Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN USIA DINI DENGAN SIKAP DAN TINDAKAN

ORANG TUA MENIKAHKAN PUTRINYA DI USIA DINI DI DESA KASIKAN KECAMATAN TAPUNG HULU

KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH : MERY CAROLINA

111021079

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ORANG TUA MENIKAHKAN PUTRINYA DI USIA DINI DI DESA KASIKAN KECAMATAN TAPUNG HULU

KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : MERY CAROLINA

111021079

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh perempuan usia remaja yaitu usia 10-19 tahun. Perkawinan dini dapat menimbulkan masalah pada masa kehamilan, persalinan dan pada bayi yang dilahirkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh orangtua yang sudah pernah menikahkan putrinya yang berjumlah 483 orangtua. Sampel adalah 133 orangtua yang menikahkan putrinya sebelum hamil. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan a = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,002). Ada hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,001). Tidak ada hubungan antara sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,140).

Disarankan kepada orangtua di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan usia dini dan kepada kepala desa untuk membuat kebijakan kepada masyarakat khusunya orangtua supaya tidak menikahkan putrinya di usia dini.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kehamilan Usia Dini, Persalinan Usia Dini


(5)

ii

ABSTRACT

Early marriage is a marriage performed by the teen-age women aged 10-19 years. Early marriage can cause problems during pregnancy, childbirth and at the baby born

This study aims to determine the relationship of knowledge about early pregnancy and childbirth with attitude and action of parents married his daughter at an early age in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency. This type is the research is analytic research with the cross sectional. The population is all the parents who have been married daughter who taled 483 parents. The sampel was 133 parents who married his daughter before pregnant. Data were analyzed by chi-square test with a = 0,05.

The results showed that there is a relationship between parental knowledge about early pregnancy and childbirth with the parent action married his daughter at an early age (p = 0,00)1. The is a relationship between parent knowledge about early pregnancy and childbirth with the attitude parent married his daughter at an early age (p = 0,002). There is no relationship between attitude and action parents married his daughter at an early age ( p = 0,140).

It suggestios to parents in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency to improve insight and knowledge about pregnancy and childbirth early age and the village heads to make pilicies to the public, especially parents should not married his daughter at an early age.

Keywords : Knowledge, Attitudes, Action, Early Age Pregnancy, Childbirth Early Age


(6)

DATA PRIBADI

Nama : Mery Carolina

Tempat/Tanggal Lahir : Kasikan, 8 Juli 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Belum Menikah

Nama Ayah : M. Lumban Gaol

Nama Ibu : E . br Munthe

Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima)

Alamat Rumah : Jl. Raya Kasikan Kecamatan Tapung Hulu

Kabupaten Kampar

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1995- 2001 : SD 001 Negeri Kasikan

Tahun 2001- 2004 : SMP YPTG 2 Kasikan

Tahun 2004- 2007 : SMK Negeri 1 Pekan Baru

Tahun 2007- 2010 : Akademi Kebidanan SENIOR Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini Di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.

3. Ibu dr. Ria Masniari, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(8)

menguji dan menyumbangkan pemikiran guna kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang juga telaah bersedia menguji dan menyumbangkan pemikiran guna kesempurnaan skripsi ini. 7. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik.

8. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Kepala Desa Kasikan yang telah memberikan izin dan membantu dalam pengambilan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

10. Kepada Ayahanda M. Lumban Gaol dan Ibunda E. Munthe tercinta yang telah memberikan doa, semangat, nasehat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada henti sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.

11. Kepada adik-adikku tercinta Tumbur Sahala Tua ST, Irvan Fresli Bintang, Nozel Saparingka, Yohanes Frendi dan sanak saudara terima kasih untuk dukungan, motivasi, perhatian dan doanya.

12. Seorang “teman” yang selalu ada di kala susah senang, selalu meluangkan waktu dan tidak hentinya memberikan semangat dan motivasi kepada penulis

13. Kepada teman seperjuangan Devi, Aprida, Margaret, Tiur, Juni, K’ Angel, Intan, Anoy, Tina, K’ Iska Simarmata, terimakasih buat dukungan, motivasi, perhatian dan doa.

14. Kepada teman-teman peminatan Kesehatan Reproduksi Stambuk 2011, terima kasih buat semangat dan dukungannya.


(9)

15. Kepada teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2014 Penulis

Mery Carolina NIM. 111021079


(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Perilaku ... 8

2.1.1.Pengertian ... 8

2.1.2.Domain Perilaku ... 8

2.2. Pengetahuan ... 9

2.3. Sikap ... 11

2.4. Tindakan ... 12

2.5. Pengertian Orang Tua ... 13

2.6. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 13

2.7. Reamaja ... 14

2.7.1. Tahap Perkembangan Remaja ... 16

2.8. Perubahan Pada Masa Remaja ... 17

2.9. Kehamilan Pada Remaja ... 19

2.9.1. Perubahan Fisik Selama Kehamilan Pada Remaja ... 20

2.9.2. Konsekuensi Kehamilan Pada Remaja ... 21

2.9.3. Dampak Kehamilan Pada Remaja ... 22

2.10. Persalinan Pada Remaja ... 22

2.10.1. Dampak Persalinan Pada Remaja ... 23

2.11. Perkawinan Dini ... 24

2.11.1. Batasan Usia Perkawinan ... 25

2.11.2. Alasan Untuk Melakukan Perkawinan ... 26

2.11.3. Dampak Perkawinan Usia Dini pada Kehamilan dan Persalinan ... 26


(11)

2.12. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan

Orangtua dalam menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 29

2.13. Faktor Pencegahan Kehamilan Pada Usia Dini ... 32

2.14. Kerangka Konsep ... 36

2.15. Hipotesa Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1. Data Primer ... 38

3.4.2. Data Sekunder ... 38

3.5. Defenisi Operasional ... 38

3.6. Aspek Pengukuran ... 38

3.6.1. Aspek Pengukuran Pengetahuan ... 39

3.6.2. Aspek Pengukuran Sikap ... 39

3.6.3. Teknik Pengolahan data ... 40

3.6.4. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Desa Kasikan ... 42

4.2. Karakteristik Responden ... 42

4.2.1. Umur Responden ... 42

4.2.2. Pendidikan ... 43

4.2.3. Penghasilan ... 43

4.3. Hasil Analisis Univariat ... 44

4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Kehamilan dan Persalinan ... 44

4.3.2. Sikap Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 46

4.3.3. Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 48

4.4. Hasil Analisis Bivariat ... 50

4.4.1. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Orangtua Menikahkahkan Putrinya di Usia Dini ... 51

4.4.2. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Orangtua Menikahkahkan Putrinya di Usia Dini ... 51

4.4.3. Hubungan Sikap dan Tindakan Orangtua Menikahkahkan Putrinya di Usia Dini ... 52


(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 53

5.1. Hubungan Pengetahuan Orangtua tentang Kehamilan dan Persalinan di Usia Dini dengan Sikap Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 53

