Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

Penelitian

Kemampuan Berbahasa Inggris Anak
dengan Pembelajaran Bilingual

Itta The*)

Abstrak
eberapa Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Jakarta menerapkan pembelajaran
bilingual bahasa I ndonesia dan bahasa I nggris. Para ahli masih belum sependapat tentang
pengaruh pembelajaran itu terhadap perkembangan kognitif anak. Penelitian ini ingin
mengetahui pendapat para ibu tentang kemampuan anak dan hasil pembelajaran bilingual
di Kelompok Bermain. Penelitian dilakukan di Kelompok Bermain (KB) TKK 6 BPK PENABUR Jakarta
dengan menyebar angket kepada ibu-ibu anak KB tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
para ibu berpendapat kemampuan anak mereka dalam bahasa I nggris dan perkembangan kognitif
anak serta hasil belajar mereka pada rentang baik sampai sangat baik.

B


Kata Kunci : Persepsi, Kelompok Bermain, bilingual

A number of play group and kindergarten in Jakarta use bilingual instruction, I ndonesia and English.
I n general there are still controversial opinions on using bilingual at play group and kindergarten.
This research aims at discovering the opinion of the children’s mothers on the children’s learning
achievement of the children at Play Group of TKK 6 BPK PENABUR Jakarta. The findings show
according to the opinion of the children’s mothers, the children’s ability in English and their learning
achievement are at the range of good and very good.

Pendahuluan
Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap
orang untuk terus menerus melakukan usaha
peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing
menjadi salah satu aspek penting sebagai modal
utama keunggulan sumber daya manusia
berkualitas. Bahasa yang dimiliki oleh bangsa
yang unggul dalam bidang ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan dan teknologi memiliki peluang
menjadi wahana komunikasi global. Bahasa
Inggris nampaknya menjadi pemenang dalam

percaturan komunikasi global (Huda, 1999).
Bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa
Internasional cukup penting dipelajari untuk

memasuki era globalisasi, dan dapat dimulai
dari pendidikan di Taman Kanak Kanak.
Terjadinya perubahan yang sedemikian
pesat dalam dunia pendidikan dan pengaruh
globalisasi, menyebabkan banyak hal yang harus
dilakukan untuk mengikuti perkembangan
tersebut. Menyikapi perubahan itu seyogianya
suatu lembaga pendidikan perlu mempersiapkan
dan melakukan pembenahan diri dalam rangka
menghadapi serta memasuki era globalisasi,
salah satunya dengan cara melaksanakan
pembelajaran secara bilingual bagi muridmuridnya yang dapat dimulai di Taman kanakkanak, karena semua anak mampu belajar dua
bahasa dan bilingual memberi keuntungan pada
anak. Anak bilingual memiliki intelegensi lebih

*) Kepala TKK 3 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

1

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

tinggi dari pada anak monolingual (Lambert
dalam Takakuwa, 2000).
Pembelajaran secara bilingual bagi anak di
TK adalah upaya pengenalan bahasa kedua bagi
anak selain bahasa Indonesia yang dikenalnya,
melalui kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan sehari-hari di tempat anak TK
bermain dan belajar. Agar memiliki kemampuan
bilingual anak harus mendapatkan banyak
masukan dan latihan melalui kegiatan
mendengarkan dan mengucapkan dari kedua
bahasa yang dipelajari, dengan strategi yang
mempertimbangkan kualitas dan kuantitas
dalam mengenalkan bahasa yang akan

dipelajari, supaya dapat diperoleh hasil yang
nyata dalam perkembangan bilingualisme (Baker,
2000).
Dengan melihat adanya beberapa taman
kanak-kanak yang telah melakukan
pembelajaran secara bilingual dan adanya
pendapat yang menyatakan bahwa bilingual
memberi pengaruh negatif yang berbahaya bagi
perkembangan kognitif anak (Sulivan, Ausubel,
Ives, dalam Takakuwa, 2000), penelitian
dilakukan untuk melihat manfaat penggunaan
bilingual di Taman kanak-kanak. Penelitian
dilakukan di Kelompok Bermain TKK 6 BPK
PENABUR, untuk menyibak bagaimanakah
pandangan para ibu dari anak kelompok
bermain terhadap kemampuan anak berbahasa
Inggris dengan pembelajaran bilingual yang
telah dilakukan.

Identifikasi Masalah

1.

2.

3.

Bagaimanakah kemampuan bahasa Inggris
guru TK, dalam rangka mempersiapkan diri
untuk melakukan pembelajaran secara
bilingual di TK?.
Bagaimanakah program pembelajaran yang
disiapkan oleh sekolah dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran secara bilingual ?.
Bagaimanakah kemampuan anak dalam
berbahasa Inggris dengan pembelajaran
bilingual di kelompok Bermain TKK 6 BPK
PENABUR Jakarta?.

Pembatasan Masalah
Berdasarkan umpan balik para ibu selaku

orangtua murid Kelompok Bermain terhadap
kemampuan berbahasa Inggris anak dengan
2

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

pembelajaran bilingual di TKK 6 BPK PENABUR
pada tahun ajaran 2005-2006. Penelitian ini
dibatasi pada masalah yang ketiga yaitu
berkaitan dengan kemampuan berbahasa
Inggris anak dengan pembelajaran bilingual di
kelompok bermain TKK 6 BPK PENABUR
Jakarta. Kemampuan yang dimaksud
didasarkan pada pendapat ibu selaku orang tua
anak. Dengan pembatasan masalah tersebut,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
Bagaimanakah umpan balik para ibu terhadap
kemampuan berbahasa Inggris anak dengan
pembelajaran secara bilingual di Kelompok
Bermain di TKK 6 PENABUR ?.


Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
kemampuan berbahasa Inggris anak dengan
pembelajaran bilingual di Kelompok Bermain
TKK 6 BPK PENABUR berdasarkan pendapat
ibu anak . Hasil penelitian diharapkan dapat
bermanfaat untuk:
1. Kepala TKK 6 BPK PENABUR.
Memberi masukan kepada kepala sekolah
agar dapat mengetahui sampai sejauh mana
keberhasilan pembelajaran bilingual,
melalui umpan balik para ibu Kelompok
Bermain di TKK 6 BPK PENABUR
2. Guru TKK 6 BPK PENABUR.
Memberi masukan kepada para guru agar
dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar secara bilingual lebih baik.
3. Para ibu Kelompok Bermain TKK 6 BPK
PENABUR.

Memberi masukan kepada para ibu dari
anak-anak Kelompok Bermain bahwa
belajar bilingual memberi peluang untuk
mengembangkan kemampuan anak dalam
hal (1) kemampuan berkomunikasi, (2)
mengenal budaya, (3) mengembangkan
kognitif, (4) mengembangkan kepribadian,
(5) meningkatkan prestasi pendidikan
4. Yayasan BPK PENABUR Jakarta.
Hasil penelitian dapat digunakan untuk
mengevaluasi
dan
memperbaiki
pelaksanaan bilingual.
5. Penelitian lebih lanjut.
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu cara dalam melakukan
penelitian sejenis pada waktu yang akan
datang.


Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

Kajian Teoretis
Bilingual
1. Pengertian Bilingual
Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996) mampu atau biasa memakai
dua bahasa dengan baik dan bersangkutan
dengan atau mengandung dua bahasa. Bilingual
yang dipergunakan oleh guru Kelompok
Bermain dalam melaksanakan pembelajaran di
TKK 6 BPK PENABUR adalah bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris.
Menurut Hurlock (1993), dwibahasa
(bilingualism) adalah kemampuan menggunakan
dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam
berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan
memahami apa yang dikomunikasikan orang
lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki
kemampuan dwibahasa memahami bahasa

asing dengan baik seperti halnya pemahaman
anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu
berbicara, membaca dan menulis dalam dua
bahasa dengan kemampuan yang sama.
Pelaksanaan pembelajaran secara bilingual yang
dilakukan di Kelompok Bermain TKK 6 BPK
PENABUR lebih mengutamakan agar anak
memiliki kemampuan memahami komunikasi
lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa.
2. Manfaat Bilingual
Baker (2000) menuliskan pendapatnya, bahwa
bilingual memberi dampak pada kehidupan
anak dan orangtuanya. Bilingual atau
monolingual akan mempengaruhi identitas anak
saat dewasa yaitu, sekolah, pekerjaan,
pernikahan, area tempat tinggal, perjalanan dan
cara berpikir. Kemampuan bilingual bukan
hanya sekedar mempunyai dua bahasa, akan
tetapi juga mempunyai konsekuensi pendidikan,
sosial, ekonomi, dan budaya. Menurut Baker

banyak keuntungan dan sangat sedikit kerugian
dengan menguasai bilingual. Baker juga
mengatakan dengan menguasai bilingual
membuat anak mampu berkomunikasi dengan
anggota keluarga lainnya dengan bahasa yang
sama dimiliki anggota keluarga tersebut karena
anak menguasai dua bahasa. Anak yang
memiliki kemampuan bilingual mempunyai
kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang berbeda bangsa dan etnis dalam ruang
lingkup yang lebih luas dan bervariasi
dibanding anak yang monolingual. Selanjutnya

Baker mengatakan keuntungan lain dalam
berkomunikasi secara bilingual adalah ketika
anak belajar dalam dua bahasa, saat dewasa
dapat mengakses dua literatur, memahami
tradisi yang berbeda, juga cara berpikir dan
bertindak. Anak atau orang dewasa yang
memiliki kemampuan bilingual akan memiliki
dua atau lebih pengalaman di dunia, karena
setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku
yang berbeda, pepatah kuno, cerita, sejarah,
tradisi, cara berkomunikasi, literatur yang
berbeda, musik, bentuk hiburan, tradisi religius,
ide dan kepercayaan, cara berpikir,dan bentuk
kepedulian. Dengan dua bahasa maka akan
didapat pengalaman budaya yang lebih luas dan
sangat mungkin untuk menghasilkan toleransi
yang lebih besar antara budaya-budaya yang
berbeda serta akan menipiskan rasa rasialis.
Monolingual juga bisa mengenal perbedaan
budaya, tapi untuk mengenal budaya-budaya
yang berbeda dibutuhkan bahasa dari budaya
tersebut. Memiliki kemampuan bilingual
memberi kesempatan yang lebih besar untuk
secara aktif mengenal budaya, karena
menguasai bahasa dari budaya tersebut. Baker
juga mengatakan terlepas dari aspek sosial,
budaya, ekonomi, hubungan pribadi dan
keuntungan komunikasi, riset telah
menunjukkan bahwa bilingual memberi
keuntungan tertentu dalam berpikir, anak yang
memiliki kemampuan bilingual akan memiliki
dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan
ide. Menurut Baker ketika perbedaan asosiasi
terdapat pada setiap kata, anak yang memiliki
kemampuan bilingual dapat berpikir lebih tajam,
fleksibel, kreatif, dan dapat membawa seseorang
menjadi lebih hati-hati dalam berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda bahasa.
Beberapa kemampuan potensial dari
bilingual (Baker,2000)
a. Kemampuan komunikasi
1) Komunikasi lebih luas
2) Memahami dua bahasa
Penggunaan bilingual dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi, anak dapat
berkomunikasi dengan menggunakan dua
bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa
digunakan oleh anak terhadap orang anggota
keluarga dan juga terhadap orang lain.
b. Kemampuan mengenal budaya
1) Penyerapan budaya asing
2) Toleransi lebih besar
Penggunaan bilingual membantu anak
mengenal budaya asing, karena setiap bahasa
Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

