BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Kompleks Olahraga Bulutangkis Djarum di Medan : Arsitektur Hijau

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sejarah bulutangkis di Indonesia sudah cukup lama. Ada yang memperkirakan bangsa Indonesia sudah mengenal bulutangkis sejak tahun 1930-an. Saat itu, bulu tangkis dinaungi oleh Ikatan Sport Indonesia (ISI).

  Bulutangkis makin berkembang pasca kemerdekaan. Pada tahun 1947, di Jakarta, berdiri persatuan bulutangkis bernama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI). Dan,

  1 pada 5 Mei 1951, terbentuklah Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) .

  PBSI lahir di tengah gejolak revolusi. Saat itu, sebagai bangsa yang baru lahir, Indonesia berjuang keras agar punya prestasi di tingkat dunia. Bung Karno sendiri menggelorakan “Nation Building”. Ia menganjurkan agar olahraga bisa menjadi alat untuk mengenalkan Indonesia pada dunia.

  Bung Karno kemudian menerbitkan Kepres No 263/1963 untuk mencanangkan Indonesia jadi 10 besar dalam bidang olahraga. Tim bulutangkis segera menerjemahkan keinginan Bung Karno itu. PBSI pun berpartisipasi dalam IBF (sekarang BWF) tahun 1953.

  Tahun 1958, Indonesia ikut piala Thomas di Singapura. Awalnya, tim bulutangkis Indonesia belum “direken”. Jaman itu, tahun 1950-an, raksasa bulu tangkis ada di Amerika Serikat, Malaya (Malaysia), Inggris, Denmark, dan Thailand. Namun, siapa sangka, Indonesia justru tampil perkasa. Dua bintang Indonesia, Tan Joe Hok dan Ferry Sonnevile, tampil di “All

  Indonesian Final”.

  Seiring semakin populernya olahraga bulutangkis ini dikalangan masyarakat, kemudian munculah beberapa klub bulutankgis di Indonesia. Salah satunya PB. Djarum. Persatuan Bulutangkis Djarum (disingkat PB Djarum) berdiri pada tahun Awalnya perkumpulan ini didirikan hanya sebagai kegiatan penyaluran hobi bagi karyawan pabrik rokok Namun, pada tahun 1970, akhirnya yang ikut berlatih bukan hanya karyawan, tetapi juga pemain dari luar. Ini adalah awal dari pembinaan Djarum dalam

  2 menyumbang pemain nasional dimulai .

  Didorong kecintaaserta tingginya kegemaran karyawan PT Djarum bermain dan berlatih pada olah raga yang sama. 1 2 lihat d Maka pada tahun 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35 -

  Berawal dari situ, lahirlah atlet muda berbakayang meraih prestasi demi prestasi secara gemilang, menumbuhkan keinginan Budi Hartono untuk serius mengembangkan kegiatan komunidi organisasi PB. Djarum.

  PB Djarum pernah gilang-gemilang ketikaKala itu, dari delapan pemain, tujuh di antaranya berasal dari PB Djarum yaitu

  Tidak bisa dipungkiri bahwa bulutangkis merupakan satu-satunya cabang olahraga yang dapat memenangkan emas olimpiade. Sejak bulutangkis dimainkan di Olimpiade pada pertama kali yaitu Olimpiade Barcelona tahun 1992, Indonesia sukses membawa dua medali emas untuk pertama kalinya sejak keikutsertaannya melalui tunggal putra dan putri. Tradisi emas ini terus dilanjutkan sampai pada Olimpiade Beijing pada tahun 2008 di China.

Tabel 1.1 Peraih medali olimpiade tunggal putra

  Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Daftar_peraih_medali_bulu_tangkis_pada_Olimpiade

Tabel 1.2 Peraih medali olimpiade tunggal putri

  Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Daftar_peraih_medali_bulu_tangkis_pada_Olimpiade

  Tabel1.3 Peraih medali olimpiade ganda putra

  Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Daftar_peraih_medali_bulu_tangkis_pada_Olimpiade

Tabel 1.4 Peraih medali olimpiade ganda putri

  Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Daftar_peraih_medali_bulu_tangkis_pada_Olimpiade

Tabel 1.5 Peraih medali olimpiade ganda campuran

  Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Daftar_peraih_medali_bulu_tangkis_pada_Olimpiade

Tabel 1.6 Negara peraih medali olimpiade

  Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Daftar_peraih_medali_bulu_tangkis_pada_Olimpiade

  Bulu tangkis merupakan olahraga yang mampu memberikan kebanggaan bagi Bangsa Indonesia karena raihan prestasinya di dunia Internasional. Namun, tidak dapat dipungkiri, prestasi yang ditorehkan ini tidak selamanya bisa dipertahankan. Prestasi pebulutangkis Indonesia semakin menurun. Beberapa alasan yang mengemuka adalah proses regenerasi pemain yang lamban dan tidak meratanya tempat latihan dan klub-klub besar di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat. Nama-nama klub besar seperti PB. Tangkas Specs di Jakarta, PB. SGS PLN di Bandung, PB. Mutiara di Bandung, PB. Exist di Jakarta, PB. Musica Champion di Kudus, dan PB. Suryanaga di Surabaya semuanya berada di Pulau Jawa.