5.2. Hubungan Pengetahuan Orangtua tentang Kehamilan dan Persalinan di Usia Dini dengan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 54

5.3. Hubungan Sikap dan TIndakan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 57

6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 3.1 Skala Sikap Model Likert ... 40

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan ... 43

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Kehamilan dan Persalinan ... 44

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap Kehamilan dan Persalinan ... 46

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Responden Terhadap Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 46

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Menikahkan Putrinya ... 47

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan tentang Tindakan Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 48

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia ≤ 20 Tahun ... 48

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia > 20 Tahun ... 49

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia ≤ 20 Tahun ... 49

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia >20 Tahun ... 50

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya ... 50

Tabel 4.14 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Orangtua Menikahkan Putrinya ... 51


(14)

Tabel 4.15 Hubungan Pengetahuan dengan tindakan Orangtua

Menikahkan Putrinya ... 51 Tabel 4.16 Hubungan Sikap dan Tindakan Orangtua Menikahkan


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(16)

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh perempuan usia remaja yaitu usia 10-19 tahun. Perkawinan dini dapat menimbulkan masalah pada masa kehamilan, persalinan dan pada bayi yang dilahirkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh orangtua yang sudah pernah menikahkan putrinya yang berjumlah 483 orangtua. Sampel adalah 133 orangtua yang menikahkan putrinya sebelum hamil. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan a = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,002). Ada hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,001). Tidak ada hubungan antara sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,140).

Disarankan kepada orangtua di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan usia dini dan kepada kepala desa untuk membuat kebijakan kepada masyarakat khusunya orangtua supaya tidak menikahkan putrinya di usia dini.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kehamilan Usia Dini, Persalinan Usia Dini


(17)

ii

ABSTRACT

Early marriage is a marriage performed by the teen-age women aged 10-19 years. Early marriage can cause problems during pregnancy, childbirth and at the baby born

This study aims to determine the relationship of knowledge about early pregnancy and childbirth with attitude and action of parents married his daughter at an early age in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency. This type is the research is analytic research with the cross sectional. The population is all the parents who have been married daughter who taled 483 parents. The sampel was 133 parents who married his daughter before pregnant. Data were analyzed by chi-square test with a = 0,05.

The results showed that there is a relationship between parental knowledge about early pregnancy and childbirth with the parent action married his daughter at an early age (p = 0,00)1. The is a relationship between parent knowledge about early pregnancy and childbirth with the attitude parent married his daughter at an early age (p = 0,002). There is no relationship between attitude and action parents married his daughter at an early age ( p = 0,140).

It suggestios to parents in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency to improve insight and knowledge about pregnancy and childbirth early age and the village heads to make pilicies to the public, especially parents should not married his daughter at an early age.

Keywords : Knowledge, Attitudes, Action, Early Age Pregnancy, Childbirth Early Age


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Remaja adalah pribadi yang terus berkembang menuju kedewasaan, dan sebagai proses perkembangan yang berjalan natural, remaja mencoba berbagai perilaku yang terkadang merupakan perilaku yang berisiko (Smet, 1994). Perkawinan dini adalah perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa remaja merupakan masa peralihan yang sesungguhnya yaitu dari kanak-kanak menjadi dewasa (Steve, 2007).

Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006). Menurut UNICEF 2005, pernikahan sebelum usia 18 tahun terjadi diberbagai belahan dunia, dimana orang tua juga mendorong perkawinan anak-anaknya ketika mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa perkawinan akan bermanfaat bagi mereka secara finansial dan secara sosial, dan juga membebaskan beban keuangan dalam keluarga. Pada kenyataanya, perkawinan anak-anak adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia, mempengaruhi pengembangan anak-anak perempuan dan sering juga mengakibatkan kehamilan yang beresiko dan pengasingan sosial, tingkat pendidikan rendah dan sebagai awal dari kemiskinan (UNICEF,2005). Dari usia pernikahan yang terlalu dini, dapat beresiko terhadap kesehatan, menurut Gantt dan Rosenthal (2004) dalam Astuty (2011), kehamilan usia remaja beresiko terhadap harga diri rendah, depresi, penyalah gunaan obat, gangguan emosi, selain itu anaknya juga mengalami lahir prematur, BBLR, child abuse, diterlantarkan dan


(19)

2

kematian. Hasil penelitian Abedin di Bangladesh pada tahun 2010, didapatkan bahwa 75% wanita menikah dan melakukan persalinan pertama sebelum usia 20 tahun yang pada akhirnya berdampak pada masalah kesehatan seperti aborsi dan kematian bayi setelah lahir.

Data UNICEF pada tahun 2001 menunjukkan bahwa wanita yang berusia 25 sampai 29 tahun yang menikah dibawah usia 18 tahun di Indonesia mencapai 34%, dan Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan dini tertinggi di dunia. Berdasarkan usia pernikahan, data statistik di Indonesia menunjukkan pada tahun 1999 terdapat 20% wanita yang menikah diusia sekitar 15-19 tahun dan 18% wanita yang menikah dengan laki-laki dibawah usia 20 tahun. Sedangkan berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19 tahun. Dan berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 4,8% menikah di usia 20-24 tahun dan 41,9% menikah pada usia 15-19 tahun atau 41 per 1000 pernikahan. Dari data tersebut, dapat dilihat besarnya angka pernikahan dini di Indonesia.

Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Perkawinan usia dini menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi pre-eklamspsia, resiko persalinan macet karena besar kepala anak tidak dapat menyesuaikan bentuk


(20)

panggul yang belum berkembang sempurna. Pada persalinan dapat terjadi robekan yang meluas dari vagina menembus ke kandung kemih dan meluas ke anus. Pada bayi dapat terjadi berat badan bayi lahir rendah dan resiko pada ibu yaitu dapat meninggal (Bunners, 2006).

Di Indonesia data kehamilan remaja tahun 2007 yaitu hamil diluar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau sebanyak 12,9%, dan tidak terduga sebanyak 45%, seks bebas mencapai 22,6%, hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi (Depkes RI, 2008).

Pernikahan dini yang terjadi di daerah pedesaan. Pusat Penelitian Kependudukan UNPAD bekerja sama dengan BKKBN Jawa Barat melaporkan umur kawin muda di daerah pantai masih tinggi yaitu 36,7% kawin pertama antara umur 12-14 tahun, 56,7%, umur 15-19 tahun dan 6,6%, umur 20-24 tahun dengan faktor-faktor yang melatar belakangi adalah rendahnya tingkat pendidikan dan budaya (Rafidah, 2009).

Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa obstructed labour serta obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di antara persalinan di usia dini disertai dengan komplikasi kronik yaitu obstetric fistula. Fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran urin atau feses ke dalam vagina. Wanita berusia kurang dari 20 tahun sangat rentan mengalami obstetric fistula. Obstetric fistula ini dapat terjadi pula akibat hubungan seksual di usia dini.