3

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

berjalan dengan sistem perilaku dan budaya
yang berbeda. Dengan mengenal bahasa, anak
dapat mengenal budaya dari bahasa tersebut,
juga menumbuhkan sikap toleransi anak
terhadap orang lain yang memiliki budaya
berbeda.
c. Kemampuan perkembangan kognitif
1) Kreatif
2) Sensitif dalam berkomunikasi
Penggunaan bilingual mengembangkan
kemampuan berpikir anak, anak menjadi kreatif
dan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk
setiap obyek dan ide, juga membuat anak lebih
hati-hati dalam berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda bahasa.
d. Kemampuan mengembangkan kepribadian
1) Menaikkan rasa percaya diri
2) Rasa aman dalam identitas
Penggunaan bilingual dapat menumbuhkan dan
menaikkan rasa percaya diri pada anak, karena
dengan menguasai dua bahasa anak lebih berani
untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman
dalam lingkungan yang menggunakan dua
bahasa yang dipahami oleh anak.
e. Kemampuan Pendidikan
1) Meningkatkan prestasi pendidikan
2) Lebih mudah mempelajari bahasa ketiga
Penggunaan bilingual akan memudahkan anak
mempelajari bahasa yang ketiga, ketika anak
sudah menguasai dua bahasa. Di samping itu
prestasi belajar anak meningkat karena anak
memperoleh kata-kata baru dalam bahasa
Inggris, untuk kata yang sama dalam bahasa
Indonesia.
Hurlock (1993) juga mengatakan, pada
waktu anak diharapkan mempelajari dua bahasa
secara serempak, anak harus mempelajari dua
kata yang berbeda untuk setiap obyek yang
mereka sebut dan untuk setiap pikiran yang
ingin anak ungkapkan. Anak harus mempelajari
dua perangkat bentuk tata bahasa, selain itu
anak harus mempelajari bagaimana
mengucapkan huruf yang sama atau kombinasi
huruf yang sama secara berbeda.
3. Keterampilan Menguasai Bilingual
Keterampilan menguasai bilingual adalah suatu
hal yang menyenangkan bagi anak usia dini,
ketika anak memperoleh kemampuan tersebut
dari hasil proses bilingual yang dilakukan. Saat
usia anak 3 sampai 5 tahun, semua anak
berkompeten setidaknya dalam satu bahasa dan
dalam waktu yang sama anak dapat menguasai
dua bahasa. Hal yang penting untuk diketahui
orangtua dan pendidik anak usia dini tentang
4

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

bilingualism pada masa kanak-kanak
(www.earlychildhood.com):
a. Semua anak mampu belajar dua bahasa.
b. Penting untuk mengetahui salah satu
bahasa orangtua, sebagai komponen
identitas budaya anak dan rasa
kebersamaan.
c. Kemampuan bilingual menjadi lengkap,
jika anak mempunyai pengalaman kaya di
dua bahasa tersebut.
d. Bahasa yang lebih sering digunakan di
masyarakat akan lebih banyak memberi
dukungan.
e. Orangtua dapat melengkapi kemampuan
bilingual dengan menggunakan bahasa
yang paling anak ketahui dan
menggunakannya secara bervariasi.
Para ahli mendukung pandangan yang
menyatakan bahwa semakin dini anak belajar
bahasa asing, semakin mudah bagi anak untuk
menguasai bahasa asing tersebut. Untuk dapat
membimbing anak-anak menjadi bilingual, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan
(www.literacytrust.org.uk):
a. Membiasakan anak secara kontinu terlibat
dalam suasana berbahasa asing, melalui
lagu-lagu anak, cerita, dan buku cerita
berbahasa asing.
b. Mengupayakan agar anak dapat
berhadapan langsung dan mendengar
secara teratur kalimat, atau kata-kata asing.
c. Biasakan anak dengan aktivitas mendengar
yang bersifat alamiah, yaitu kegiatan
bermain sesuai minat dan perkembangan
usia anak, yang dilakukan dalam bahasa
asing.
d. Memasukkan anak ke lingkungan
prasekolah yang memakai konsep bilingual,
karena pada umumnya sekolah-sekolah
jenis ini akan membiasakan anak mengenal
bahasa ibu dan bahasa asing.

Anak Kelompok Bermain
1. Pengertian Anak Kelompok Bermain
Berdasarkan pembagian periode anak usia
Kelompok Bermain, termasuk dalam periode
masa kanak-kanak awal yang berlangsung dari
usia 2-6 tahun, dan anak Kelompok Bermain
adalah anak usia 2-3 tahun. (Hurlock, 1994).
2. Pembelajaran Anak Kelompok Bermain
Belajar adalah suatu proses perubahan dari
belum mampu menjadi mampu, dan secara relatif
bersifat menetap yang terjadi karena

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

pengalaman (Irwanto,1996) Perubahan yang
terjadi mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Gunarsa juga mengatakan, belajar
selalu mempunyai hubungan dengan
perubahan, baik yang meliputi keseluruhan
tingkah-laku maupun pada beberapa aspek
kepribadian. (Gunarsa,S. 1990)
Pembelajaran anak usia Kelompok Bermain
dilaksanakan melalui program KBK (kurikulum
berbasis kompetensi) TK untuk usia 2 dan 3
tahun, yang didasarkan pada tugas
perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya. Isi program kegiatan belajar
TK dipadukan dalam program kegiatan belajar,
yang mencakup Program Kegiatan Belajar dalam
rangka
pembentukan
perilaku
dan
pengembangan kemampuan dasar. (Puskur
Depdiknas, 2002)..
3. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal
a. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget mengatakan bahwa perkembangan
kognitif masa kanak-kanak awal disebut tahap
praoperasional yaitu pada usia 2-7 tahun. Pada
tahap ini kemampuan berpikir anak mulai
menggunakan bahasa dan menggeneralisasikannya, dan pemerolehan bahasa anak
berdasarkan teori cognitive development Piaget
anak usia 2 sampai 7 tahun, anak memperoleh
bahasa melalui kegiatan simbolik seperti
berbicara.
Syah juga mengatakan pada periode
perkembangan praoprasional, anak di samping
memperoleh kemampuan yang terkait dengan
kemampuan berpikir juga memperoleh
kemampuan berbahasa. Pada periode ini anak
mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar
dan mampu pula mengekspresikan kalimatkalimat pendek tetapi efektif. (Syah M, 2000:71) .
b. Perkembangan Bahasa
Menurut Hurlock bahasa adalah bentuk
komunikasi di mana pikiran dan perasaan
disimbolkan agar dapat menyampaikan arti
kepada orang lain. Hal yang mencakup bentuk
bahasa menurut Hurlock yaitu bahasa lisan,
bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh,
ekspresi wajah, pantomim dan seni. Bicara
adalah bentuk bahasa yang menggunakan katakata yang digunakan untuk menyampaikan
suatu maksud serta merupakan bentuk
komunikasi yang paling efektif, penggunaanya
paling luas dan paling penting. (Hurlock, 1993).

