ISBD Manusia sebagai mahluk sosial

ISBD
Manusia sebagai mahluk sosial

Riski 16020230027
Adhe teguh ramadhan 16020230006

University Islam Kadiri (UNISKA)
Faculty of Teacher Training and Education English Department
2016

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHUAN...........................................................................................01
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................01
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................02
1.3 TUJUAN................................................................................................02
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................03
2.1 Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.......................03

2.2 Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai.....06
2.3 Masyarakat dan Komunitas....................................................................13
2.4 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial...............15
BAB III PENUTUP................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik,
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin
memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin
dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini
merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan
jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain
sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.

Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah
bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara
alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan
manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu
hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia
hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu
dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam
kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit
terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai
makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia
merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya
masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu
harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu
kiranya penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menginspirasi pembaca.

3


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial?
2. Bagaimana interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial ?
3. Bagaimana perbedaan antara masyarakat dan komunitas?
4. Bagaimana dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial?
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2. Interkasi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
3. Masyarakat dan komunitas.
4. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial.

4


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat
menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah
kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan
bersama, serta bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam
kebersamaan.
a. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided.
Inggris in salah

satunya

mengandung


Dalam

Bahasa

pengertian tidak,

sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau
satu

kesatuan.

Dalam

bahasa

latin

individu


berasal

dari

kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu
sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan
sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak
disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.

5

Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak
ada manusia yang sama persis. Dari sekian banyak manusia, ternyata
masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah

perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor
yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa
individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau
karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor
fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi
alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana
eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi
sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang
lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip)
yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut

Nursid


Sumaatmadja

(2000),

kepribadian

adalah

keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara
potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir
dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan
perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan
dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip)
ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang

6

b. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu,
mereka juga merupakan makhluk sosial. Adapun yang dimaksud dengan

Istilah sosial adalah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius,
yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu
kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan
bersama atau masyarakat. Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia
sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, dan
pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari manusia lain.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk,
karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya.Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampa iusia
tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang
orang disekitar iatidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala kebutuhan
hidup bayi sangat tergantung pada luar dirinya sepert iorang tuanya
khususnya ibunya. Bagisi bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang
menjadi kelompok sosial pertama dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang
selanjutnya keluarga akan tetap menjadi kelompok pertama tempat
meletakan dasakepribadian dan proses pendewasaan yang didalamnya
selalu terjadi “sosialisi”


untuk menjadi manusia yang mengetahui

pengetahuan dasar, nilai-nilai, normasosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya
terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain,
dimana terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan orang lain
yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing.
Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak
mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia
bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
7

mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah
makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial.

2.2. Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai
Makhluk individu dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti
membutuhkan orang lain. Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan

dan dimanapun manusia itu berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial
sangat bermacam-macam.Pola sosialisasi pun ada bermacam-macam.Untuk
lebih jelasnya uraian mengenai interaksi sosial dan sosialisasi adalah sebagai
berikut.
.

a. Interaksi Sosial.
Manusia

dikenal

sebagai

makhluk

individu

dan

makhluk

sosial.Dikatakan makhluk sosial karena manusia sebagai individu saling
membutuhkan dan saling berinteraksi dengan manusia atau individu
lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial sangat
membutuhkan orang lain pada hidupnya untuk saling memberi, menolong,
dan melengkapi satu sama lain.
Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah
kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar individu, kelompok
social, dan masyarakat. Dalam hal ini berarti bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia
lainnya.Interaksi juga berarti bahwa setiap manusia saling berkomunikasi
dan mempengaruhi bisa dalam pikiran maupun tindakan.
Menurut Gillin dan Gillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa
interaksi sosia adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara
individu, antar kelompok, orang, dan orang perorangan dengan
kelompok.Dalam hal ini interaksisosial bisa dilakukan oleh orang
perorangan, bisa oleh kelompok, juga bisa perorangan dengan kelompok.