(21)

4

Data survei kesehatan ibu dan anak menunjukan usia rata-rata ibu yang hamil untuk pertama kali adalah di usia 18 tahun 46%, perempuan di Indonesia hamil dibawah usia 20 tahun, dimana daerah pedesaan memiliki angka lebih tinggi 51%, dibandingkan perkotaan 37%. Perkawinan usia dini memberikan kontribusi terhadap angka ini terutama didaerah pedesaan (Depkes RI, 2010).

Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyatakan khawatir karena terjadi peningkatan pernikahan usia dini di perkotaan. Berdasarkan SDKI 2012, perempuan usia 15-19 tahun yang menikah di perkotaan meningkat jadi 32%. Bila dibandingkan dengan lima tahun yang lalu, persentase pernikahan dini di perkotaan 26%, dari total populasi kelompok usia tersebut. Fenomena ini justru berbanding terbalik dengan yang terjadi di pedesaan, dimana pada tahun 2012 yang lalu angka pernikahan dini menurun menjadi 58%, jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya yang mencapai angka 61%, demikian diungkap oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Banyaknya kasus pernikahan dini yaitu sebanyak 21,75%, anak perempuan di perkotaan dan 47,79%, anak perempuan di pedesaan menikah pada usia di bawah 16 tahun. Penyebabnya antara lain pemaksaan dari pihak orangtua, pergaulan bebas, rasa keingin tahuan tentang dunia seks, faktor ekonomi, faktor lingkungan, rendahnya pendidikan. Selain itu dampak dari menikah dini adalah abortus, perceraian, tidak ada kesiapan untuk berkeluarga, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan (Maryanti, 2009).

Angka kejadian pernikahan dini di indonesia tahun 2002 usia 15 tahun berkisar berkisar 11%, sedangkan yang menikah saat usia 18 tahun sekitar 35%.


(22)

Praktek pernikahan usia dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara didapatkan data bahwa sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah menikah, sedangkan di Afrika diperkirakan 42% dari populasi anak menikah sebelum mereka berusia 18 tahun. Di Amerika Latin dan Karibia 29% wanita suda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Kasus pernikahan usia dini tertinggi tercatat di negiria (79%), kongo (74%), Afganistan (54%), dan bangladesh (51%) (Eddy, 2009). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006).

Menurut Taufik (2008) dalam Damayanti (2012), angka statistik pernikahan dengan pengantin wanita berusia dibawah 16 tahun secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat dari total pernikahan di Indonesia. Bahkan di beberapa tempat, angkanya jauh lebih besar, misalnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36% dan Jawa Tengah 27,84%.

Pada survei awal pada bulan Januari di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar terdapat 760 Kepala Keluarga dan 483 orang tua yang sudah menikahkan putrinya dan jumlah data orang tua yang menikahkan putri pada umur 15-20 tahun adalah sebanyak 389 orang tua. Orang tua berpendapat menikahkan putrinya karena sudah hamil, dan ada berpendapat karena faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor diri sendiri, dan faktor orangtua.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dalam penelitian di Desa Kasikan mewawancarai 10 orang tua yang tinggal di Desa Kasikan ditemukan bahwa 7 (70%) orang tua berpengetahuan buruk yang sudah menikahkan putrinya, sedangkan 3


(23)

6

(30%) orang tua yang belum menikahkan putrinya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua dalam menikahkan putrinya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian adalah masih tingginya persentasi orangtua yang menganggap pernikahan dini adalah hal yang wajar karena terkait dengan rendahnya pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu kabupaten Kampar tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar

2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap tindakan orangtua tentang pernikahan usia dini di Desa Kasikan Kecamtan Tapung Hulu Kabupaten kampar.

3. Untuk mengetahui sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orangtua di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar secara mendalam tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini.


(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang didapat atau diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2003).

Macam-macam perilaku menurut Notoadmodjo (2003), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Perilaku tertutup (Cover behavior)

Repon atau reaksi terhadap stimulus yang masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang tejadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum diamati.

2. Perilaku terbuka (Over behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain.

2.1.2. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar organisme atau orang namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut


(26)

dengan determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedaka menjadi dua yaitu:

1. Determinan atau faktor internal yakni : karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebangainya.

2. Determinan atau faktor eksternal yakni : lingkungan baik, lingkungan fisik, sosial budaya, tingkat pendapatan, politik dan sebagainya (Notodmodjo, 2003)

Menurut Notoadmodjo (2003), ada beberapa gangguan perilaku pada masa premenopause diantaranya :

1. Depresi menstrual yang merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan yang tidak lengkap.

2. Perubahan kehidupan seksual akan terjadi kegairahan seksual yang luar biasa hingga kemungkinan melakukan masturbasi dan dapat juga bersikap dingin. 3. Obsesi untuk hamil lagi yang ingin mempertahankan kapasitas reproduksi dan

kemudahan.

4. Ilusi mempertanyakan apakah suaminya cukup berharga dalam hidupnya.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).


(27)

10

Dalam teori WHO memaparkan bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Menurut Soekidjo Notoadmodjo pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(28)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmodjo, 2007).

Dalam bagian lain, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Sama seperti pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk


(29)

12

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai satu sama lain.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati dan menjauhi orang lain atau objek lain (Notoadmodjo, 2007).

2.4. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Penelitian Rogers (1974) yang dikutip dari Notoadmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.


(30)

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.5. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya (Mardya, 2000).

2.6. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Para ahli selama ini mengemukakan bahwa pola asuh dari orang tua amat mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak. Baumrind (dalam Agustiani, 2006), ahli psikologi perkembangan membagi pola asuh orang tua menjadi tiga yakni : 1. Pola Asuh Otoriter (Parent Oriented)

Ciri-ciri dari pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orangtua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan orangtua. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi “robot” sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, mudah cemas, rendah diri, minder dalam pergaulan akan tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba (alcohol or drug abuse).

2. Pola Asuh Permisif

Sifat pola asuh ini children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga ada di tangan anak. Apa yang dilakukan anak diperbolehkan orang tua.


(31)

14

Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif anak kurang disiplin dengan aturan sosial yang berlaku.

3. Pola Asuh Demokratis

Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggungjawabkan semua tindakannya.

4. Pola Asuh situasional

Dalam kenyataannya, seringkali pola asuh tersebut tidak diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tersebut. Ada kemungkinan orang tua menerapkan secara fleksibel, luas dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu sehingga seringkali muncullah tipe pola asuh situasional. Orang yang menerapkan pola asuh ini tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luas (Dariyo, 2004).

2.7. Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti peberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh ke arah kematangan (Intan, 2013). Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa


(32)

yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. Menurut soetjiningsih (2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu anatara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa atau usia belasan tahun, atau seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaan. Batasan usianya adalah 10-19 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2007)

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kana-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggungjawab (Kusmiran, 2011).


