1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Remaja adalah pribadi yang terus berkembang menuju kedewasaan, dan sebagai proses perkembangan yang berjalan natural, remaja mencoba berbagai perilaku yang terkadang merupakan perilaku yang berisiko (Smet, 1994). Perkawinan dini adalah perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan usia remaja.

  Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa remaja merupakan masa peralihan yang sesungguhnya yaitu dari kanak-kanak menjadi dewasa (Steve, 2007).

  Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006). Menurut UNICEF 2005, pernikahan sebelum usia 18 tahun terjadi diberbagai belahan dunia, dimana orang tua juga mendorong perkawinan anak-anaknya ketika mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa perkawinan akan bermanfaat bagi mereka secara finansial dan secara sosial, dan juga membebaskan beban keuangan dalam keluarga. Pada kenyataanya, perkawinan anak-anak adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia, mempengaruhi pengembangan anak-anak perempuan dan sering juga mengakibatkan kehamilan yang beresiko dan pengasingan sosial, tingkat pendidikan rendah dan sebagai awal dari kemiskinan (UNICEF,2005).

  Dari usia pernikahan yang terlalu dini, dapat beresiko terhadap kesehatan, menurut Gantt dan Rosenthal (2004) dalam Astuty (2011), kehamilan usia remaja beresiko terhadap harga diri rendah, depresi, penyalah gunaan obat, gangguan emosi, selain itu anaknya juga mengalami lahir prematur, BBLR, child abuse, diterlantarkan dan

  1 kematian. Hasil penelitian Abedin di Bangladesh pada tahun 2010, didapatkan bahwa 75% wanita menikah dan melakukan persalinan pertama sebelum usia 20 tahun yang pada akhirnya berdampak pada masalah kesehatan seperti aborsi dan kematian bayi setelah lahir.

  Data UNICEF pada tahun 2001 menunjukkan bahwa wanita yang berusia 25 sampai 29 tahun yang menikah dibawah usia 18 tahun di Indonesia mencapai 34%, dan Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan dini tertinggi di dunia. Berdasarkan usia pernikahan, data statistik di Indonesia menunjukkan pada tahun 1999 terdapat 20% wanita yang menikah diusia sekitar 15- 19 tahun dan 18% wanita yang menikah dengan laki-laki dibawah usia 20 tahun.

  Sedangkan berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta penduduk dengan rata- rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19 tahun. Dan berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 4,8% menikah di usia 20-24 tahun dan 41,9% menikah pada usia 15-19 tahun atau 41 per 1000 pernikahan. Dari data tersebut, dapat dilihat besarnya angka pernikahan dini di Indonesia.

  Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Perkawinan usia dini menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi pre-eklamspsia, resiko persalinan macet karena besar kepala anak tidak dapat menyesuaikan bentuk panggul yang belum berkembang sempurna. Pada persalinan dapat terjadi robekan yang meluas dari vagina menembus ke kandung kemih dan meluas ke anus. Pada bayi dapat terjadi berat badan bayi lahir rendah dan resiko pada ibu yaitu dapat meninggal (Bunners, 2006).

  Di Indonesia data kehamilan remaja tahun 2007 yaitu hamil diluar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau sebanyak 12,9%, dan tidak terduga sebanyak 45%, seks bebas mencapai 22,6%, hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi (Depkes RI, 2008).

  Pernikahan dini yang terjadi di daerah pedesaan. Pusat Penelitian Kependudukan UNPAD bekerja sama dengan BKKBN Jawa Barat melaporkan umur kawin muda di daerah pantai masih tinggi yaitu 36,7% kawin pertama antara umur 12-14 tahun, 56,7%, umur 15-19 tahun dan 6,6%, umur 20-24 tahun dengan faktor- faktor yang melatar belakangi adalah rendahnya tingkat pendidikan dan budaya (Rafidah, 2009).

  Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa obstructed labour serta obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di antara persalinan di usia dini disertai dengan komplikasi kronik yaitu obstetric fistula.

  Fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran urin atau feses ke dalam vagina. Wanita berusia kurang dari 20 tahun sangat rentan mengalami obstetric fistula. Obstetric fistula ini dapat terjadi pula akibat hubungan seksual di usia dini.

