungan masyarakat dengan baik. Karena umumnya para penonton tayangan stand up comedy indonesia mencari nilai-nilai pribadi mereka sesama penonton.

5. Motif pelepas ketegangan

Suatu motif yang didasarkan pada suatu permasalahan untuk melepaskan penat karena permasalahan yang dihadapi sehari-hari.

a. Saat menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden dapat melepaskan diri dari rasa stress setelah bekerja seharian. b. Responden dapat bersantai dan mengisi waktu luang ketika

menonton tayangan stand up comedy indonesia.

G. Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian dengan metode survey. Umar (2002 : 42) menyebutkan bahwa metode survey adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul.


(60)

41

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuisioner, test, wawancara, terstuktur dan sebagainya. (Sugiyono, 2009 : 6).

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitaf adalah prosedur penelitian yang menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi yang menghasilkan data berupa angka. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2005: 36).

2. Populasi dan sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (sugiyono, 2009 : 80). Populsi dalam peneliti ini adalah mahasiwa universitas muhammadiyah malang jurusan imu komunikasi yang pernah menonton tayangan stand up comedy indonesia yang sesuai dengan kreteria.


(61)

42

Adapun kreteria responden yang di inginkan adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa universitas muhammadiyah malang jurusan ilmu komunikasi

2. Pernah menonton program acara “ stand up comedy Indonesia” setidaknya 3 kali.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada dalam populasi (Bungin, 2006 : 102). Berdasarkan hasil survey tersebut didapat sampel sebanyak 30 mahasiswa , dengan alasan 30 mahasiswa tersebut cukup mewakili populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental, yaitu mengambil sampel anggota berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan teknik :


(62)

43

a. Kuisioner

Teknik pengumpuan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuisioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diisi oleh responden (Bungin, 2001:123). Penulis menggunakan studi lapangan yaitu dengan memperoleh data-data dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa Universitas Muhammadiah Malang Jurusan ilmu Komunikasi.

b. Dokumentasi

Adalah pengumpulan data dengan cara mencatat dari arsip-arsip, dokumen dan buku-buku literature yang mendukung penelitian. Teknik ini dilakukkan untuk mendapatkan data sekunder. Pada penelitian ini peneliti melakukan pencatatan guna mendapatkan data tentang jumlah mahasiswa dan juga dugunakan dokumentasi untuk pengumpulan – pengumpulan data mengenai profil Kompas TV dan acara stand up comedy Indonesia.

4. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif, Perhitungan data yang digunakan adalah dengan perhitungan data distribusi frekuensi, perhitungan ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian dipersentasekan (Bungin, 2008 : 171). Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut, dapat digunakan rumus :


(63)

44

Keterangan : P = Prosentase

fx = Frekuensi individu N = Jumlah responden

Langkahnya dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi jawaban responden. Tabel tersebut digunakan untuk melihat skor dari setiap butir soal, kemudian skor tersebut dijumlahkan untuk mendapat skor total. Selanjutnya adalah menyusun distribusi frekuensi, tabel frekuensi diperoleh melalui tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk persentase.

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah data akan diolah kembali menggunakan analisis data dalam Kriyantono (2008:167), yaitu menggunakan statistik deskriptif tendensi sentral dengan bentuk mean. Tendensi sentral merupakan cara yang bertujuan untuk mendapatkan ciri khas dari bilangan tersebut. Mean adalah nilai rata-rata atau nilai tengah dari total bilangan. Mean dapat diperoleh dalam rumus :

Keterangan :

M = Mean (rata-rata) = Jumlah unsur data


(64)

45

5. Skala Data

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008:93).

Dalam penilitian disini digunakan untuk mengukur motif dan kepuasan yang diperoleh, jawaban dari instrument dengan skala likert memiliki skor sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 Setuju (S) diberi skor 3 Kurang Setuju (KS) diberi skor 2 Tidak Setuju (TS) diberi skor 1 Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 0


(1)

c. Setelah menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden berharap dapat bertukar informasi cerita seputar comic idolanya dengan orang lain.

4. Motif integrasi personal

Saat menonton tayangan stand up comedy saya berharap dapat bisa mengeksplorasi semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri, kepercayaan diri dan nilai-nilai positif yang dimiliki comic untuk dijadikan acuan dalam berperilaku bersikap dilingkungan masyarakat dengan baik. Karena umumnya para penonton tayangan stand up comedy indonesia mencari nilai-nilai pribadi mereka sesama penonton.

5. Motif pelepas ketegangan

Suatu motif yang didasarkan pada suatu permasalahan untuk melepaskan penat karena permasalahan yang dihadapi sehari-hari.

a. Saat menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden dapat melepaskan diri dari rasa stress setelah bekerja seharian. b. Responden dapat bersantai dan mengisi waktu luang ketika

menonton tayangan stand up comedy indonesia.

G. Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian dengan metode survey. Umar (2002 : 42) menyebutkan bahwa metode survey adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul.


(2)

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuisioner, test, wawancara, terstuktur dan sebagainya. (Sugiyono, 2009 : 6).

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitaf adalah prosedur penelitian yang menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi yang menghasilkan data berupa angka. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2005: 36).

2. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (sugiyono, 2009 : 80). Populsi dalam peneliti ini adalah mahasiwa universitas muhammadiyah malang jurusan imu komunikasi yang pernah menonton tayangan stand up comedy indonesia yang sesuai dengan kreteria.


(3)

Adapun kreteria responden yang di inginkan adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa universitas muhammadiyah malang jurusan ilmu komunikasi

2. Pernah menonton program acara “ stand up comedy Indonesia” setidaknya 3 kali.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada dalam populasi (Bungin, 2006 : 102). Berdasarkan hasil survey tersebut didapat sampel sebanyak 30 mahasiswa , dengan alasan 30 mahasiswa tersebut cukup mewakili populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental, yaitu mengambil sampel anggota berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan teknik :


(4)

a. Kuisioner

Teknik pengumpuan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuisioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diisi oleh responden (Bungin, 2001:123). Penulis menggunakan studi lapangan yaitu dengan memperoleh data-data dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa Universitas Muhammadiah Malang Jurusan ilmu Komunikasi.

b. Dokumentasi

Adalah pengumpulan data dengan cara mencatat dari arsip-arsip, dokumen dan buku-buku literature yang mendukung penelitian. Teknik ini dilakukkan untuk mendapatkan data sekunder. Pada penelitian ini peneliti melakukan pencatatan guna mendapatkan data tentang jumlah mahasiswa dan juga dugunakan dokumentasi untuk pengumpulan – pengumpulan data mengenai profil Kompas TV dan acara stand up comedy Indonesia.

4. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif, Perhitungan data yang digunakan adalah dengan perhitungan data distribusi frekuensi, perhitungan ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian dipersentasekan (Bungin, 2008 : 171). Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut, dapat digunakan rumus :


(5)

Keterangan : P = Prosentase

fx = Frekuensi individu N = Jumlah responden

Langkahnya dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi jawaban responden. Tabel tersebut digunakan untuk melihat skor dari setiap butir soal, kemudian skor tersebut dijumlahkan untuk mendapat skor total. Selanjutnya adalah menyusun distribusi frekuensi, tabel frekuensi diperoleh melalui tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk persentase.

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah data akan diolah kembali menggunakan analisis data dalam Kriyantono (2008:167), yaitu menggunakan statistik deskriptif tendensi sentral dengan bentuk mean. Tendensi sentral merupakan cara yang bertujuan untuk mendapatkan ciri khas dari bilangan tersebut. Mean adalah nilai rata-rata atau nilai tengah dari total bilangan. Mean dapat diperoleh dalam rumus :

Keterangan :

M = Mean (rata-rata) = Jumlah unsur data


(6)

5. Skala Data

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008:93).

Dalam penilitian disini digunakan untuk mengukur motif dan kepuasan yang diperoleh, jawaban dari instrument dengan skala likert memiliki skor sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 Setuju (S) diberi skor 3 Kurang Setuju (KS) diberi skor 2 Tidak Setuju (TS) diberi skor 1 Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 0


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy”(Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy” di Metro TV)

14 154 130

MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV (Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

3 30 62

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP COMEDY INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang )

1 21 45

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN SHOWCASE DI KOMPAS TV ( Studi Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Audio Visual Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2008 )

0 8 15

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN RADIO SHOW DI TV ONE ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Audio Visual Angkatan 2009 Universitas Muhammadiyah Malang )

0 19 57

Stand Up Comedy Kompas TV Tour di UMM

0 3 1

Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram Dalam Stand Up Comedy

5 57 93

Tayangan Stand Up Comedy Terhadap Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Tayangan Stand Up Comedy di Metro TV terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

1 12 84

PENGARUH TAYANGAN “STAND UP COMEDY” TERHADAP WAWASAN MAHASISWA MENGENAI MASALAH SOSIAL Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy” Terhadap Wawasan Mahasiswa Mengenai Masalah Sosial (Studi Eksperimen Tentang Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy Show” Di Metro Tv

1 2 15

PENGARUH TAYANGAN “STAND UP COMEDY” TERHADAP WAWASAN MAHASISWA MENGENAI MASALAH SOSIAL Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy” Terhadap Wawasan Mahasiswa Mengenai Masalah Sosial (Studi Eksperimen Tentang Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy Show” Di Metro Tv

0 2 15