(33)

16

2.7.1. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Notoatmodjo (2007), batasan usia remaja adalah antara 10 tahun sampai 22 tahun. Notoatmodjo (2007), membagi batasan usia ini dalam tiga fase, yaitu:

1. Fase remaja awal : usia 10 tahun sampai 13 tahun 2. Fase remaja pertengahan : usia 14 tahun sampai 17 tahun 3. Fase remaja Akhir : usia 18 tahun sampai 22 tahun

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan remaja :

1. Remaja awal 10-12 tahun (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai prubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

2. Remaja madya 13-15 tahun (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecendrungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak ragu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau matrealis, dan sebagainya.


(34)

3. Remaja akhir 16-19 tahun (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditindai dengan pencapaian lima hal yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (Sarwono, 2010).

2.8. Perubahan Pada Masa Remaja 1. Perubahan Fisik

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atau biasa disebut “pertumbuhan” dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal (Notoatmodjo, 2007).

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) mencapai kematangan, sehingga muncul tanda-tanda sebagai berikut :

a. Tanda-tanda seks primer


(35)

18

2) Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki b. Tanda-tanda seks sekunder

1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. 2) Pada remaja putri pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,

payudara membesar, tumbuh rambut disekitar ketiak dan kemaluan (pubis) (Depkes, 2001).

2. Perubahan Psikologis

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkahlaku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak tingkahlaku yang aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan kenakalan.

Pada masa remaja, labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Wibowo (1994) yang dikuti oleh Notoatmodjo (2007), tindakan dan sikap seperti ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik tentu berakibat konstruktif


(36)

dan berguna. Tetapi sering kali pengaruh faktor dari luar dari remaja, seperti peer group dan ada sekelompok orang cenderung memanfaatkan potensi tersebut untuk perbuatan negative sehingga mereka terjerumus kedalam kegiatan yang tidak bermanfaat, berbahaya bahkan destruktif.

2.9. Kehamilan pada Remaja

Kehamilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan yang diakhiri dengan proses persalianan. Pembuahan (konsepsi) merupakan awal dari kehamilan, yang menerangkan bahwa satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. Ovulasi (pelepasan sel telur) termasuk bagian dari siklus menstruasi normal yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstrusi. Sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong yang merupakan tempat terjadinya pembuahan, jika tidak terjadi pembuahan sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) lalu dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Sementara itu apabila terjadi pembuahan maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin) (El-manan, 2011).

Proses kehamilan dan kelahiran pada usia remaja turut berkontribusi dalam meningkatkan angka kematian perinatal di Indonesia. Menurut Sarwono (2005) pada ibu hamil usia remaja sering mengalami komplikasi kehamilan yang buruk seperti persalinan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal. Grady dan Bloom (2004), mengatakan bahwa kehamilan di bawah umur 16 tahun


(37)

20

berhubungan dengan peningkatan angka kematian perinatal dan lebih dari 18% kelahiran prematur terjadi pada kelompok umur ini.

Gaya hidup dan perilaku seks yang bebas mempercepat peningkatan kejadian kehamilan pada remaja. Hal ini disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan dan perkembangan remaja dan masa menarche yang dirangsang oleh banyaknya media yang mempertontonkan kehidupan seks bebas yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan KB yang menyebabkan remaja tidak dapat mencari alternatif perlindungan untuk dirinya dalam mencegah kehamilan.

Sebagian besar kehamilan pada remaja jarang mendapat konseling pra konsepsi. Konseling pada kehamilan tahap awalpun masih mungkin dilakukan untuk mendeteksi sedinimungkin risiko yang terdapat pada remaja, namun masalahnya remaja kebanyakan tidak memeriksakan kehamilannya pada awal kehamilan dan cenderung lebih mencari pertolongan pada saat melahirkan dan mendapat masalah yang tidak dapat dipecahkan pada tingkat keluarga (Ewy hirawati,2011).

2.9.1. Perubahan Fisik Selama Kehamilan Pada Remaja

Perubahan fisik yang dialami selama kehamilan adalah pertambahan berat badan. Pertambahan berat badan tidak hanya disebabkan oleh timbunan lemak, namun juga akibat proses tumbuh kembang janin, pertambahan berat rahim, plasenta, volume darah, cairan ketuban, cairan dalam jaringan tubuh remaja hamil, serta membesarnya payudara (Bobak, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan semua partisipan mengalami penurunan aktivitas. Kelelahan yang terjadi pada remaja hamil karena kurangnya energi dalam


(38)

sel yang mengakibatkan rasa lemah. Kelemahan menyebabkan penurunan aktivitas pada remaja hamil (Parcells, 2010). Satu partisipan juga mengatakan dadanya terasa penuh seperti sesak nafas. Kebutuhan oksigen ibu meningkat selama kehamilan sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat paru-paru ditekan oleh semakin membesarnya uterus, diafragma atau sekat rongga dada pun semakin tertekan ke atas. Hal ini dapat mengakibatkan sesak nafas(Bobak, 2004)

2.9.2. Konsekuensi Kehamilan pada Remaja

Kehamilan pada usia remaja mengandung resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya. Ibu usia remaja juga cenderung belum siap secara mental. Bayi yang dilahirkan cenderung memiliki berat tubuh rendah, faktor utama yang menyebabkan kematian bayi maupun masalah neurologis penyakit masa kanak-kanak (Santrock, 2007).

Para ibu remaja seringkali putus sekolah. Meskipun banyak ibu remaja kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di kemudian hari, umumnya mereka tidak lagi mencapai taraf kehidupan ekonomi yang setara dengan perempuan yang menunda melahirkan anak hingga usia dua puluhan.

Sebuah studi menemukan bahwa anak-anak yang berasal dari perempuan yang melahirkan pertama kali ketika remaja, memiliki skor tes yang rendah dan memperlihatkan perilaku yang lebih bermasalah dibandingkan ibu-ibu yang memiliki anak pertama ketika dewasa (Santrock, 2007).


(39)

22

2.9.3. Dampak Kehamilan Pada Remaja

Dampak dari kehamilan remaja, antara lain :

1. Pengguguran Kandungan

Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah : a. Status ekonomi sebuah keluarga

Keadaan ini mendorong suatu keluarga untuk lebih memilih menggugurkan kandungannya karena faktor ekonomi yang membuat mereka merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi.

b. Keadaan emosional

Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan terganggu keadaan emosionalnya, apalagi bagi mereka yang tidak bisa menerima kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga mendorong mereka untuk menggugurkan kandungan.

c. Pasangan yang tidak bertanggung jawab

Dengan usia yang belum cukup (belum matang) terlebih lagi bagi pihak pria yang harus bertanggungjawab sepenuhnya atas perbuatan yang dilakukannya, membuat pihak pria berpikir dua kali untuk bertanggung jawab. Dan apabila pihak pria tidak bertanggung jawab maka ini terjadi beban bagi wanita sehingga memaksa dia untuk menggugurkan kandungannya (Ewy Hirawati, 2011).

2.10. Persalinan Pada Remaja

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga


(40)

menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah melahirkan bayinya (Saifuddin, 2006). Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu tanpa disertai adanya penyulit). Persalinan dimulai (inprtu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007).