Sudono, A (2000) mengutip dari
Lerner(1982) menyatakan bahwa dasar utama
perkembangan bahasa adalah melalui
pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang
kaya. Pengalaman–pengalaman yang kaya itu
akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain,
yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Mendengarkan dan membaca termasuk
keterampilan berbahasa yang menerima atau
reseptif, sedangkan berbicara dan menulis
merupakan keterampilan yang ekspresif.
Hurlock juga mengatakan, awal masa
kanak-kanak umumnya merupakan saat
berkembang pesatnya tugas pokok dalam belajar
berbicara, yaitu menambah kosa kata, menguasai
pengucapan kata-kata dan menggabungkan
kata-kata menjadi kalimat. Kosa kata anak-anak
meningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru
dan arti-arti baru untuk kata-kata lama.
(Hurlock,1994).
Selama masa awal kanak-kanak, anak-anak
memiliki keinginan yang kuat untuk belajar
bicara. Hal ini disebabkan karena dua hal,
pertama belajar berbicara merupakan sarana
pokok di dalam sosialisasi. Anak yang mampu
berkomunikasi akan lebih mudah mengadakan
kontak sosial dan lebih mudah diterima sebagai
anggota kelompok teman sebaya daripada anak
yang kemampuan berkomunikasinya terbatas.
Kedua, belajar berbicara merupakan sarana
untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak
yang tidak dapat mengemukakan keinginan dan
kebutuhannya atau yang tidak dapat berusaha
agar dimengerti orang lain cenderung
diperlakukan untuk selalu dibantu dan tidak
berhasil memperoleh kemandirian yang
diinginkan.
Untuk meningkatkan komunikasi terdapat
dua unsur penting, pertama anak harus
menggunakan bentuk bahasa yang bermakna
bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi, dan
kedua dalam berkomunikasi anak harus
memahami bahasa yang digunakan orang
lain.(Hurlock,1993).
Kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain dalam cara yang dapat dipahami, penting
artinya untuk menjadi anggota kelompok. Anak
yang mampu berkomunikasi dengan baik akan
diterima lebih baik oleh kelompok sosial dan
mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk
memerankan kepemimpinannya dari pada anak
yang kurang mampu berkomunikasi atau takut
menggunakannya.(Hurlock,1993).

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

5

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

c. Perkembangan Afektif
Perkembangan afektif adalah perkembangan
yang terkait dengan sikap, sikap dalam arti
sempit menurut Syah (2000) mengutip dari
Bruno (1987) adalah kecenderungan yang relatif
menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang tertentu.
Syah juga mengatakan tingkah laku afektif
adalah tingkah laku yang berkaitan dengan
keanekaragaman perasaan, seperti takut, marah,
sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was
dan sebagainya. (Syah, 2000)
Hurlock juga mengatakan emosi
memainkan peran yang penting dalam
kehidupan, maka penting diketahui bagaimana
perkembangan dan pengaruh emosi terhadap
pribadi dan sosial, pola Emosi yang umum pada
anak menurut Hurlock adalah (1993): a) Rasa
takut, b) Rasa Marah, c) Rasa cemburu, d)
Dukacita, e) Kegembiraan, Keriangan,
Kesenangan, f) Kasih sayang.
d. Perkembangan Psikomotorik
Hurlock mengatakan awal masa kanak-kanak
merupakan masa yang ideal untuk mempelajari
keterampilan tertentu dan dianggap sebagai
“saat belajar”, ( Hurlock, 1994) karena :
1) Anak senang mengulang-ngulang, sehingga
dengan senang hati mau mengulang suatu
aktifitas sampai mereka terampil
melakukannya.
2) Anak-anak bersifat pemberani, sehingga
tidak terhambat oleh rasa takut kalaupun
dirinya mengalami sakit atau diejek temantemannya.
3) Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh
mereka masih sangat lentur dan
keterampilan yang dimiliki baru sedikit,
sehingga keterampilan yang baru dikuasai
tidak mengganggu keterampilan yang
sudah ada.

Persepsi
Persepsi adalah proses diterimanya rangsang
yang diperoleh dari suatu objek, kualitas,
hubungan antar gejala, maupun peristiwa,
sampai rangsang tersebut disadari dan
dimengerti, (Irwanto, 1996). Sarwono
mengatakan objek-objek yang ada di sekitar
ditangkap melalui alat-alat indera, dan
diproyeksikan pada bagian tertentu di otak
sehingga dapat mengamati objek tersebut,
(Sarwono, 1976:44 ). Rachmat juga mengatakan
persepsi adalah pengalaman tentang objek,
6

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. (Rachmat, 1985).