8

Interaksi sosial dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur,
menyapa, berjabat tangan, saling berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam
pertengkaran atau perkelahianpun termasuk interaksi sosial.
Faktor yang pertama adalah imitasi, imitasi merupakan proses
peniruan. Kita sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain
termasuk dalam hal meniru perilaku orang lain yang positif bagi kita.
Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini. Anak usia dini
merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan perilaku setiap
orang dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang dilakukan
anak usia dini bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah berubahubah karena perkembangan teknologi didunia ini berlangsung secara
global dan sangat cepat.
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana
seorang individu menerima pendapat atau pandangan dari orang lain tanpa
adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti merupakan pengaruh psikis yang
datang dari dirinya sendiri maupun orang lain. Orang akan mudah
menerima sugesti dari orang lain ketika seseorang sedang ada pada kondisi
yang dilematis. Dalam hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan sugesti
hampir sama perbedaannya adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau
meniru orang lain, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan
pandangan atau pendapat menurut dirinya dan diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti
dorongan untuk menjadi identik atau dorongan untuk menjadi sama
dengan orang lain, baik secara lahir maupun batin.
Faktor yang keempat yaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang
timbul pada orang lain atas dasar penilaian menurut perasaan didalam
dirinya.

9

b. Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:
 Kerjasama (cooperation),
 Persaingan (competition), dan
 Pertentangan (conflict).
Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dua dalam
proses yang didalamnya terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama
yaitu proses Asosiatif terdiri dari 2 bentuk khusus yaitu akomodasi dan
asimilasi. Yang kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif terdiri dari tiga
bentuk

khusus

yaitu

Persaingan

(competition),

Kontravnersi

(contravention), dan Pertentangan (conflict).
1. Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang
sering

terjadi

dimasyarakat

pada

umumnya.

Kerjasama

menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap
bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok
manusia. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya atau kelompok yang lainnya.
Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
 Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara
dua organisasi atau lebih mengenai pertukaran barang dan jasa.
 Cooperation,

yaitu

penerimaan

unsur

baru

dalam

kepemimpinan
atau dalam pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas
organisasi tersebut.
 Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang
mempunyai pandangan dan tujuan yang sama.

10

b. Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu
kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi orang perorangan
dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai dan norma yang
berlaku dimasyarakat.
Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
 Coertion

adalah

bentuk

akomodasi

yang

prosesnya

dilaksanakan karena adanya suatu paksaan.
 Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak
yang terlibat perselisihan mengurangi tuntutannya agar tercapai
suatu penyelesaian terhadap perselisihan tersebut.
 Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak yang berselisih tidak sanggup untuk mencapainya
sendiri.
 Mediation

cara

untuk

mencapai

penyelesaina

dalam

perselisihan
dengan cara menghadirkan orang ketiga yang netral dalam soal
perselisihan yang ada.
 Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau
mempertemukan keinginan pihak yang berselisih agar
tercapainya suatu persetujuan bersama.
 Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang
formal. Contohnya toleransi dalam beribadah.
 Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang
berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik
tertentu dalam melakukan pertentangannya.
 Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa
dipengadilan.

11

2. Bentuk Interaksi Disosiatif
1. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk memperoleh keuntungan tertentu
baik bagi dirinya maupun kelompoknya dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
menggunakan kekersan.
2. Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri
seseorang yag ditandai oleh adanya ketidakpastian dalam diri
seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan
3.Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau
kelompok sosial yang berusaha utuk mencapai tujuannya dengan
cara menentang pihak yang lain atau pihak yang menghalangi
dengan ancaman atau tindak kekerasan.
kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak
sampai menimbulkan pertentangan atau pertikaian.
c. Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita harus senantiasa hidup
bersosial dengan orang lain agar dapat saling membantu,
melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger
(Effendi, 2010:49) mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by
which a child learns to be a participant member of society” yaitu
suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan
bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini hingga