2.10.1. Dampak Persalinan pada Remaja

Beragam resiko yang terjadi pada persalinan di usia dini diantaranya : 1. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.


(41)

24

2. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.

3. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

4. Keracunan Kehamilan (Gestosis)

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

5. Kematian ibu yang tinggi

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (Ewy hirawati, 2011).

2.11. Perkawinan Dini

Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi


(42)

dan sejumlah hadirin, untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri dengan upacara dari ritual tertentu (Kartono, 2006).

Dalam wikipedia, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan pribadi yang biasanya intim dan seksual (wikipedia, 2001). Perkwaninan dini adalah perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun dimasa masa remaja merupakan masa peralihan yang sesngguhnya yaitu dari kanak-kanak menjadi dewasa (Steve, 2007).

2.11.1. Batasan Usia Perkawinan

Batasan usia perkawinan berbeda-beda. Menurut Undang-Undang perkawinan nomor 1 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Undang-Undang perkawinan bahkan membolehkan adanya dispensasi menikah pada anak di bawah usia tersebut. Dalam Undang-Undang perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002, orangtua wajib melindungi anak dari perkawinan dini. Undang-Undang perlindungan Anak memberikan batasan usia anak adalah usia <18 tahun. Namun menurut BkkbN, batasan usia perkawinan adalah 20 tahun karena hubungan seksual yang dilakukan pada uisa di bawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker leher rahim serta penyakit menular seksual (Rafika, 2011).

Usia perkawinan yang ideal bagi perempuan adalah 20-25 tahun, sementara laki-laki 25-28 tahun karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara fisiologis sudah berkembang secara baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan. Usia


(43)

26

terbaik bagi wanita untuk hamil dan melahirkan adalah pada usia 20-30 tahun (Endjun, 2002).

2.11.2. Alasan Untuk Melakukan Perkawinan

Menurut kartono (2006), alasan dan motivasi orang untuk melakukan perkawinan ada bermacam-macam. Umpama saja alasan-alsan sebagai berikut : 1. Distimulir oleh dorongan-dorongan romantik

2. Hasrat untuk mendapatkan kemewahan hidup 3. Ambisi besar untuk mencapai status sosial tinggi

4. Keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup di masa tua 5. Keinginan untuk mendapatkan kepuasan seks dari partnernya 6. Hasrat untuk melepaskan diri dari belenggu keluarga atau orang tua 7. Dorongan cinta terhadap anak

8. Keinginan untuk mengabadikan nama leluhur 9. Malu kalau sampai di sebut sebagai “gadis tua”

10. Motif-motif tradisional dan berbagai macam alasan lainnya.

2.11.3. Dampak Perkawinan Usia Dini pada Kehamilan dan Persalinan

Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan dimulainya menstruasi. Pematangan rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan dengan umur dan perkembngan hormonal (Kusmiran, 2011).


(44)

Pada seorang anak yang berusia kurang 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih hanya setengah dari panjang vaginya. Setelah umur 8 tahun, ukuran rahim kurang lebih sama dengan vaginanya. Hal ini berlanjut sampai usianya kurang lebih 14 tahun (masa menstruasi) hingga besar rahimnya lebih besar sedikit dari ukuran vaginanya. Ukuran ini menetap sampai terjadi kehamilan. Pada usia 14-18 tahun, perkembangan otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan rahim dapat ruptur (robek). Di samping otot rahim, belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang lain dapat juga terjadi yaitu prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina) pada saat persalinan.

Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari terjadi kehamilan. Kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan, dan terjadilah abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia reproduksi aktif. Hal ini dapat meningkatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari (Kusmiran, 2001).

Dampak perkawinan dini terhadap kehamilan dan persalinan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perkawinan dalam usia muda merupakan salah satu faktor keganasan mulut rahim. Wanita yang hamil pertama sekali pada usia <17 tahun hampir selalu 2x lebih memungkinkan terkena kanker servik di usia tuanya dari pada wanita yang menunda kehamilannya hingga usia 25 tahun atau lebih tua (Manuaba, 1998). Insidensi kanker servik lebih tinggi terjadi pada wanita yang kawin daripada yang tidak kawin terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda yaitu <16 tahun (Prawirohardjo, 2002)


(45)

28

2. Remaja beresiko paling besar untuk menghadapi masalah dalam masa hamil dan melahirkan anak termasuk insiden bayi berat lahir rendah. Studi di New York menunjukkan berat bayi lahir berkurang 200-400 gram pada ibu yang melahirkan usia <15 tahun dibanding 19-30 tahun. Hal ini merupakan risiko tinggi dalam proses kehamilan dan persalinan (Aritonang, 2010)

Bayi dengan berat lahir rendah biasanya juga disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap pemberian suplemen gizi selama hamil, khususnya yang mengandung zat besi, kalsium dan vitamin A. Setelah bayi lahir, sering juga terjadi kekurangan atau salah gizi pada bayinya. Karena pada usia dini, biasanya secara ekenomi belum mencapai kemandirian apalagi mapan (Indiarti, 2007).

1. Kematian bayi dan abortus. Kejadian ini dua sampai tiga kali lebih tinggi pada kelompok usia dini daripada wanita berusia lebih dari 25 tahun karena remaja cenderung memulai perawatan prenatal lebih lambat daripada wanita dewasa. Remaja juga memiliki resiko lebih besar mengalami kondisi yang berhubungan dengan masalah kehamilan misal hipertensi kehamilan (Bobak, 2004).

2. Keracunan Kehamilan (Gestosis). Kombinasi keadaan alat kesehatan reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk eklamsi dan pre eklamsi. Pre eklamsi dan Eklamsi memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan kematian (Manuaba, 1998).

3. Kemungkinan resiko medik lainnya yaitu Fistula Vasikovaginal (membesarnya air seni ke vagina), Fistula Retrovaginal (keluarnya gas dan feses dari vagina) (Mardiya, 2011).


(46)

4. Mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan gizi yang buruk mengakibatkan tubuh mudah terkena infeksi.

5. Persalinan lama dan sulit. Persalinan lama dan sulit adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab yaitu kelainan letak janin, kelainan panggul, kalainan kekuatan his, mengejan yang slah.

6. Anemia kehamilan. Anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan kadar Hemoglobin darah kurang dari 11 gr/dl. Di indonesia, kira-kira 70 % wanita hamil menderita anemia. Penyebab anemia saat hamil muda disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda (Edjun, 2002).

7. Cacat bawaan. Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan (Manuaba, 1998)

Manuaba (2009), menambahkan kehamilan usia terlalu muda dapat menimbulkan pertumbuhan janin dalam kandungan kurang sempurna, persalinan sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya alat reproduksi setelah persalinan berjalan lambat, pengeluaran ASI yang tidak cukup.

