LAPORAN PRAKTIKUM PENGAN TAR OSEANOGRAFI

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR OSEANOGRAFI
ARUS

Oleh :
Nama

:

Ridho Anzari

Nim

:

08101005026

Kelompok

:


II (dua)

LABORATORIUM OSEANOGRAFI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Oseanografi meliputi berbagai aspek, aspek fisika, kimia, geologi, geografi,

dan biologi atau ilmu hayati. Dalam aspek Fisika banyak hal yang dipelajari
dalam oseanografi diantaranya adalah pasang surut air laut, suhu air laut,
gelombang laut, dan sebangainya. Dalam praktikum ini akan dibahas mengenai
arus. Arus laut adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertikal massa air laut tersebut yang terjadi secara

terus (Gross,1972). Pergerakan massa air ini ditimbulkan oleh beberapa gaya
sehingga Herunadi (1996) dalam Kurniawan (2004) mengemukakan bahwa sinyal
arus merupakan resultan dari berbagai sinyal yang mempunyai frekuensi terstentu
yang dibagkitkan oleh beberapa gaya yang berbeda-beda. Sedangkan menurut
Hutabarat dan Evans (1984) arus merupakan gerakan air yang terjadi pada seluruh
lautan di dunia.
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut
gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal
seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut
dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan
angin ( Gross, 1990).
Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi
massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya
gesekan, dan gaya sentrifugal. Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat
dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gayagaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap
permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara
lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan
horizontal, gaya yang menghasilkan pasut.


Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas
permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang
gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah
perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat
kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut,
dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan
permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan
pergerakan air turbulen (Supangat, 2003).
Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan
angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang
berdekatan secara periodik, hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada
fluida. Gaya viskositas dapat dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas
molecular dan viskositas eddy. Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari
transfer momentum diantara bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam
pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer momentum terjadi hasil transfer
antara batas yang berdekatan yang disebut viskositas molekular Di permukaan
laut, gerakan air tidak pernah laminer, tetapi turbulen sehingga kelompokkelompok air, bukan molekul individu, ditukar antara satu bagian fluida ke yang
lain. Gesekan internal yang dihasilkan lebih besar dari pada yang disebabkan oleh
pertukaran molekul individu dan disebut viskositas eddy (Anonim, 2009).
1.2.


Tujuan
1. Mengetahui proses terjadinya arus
2. Mengetahui jenis-jenis arus
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi arus
4. Mampu menjelaskan dan menunjukan arah arus

1.3.

Manfaat
1. Dapat mengetahui jenis-jenis arus dan bagaimana proses terjadinya.
2. Dapat mengetahui apa itu arus, faktor-faktor penyebabnya, dan yang
dipengaruhi oleh arus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arus laut adalah proses pergerakan massa air laut yang menyebabkan
perpindahan horizontal dan vertikal massa air laut tersebut yang terjadi secara
terus (Gross,1972). Pergerakan massa air ini ditimbulkan oleh beberapa gaya
sehingga Herunadi (1996) dalam Kurniawan (2004) mengemukakan bahwa sinyal

arus merupakan resultan dari berbagai sinyal yang mempunyai frekuensi terstentu
yang dibagkitkan oleh beberapa gaya yang berbeda-beda. Sedangkan menurut
Hutabarat dan Evans (1984) arus merupakan gerakan air yang terjadi pada seluruh
lautan di dunia.
Arus laut mampu mengalir mengarungi ribuan kilometer dan sangat penting
untuk menentukan iklim dari sebuah benua, khususnya wilayah yang berbatasan
dengan laut. Contohnya arus Gulf Stream yang menyebabkan daerah Barat Laut
Eropa lebih hangat dibandingkan wilayah lain yang memiliki lintang yang sama
(Anonim, 2009).
Faktor Penyebab Terjadinya Arus
Pergerakan massa air ini ditimbulkan oleh beberapa gaya sehingga Herunadi
(1996) dalam Kurniawan (2004) mengemukakan bahwa sinyal arus merupakan
resultan dari berbagai sinyal yang mempunyai frekuensi terstentu yang
dibagkitkan oleh beberapa gaya yang berbeda-beda. Ada dua jenis gaya utama
yang penting dalam proses gerak (motion) yakni gaya primer dan sekunder. Gaya
primer merupakan gaya yang menyebabkan gerak (motion) antara lain: gravitasi,
wind stress, tekanan atmosfer, dan seismic. Sedangkan gaya sekunder merupakan
gaya yang muncul akibat adanya gerak (motion) antara lain : gaya Coriolis dan
gesekan (friction) (Pond dan Pickard, 1983).
Menurut Gross (1990), terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor

utama, yaitu faktor internal dan faktor internal. Faktor internal seperti perbedaan
densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan
faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh

tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi,
gaya tektonik dan angin.
Jenis-jenis Arus
Berdasarkan gaya-gaya yang menimbulkannya, arus dibagi kedalam berbagai
kelompok. Gross (1990), membagi menjadi empat macam yaitu :
1. Arus Ekman, merupakan arus yang disebabkan oleh gesekan angin
2. Arus Pasang Surut (Pasut), merupakan arus yang disebabkan adanya gaya
pembangkit pasut
3. Arus termohalin, merupakan arus yang disebabkan oleh adanya perbedaan
densitas air laut
4. Arus Geostrofik, merupakan arus yang disebabkan karena adanya gradien
tekanan mendatar dan coriolis
Sedangkan Brown et al. (1989) membagi arus atau gerak berdasarkan gaya
penyebabnya sebagai berikut :
1. Arus Thermohalin
2. Arus yang digerakkan angin (wind driven current)

3. Arus Pasang Surut
4. Arus Inersia
5. Arus Geostrofik Pond dan Pickard (1983) melakukan pembagian arus
berdasarkan komponen gesekan (Friction) yaitu:
1. Arus tanpa gesekan (current without friction)
2. Arus dengan gesekan (current with friction)
Berdasarkan penguraian Pond dan Pickard (1983) serta Gross (1990) di
mana arus pasang surut merupakan arus yang polanya dipengaruhi oleh pasang
surut, maka secara umum arus juga dapat diklisifikasikan menjadi dua, yaitu arus
pasang surut dan arus nir pasang surut.Dari semua klasifikasi yang telah dibuat
oleh para ahli tersebut, secara umum arus dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Arus Ekman
Arus ekman merupakan arus yang disebabkan oleh gesekan angin (wind
friction). Umumnya permukaan air yang langsung bersentuhan dengan angin akan
menimbulkan arus di lapisan permukaan dengan kecepatan arus + 2% dari

kecepatan angin itu sendiri. Arah arus yang ditimbulkan tidak searah dengan
pergerakan angin karena adanya gaya coriolis yang ditimbulkan oleh rotasi bumi.
Arus akan dibelokkan ke kanan pada Belahan Bumi Utara (BBU) dan dibelokkan
ke kiri pada Belahan Bumi Selatan (BBS). Gaya gesekan molekul dari massa air

membuat lapisan dalam dibelokkan oleh lapisan atasnya sampai pada kedalaman
tertentu dimana gaya gesekan molekul ini tidak berpengaruh lagi. Fenomena
pembelokan arus ini dikenal dengan Spiral Ekman (Gross, 1990).
Tekanan udara di atas permukaan bumi bervariasi tergantung dengan
lamanya penyinaran matahari sebagai faktor utama penentu besarnya nilai radiasi
matahari. Perbedaan tekanan inilah yang mengakibatkan pergerakan udara atau
angin. Jika angin ini berhembus di atas permukaan air hingga terjadi pertukaran
energi. Energi yang dipertukarkan inilah yang mengakibatkan bergeraknya massa
air yang ada di permukaan laut (Brown et al., 1989).
2. Arus Geostrofik
Arus geostrofik merupakan arus yang terjadi akibat adanya keseimbangan
geostrofik. Kondisi keseimbangan geostrofik ini terjadi jika gaya gradien tekanan
horizontal yang bekerja pada massa air yang bergerak dan diseimbangkan oleh
gaya coriolis (Brown et al., 1989). Arus geostrofik merupakan hasil
kesetimbangan antara gaya gravitasi dan gaya coriolis. Efek gravitasi dikontrol
oleh kemiringan permukaan air laut, sedangkan densitas dikontrol oleh perbedaan
suhu dan salinitas horizontal. Arus geostrofik ini tidak dipengaruhi oleh
pergerakan angin (gesekan antara air dan udara) sehingga Pond dan Pickard
(1983) memasukkannya kedalam golongan arus tanpa gesekan (current without
friction).