12

usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama
kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana
seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat
yang ada disekitarnya.
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses
sosialisasi, baik itu dimulai dari anak usia dini sampai dewasa
bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika sejak
usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan
menjadi manusia seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk
berperan sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada proses
sosialisasi. Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang
terjadi adalah orang itu tidak dapat berinteraksi dengan orang lain.
Contohnya banyak ditemuakan anak anak yang terlantar dihutan dan
dibesarkan oleh hewan atau yang disekap oleh orang tuanya sejak
kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka
cenderung bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka tidak dapat
berbicara, tidak dapat berpakaian bahkan tidak dapat tertawa atau
menangis. Ketika anak-anak itu diselamatkan dan diberi terapi
seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa menerima sedikit
demi sedikit perubahan pada diri mereka untuk menjadi manusia
seutuhnya namun kemampuan mereka tidak akan mampu menyamai
kemampuan anak lain yang sebaya dengannya, karena kemampuan
kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu
dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya terlambat, maka proses
tersebut tidak akan berhasil atau hanya berhasil untuk sebagian kecil
saja. Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya karena
mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka
cenderung meninggal dengan usia muda.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada
beberapa pihak yang membantu melaksanakan sosialisasi yaitu

13

keluarga, kelompok bermain media massa dan sistem pendidikan.
Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak
untuk bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita
melakukan

interaksi

dengan

dunia

pertama

kita.

Keluarga

merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal
pertumbuhan

dan

perkembangan

anak

begitupun

dengan

perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya
mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak. Kelompok
bermain juga tidak kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui
kelompok bermain anak mulai bisa belajar bersosialisasi secara
umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya,
bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi
dengan temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang
sejalan dengannya. Agen yang ketiga yaitu media massa. Media
masa sangat erat kaitannya dengan teknologi yang makin maju dan
berkembang. Media masa pun sangat penting untuk sosialisasi
dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita.
d. Bentuk dan Pola Sosialisasi
 Bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam
mempertahankan interaksi dengan lingkungannya. Proses ini
berlangsung sepanjang hidup manusia.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi
primer dan sekunder. Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama
yang dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil. Sosialisasi
primer tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia
pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep
tentang orang lain pada umumnya telah terbentuk dan tertanam
dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota
efektif masyarakat.

14

 Pola sosialisasi
Pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi
(kekerasan/hukuman) dan pola partisipasi. Sosialisasi menggunakan
pola represi menekankan pada penggunaan hukuman atau kekerasan
apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain
dalam penggunaan proses represi yaitu penggunaan materi dalam
hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan
terhadap komunikasi satu arah non verbal dan berisi perintah,
sosialisasi terhadap orang tua dan keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi

secara

partisipasi

merupakan

pola

yang

didalamnya anak diberi imbalan ketika ia berlaku baik , hukuman
dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi
bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap
sangat penting dan lain sebagainya.
2.3. Masyarakat dan Komunitas
Dalam kehidupan sebagai makluk individu dan sosial, manusia selalu
berhubungan dan tidak dapat lepas dengan masyarakat dan komunitas. Sering
kali penggunaan kedua istilah tersebut tertukar dalam penggunaannya,
padahal pada hakikatnya kedua istilah tersebut tidaklah sama. Terdapat
perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut, dan untuk mengetahui
lebih lanjut, berikut akan penulis sajikan beberapa devinisi masyarakat dan
komunitas menurut para ahli sebagai berikut.

a. Masyarakat
Krech,

Crutchfield,

dan

Ballachey

(Effendi,2010:59)

mengemukakan devinisi masyarakat sebagai ”a society is that it is an
organized collectivity of interacting people whose actives become centered
around a set of common goals, and who tend to share common beliefs,
attitudes, and of action.” Dari devinisi tersebut dapat ditarik kesimpulan

15

unsur-unsur yanga ada dalam masyarakat adalah kolektivitas interaksi
manusia yang terorganisasi, kegiatannya yang terarah pada sejumlah
tujuan yang sama, memilikin kecenderungan untuk memiliki keyakinan,
sikap, dan bentuk tindakan yang sama. Dalam hal ini, interkasi dan
tindakan itu tentu saja interaksi serta tindakan sosial.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari masyarakat itu adalah
adanya sekelompok manusia yang menunjukan perhatian bersama secara
mendasar, pemeliharaan kekekalan bersama, perwakilan menusia menurut
sejenisnya yang berhubungan satu sama lain secara berkesinambungan.
Dengan demikian, relasi manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu
tidak