2.12. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Orangtua dalam Menikahkan Putrinya di Usia Dini

1. Usia

Terjadinya pernikahan di usia muda sedikit banyak pasti terkait dengan orangtua dan individu yang menjalaninya. Al-Gifari (2002) menyebutkan bahwa peran orangtua sangat menentukan remaja untuk menjalani pernikahan di usia muda. Orangtua selalu menganggap dirinya sebagai contoh sehingga aman bagi dia pasti


(47)

30

aman buat anaknya, sebagai contoh apabila orangtua menikah di usia muda dan tidak terjadi hal yang merugikan maka dia sangat mendukung apabila dikemudian harianaknya untuk menikah muda.

2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Martino dkk (2004) mengatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua sangat mempengaruhi kecenderungan pada anak untuk menikah dini karena pendidikan orang tua yang rendah sangat rentan untuk anak melakukan pernikahan dini. Hal ini disebabkan karena orang tua kurang memiliki pengetahuan dan wawasan tentang dampak dari pernikahan dini sehingga orang tua juga mendukung anak untuk melakukan pernikahan dini.

3. Ekonomi

Terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah kebawah. Biasanya berawal dari ketidakmampuan mereka melajutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Terkadang mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun pendidikan, sehingga menikah merupakan sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama bagi perempuan, dimana kondisi ekonomi yang sulit, para orangtua lebih memiih mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena paling tidak sedikit banyak beban mereka akan berkurang. Tetapi berbeda bagi anak laki-laki yang mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar, sehingga bagi kaum adam minimal harus mempunyai keterampilan terlebih dahulu sebagai modal awal membangun rumah tangga mereka. Bagi sebuah keluarga yang miskin, pernikahan usia dini dapat menyelamatkan masalah sosial ekonomi keluarga. Al-Gifari (2002)


(48)

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang kehamilan merupakan hal penting bagi setiap wanita yang telah menikah, termasuk remaja putri yang menikah dini. Dengan pengetahuan tentang kehamilan yang cukup wanita akan lebih siap menghadapi kehamilan dan tidak mudah mengalami kecemasan. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang (Stuart & Sundeen, 2001). Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa semakin tinggi pendidikan yang di tempuh seseorang, maka semakin baik pengetahuan dan lebih luas di banding dengan tingkat pendidikan rendah. Begitu pula dengan Azwar (2005), yang mengatakan bahwa pendidikan juga membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pengetahuan. Pengambilan keputusan oleh seseorang untuk menikah di usia muda dapat dilihat sebagai perilaku manusia, menurut Benyamin Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku manusia itu dibagi kedalam 3 domain, yaitu kognitif (Cognitive), afektif (Afective) dan Psikomotor (Phychomotor). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

5. Sikap Orangtua tehadap Pernikahan Dini

Menurut Sanderowitz dan Paxman (dalam Sarwono, 2007), menyatakan bahwa pernikahan dini juga sering terjadi karena remaja berfikir pendek untuk mengambil keputusan melakukan pernikahan dini. Selain itu faktor penyebab pernikahan dini adalah perjodohan orangtua, perjodohan ini sering terjadi akibat


(49)

32

putus sekolah. Pendidikan seseorang sangat menentukan dalam kehidupannya, baik dalam mengambil keputusan, penyikapan masalah termasuk didalamnya kematangan psikologi maupun dalam hal lain yang lebih kompleks (Sarwono, 2007).

6. Tindakan Orangtua dalam Menikahkan Putrinya di Usia Dini

Perilaku merupakan tindakan atau praktik yang dilakukan oleh orangtua dalam mengawinkan puterinya di usia remaja, dimana orangtua memilih untuk mengawinkan puterinya di usia remaja atau tidak mengawinkan puterinya di usia remaja. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat dialami langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu suatu perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon perilaku atau tindakan responden memberikan respon tidak mengawinkan puteri mereka di usia remaja karena adanya stimulus yang menganggap bahwa perkawinan usia remaja dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi remaja puteri (Notoatmodjo, 2003).

2.13. Faktor Pencegah Kehamilan Pada Usia Dini

Pencegahan kehamilan menjadi alternatif terbaik dibandingkan menggugurkan kandungan yang pastinya hanya merugikan pihak perempuan. Ada beberapa cara untuk mencegah agar tidak terjadi kehamilan antara lain:

1. Mencegah Kehamilan dengan Coitus Interuptus

Metode Coitus Interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada


(50)

pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim wanita. Namun demikian walaupun teknik ini dapat mencegah kehamilan, beberapa penelitian menyatakan keberhasilan teknik coitus interuptus untuk mencegah kehamilan sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang pria untuk merasakan tanda ejakulasi dan kecepatannya untuk menarik penis dan mendapatkan orgasme di luar vagina. Karena banyak sekali pria yang tidak tahu pasti kapan dia mengalami ejakulasi, presentase pencegahan kehamilan dengan teknik ini menjadi sangat kecil. Untuk membuahi sel telur wanita, tidak dibutuhkan satu liter sperma. Tapi hanya satu sel sperma saja.

2. Mencegah kehamilan dengan Teknik Kalender

Pencegahan kehamilan dengan teknik kalender sangat erat kaitannya dengan kemampuan seorang wanita untuk mengetahui masa suburnya. Sperma dapat hidup maksimal 3 s/d 5 hari di rahim wanita untuk menunggu terjadinya ovulasi dan segera membuahi sel telur. Dengan teknik kalender, seorang wanita diharapkan dapat mencegah terjadinya kehamilan dengan cara tidak melakukan hubungan intim di waktu 3 s/d 5 hari sebelum masa subur tersebut dan 3 hari setelah masa subur (sel telur dapat hidup selama maks 2 hari). Sama seperti metode sebelumnya, mencegah kehamilan dengan teknik ini tidak mempunyai presentase keberhasilan sampai 100% karena kesalahan penghitungan masa subur yang kurang tepat. Terlebih lagi bagi wanita yang siklus menstruasinya tidak teratur, sehingga tidak dapat diperkirakan secara pasti kapan ovulasi/masa subur terjadi, akhirnya tekhnik ini sangat tidak efektif untuk mencegah kehamilan.


(51)

34

3. Mencegah kehamilan dengan Alat Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan satu hal yang paling masuk akal. Walaupun tingkat keberhasilannya untuk mencegah kehamilan mendekati 100% banyak dari masyarakat kita enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Alat-alat pencegah kehamilan tersebut antara lain:

a. Mencegah kehamilan dengan Kondom

Kondom merupakan satu cara favorit untuk mencegah kehamilan. Harga yang murah dan penjualannya juga bebas. Kondom merupakan cara ampuh yang dikampanyekan pemerintah untuk mencegah kehamilan maupun menghindari HIV/AIDS. Namun demikian cara ini ternyata juga sering gagal dalam usaha mencegah kehamilan. Biasanya kehamilan terjadi karena karet plastik kondom bocor ataupun pada saat setelah ejakulasi dan laki-laki kurang hati-hati dalam menarik penisnya. Sehingga sperma akhirnya bisa lolos dan merembes masuk ke dalam vagina melalui pangkal penis laki-laki. Tetap harus diingat, walau pun Cuma setetes sperma, tapi isinya berjuta-juta sel sperma.

b. Mencegah kehamilan dengan Pil KB

Pil KB merupakan satu pilihan lain untuk mencegah kehamilan. Pil KB yang dirasa efektif untuk mencegah kehamilan biasanya PIL KB yang berisi kombinasi hormon pencegah kehamilan. PIL KB sendiri bekerja mencegah kehamilan dengan cara melindungi indung telur agar tidak melepaskan sel telur. Jika sel telur telah terlanjur lepas, PIL KB akan mencegah tertanamnya sel telur pada rahim.