Metode Penelitian
Sampel dalam penelitian adalah ibu dari anakanak Kelompok Bermain TK Kristen 6 BPK
PENABUR Jakarta tahun ajaran 2005-2006,
sebanyak 92 orang untuk data penelitian.
Pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik sampling Proportional Stratified Random
Sampling yaitu mengambil sampel secara
proporsi seimbang dari tiap kelas Kelompok
Bermain. Pengambilan data pada hari Sabtu
tanggal 25 Maret 2006, di TKK 6 BPK PENABUR.
Alasan memilih ibu yang mewakili orangtua
untuk diteliti karena dalam kehidupan seharihari anak, seorang ibu mempunyai waktu lebih
banyak bersama anaknya daripada sang ayah.
Gambaran data subyek penelitian yang
diperoleh berdasarkan latar belakang
pendidikan, responden yang mengisi instrumen
penelitian berjumlah 92 ibu dari anak Kelompok
Bermain, terdiri dari lulusan pendidikan SLTA
sampai dengan S2.
Variabel dalam penelitian ini adalah pendapat
para ibu terhadap kemampuan berbahasa Inggris
anak dengan pembelajaran bilingual. Pendapat
para ibu adalah, ungkapan atau masukan yang
diberikan para ibu anak Kelompok Bermain
kepada sekolah, tentang kemampuan berbahasa
Inggris anaknya setelah dilakukan pembelajaran
secara dua bahasa di sekolah. Umpan balik yang
diberikan para ibu itu mencakup kemampuan
komunikasi anak berbahasa Inggris,
kemampuan mengenal budaya, perkembangan
kognitif, perkembangkan kepribadian,
peningkatkan prestasi pendidikan.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan jenis deskriptif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang menggunakan
pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel
dengan menggunakan instrumen penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha untuk menggambarkan dan
mengklasifikasikan fakta atau karakteristik dari
fenomena yang diteliti secara faktual dan cermat.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk skala penilaian
dari Linkert, dengan menggunakan lima
alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

responden. Dalam instrumen penelitian terdapat
60 pernyataan yang meliputi komponen
berdasarkan manfaat dari bilingual. Data
dianalisis dengan analisis rasional dan uji coba
terpakai kepada 92 orang responden, kemudian
diolah untuk mendapatkan pernyataan yang
valid dengan menggunakan rumus korelasi
produk moment, dengan menggunakan bantuan
program SPPS (Statistical Package for Social
Sciences) versi 11,0, dan ada 54 pernyataan yang
valid. Pernyataan dianggap valid apabila rhitung memiliki koefisien korelasi lebih besar
dari r-tabel yaitu 0,207 dengan taraf signifikan
5%.
Reabilitas, instrumen diukur dengan
menggunakan rumus koefisien Reliabilitas
Alpha yang hasilnya sebesar 0.883. Pengujian
reliabilitas dengan menggunakan koefisien
alpha dengan menggunakan program. SPPS.
(Statistical Package for Social Sciences) versi 11,0.
Analisis Data Penelitian menggunakan rumus
sebagai berikut.

Grafik 1 : Persentase Komponen Kemampuan
Komunikasi

balik para ibu “sangat baik” terhadap
kemampuan komunikasi anak didik,
komunikasi anak lebih luas dan anak dapat
memahami dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
dan Inggris.

F
%=

x 100 %
N
Keterangan :
F : frekuensi jawaban
N : jumlah responden

60%

Grafik 2 : Persentase Komponen Kemampuan
Mengenal Budaya
50%

50%

35%

Hasil Penelitian

30%

10%
0%

30%
25%

31%

29%29%

26%

20%

20%
Deskripsi
Data

16%

Frekuensi jawaban para ibu dari anak Kelompok
6%
Bermain
persentase.
3% disajikan dalam bentuk
2%
2%
Persentase tingkat umpan balik para ibu
SL terhadap
SR kemampuan
KD
SK
TP Inggris anak
berbahasa
Analisis
Kemampuan
Komunikasi
(pernyataan
+)
dengan pembelajaran bilingual yang kurang baik
Analisis Kemampuan Komunikasi (pernyataan -)
0 – 25 % dari skor maksimal, tingkat umpan balik
yang cukup baik sebesar 26 % - 50 % dari skor
maksimal, tingkat umpan balik yang baik
sebesar 51 % - 75 % dari skor maksimal, dan
tingkat umpan balik yang sangat baik sebesar
76 % - 100 % dari skor maksimal.
Data dalam grafik satu menunjukkan, pada
komponen
kemampuan
komunikasi,
memperoleh 76% total responden yang
menjawab selalu (SL) dan sering (SR) pada
pernyataan positif, sedangkan pada pernyataan
negatif memperoleh 75% total responden yang
menjawab sesekali (SK) dan tidak pernah (TP).
Persentase tersebut menunjukkan tingkat umpan

10%
5%

15%

7

15%
22%

20%

40%
35%

41%
40%

43%

45%
53%

9%

8%

5%

4%

0%
SL

SR

KD

SK

TP

Analis Kemampuan Mengenal Budaya (pernyataan +)
Analis Kemampuan Mengenal Budaya (pernyataan -)

Data dalam grafik dua menunjukkan, pada
komponen kemampuan mengenal budaya,
memperoleh 57% total responden yang
menjawab selalu dan sering pada pernyataan
positif, sedangkan pada pernyataan negatif
memperoleh 58% total responden yang
menjawab sesekali (SK) dan tidak pernah.
Persentase tersebut menunjukkan tingkat umpan
balik para ibu “baik” terhadap kemampuan
mengenal budaya bagi anak didik. Anak secara
umum dapat menyanyikan lagu anak dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
mengucap syair, dan mengerti film kartun dalam
bahasa Inggris.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

7

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

Grafik 3 : Persentase Komponen Kemampuan
Perkembangan Kognitif

Grafik 5 : Persentase Komponen Kemampuan
Prestasi Pendidikan
80%
70%

68%
60%

60%
50%
34%

40%
30%
20%
10%

14%

13%
3%

2%

5%

1%

0%

0%
SL

SR

KD

SK

TP

Analisis Prestasi Pendidikan (pernyataan +)
Analisis Prestasi Pendidikan (pernyataan -)

Data dalam grafik tiga menunjukkan, pada
komponen kemampuan perkembangan kognitif,
memperoleh 74% total responden yang
menjawab selalu dan sering pada pernyataan
positif, sedangkan pada pernyataan negatif
memperoleh 67% total responden yang
menjawab sesekali dan tidak pernah. Persentase
tersebut menunjukkan tingkat umpan balik para
ibu “baik” terhadap kemampuan perkembangan
kognitif anak didik.
Grafik 4 : Persentase Komponen Kemampuan
Perkembangan Kepribadian