3. Arus Thermohalin
Arus thermohalin merupakan arus yang disebabkan perbedaan densitas air
laut. Di bawah lapisan pycnocline, air bergerak disepanjang dasar lautan sebagai
arus yang lembam (slugish current). Sirkulasi laut dalam ini benar-benar terisolasi
dari arus permukaan oleh lapisan pycnocline sehinga pergerakannya hanya
dipengaruhi oleh adanya perbedaan densitas air laut atau dengan kata lain
dikontrol oleh variabilitas suhu dan salinitas. Sirkulasi laut dalam ini disebut

sebagai arus thermohalin (Thermohalin Current) (Gross,1990). Secara umum
menurut Ingmanson dan Wallace (1989) dalam Kurniawan (2004), arus
thermohalin bergerak ke utara-selatan yang dari samudera Atlantik menuju
samudera Antartika.
4. Arus Inersia
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa angin berhembus menyebabkan
timbulnya arus (wind driven current). Momentum yang ditimbulkan akibat
dorongan angin ini tidak akan berhenti begitiu saja sehingga ketika angin berhenti
berhembus gerakan air atau arus akan terus berlanjut sebagai konsekuensi dari
gaya momentum pada massa air (Pond dan Pickard, 1983). Gerakan air atau arus,
gaya gesekan kecil (diasumsikan nol) dan gaya yang masih bekerja tinggal gaya
coriolis , yang menyerupai kurva (curved motion) yang disebut dengan arus

inersia (inersia current) (Brown et al., 1989; Pond dan Pickard 1983). Jika gaya
coriolis hanya bekerja pada arah horizontal maka gerakan air yang terjadi (arus
inersia) di sekitar garis lintang akan membentuk lingkaran (circular) (Brown et al.,
1989). Arah rotasi atau perputaran pada lingkaran inersia adalah searah putaran
jarum jam di belahan bumi bagian selatan (Pond dan Pickard, 1983).
5. Arus Pasang Surut (pasut)
Merupakan arus yang disebabkan adanya gaya pembangkit pasut. Arus
pasut merupakan pergerakan air laut secara horizontal yang dihubungkan dengan
naik turunnya permukaan laut secara periodik. Pasang surut laut merupakan hasil
dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke
arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Terdapat
tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya,


yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan campuran
(mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah
secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung
pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera (Supangat, 2007).
Arus Permukaan Indonesia
Arus laut permukaan di dunia memiliki pola dan sebaran yang unik.
Masing – masing wilayah memiliki karakteristik arus yang berbeda. Perairan
Indonesia secara tetap diisi oleh massa air Samudra Pasifik. Hal ini terjadi bukan
hanya karena wilayah Indonesia lebih terbuka terhadap Samudera Pasifik tetapi
juga karena kondisi dinamika permukaan laut. Ketinggian permukaan laut di
bagian barat samudra pasifik lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah di selatan
Jawa sepanjang tahun, sehingga terbentuk gradien tekanan dari samudra pasifik ke
samudera Hindia (Wyrtki, 1961).
Menurut Godfrey (1996),gradien tekanan tersebut terbentuk karena posisi
Indonesia berada pada sisi Barat Samudera Pasifik Trade Wind Belt, dimana
tekanan angin secara terus menerus menyebabkan penumpukkan massa air karena
pergerakan arusnya menuju daratan. Gradien tekanan tersebut menyebabkan
terjadinya arus yang melewati perairan Indonesia disebut Arlindo. Arlindo
memiliki sistem sirkulasi massa air yang kompleks dan berfluktuasi secara
musiman dengan arah serta kekuatannya yang bervariasi.
Arlindo sangat terkenal karena menghubungkan antara Samudera Pasifik
dengan Samudera Hindia, melalui Selat Makasar dan keluar lewat Selat Lombok
(25% dari total transport arus yang lewat Selat Makassar) dan Selat Ombai
bersama-sama Laut Timor (75% sisa total transport arus tersebut). Arlindo terjadi
sebagai akibat perbedaan tekanan rata-rata sebesar 16 cm antara Samudera Pasifik
dan Hindia. Arlindo memindahkan bahang oleh air bersalinitas rendah dari tempat
berkembangnya El Nino di Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia. Mengalir
melalui bagian Selatan Indonesia dan Australia, Arlindo merupakan penghubung
utama atau titik temu pertukaran massa air global.
Sirkulasi arus permukaan di Indonesia dipengaruhi oleh angin muson yang
terjadi kerana adanya perbedaan tekanan udara antara daratan asia dan daratan