(52)

3. Mencegah kehamilan dengan memakai susuk/Norplant/Implant

Hampir sama dengan PIL KB, susuk/implant ini setelah tertanam dalam tubuh wanita akan mengeluarkan hormon pencegah kehamilan secara terus menerus. Beberapa sumber menyatakan keberhasilan pencegahan kehamilan dengan teknik ini mencapai hampir 99%.

4. Mencegah kehamilan dengan menggunakan Injeksi

Cara mencegah kehamilan dengan teknik ini adalah dengan cara menyuntikkan obat Depo Provera yang berisikan hormon kedalam tubuh wanita dalam waktu tertentu. Biasanya wanita yang ingin mencegah kehamilan diberi dua opsi untuk melakukan suntik secara bulanan atau setiap tiga bulan sekali. Sama dengan PIL KB dan susuk, tingkat keberhasilan metode ini untuk mencegah kehamilan hampir mencapai 99%.

5. Mencegah kehamilan menggunakan diagfragma dan kap serviks uterus

Teknik ini bekerja untuk mencegah kehamilan dengan cara memasukkan diafragma/kap karet kedalam bagina enam jam sebelum berhubungan intim. Diafragma ini bekerja dengan mencegah masuknya sperma ke dalam rahim/uterus. Diafragma biasanya juga dilengkapi dengan spermisida untuk membunuh sperma dan mencegah kehamilan. Karena pemasangan diafragma ini sulit, sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter spesialis agar pesangannya tepat.

6. Mencegah kehamilan dengan teknik Steril

Persentase keberhasilan untuk mencegah kehamilan dengan cara ini tentunya mencapai 100% namun demikian biasanya untuk kembali mendapatkan kehamilan merupakan cara yang sulit untuk dilakukan. Metode steril dibagi menjadi dua yaitu


(53)

36

Metode Operasi Wanita dan Metode Operasi Pria. Kedua metode ini dilakukan dengan cara operasi oleh dokter spesialis kandungan. Pada wanita dilakukan pemutusan atau pemasangan cincin pada saluran telur untuk mencegah sampainya sel telur yang dilepas di indung telur menuju rahim (Himawari, 2011).

2.14. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep 2.15. Hipotesis Penelitian

Adanya hubungan antara pengetahuan kehamilan dan persalinan usia dini terhadap sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini.

SIKAP


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran dan pengamatan variabel independen dan variabel dependen dalam waktu yang bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar dengan alasan Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar banyak terdapat orangtua menikahkan putrinya di usia dini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orangtua yang sudah pernah menikahkan putrinya yaitu sebanyak 483 orangtua. (data diperoleh dari Kepala Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar tahun 2014).

3.3.2. Sampel

Semua populasi dijadikan sampel dengan kriteria eksklusi yaitu orangtua yang putrinya dinikahkan sudah hamil sebanyak 350 orangtua (data diperoleh dari RT Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar tahun 2014).


(55)

38

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara dengan ibu tentang kehamilan dan persalinan di usia dini dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.

3.4.1. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari kepala Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka konsep, untuk definisi operasional sebagai berikut: 1. Pengetahuan adalah informasi atau hal yang diketahui orangtua tentang masalah

dan konsekuansi yang mungkin terjadi pada kehamilan dan persalinan < 20 tahun.

2. Sikap terhadap perkawinan dini adalah reaksi atau respon yang diberikan oleh orangtua terhadap perkawinan yang dilakukan oleh wanita pada wanita < 20 tahun.

3. Tindakan adalah orangtua menikahkan putrinya pada usia kurang 20 tahun atau 20 tahun ke atas.

3.6. Aspek Pengukuran

Ukuran variabel penelitian yang digunakan yaitu variabel independen dan variabel dependen yang dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur berdasarkan nilai yang diberikan dalam setiap pertanyaan.


(56)

1. Variabel Terikat

Tindakan orangtua menikahkan putrinya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: 1 : Tindakan positif jika orangtua menikahkan putrinya di usia > 20 tahun. 0 : Tindakan negatif jika orangtua menikahkan putrinya di usia ≤ 20 tahun.

2. Variabel Bebas

3.6.1. Aspek Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 4 bagian pertanyaan kuesioner, dengan jumlah item jawaban masing-masing berbeda. Untuk pertanyaan nomor 1 ada 7 item, pertanyaan nomor 2 ada 3 item, pertanyaan nomor 3 ada 4 item, dan pertanyaan no 4 ada 6 item. Masing-masing item jawaban bernilai 1 sehingga skor jawaban tertinggi bernilai 20. Bila salah atau tidak menjawab diberi nilai 0.

1. Baik, jika jawaban benar responden > 50% dari total skor maksimal 11-20. 2. Kurang, jika jawaban benar responden ≤ 50% dari total skor minimal 0-10.

3.6.2. Aspek Pengukuran Sikap

Untuk mengetahui sikap orangtua tentang kasus menikahkan putrinya di usia dini, dilakukan dengan memberikan pertanyaan. Sikap diukur melalui jawaban kuesioner dengan Skala Likert, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 5. Total skor maksimal adalah 50 total skor minimal adalah 10.


(57)

40

Tabel 3.1. Skala Sikap Model Likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Ragu-ragu 3 Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2 TidakSetuju 4

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

Sumber :Hidayat (2007)

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dikategorikan sikap responden sebagai berikut (Riduwan, 2010) :

1. Baik, jika jawaban benar responden > 80% dengan skor 41-50 2. Cukup, jika jawaban benar responden 60-80% dengan skor 30-40 3. Kurang, jika jawaban benar responden < 60% dengan skor 10-29

3.6.3. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan.

2. Coding (Pemberian Kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software computer.


(58)

3. Tabulating (Data entry)

Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

3.6.4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis univariat

Analisis ini merupakan analisis distribusi variabel tunggal yang bertujuan untuk menggambarkan masing-masing variabel mengenai distribusinya dengan menyajikan nilai pemutusan dan ukuran variasi data.

2. Analisis bivariat

Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo, 2002). Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di uisa dini. Sehingga dalam analisis ini dapat digunakan uji statistic chi square dengan

α = 0,05.

Dengan kriteria :

a. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

b. Terima Ho jika p > α (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


(59)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. GambaranUmum Desa Kasikan

Desa Kasikan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Desa ini juga terletak di sekitar kawasan areal kebun/pabrik PTPN Vterdiri dari 760 kepala keluarga.