Data dalam grafik empat menunjukkan, pada
komponen kemampuan perkembangan
kepribadian, memperoleh 86% total responden
yang menjawab selalu dan sering pada
pernyataan positif, sedangkan pada pernyataan
negatif memperoleh 95% total responden yang
menjawab sesekali dan tidak pernah. Persentase
tersebut menunjukkan tingkat umpan balik para
ibu “sangat baik” terhadap kemampuan
perkembangan kepribadian anak didik.
Data dalam grafik lima menunjukkan, pada
komponen kemampuan meningkatkan prestasi
kependidikan, memperoleh 94% total responden
yang menjawab selalu dan sering pada
8

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

pernyataan positif, sedangkan pada pernyataan
negatif memperoleh 82% total responden yang
menjawab sesekali dan tidak pernah. Persentase
tersebut menunjukkan tingkat umpan balik para
ibu “sangat baik” terhadap peningkatkan
prestasi pendidikan bagi anak didik.
Peneliti juga membuat hasil analisis data
tentang persepsi para ibu terhadap manfaat
bilingual di kelompok bermain TKK 6 BPK
PENABUR, dapat dilihat pada tabel 1.
Data dalam tabel satu dapat diketahui
bahwa responden yang memilih katagori selalu
dan sering pada pernyataan positif komponen
kemampuan komunikasi berjumlah 76%,
sedangkan pada pernyataan negatif
memperoleh 75% yang merupakan total jawaban
sesekali dan tidak pernah. Pada komponen
mengenal budaya pada pernyataan positif
memperoleh 57% yang merupakan jumlah
katagori jawaban selalu dan sering. Pernyataan
negatif memperoleh 58% dari total responden
yang menjawab sesekali dan tidak pernah. Pada
komponen kemampuan perkembangan kognitif
pernyataan positif memperoleh 74% yang
merupakan jawaban katagori jawaban selalu
dan sering, sedangkan pernyataan negatif
memperoleh 67% dari total responden yang
menjawab sesekali dan tidak pernah. Pada
komponen kemampuan perkembangan
kepribadian pernyataan positif memperoleh 86%
yang merupakan total jawaban selalu dan
sering, sedangkan pada pada pernyataan negatif
memperoleh 95% dari total responden yang
menjawab sesekali dan tidak pernah. Pada
komponen peningkatan prestasi pendidikan
pernyataan positif memperoleh 94% yang
merupakan total jawaban selalu dan sering,
sedangkan pada pernyataan negatif

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

Tabel 1: Deskripsi Jawaban Variabel Kepemimpinan Transformasional
SL
No

SR

KD

SK

Total

TP

Komponen
Σf

%

Σf

%

Σf

%

Σf

%

Σf

%

Σf

%

Kemampuan
Komunikasi

pernyataan+)

38

41%

32

35%

14

16%

6

6%

2

2%

92

100%

Kemampuan
Komunikasi

(pernyataan -)

2

2%

3

3%

18

20%

20

22%

49

53%

92

100%

Mengenal
B u d ay a

(pernyataan+)

24

26%

29

31%

27

29%

7

9%

5

5%

92

100%

Mengenal
B u d ay a

(pernyataan -)

4

4%

7

8%

27

29%

14

15%

40

43%

92

100%

Perkembangan
Kognitif

(pernyataan+)

38

41%

30

33%

17

18%

6

7%

1

1%

92

100%

Perkembangan
Kognitif

(pernyataan -)

3

3%

4

5%

23

25%

18

19%

44

48%

92

100%

Perkembangan
Kepribadian

(pernyataan+)

51

55%

29

31%

8

9%

3

3%

1

2%

92

100%

Perkembangan
Kepribadian

(pernyataan -)

0

0%

0

0%

4

5%

5

6%

83

89%

92

100%

56

60%

31

3 4%

4

5%

1

1%

0

0%

92

100%

3

3%

2

2%

12

13%

13

14%

62

68%

92

100%

1.

2.

3.

4.

Peningkatan
Prestasi
Pendidikan

(pernyataan+)

5.
Peningkatan
Prestasi
Pendidikan

(pernyataan -)

memperoleh 82% dari total responden yang
menjawab sesekali dan tidak pernah.

Hasil Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat umpan balik para ibu
terhadap kemampuan berbahasa Inggris anak
dengan pembelajaran bilingual, maka dibuat
klasifikasi umpan balik para ibu, dengan cara
sebagai berikut: skor maksimal 270 didapat dari
54 pernyataan yang valid dikalikan dengan
bobot skor alternatif jawaban tertinggi yaitu lima
(54 pernyataan x bobot skor 5), dan skor minimal
54 didapat dari 54 pernyataan yang valid
dikalikan dengan bobot skor alternatif jawaban
terendah yaitu satu (54 pernyataan x bobot 1).
Data dalam tabel dua menunjukkan, jumlah
para ibu dengan tingkat umpan balik sangat baik
terhadap kemampuan berbahasa Inggris anak
dengan pembelajaran bilingual sebanyak 67 ibu,
tingkat umpan balik yang “ baik” sebanyak 24

Tabel 2: Persentase Skor Kemampuan
Berbahasa Inggris Anak dengan
Pembelajaran Bilingual
Kemampuan anak
berbahasa Inggris
dengan pembelajaran bilingual

Interval
S k or

f

%

Sangat baik

216 - 270

67

72,82 %

162 - 215 24

26,08 %

B ai k
Cukup Baik

108 - 161

1

1,10 %

Kurang

54 - 107

0

0%

92

100 %

Jumlah ibu anak Kelompok
Bermain

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

9

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

ibu, tingkat umpan balik “cukup baik” sebanyak
1 ibu, dan tidak ada ibu yang menyatakan tingkat
umpan balik “kurang baik”. Dengan demikian,
umpan balik para ibu terhadap kemampuan
berbahasa Inggris anak dengan pembelajaran
bilingual pada umumnya berada pada
klasifikasi “sangat baik” dan “ baik”.