  Hal ini berdampak pada buruknya prestasi atlet bulutangkis Indonesia pada Olimpiade London pada tahun 2012. Ini kali pertama Indonesia pulang tanpa membawa medali satupun.

Tabel 1.7 Pearih medali Olimpiade London 2012

  Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Daftar_peraih_medali_bulu_tangkis_pada_Olimpiade Di Medan sendiri terdapat kurang lebih 25 klub professional. Seperti PB. Angsapura, PB. Malibu, PB. Shamrock, PB. Indocafe, PB. Pratama, PB.Pandawa, PB.Deli Raya, PB.Gelora, PB.Wisma Persahabatan, PB.Deli Tangkas, PB.Citra Indonesia, PB.Gaharu, PB.PTPN III, PB.Wahidin, PB.Methodish II, PB. Gala Patras, PB.Sutomo I, PB.Pelangi, PB.Prime One School, PB.Alpaka, PB.Nanyang, PB.Tombo Ati, PB.Galapatras, dan PB.Hiqua Wijaya. Namun klub-klub lokal ini tidak bisa bersaing dengan klub-klub yang berasal dari Pulau Jawa. Terbukti dari hasil pertandingan Djarum Sirkuit Nasional Medan pada 9-14 september 2013, semua gelar juara jatuh kepada atlet yang berasal dari klub-klub Jawa.

  Sehingga ada sebagian atlet klub lokal seperti Herdianto dari PB. Indocafe Medan dan beberapa atlet lainnya yang di bina di klub-klub Jawa.

  Untuk itulah diperlukan suatu wadah yang mampu menampung, menjadi pusat, sekaligus sebagai motor penggerak bagi kegiatan olahraga bulu tangkis. Objek rancangan berjudul Kompleks Olahraga Bulutangkis Djarum di Medan ini diharapkan mampu berperan dalam kemajuan olahraga bulu tangkis di Indonesia, khususnya regional Sumatera. Secara tidak langsung keikutsertaan masyarakat dalam olahraga ini juga mendukung upaya pemerintah dalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Perancangan

  Maksud dari perancangan Kompleks Olahraga Bulutangkis Djarum di Medan ini adalah :  Merancang fasilitas publik yang dapat mewadahi tempat latihan olahraga bulutangkis.

   Menciptakan fasilitas yang saling mendukung sebagai badminton training centre, yaitu asrama atlet, fasilitas kebugaran, ruang medikal, fasilitas komersial, serta fasilitas penunjang lainnya.

   Menciptakan suatu gubahan ruang yang tidak hanya mendukung optimalisasi fungsi-fungsi dalamnya, tetapi menarik juga dari segi estetis, serta mampu memenuhi persyaratan teknis.

   Mampu menciptakan atlet-atlet bulutangkis berbakat yang akan membantu Indonesia meraih hasil maksimal pada kejuaraan bulutangkis tingkat internasional.

   Mendesentralisasikan atlet bulutangkis, khususnya untuk regional Sumatera.

1.2.2 Tujuan Perancangan  Memberikan image baru bagi kota dengan aktivitas kegiatan olahraga bulutangkis.

   Menjadikan kawasan tersebut sebagai suatu pusat komunitas dan rekreasi dimana masyarakat penggemar bulutangkis dapat saling bersosialisasi dan berinteraksi.  Menciptakan suatu karya bangunan arsitek yang mampu menjawab tantangan perkembangan dan persaingan dengan Negara lain dalam bidang bulutangkis.  Menyediakan tempat tinggal yang nyaman berupa asrama bagi atlet dan pelatih.

  1.3 Masalah Perancangan

  Beberapa kendala yang dihadapi dalam proses perancangan Kompleks Olahraga Bulutangkis Djarum di Medan:

   Kurang ter-integrasinya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti transportasi umum dan infrastruktur kota.  Kemacetan yang terjadi di kota Medan dan bebebarapa kota sekitar dan kurangnya efisiensi lahan perparkiran.  Bagaimana agar citra bangunan ini bentuk dan penampilannya dapat menarik minat anak-anak muda untuk masuk ke dalam bangunan tersebut dan dapat mencerminkan kegiatan di dalamnya.