Batas-batas Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu sebagai berikut:

– Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Agung.

– Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sinamanenek.

– Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kusau Makmur.

– Sebelah Barat berbatasan dengan Talang Danto.

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Umur Responden

Karakteristik responden yang diteliti menurut umur dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

No. Umur (Tahun) n (%)

1. 30-39 10 7,5

2. 40-49 64 48,1

3. 50-59 51 38,4

4. > 60 8 6,0


(60)

Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa dari 133 responden paling banyak berumur 40-49 tahun yang berjumlah 64 orang (48,1%) dan yang paling sedikit berumur di atas 60 tahun yang berjumlah 8 orang (6,0%).

4.2.2. Pendidikan Responden

Karakteristik responden yang diteliti menurut pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

No. Pendidikan n (%)

1. SD 15 11,3

2. SMP 52 39,1

3. SMA/SMK 66 49,6

Total 133 100,0

Berdasarkan tabel diatas 4.2. diatas diketahui bahwa dari 133 responden, yang paling banyak memiliki jenjang pendidikanSMA/SMKyang berjumlah 66 orang (49,6%) dan yang paling sedikit dengan jenjang pendidikan SD yang berjumlah 15 orang (11,3%).

4.2.3. Penghasilan Reponden

Karakteristik responden yang diteliti menurut penghasilan responden dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

No. Penghasilan n (%)

1. Tinggi 40 30,1

2. Rendah 93 69,9


(61)

44

Penghasilan responden dibedakan atas dua kategori yaitu tinggi (> Rp. 1.700.000,-) dan rendah (< Rp. 1.700.000,-). Berdasarkan tabel 4.3. bahwa dari 133 responden lebih banyak dengan penghasilan rendah yaitu sebanyak 93 orang (69,9%) dan paling sedikit penghasilan tinggi yaitu sebanyak 40 orang (30,1).

4.3. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini, sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya diusia dini, maka variabel yang dianalisis secara univariat sebagai berikut :

4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Kehamilan dan Persalinan

Tabel 4.4. Distibusi Reponden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Pengetahuan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

No Pertanyaan n %

1. Masalah fisik apakah yang mungkin terjadi bila wanita hamil pada usia < 20 tahun?

a. Tekanan darah tinggi b. Resiko kanker rahim c. Bengkak tangan dan wajah d. Pusing dan kejang

e. Keguguran f. Perdrahan

g. Kematian janin dalam kandungan

40 38 25 17 4 7 2 30,1 28,6 18,8 12,8 3,0 5,3 1,5

Total 133 100,0

2. Masalah apa yang yang mungkin terjadi pada wanita bersalin bila usia < 20 tahun ?

a. Persalinan prematur

b. Persalinan yang lama dan sulit c. Ketuban pecah dini

58 44 31 43,6 33,1 23,3


(1)

Kategori pengetahuan responden * Kategori sikap responden Crosstabulation

Kategori sikap responden

Total Baik Cukup Kurang

Kategori pengetahuan responden Baik Count 9 20 3 32

% within Kategori pengetahuan responden

28,1% 62,5% 9,4% 100,0%

% within Kategori sikap responden

56,3% 23,0% 10,0% 24,1%

Kuran g

Count 7 67 27 101

% within Kategori pengetahuan responden

6,9% 66,3% 26,7% 100,0%

% within Kategori sikap responden

43,8% 77,0% 90,0% 75,9%

Total Count 16 87 30 133

% within Kategori pengetahuan responden

12,0% 65,4% 22,6% 100,0%

% within Kategori sikap responden

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12,374a 2 ,002

Likelihood Ratio 11,526 2 ,003

Linear-by-Linear Association

10,707 1 ,001

N of Valid Cases 133

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,85.


(3)

putrinya

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Kategori pengetahuan

responden * Kategori tindakan orangtua menikahkan putrinya

133 100,0% 0 ,0% 133 100,0%

Kategori pengetahuan responden * Kategori tindakan orangtua menikahkan putrinya Crosstabulation

Kategori tindakan orangtua menikahkan putrinya

Total Negatif Positif

Kategori pengetahuan responden

Baik Count 5 27 32

% within Kategori pengetahuan responden

15,6% 84,4% 100,0%

% within Kategori tindakan orangtua menikahkan putrinya

9,3% 34,2% 24,1%

Kurang Count 49 52 101

% within Kategori pengetahuan responden

48,5% 51,5% 100,0%

% within Kategori tindakan orangtua menikahkan putrinya

90,7% 65,8% 75,9%

Total Count 54 79 133

% within Kategori pengetahuan responden

40,6% 59,4% 100,0%

% within Kategori tindakan orangtua menikahkan putrinya

100,0% 100,0% 100,0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 10,900a 1 ,001

Continuity Correctionb 9,579 1 ,002

Likelihood Ratio 11,986 1 ,001

Fisher's Exact Test ,001 ,001

Linear-by-Linear Association

10,818 1 ,001

N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,99. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

Cases

Valid

Missing

Total

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Kategori sikap

responden * Kategori

tindakan orangtua

menikahkan putrinya

133 100,0%

0

,0%

133 100,0%

Kategori sikap responden * Kategori tindakan orangtua menikahkan putrinya

Crosstabulation

Kategori tindakan

orangtua menikahkan

putrinya

Total

Negatif

Positif

Kategori sikap

responden

Baik

Count

8

8

16

% within Kategori

sikap responden

50,0%

50,0%

100,0%

% within Kategori

tindakan orangtua

menikahkan putrinya

11,1%

13,1%

12,0%

Cukup

Count

43

44

87

% within Kategori

sikap responden

49,4%

50,6%

100,0%

% within Kategori

tindakan orangtua

menikahkan putrinya

59,7%

72,1%

65,4%

Kurang Count

21

9

30

% within Kategori

sikap responden

70,0%

30,0%

100,0%

% within Kategori

tindakan orangtua

menikahkan putrinya

29,2%

14,8%

22,6%

Total

Count

72

61

133

% within Kategori

sikap responden

54,1%

45,9%

100,0%

% within Kategori

tindakan orangtua

menikahkan putrinya

100,0%

100,0%

100,0%


(6)

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

3,929

a

2

,140

Likelihood Ratio

4,038

2

,133

Linear-by-Linear

Association

2,638

1

,104

N of Valid Cases

133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 7,34.


Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Ibu Yang Menikah Di Usia dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012

1 48 129

Perkawinan Usia Dini Dalam Perspektif Pluralisme Hukum (Studi Kasus di Desa Saentis Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang)

3 57 138

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 10

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 2

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 5

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 23

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN USIA DINI DENGAN SIKAP DAN TINDAKAN ORANG TUA MENIKAHKAN PUTRINYA DI USIA DINI DI DESA KASIKAN KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2014

0 0 28

2.1.2. Domain Perilaku - Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 29

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN USIA DINI DENGAN SIKAP DAN TINDAKAN ORANG TUA MENIKAHKAN PUTRINYA DI USIA DINI DI DESA KASIKAN KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 15