Pembahasan
Hasil penelitian tentang kemampuan berbahasa
Inggris anak dengan pembelajaran bilingual
menunjukkan bahwa para ibu yang tergolong
memiliki tingkat umpan balik “sangat baik”
dengan skor 216 - 270 terdiri dari 67 ibu (72,82
%). Para ibu yang tergolong memiliki tingkat
umpan balik “baik” dengan skor 162 - 215 terdiri
dari 24 ibu (26,08%).Umpan balik “cukup baik”
dengan skor 108 - 161 terdiri dari 1 ibu (1,10%),
dan tingkat umpan balik “kurang baik” dengan
skor 54 - 107 terdapat 0 ibu (0%). Dengan
demikian umpan balik para ibu tergolong pada
tingkat “sangat baik” dan “baik”.
Peneliti melakukan wawancara singkat
kepada tiga orang ayah dari anak Kelompok
Bermain pada saat peneliti menyebarkan
instrumen penelitian kepada para ibu, dan untuk
mengetahui lebih dalam tentang manfaat
bilingual bagi anak, peneliti melakukan
wawancara dengan seorang ayah dari anak
Kelompok Bermain. Berdasarkan wawancara ini,
ayah tersebut menyatakan senang anaknya
menerima pembelajaran secara bilingual, anak
dapat mengerti komunikasi dalam bahasa
Inggris dan dapat berbicara dalam bahasa
Inggris walaupun dengan kalimat-kalimat yang
pendek, anak tidak merasa takut walaupun
sekolah menggunakan dua bahasa.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan bilingual di
Kelompok Bermain TKK 6 BPK PENABUR,
meningkatkan kemampuan anak Kelompok
Bermain di tempat tersebut. Hasil penelitian
kemampuan komunikasi menunjukkan
pandangan para ibu mengenai kemampuan
komunikasi anak dalam bahasa Inggris dengan
pembelajaran bilingual “sangat baik”,
penggunaan bilingual membuat komunikasi
anak dengan orangtua dalam bahasa Inggris
lebih baik karena anak dapat mengerti dan
berbicara dengan bahasa Inggris yang
sederhana, demikian pula komunukasi dengan
native speaker, dan guru kelas. Hal ini didukung
10

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

oleh pendapat Baker (2000) bahwa bilingual
memberi manfaat dalam komunikasi pada anak,
mereka lebih pandai berkomunikasi dari pada
anak yang hanya belajar monolingual.
Hasil penelitian mengenal budaya
menunjukkan pandangan para ibu “baik”,
dengan pembelajaran bilingual anak dapat
mengenal budaya dari bahasa yang digunakan.
Dari hasil persentase menunjukkan bahwa
persentase umpan balik para ibu terhadap
kemampuan mengenal budaya paling kecil jika
dibandingkan dengan persentase umpan balik
para ibu terhadap kemampuan lainnya dari
pembelajaran bilingual. Menurut pendapat
peneliti para ibu kurang memahami bahwa
bilingual juga dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mengenal budaya. Dengan dua
bahasa anak diharapkan lebih mengenal
berbagai macam budaya, bilingual membuat
anak dapat menyanyikan lagu, mengucapkan
syair serta mengerti film-film kartun dalam
bahasa Inggris, hal ini sesuai yang dikatakan
oleh Baker, bahwa anak atau dewasa yang
memiliki kemampuan bilingual akan memiliki
dua atau lebih pengalaman di dunia, karena
setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku
yang berbeda, pepatah kuno, cerita, sejarah,
tradisi, cara berkomunikasi, literatur yang
berbeda, musik, syair, bentuk hiburan, tradisi
religius, ide dan kepercayaan, cara berpikir, dan
bentuk kepedulian.
Hasil penelitian perkembangan kognitif
menunjukkan pandangan para ibu “baik”,
dengan pembelajaran bilingual kemampuan
perkembangan kognitif anak baik. Berbicara
secara bilingual membuat kemampuan kognitif
anak berkembang, anak memiliki kemampuan
untuk mengerti dan berbicara dengan dua
bahasa, memiliki dua atau lebih kata-kata untuk
setiap obyek dan ide. Hal ini tidak sesuai dengan
pandangan yang menyatakan bahwa bilingual
memberi pengaruh negatif yang berbahaya bagi
perkembangan kognitif anak (Sulivan,Ausubel,
Ives, dalam Takakuwa, 2000), namun sesuai
dengan pendapat Hurlock bahwa, pada waktu
anak mempelajari dua bahasa secara serempak,
anak harus mempelajari dua kata yang berbeda
untuk setiap obyek yang mereka sebut dan untuk
setiap pikiran yang ingin anak ungkapkan.
Piaget juga mengatakan pada tahap
praoprasional kemampuan berpikir anak mulai
menggunakan bahasa dan menggeneralisasikannya. Pemerolehan bahasa anak
berdasarkan teori cognitive development Piaget
anak usia 2 sampai 7 tahun, anak memperoleh

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

bahasa melalui kegiatan simbolik seperti
berbicara. Hal ini juga didukung oleh Syah (2000)
bahwa dalam periode perkembangan
praoperasional, anak di samping memperoleh
kemampuan yang terkait dengan kemampuan
berpikir juga memperoleh kemampuan
berbahasa.Pada periode ini anak mulai mampu
menggunakan kata-kata yang benar dan mampu
pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek
tetapi efektif.
Pada hasil penelitian perkembangan
kepribadian menunjukkan pandangan para ibu
“sangat baik”, hasil penelitian menunjukan
anak tetap merasa aman dan tidak takut ke
sekolah walaupun bahasa yang dipergunakan
dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Anak juga
lebih percaya diri, mandiri dan berani saat
berbicara dengan guru kelas dan native speaker
dengan bahasa Inggris. Hal ini juga didukung
oleh Hurlock (1994) belajar berbicara merupakan
sarana untuk memperoleh kemandirian. Anakanak yang tidak dapat mengemukakan
keinginan dan kebutuhannya atau yang tidak
dapat berusaha agar dimengerti orang lain
cenderung diperlakukan untuk selalu dibantu
dan tidak berhasil memperoleh kemandirian
yang diinginkan.
Hasil penelitian peningkatan prestasi
pendidikan menunjukkan pandangan para ibu
“sangat baik”, dari hasil penelitian diketahui
bahwa anak yang telah memiliki kemampuan
bilingual yaitu bahasa ibu (bahasa mandarin
atau bahasa daerah) dan bahasa Indonesia,
mudah mempelajari bahasa Inggris sebagai
bahasa anak yang ketiga. Di samping itu prestasi
belajar anak meningkat karena anak
memperoleh kata-kata baru dalam bahasa
Inggris, untuk kata yang sama dalam bahasa
Indonesia. Hal ini didukung oleh Hurlock
bahwa, awal masa kanak-kanak umumnya
merupakan saat berkembang pesatnya tugas
pokok dalam belajar berbicara, yaitu menambah
kosa kata, menguasai pengucapan kata-kata dan
menggabungkan kata-kata menjadi kalimat.
Kosa kata anak-anak meningkat pesat ketika ia
belajar kata-kata baru dan arti-arti baru untuk
kata-kata lama. (Hurlock, 1994).