terjadi

dalam

waktu

yang

singkat,

melainkan

secara

berkesinambungan dalam waktu yang relatif cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan
hubungan, bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam wkatu yang relatif
lama yang menempati kawasan tertentu.
b. Komunitas
Komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam
lingkup yang lebih kecil, serta ikatan kebersamaannya yang kuat dan lebih
terikat oleh tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (Effendi, 2010: 62)
istilah community dapat diterjemahkan sebgai masyarakat setempat, istilah
ini menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu
bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok hidup bersama
sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut
dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka
kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka
menjalin hubungan sosial.

16

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat
adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat
hubungan social yang tertentu. Jadi dasar-dasr dari masyarakat setempat
adalah lokalitas atau wilayah, perasaan sepenanggungan dan hubungan
sosial tertentu yang merupakan perasaan saling ketergantungan .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa devinisi masyarakat
dengan masyarakat setempat/komunitas. Definisi masyarakat sifatnya
lebih umum dan lebih luas, sedangkan definisi masyarakat setempat lebih
terbatas dan juga dibatasi oleh area kawasan serta sejumlah warganya.
Ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuan lebih erat masyarakat
setempat dibandingkan dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand Tonnies
(Effendi, 2010: 65) mengemukakan pemnbagian masyarakat dengan
sebutan masyarakat gemainchaft dan geselshaft. Masyarakat gemainchaft
atau disebut juga paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana
anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainnya dan
biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat pedesaan. Sedangkan
masyarakat geselshaft atau patembeyan ikatan-ikatan diantara anggota
anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional, biasanya cenderung sebagai
refleksi masyarakat perkotaan.
2.4 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri
dari dua kepentingan, yaitu ke pentingan individu yang termasuk kepentingan
keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang
termasukke pentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu
satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut
hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa
membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia
menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang
dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan

17

contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema
manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat.Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau
masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang menjadi
paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok
masyarakat. Adapun Ariska mengemukakan dua pandangan yaitu pandangan
individualisme dan pandangan sosialisme. Untuk mengetahui lebih lanjut,
berikut kami sajikan uraian berikut.
a. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang
manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari
manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa
kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral
individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan
dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham
ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
a. Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham
sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham,
John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan
Montesquieu.

Beberapa

prinsip

yang

dikembangkan

ideologi

liberalisme adalah sebagai berikut:
b. Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan
sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi
sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang
bersangkutan.
c. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk
mencapai kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar

18

individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara
yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan
dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya
penyelenggaraan hidup bersama.
b. Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (17711858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa
kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu
hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak
individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme

adalah

paham

yang

mengharapkan

terbentuknya

masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan
individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan
maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih
oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan.
Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak
individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang
lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme)
cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan
penguasaan

alat-alat

produksi

oleh

perorangan.

Paham

marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak
belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of
Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia
adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan
dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat
menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata.

19

Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai.
Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing.
Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk
tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme
mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem,
tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi
kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi
kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia
dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang.
Menurut filsafat pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki
prinsip penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan. Demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hakhak dasar setiap warga negara.

20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu
kesatuan antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu
apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirimya.
 Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial.
Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain
saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial
setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana
seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
 Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda
dengan masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas,
sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan
tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya
lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
 Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan
oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan
pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan
pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat
dipisahkan dan bukanlah pilihan.
3.2 Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
 Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk

21

individu dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu
sama lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak
sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
 Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati
keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak.
pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti
segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip
pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
 Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial
hendaknya harus didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan
masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
 Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam
bersosialisasi dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan
calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan
pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan
orang lain dimasyarakat.

22

DAFTAR PUSTAKA
http://wulanda46.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-manusia-sebagai.html
http://mranarchiy.blogspot.com/2013/12/makalah-manusia-sebagai-makhluk.html
https://azenismail.wordpress.com/2010/05/14/manusia-sebagai-makhluk-individudan-makhluk-sosial
http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-makhluk-individudan.html

23

24