  Data survei kesehatan ibu dan anak menunjukan usia rata-rata ibu yang hamil untuk pertama kali adalah di usia 18 tahun 46%, perempuan di Indonesia hamil dibawah usia 20 tahun, dimana daerah pedesaan memiliki angka lebih tinggi 51%, dibandingkan perkotaan 37%. Perkawinan usia dini memberikan kontribusi terhadap angka ini terutama didaerah pedesaan (Depkes RI, 2010).

  Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyatakan khawatir karena terjadi peningkatan pernikahan usia dini di perkotaan. Berdasarkan SDKI 2012, perempuan usia 15-19 tahun yang menikah di perkotaan meningkat jadi 32%. Bila dibandingkan dengan lima tahun yang lalu, persentase pernikahan dini di perkotaan 26%, dari total populasi kelompok usia tersebut. Fenomena ini justru berbanding terbalik dengan yang terjadi di pedesaan, dimana pada tahun 2012 yang lalu angka pernikahan dini menurun menjadi 58%, jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya yang mencapai angka 61%, demikian diungkap oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

  Banyaknya kasus pernikahan dini yaitu sebanyak 21,75%, anak perempuan di perkotaan dan 47,79%, anak perempuan di pedesaan menikah pada usia di bawah 16 tahun. Penyebabnya antara lain pemaksaan dari pihak orangtua, pergaulan bebas, rasa keingin tahuan tentang dunia seks, faktor ekonomi, faktor lingkungan, rendahnya pendidikan. Selain itu dampak dari menikah dini adalah abortus, perceraian, tidak ada kesiapan untuk berkeluarga, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan (Maryanti, 2009).

  Angka kejadian pernikahan dini di indonesia tahun 2002 usia 15 tahun berkisar berkisar 11%, sedangkan yang menikah saat usia 18 tahun sekitar 35%. Praktek pernikahan usia dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara didapatkan data bahwa sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah menikah, sedangkan di Afrika diperkirakan 42% dari populasi anak menikah sebelum mereka berusia 18 tahun. Di Amerika Latin dan Karibia 29% wanita suda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Kasus pernikahan usia dini tertinggi tercatat di negiria (79%), kongo (74%), Afganistan (54%), dan bangladesh (51%) (Eddy, 2009). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006).

  Menurut Taufik (2008) dalam Damayanti (2012), angka statistik pernikahan dengan pengantin wanita berusia dibawah 16 tahun secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat dari total pernikahan di Indonesia. Bahkan di beberapa tempat, angkanya jauh lebih besar, misalnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36% dan Jawa Tengah 27,84%.

  Pada survei awal pada bulan Januari di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar terdapat 760 Kepala Keluarga dan 483 orang tua yang sudah menikahkan putrinya dan jumlah data orang tua yang menikahkan putri pada umur 15-20 tahun adalah sebanyak 389 orang tua. Orang tua berpendapat menikahkan putrinya karena sudah hamil, dan ada berpendapat karena faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor diri sendiri, dan faktor orangtua.

  Berdasarkan wawancara yang dilakukan dalam penelitian di Desa Kasikan mewawancarai 10 orang tua yang tinggal di Desa Kasikan ditemukan bahwa 7 (70%) orang tua berpengetahuan buruk yang sudah menikahkan putrinya, sedangkan 3

  (30%) orang tua yang belum menikahkan putrinya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua dalam menikahkan putrinya.

  1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian adalah masih tingginya persentasi orangtua yang menganggap pernikahan dini adalah hal yang wajar karena terkait dengan rendahnya pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar.

  1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu kabupaten Kampar tahun 2014.

  1.3.2. Tujuan Khusus 1.

  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar 2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap tindakan orangtua tentang pernikahan usia dini di Desa Kasikan Kecamtan Tapung Hulu Kabupaten kampar.

3. Untuk mengetahui sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar.

1.4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orangtua di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar secara mendalam tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini.

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Di Puskesmas Medan Deli Tahun 2015

10 103 190

Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 30 106

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus kehidupan - Studi Kualitatif Tentang Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Media Leaflet Dan Media Video Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Tindakan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Di Puskesmas Medan Deli Tahun 2015

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini Pada Remaja Usia 15-19 Tahun Di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Tahu 2014

0 0 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pernikahan Dini pada Remaja Aceh di Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Identifikasi Faktor Pendorong Pernikahan Dini Dengan Metode Analisis Faktor

0 0 8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Kwala Pesilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 7

2.1.2. Domain Perilaku - Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 29