australia, pada bulan Desember-Februari di Belahan Bumi Utara (BBU) akan
terjadi musin dingin sedangkan pada Belahan Bumi Selatan (BBS) akan terjadi
musim panas sehingga tekanan tinggi berada di Asia dan tekanan rendah berada di
Australia. Angin muson bergerak dengan arah-arah tertentu sehingga perairan
Indonesia dibagi menjadi empat musim yaitu musim barat, musim timur, musim
pancaroba satu dan musim pancaroba dua (Wyrtki, 1961).
Syamsudin (2003) mengatakan air laut digerakan oleh dua sistem angin, di
dekat khatulistiwa angin pasat (trade wind) menggerakkan permukaan air ke arah
barat. Sementara itu, di daerah lintang sedang (temperate), angin baratan
(westerlies wind) menggerakkan kembali permukaan air ke timur. Akibatnya di
samudera-samudera akan ditemukan sebuah gerakan permukaan air yang
membundar.
Metode Pengukuran Data Arus
1. Pengukuran Arus Insitu
Pengukuran arus secara insitu adalah pengukuran secara langsung dengan
dua metode pengukuran, yaitu pada titik tetap (Euler) dan metode dengan benda
hanyut atau drifter (Langlarian). Alat pengukur paling sederhana adalah
menggunakan Free-floating drogued buoy untuk mengukur kecepatan dan sebuah
kompas bidik untuk mencari arah. Free-floating drogued buoy dilepas di perairan
dengan diikat sebuah tali dengan jarak tertentu, lalu diukur waktunya sampai tali
tersebut menegang. Kecepatan arus bisa diukur dengan membagi jarak dengan
waktu. Sedangkan arah bisa dicari dengan menggunakan kompas bidik.
Peralatan modern yang sering digunakan saat ini dalam pengukuran arus adalah
ADCP (Acaoustic Doppler Current Profiler) dan Current Meter. ADCP
menggunakan Azaz Doppler mengenai perambatan bunyi, dimana partikel renik
didalam air dapat memantulkan bunyi. Current Meter merupakan pengembangan
dari Free-floating drogued buoy yang berfungsi untuk mengukur kecepatan dan
arah arus laut berdasarkan metode Eularian. Pengukuran arus laut dengan current
meter ini menggunakan metode eularian dimana metode ini merupakan
pengukuran arus dengan menggunakan metode gelombang sinusoidal. Prinsip
kerja alat ini adalah baling-baling dimana sewaktu alat dimasukkan akan ada

perputaran dari baling-baling tersebut sehingga menimbulkan percepatan. Current
meter mempunyai 2 bagian yaitu speed (kecepatan) dan direction (arah).
2. Pengukuran Arus dengan Satelit Altimetri
Sistem altimetri berkembang sejak tahun 1975, saat diluncurkannya satelit
GEO-3. Pada tahun 1990 satelit altimetri mulai diluncurkan seperti ERS-1 (19911996), Topex/Poseidon (sejak 1992) dan ERS-2 (sejak 1995). Altimetri adalah
teknik untuk mengukur ketinggian. Satelit altimetri meghitung waktu yang
digunakan oleh pulsa dari pemancar ke permukaan laut dan kembali lagi sebagai
echo menuju penerima. Dikombinasikan dengan data lokasi satelit yang presisi
kemudian menghasilkan SSH seperti diilustrasikan pada gambar 1 (CNES, 1997
dalam Rudiastuti, 2008).
Tujuan peluncuran sensor altimetri adalah mengamati sirkulasi lautan
global, memantau volume dari lempengan es di kutub dan mengamati perubahan
muka

laut

rata-rata

global

(Abidin,

2001

dalam

Rudiastuti,

2008).

Sea Surface Height (SSH) adalah jarak antara permukaan laut dengan ellipsoida
referensi (jika kedalaman laut secara akurat tidak diketahui). Nilai SSH secara
matematis

dituliskan

sebagai

berikut:

SSH = S-R
Dimana :
S = ketinggian satelit dari reference ellipsoid (satellite altitude)
R = jarak antara satelite dengan laut (jarak altimetri)
Nilai SSH diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh ketinggian permukaan
laut yang akan terjadi tanpa gangguan (angin, ombak, gelombang, dan lainnya),
dan juga sirkulasi lautan atau dinamika topografi (CNES, 1997 dalam Rudiastuti,
2008).
3. Pengukuran Arus dengan Membangun Model Hidrodinamika
Hingga sekitar akhir 1980-an, kegiatan hidrografi utamanya didominasi
oleh survei dan pemetaan laut untuk pembuatan peta navigasi laut (nautical chart)
dan survei untuk eksplorasi minyak dan gas bumi (Ingham, 1975). Peta navigasi
laut memuat informasi penting yang diperlukan untuk menjamin keselamatan
pelayaran, seperti: kedalaman perairan, rambu-rambu navigasi, garis pantai, alur

pelayaran, bahaya-bahaya pelayaran dan sebagainya. Selain itu, kegiatan
hidrografi juga didominasi oleh penentuan posisi dan kedalaman di laut lepas
yang mendukung eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi.
Fenomena dasar perairan yang disebut dalam definisi di atas meliputi:
batimetri atau‘topografi’ dasar laut, jenis material dasar laut dan morfologi dasar
laut. Sementara dinamika badan air yang disebut dalam definisi di atas meliputi:
pasut (dan muka air) dan arus. Data mengenai fenomena dasar perairan dan
dinamika badan air diperoleh melalui pengukuran yang kegiatannya disebut
sebagai survei hidrografi. Data yang diperoleh dari survei hidrografi kemudian
diolah dan disajikan sebagai informasi geospasial atau informasi yang terkait
dengan posisi di muka bumi.
Survei adalah kegiatan terpenting dalam menghasilkan informasi
hidrografi. Pada gambar diatas, tampak kegiatan utama yang dilakukan dalam
survei hidrografi yang meliputi : Penentuan posisi (1) dan penggunaan sistem
referensi (7), Pengukuran kedalaman (pemeruman) (2), Pengukuran arus (3),
Pengukuran (pengambilan contoh dan analisis) sedimen (4), Pengamatan pasut
(5), Pengukuran detil situasi dan garis pantai (untuk pemetaan pesisir) (6), Data
yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas tersebut di atas dapat disajikan sebagai
informasi dalam bentuk peta dan non-peta serta disusun dalam bentuk basis data
kelautan.
Pengukuran arus dengan membangun model hidrodinamika adalah dengan
mengkonversi fenomena oseanografi kedalam persamaan numerik yang bersifat
diskrit. Dengan menggunakan persamaan-persamaan ini dapat dibuat pemodelan
dari yang sederhana hingga yang rumit. Sehubungan dengan itu maka seluruh
informasi yang disajikan harus memiliki data posisi dalam ruang yang mengacu
pada suatu sistem referensi tertentu. Oleh karenanya, posisi suatu objek di atas, di
dalam dan di dasar perairan merupakan titik perhatian utama dalam hidrografi.
Informasi hidrografi utamanya ditujukan untuk:
1. Navigasi dan keselamatan pelayaran. 2.
2. Penetapan batas wilayah atau daerah di laut.
3. Studi dinamika pesisir dan pengelolaan sumberdaya laut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Arus. http://wikipedia.org. Diakses tanggal 26/11/2011 pukul
20.00 WIB
Brown, J, A. Colling, D. Park, J. Philips, D. Rothery, dan J. Wright. 1989. Ocean
Circulation. The Open University. Published In Assosiation with Pergamon
Press.
Godfrey, J. S. 1996. The Effect of The Indonesian Troughflow on Ocean
Circulation And Heat Exchange With The Atmosphere : A Review. J. of
Geophysic. Res. 101 (C5) : 12209-12238
Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall.Inc.
Hutabarat, S dan SM. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia-Press. Jakarta
Kurniawan, Mujib.2004. Studi Fluktuasi Arus Permukaan Frekuensi Rendah
(Low Frequency) Di Perairan Utara Papua Pada Bulan Oktober 2001Agustus 2002. Skripsi. Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Nat,D. Eka,D. 2006. Survei Hidrografi.Refika Aditama Shykind,E. Jakarta.
Pond, S dan G.L Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography, 2th
edition. Pergamon Press
Rudiastuti, Aninda Wisaksanti. 2008. Studi Sebaran Klorofil-A Dan Suhu
Permukaan Laut (SPL) Serta Hubunganya Dengan Distribusi Kapal
Penangkap Ikan Melalui Teknologi Vessel Monitoring System (VMS).
Skripsi. Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Supangat. 2003. Arus dan faktornya. http://www.x3-prima.com/. Diakses tanggal
26/11/2011 pukul 20.00
Wyrkti, K. 1961. Physical Oceanography of South East Asian Water. Naga
Report. Vol 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of
California. La Jolla. California. 195 p.