   Bagaimana memanfaatkan lahan yang ada untuk seluruh bangunan serta fasilitas- fasilitas yang direncanakan.  Bagaimana mendesain bangunan yang memenuhi standar BWF (Badminton World Federation) sebagai induk organisasi dari bulutangkis, baik dari segi kualitas maupun fasilitas.

  1.4 Pemecahan Masalah

  Adapun pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu :  Menciptakan fasilitas pedestrian, halte angkutan kota, and fasilitas penunjang lainnya.  Memilih lokasi yang strategis pada area sekitar pusat pendidikan dan olahraga yang memiliki akses lebar guna menghindari kemacetan.

   Merancang dengan menggunakan tema arsitektural sehingga dihasilkan rancangan yang unik.

1.5 Metode Pendekatan

  Untuk menyelesaikan berbagai masalah perancangan seperti yang telah dijelaskan di atas, maka dilakukan pendekatan-pendekatan :

  1. Studi Literatur

  Mempelajari pemahaman mengenai pengertian dan teknis perancangan dan mencari contoh kasus-kasus sejenis. Mencari data teoritis mengenai standar-standar perancangan.

  2. Studi Lapangan

  Melakukan observasi dan analisis langsung di lokasi perancangan, mencakup potensi tapak dan sekitar tapak.

  3. Studi Banding

  Membuat analisis terhadap hasil studi banding dengan cara mempelajari karakteristik dari masing-masing fasilitas sebagai bahan perbandingan untuk proses perancangan.

  1.6 Lingkup Dan Batasan Proyek

  Batasan-batasan atau lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah Gelanggang olahraga. Lingkup pembahasan yang akan dipergukan antara lain :

   Merencanakan suatu fasilitas yang terintegrasi dan dapat mewadahi fasilitas-fasilitas kegiatan olahraga bulutangkis bertaraf Nasional maupun Internasional di kota Medan.

  Batasan-batasan dalam merencanakan Kompleks Olahraga Bulutangkis Djarum di Medan adalah :

   Kegiatan-kegiatan yang akan diwadahi lebih spesifiknya adalah kegiatan olahraga bulutangkis dan komersial.  Dalam perancangan mengangkat suatu tema pengembangan konsep sehingga akan dihasilkan tampilan fisik bangunan yang unik dan orisinil, dan diharapkan dapat menjadi icon untuk kedepan-nya.

  1.7 Asumsi – Asumsi

  Dengan mempertimbangkan bahwa kasus proyek bersifat fiktif, maka dibutuhkan asumsi-asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan proyek, diantaranya :  Kepemilikan bangunan diasumsikan sebagai milik swasta.  Kondisi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan layak untuk didirikan bangunan.

   Kegiatan penyewaan bangunan tempat latihan maupun tempat pertandingan di kota Medan dan sekitarnya dalam kurun waktu lima tahun terakhir semakin meningkat.  Kejuaran bulutangkis tingkat Nasional maupun Internasional sering dilakukan di Sumatera Utara.

1.8 Kerangka Berfikir JUDUL PROYEK

  Kompleks Olahraga Bulutangkis Djarum di Medan LATAR BELAKANG MAKSUD & TUJUAN

   

Bulutangkis merupakan olahraga yang Menyaring bibit-bibit muda berbakat di

sangat populer di Indonesia. wilayah Sumatera khususnya Sumatera

 Utara.

  Bulutangkis satu-satunya olahraga yang

  

bisa mendulang medali emas di Memberikan sebuah homebase baru bagi

Olimpiade dan kejuaraan dunia. klub-klub bulutangkis di medan.

   Diharapkan mampu berperan sebagai icon baru Kota Medan nantinya.

   Menampung berbagai event bulutangkis baik nasional. Segingga dapat menarik minat pengunjung.

MASALAH PERANCANGAN PENGUMPULAN DATA

    kurang ter-integrasinya fasilitas-fasilitas Studi literatur

   pendukung, seperti transportasi umum, Studi lapangan o pusat hiburan lainnya, dan infrastruktur o Kondisi site kota. Data eksisting site

    kemacetan yang terjadi di kota Medan Studi banding o dan kurangnya efisiensi lahan o Kajian tema perparkiran.

  Perbandingan fungsi sejenis

   design bangunan yang unik dan orisinil sehingga meningkatkan citra kota Medan  mampu mem-fasilitasi kegiatan dengan suasana yang nyaman

ANALISIS KONSEP

    Analisis kondisi tapak (site) Konsep dasar

    Analisis fungsional Konsep massa & tapak

   Konsep sirkulasi RANCANGAN