Kesimpulan
1. Komponen kemampuan komunikasi dari
pembelajaran bilingual menunjukkan hasil

2.

3.

4.

5.

sebesar 76%, para ibu berpendapat bahwa
karena belajar bilingual anak-anak mereka
mengalami peningkatan berkomunikasi
dalam bahasa Inggris, anak juga dapat
berkomunikasi dalam bahasa Inggris
dengan orangtua, guru, sanak keluarga lain,
dan native speaker.
Komponen kemampuan mengenal budaya
menunjukan hasil sebesar 57%, para ibu
berpendapat bahwa terhadap kemampuan
mengenal budaya cukup baik. Anak dapat
menyanyikan lagu kanak-kanak baik dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
mengucap syair, dan mengerti film kartun
dalam bahasa Inggris.
Komponen kemampuan perkembangan
kognitif menunjukkan hasil sebesar 74%.
Persentase ini menunjukkan kemampuan
anak mengerti dan berbicara secara
langsung dengan bahasa Inggris cukup baik
dan cukup kritis bila ada yang ditanyakan.
Komponen mengembangkan kepribadian
menunjukkan hasil sebesar 86%. Persentase
ini menunjukkan pandangan para ibu
“sangat baik”, terhadap perkembangan
kepribadian anaknya. Mereka memiliki rasa
percaya diri, mandiri dan memiliki
keberanian saat berbicara dengan guru kelas
dan native speaker.
Komponen manfaat peningkatan prestasi
pendidikan menunjukkan hasil sebesar
94%, setelah belajar bilingual anak dapat
mengucapkan kata-kata dalam bahasa
Inggris, dan memperoleh kata-kata baru
untuk kata yang sama dalam bahasa
Indonesia.

Saran
1.

Bagi Guru
Para guru disarankan menambah wawasan
tentang manfaat pembelajaran secara
bilingual, dengan demikian timbul
pemahaman bahwa dengan pembelajaran
bilingual
tidak
hanya
sekedar
mengembangkan aspek kemampuan
komunikasi saja bagi anak didik, tapi juga
mengembangkan aspek kemampuan
mengenal budaya, perkembangan kognitif,
perkembangan
kepribadian,
dan
peningkatan prestasi pendidikan, sehingga
guru dapat mengembangkan perencanaan
mengajar lebih baik.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

11

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

2.

Bagi Yayasan BPK PENABUR Jakarta
Yayasan BPK PENABUR Jakarta
diharapkan dapat mengembangkan
program bilingual lebih baik lagi, sehingga
pembelajaran bilingual dapat dilakukan di
sekolah-sekolah lain dibawah yayasan BPK
PENABUR

Daftar Pustaka
Baker,C. (2000). A Parents’ and teachers’ guide to
bilingualism. second edition. Clevedon.
Boston. Toronto. Sydney : Multilingual
matters Ltd
Depdikbud. (1998). Pedoman kegiatan belajar
mengajar TK. Jakarta
Gunarsa, D, S. (1990). Psikologi perkembangan.
Jakarta : Gunung Mulia
Hadjar,I. (1996). Dasar-dasar metodologi penelitian
kuantatif dalam pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers
Hadi. S. (1994). Statistik II. Yogyakarta : Andi
Offset
Huda, N. (1999). Pengajaran Bahasa Inggris di
Indonesia Perkembangan dan prospeknya.
Bahasa dan Seni, 27, Pebuari, 1-17
Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan anak. Jilid I.
Jakarta: Erlangga
Hurlock, E.B. . (1994). Perkembangan anak. Jilid 2.
Jakarta : Erlangga
Hurlock, E.B. . (1994). Pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Edisi VI. Jakarta:
Erlangga

12

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

http//: www.earlychildhood.com. Anak usia dini
dan bilingualism
http//: www.literacytrust.org.uk. Keuntungan
bilingual
http//: www.tabloidnova.com. Membimbing anak
anak menjadi bilingual
http//: www.literacytrust.org.uk. Membantu anak
belajar bahasa ibu dan bahasa Inggris
Irwanto,dkk. (1996). Psikologi umum. Jakarta :
Gramedia
Munandar, U, dkk. Psikologi perkembangan
pribadi. (2001). Jakarta : Universitas
Indonesia
Puskur-DepDikDas. (2002). Kurikulum hasil
belajar-kompetensi dasar pendidikan anak
usia dini 4-6. Jakarta : DepdikBud
Rachmat, J. (1985). Psikologi komunikasi. Cet 1.
Bandung : Remaja Karya
Sarwono. S.W. (1976). Pengantar umum psikologi.
Jakarta : Bulan Bintang
Sudono,A. (2000). Sumber belajar dan alat
permainan. Jakarta : Grasindo
Suryabrata.,S. (1984). Metodologi penelitian.
Jakarta : Rajawali
Syah, M. (2000). Psikologi pendidikan. Edisi
Revisi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Takakuwa, M. (2000). “What’s wrong with the
concept of cognitive development in studies
of bilingualism”http//: www.questia.
com
Tim PenyusunKamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa, (1996). Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua,
Balai Pustaka : Jakarta